Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN PENGELOLAAN

UNIT LAYANAN OBAT

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS TROWULAN
Jl. Raya Trowulan No. 179 Trowulan - Mojokerto
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI UNIT LAYANAN OBAT
UPT PUSKESMAS TROWULAN

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama di satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang
difungsikan sebagai Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat
memberikan jaminan terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan
masyarakat dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan
memuaskan masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Dalam rangka memberikan Pelayanan kesehatan yang bermutu , maka
di unit layanan obat perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan
pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang
diberikan ke pasien pada umumnya, Berkaitan dengan hal tersebut diatas
maka, dalam melakukan pelayanan harus berdasarkan standar pelayanan di
puskesmas Trowulan

B. TUJUAN
Sebagai bahan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pelayanan di unit
layanan obat,sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang cepat
dan tepat dan memberikan kepuasan pada masyarakat.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan unit layanan obat meliputi :
1. Pengambilan resep sesuai urutan
2. Skrening kelengkapan dan kejelasan resep
3. Pengambilan serta peracikan obat sesuai resep
4. Penyerahan resep ke pasien dengan disertai KIE
D. BATASAN OPERASIONAL

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
3. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1691 tahun 2011
tentang keselamatan pasien rumah sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Unit layanan obat adalah :

No Jenis Kompetensi Kompetensi Jumlah


ketenenagaan (Ijazah) tambahan
(pelatihan)
1 Asisten Apoteker DIII 1
Farmasi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Petugas di unit layanan obat berjumlah 1 (satu) orang dengan standar
minimal sudah melaksanakan pelatihan manajemen obat,
Kategori :
1. Asisten Apoteker

C. JADUAL PELAYANAN
Jam buka pelayanan :
senin- kamis : 07.30 – 12.00
Jumat : 07.30 – 11.00
Sabtu : 07.30 – 12.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
I. Fasilitas & Sarana

Unit layanan obat berlokasi di lantai 1 gedung puskesmas Trowulan Ruangan


terdiri dari 1 (satu) rak obat besar, 1 (satu) lemari container, 1 (satu) meja
puyer beserta 1 (satu) set alat puyer.
Peralatan unit layanan obat adalah sejumlah alat yang dipergunakan untuk
melaksanakan pelayanan di unit layanan obat.

A. Bahan Habis Pakai :


1. Tisu
2. Sabun Tangan/ antiseptic
B. Perlengkapan :
1. Tempat sampah tertutup.
C. Meubeler :
1. Kursi kerja
2. Lemari arsip
3. Meja tulis
5. Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku bantu bon obat ke gudang
2. LPLPO
3. Resep
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

1. TATA LAKSANA PELAYANAN UNIT LAYANAN OBAT

A. Petugas Penanggung Jawab


 Asisten Apoteker
B. Perangkat Kerja

 Alat puyer

 Kertas puyer

 ATK

C. Tata Laksana Pelayanan unit layanan obat

 Pengambilan resep sesuai urutan


 Skrening kelengkapan dan kejelasan resep
 Pengambilan serta peracikan obat sesuai resep
 Penyerahan resep ke pasien dengan disertai KIE
BAB V
LOGISTIK

A. Bahan
1) Kertas puyer
2) ATK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

 Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk
asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
 Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap
apsien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD)
di puskesmas, terlaksananya program- program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
 Puskesmas Trowulan wajib menerapkan standar keselamtan pasien
yang meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
 Tujuh langkah menuju keselamatan pasien di puskesmas Trowulan
adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran
HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan
gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000
penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus
baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi
dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di
Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan
prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara
terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab
itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya
dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan
masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya


mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang
lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di unit layanan obat Puskesmas Trowulan


dalam memberikan pelayanan adalah
1. waktu tunggu resep non racikan ≤ 15 menit dan racikan ≤ 30 menit
Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien menyerahkan
resep sampai pasien menerima obatnya.
2. kepuasan pelanggan ≥ .....%
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan.
3. Jam buka pelayanan
Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan di poli jam buka 08.00
s.d 11.30setiap hari kerja kecuali jumat dan sabtu
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan unit layanan obat ini


dibuat sebagai acuan pelayanan bagi petugas di puskesmas Trowulan Mudah
- mudahan dengan adanya pedoman pelayanan ini, dapat lebih memudahkan
semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan
internal maupun eksternal.

Anda mungkin juga menyukai