DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
Karena atas rahmat dan hidayahnya , kami dapat menyusun Pedoman
Pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas Nawangsasi Kecamatan
Tugumulyo . Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi seluruh petugas
kesehatan dan pegawai Puskesmas Nawangsasi dalam mengupayakan
pencegahandan pengendalian infeksi, pengunjung dan masyarakat melalui
penerapanya dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh
Puskesmas Nawangsasi Kecamatan Tugumulyo.
Pencegahan dan Pengendalian infeksi telah menjadi isu global dalam
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Tugumulyo. Oleh karena itu, keselamatan pasien merupakan
suatu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan.Masyarakat menghendaki
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, manajemen resiko dan
keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaaan pelayanan
Puskesmas Kecamatan Tugumulyo yang komprehensif kepada pelanggan.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi hingga selesainya buku
pedoman ini. Kami menyadari pedomam ini belum sepenuhnya sempurna,
sehingga masukan yang bersifat membangun sangat kami harapakan.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas harus didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai pelayanan
yang prima dan optimal. Pelayanan yang prima dan optimal dapat
diwujudkan dengan kemampuan kognitif dan motoric yang cukup yang
harus dimiliki oleh setiap petugas kesehatan khususnya di Puskesmas
Nawangsasi. Seperti yang kita ketahui pengendalian infeksi di
Puskesmas merupakan rangkaian aktifitas kegiatan yang wajib
dilakukan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang
merupakan tuntutan kualitas sekaligus persyaratan administrasi
Puskesmas menuju akreditasi.
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami
pasien selama dirawat di Rumah Sakit. Infeksi Nosokomial terjadi
karena adanya transmisi mikroba pathogen yang bersumber dari
lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Akibat lainnya yang juga
cukup merugikan adalah hari rawat penderita yang bertambah, beban
biaya menjadi semakin besar, serta merupakan bukti bahwa manajemen
pelayanan medis rumah sakit kurang membantu.
Infeksi nosokomial yang saat ini disebut sebagai healthcare associated
Infection (HAIs) merupakan masalah serius bagi semua sarana
pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Bagi masyarakat umum, sarana kesehatan merupakan tempat
pemeliharaan kesehatan. Pasien mempercayakan sepenuhnya kesehatan
dirinya atau keluarganya kepada petugas kesehatan, maka kewajiban
petugas kesehatan adalah menjaga kepercayaan tersebut. Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal merupakan langkah penting untuk menjaga
sarana kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) sebagai tempat
penyembuhan, bukan menjadi sumber infeksi.
Berkaitan dengan hal di atas maka diperlukan rangkaian program
yang berkesinambungan dalam rangka pencegahan dan pengendalian
Infeksi (PPI). Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
Hasil survey tentang upaya pencegahan infeksi di Puskesmas
(Bachroen, 2000) menunjukkan masih ditemukan beberapa tindakan
petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada diri
mereka, pasien yang dilayani dan masyarakat luas yaitu :
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan alat pelindung diri yang tidak tepat
3. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
4. Tekhnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang tidak tepat
5. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
Hal tersebut dapat saja meningkatkan resiko petugas kesehatan
tertular akibat tertusuk jarum atau terpajan darah/ cairan tubuh yang
3
terinfeksi. Sementara pasien dapat tertular melalui peralatan yang
terkontaminasi atau menerima darah atau produk darah yang
mengandung virus.
4
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan sumber
daya manusia tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga
dapat melindungi petugas dan masyarakat dari penularan penyakit
infeksi guna meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas.
Tujuan Khusus
1. Menjadi penuntun bagi tenaga kesehatan hingga mampu
memberikan pelayanan kesehatan dimana resiko terjadinya infeksi
dapat ditekan.
2. Menjadi acuan bagi para penentu kebijakan dalam perencanaan
logistic di Puskesmas.
3. Menjadi acuan dikalangan non medis yang mempunyai resiko
terpajan infeksi dalam pekerjaannya.
4. Menjadi bahan acuan petugas kesehatan dalam memberikan
penyuluhan kepada pasien/ keluarga pasien tentang tindakan
pencegahan infeksi.
C. RUANG LINGKUP
Pedoman ini digunakan untuk panduan bagi petugas kesehatan di
Puskesmas dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi
pada pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular baik
kontak langsung, droplet dan udara.
D. BATASAN OPERASIONAL
Kewaspadaan Standar diterapkan pada semua petugas dan
pasien / orang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. (Infection
Control Guidelines CDC, Australia).
E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431)
2. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125)
3. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
4. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008
tentang Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
5
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Tim PPI berjumlah 5 orang sesuai dengan struktur organisasinya. Tim PPI
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota Tim yang terdiri dari beberapa
unit terkait yang berhubungan langsung dengan kegiatan PPI.
7
- Bekerja sama dengan bagian umumdan farmasi dalam pengadaan
APD
- Tim PPI mengadakan pelatihan cara penggunaan APD untuk semua
perawat sampai tenaga cleaning service.
- Tim PPI mas membuat poster indikasi penggunaan APD.
3. Sosialisasi perawatan peralatan pasien dengan mengetahui cara
pembersihan alat non kritikal, semi kritikal dan kritikal.
- PPI mengadakan sosialisasi cara dekontaminasi dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan cara-cara desinfeksi dan sterilisasi
untuk semua alat non kritikal, semi kritikal dan kritikal kepada Tim
PPI.
4. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan limbah
medis tajam/ non tajam dan limbah non medis di semua ruang
pelayanan perawatan pasien.
- Bekerja sama dengan Instalasi Sanitasi dan Lingkungan untuk
pengadaan tempat sampah medis dan umum di seluruh area
Puskesmas
- Bekerja sama dengan Instalasi Sanitasi dan Lingkungan untuk
pengadaan safetybox di seluruh area pelayanan perawatan pasien
di Puskesmas.
5. Pemenuhan pengelolaan linen dengan pemisahan jalur linen kotor dan
bersih,
pengadaan troli linen kotor dan bersih.
- Bekerja sama dengan bagian penunjang untuk membuat jalur
terpisah antara jalur linen kotor dan linen bersih
- Bekerja sama dengan bagian bendahara barang/ Laundry untuk
pengadaan troli linen kotor dan linen bersih.
- Bekerja sama dengan bagian bendahara barang untuk
memisahkan antara ruang laundry linen kotor dan linen bersih
6. Pelaksanaan program kesehatan karyawan
- Bekerja sama dengan Tim K3 dalam melaksanakan pemeriksaan
secara berkala karyawan Puskesmas, terutama karyawan yang
bekerja dengan resiko.
- Bekerja sama dengan tim K3 dalam penanganan kasus paca
pajanan
7. Penataan penempatan pasien di ruang isolasi
8
- Bekerja sama dengan Tim KLB untuk menata penempatan pasien
di ruang isolasi sesuai kriteria kewaspadaan transmisi droplet
ataupun airborne.
8. Sosialisasi dan pemenuhan poster etika batuk
- Bekerja sama dengan bagian promkes dalam pemenuhan poster
Etika batuk.
9. Sosialisasi prosedur penyuntikan yang aman dengan no recapping.
Tim PPI bersama bagian keperawatan melakukan sosialisasi cara
penyuntikan yang aman dengan one hand dan no recapping kepada
seluruh tenaga keperawatan dan tenaga non perawat dalam melakukan
tindakan penyuntikan.
9
BAB III
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi puskesmas dirancang untuk memutus rantai
penularan penyakit infeksi menuju perlindungan pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat.
1. Kebersihan tangan
4. Pengendalian lingkungan
5. Penatalaksanaan linen
7. Penempatan pasien
10
inap dengan ataupun tanpa penyakit infeksi yang sudah teridentifikasi.
Penerapan komponen kewaspadaan standar yang nasional/tepat didasarkan
pada penilaian risiko potensial yang dihadapi pasien atau petugas dalam
setiap kegiatan pelayanan yang spesifik sehingga implementasi setiap
komponen standar tidak harus seragam/sama pada setiap aktivitas/kasus.
Perlakukan baik pasien atau petugas sebagai individu yang potensial menularkan dan
rentan terhadap infeksi. Pertimbangkan penggunaan alat pelindung diri sesuai penilaian
risiko pada awal setiap aktivitas pelayanan kepada pasien.
KEWASPADAAN STANDAR
Kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dan 3 mm melebihi ujung jari, dan
tidak memakai cat kuku. Penggunaan perhiasan di tangan tidak diperkenankan
selama bertugas.
menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit, baik yang
diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan maupun juga
sejumlah mikroorganisme permanen yang tinggal di lapisan terdalam
kulit. Daerah di bawah kuku (ruang subungual) pada jam tangan
mengandung jumlah mikroorganisme tertinggi dan kuku yang panjang
dapat berperan sebagai reservoar untuk bakteri (Gram negatif seperti
P.aeruginosa), jamur dan patogen lain.
v. Mulai tangan kiri disikat : kuku, sela jari, telapak tangan (5x),
punggung tangan (5x), setiap sisi lengan bawah sampai siku
(5x), hingga bersih. Ganti tangan kanan, kerjakan serupa
berulang ulang lima sampai sepuluh menit.
vi. Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir dengan posisi
Jari tangan lebih tinggi dan posisi siku.
12
i. Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan (gelang,
cincin).
vi. Gosokkan telapak tangan kiri pada tangan dari lengan kanan
bawah sampai dengan siku, dengan gerakan memutar,
pastikan seluruh area lengan tersebut tergosok sampai
dengan handrub alkohol kering sempurna (15 detik)
vii. Lakukan langkah iv-vi kembali untuk ujung jari dan kuku jari
kiri (5 detik), dilanjutkan lengan kiri bawah sampai dengan
siku, sampai dengan kering sempurna (15 detik)
13
5. masuk dan meninggalkan ruang isolasi
Sesuai dengan area tempat bertugas, saat kebersihan tangan wajib
dilakukan oleh setiap petugas disesuaikan dengan potensi risiko transmisi
patogen antar pasien, antara petugas dan pasien, antara petugas dan
lingkungan/peralatan terkontaminasi, antara petugas dengan bahan yang
berpotensi infeksius. Bagi petugas di luar area perawatan,
direkomendasikan melakukan kebersihan tangan saat tiba di tempat
pelayanan kesehatan, sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien,
sesudah dari kamar kecil dan sebelum meninggalkan puskesmas.
14
- Pemakaian sabun dan air mengalir penting ketika tangan terlihat
kotor.
- Mencuci tangan memakai sabun biasa atau sabun antiseptik dan air
bersih adalah sama efektifnya, bila dijalankan sesuai prosedur.
Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit. Untuk membantu
mencegah iritasi kulit dan dermatitis kontak karena seringnya
mencuci tangan, direkomendasikan penggunaan produk perawatan
tangan (losion pelembab/krem).
Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk bersih
atau keringkan di udara. Handuk yang digunakan bersihdapat dengan
cepat terkontaminasi dan tidak lagi direkomendasikan. Membawa
handuk /sapu tangan kecil pribadi membantu menghindari pemakaian
handuk kotor.
15
1. Tuangkan secukupnya handrub berbasis alkohol untuk dapat
mengisi 1 cekungan telapak tangan
2. Gosokkan larutan dengan teliti dan benar pada kedua belah
tangan, khususnya di antara jari-jemari, di bawah kuku, sesuai 6
langkah cuci tangan, hingga kering dalam waktu 20-30 detik
40 – 60 Detik
Sumber : Pedoman WHO, 2009
16
Prosedur kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
Dilakukan setelah petugas mencuci tangan sampai dengan siku dengan sabun
berbahan chlorhexidin 4% tanpa sikat, tangan dalam kondisi kering.
17
B. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Sarung tangan kebersihan terbuat dan latex atau vinil yang tebal,
seperti sarung tangan yang biasa digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Sarung tangan rumah tangga dipakai pada waktu
meebersihan alat kesehatan, membersihkan permukaan meja
kerja, membersihkan permukaan lingkungan, dll. Sarung tangan
jenis ini dapat digunakan lagi setelah dicuci besih.
18
Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan Pada Penggunaan Sarung
Tangan
Sarung tangan ganda perlu dipakai pada keadaan khusus, antara lain:
a. Tindakan yang memakan waktu lama (lebih dan 60 menit) dan atau
melakukan tindakan operasi di area sempit dengan kemungkinan
besar robekan sarung tangan oleh alat tajam seperti jarum, gunting
atau penjepit;
19
BAGAN ALUR PEMILIHAN JENIS SARUNG TANGAN
20
Pemakaian respirator partikulat (masker efisiensi tinggi)
Langkah 1:
Langkah 2:
21
Langkah 3:
Langkah 4:
Langkah 5:
Langkah 5.a :
22
Beberapa catatan pada penggunaan respirator partikulat :
C. Penggunaan Topi
Gaun pelindung steril dipakai oleh ahli bedah dan asisten pada
saat melakukan pembedahan, sedangkan gaun pelindung non steril
dipakai di berbagai unit yang berisiko tinggi, misalnya di kamar
bePuskesmasalin, ruang pulih di kamar bedah atau di ruang isolasi.
b. Melakukan irigasi
c. Tindakan drainase
23
e. Menangani pasien dengan perdarahan masif
E. Penggunaan Apron
24
boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bePuskesmasih dan bebas
kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain.
- APD yang disposable dimintakan melalui gudang obat dengan sistem paket
buffer floor stock.
- APD yang tidak habis pakai direncanakan dan disediakan melalui
Bendahara Puskesmas Nawangsasi;
- Jenis dan jumlah APD yang disediakan di setiap ruangan sebagai buffer
floorstock direncanakan dan diusulkan oleh Penanggung Jawab Unit sesuai
kebutuhan pelayanan medis dan tindakan keperawatan spesifiknya;
- Standar perhitungan kebutuhan APD untuk setiap pelayanan pasien
ditetapkan tim PPI
- Sistem ketersediaan buffer perlu dimonitor secara kontinue, dicatat setiap
penggunaannya, untuk menjamin ketersediaan APD sesuai kebutuhan
spesifik pelayanan medis dan tindakan keperawatan di setiap ruangan;
- Penggunaan APD secara tepat sesuai indikasi, dengan mengukur risiko
transmisi, dilakukan secara rutin menggunakan daftar tilik, dievaluasi dan
di-feedback-kan kepada yang terkait;
- Rekapitulasi penggunaan APD setiap ruangan disampaikan Bendahara dan
tim PPI untuk bahan evaluasi dan perencanaan.
25
Langkah-Langkah Mengenakan Alat Pelindung Diri
6. Kenaikan sepasang
sarung tangan kedua
7. Kenakan masker
3. Kenakan sepasang
sarung tangan pertama
26
Langkah-Langkah Melepaskan Alat Pelindung Diri
1. Disinfeksi sepasang
sarung tangan bagian luar
3. Lepaskan sepasang
sarung tangan bagian luar
9. Lepaskan masker
4. Lepaskan celemek
27
12. Cuci tangan dengan
sabun dan air
bePuskesmasih
28
Pemilihan Alat Pelindung Sesuai Jenis Pajanan
29
Manfaat Masing-masing Alat Pelindung Diri
30
31
Panduan Pemilihan APD Berdasarkan Aktivitas Perawatan Pasien
Kacama
Gaun/
Sarung ta /
Jenis tindakan Masker Celeme Topi
tangan penutup
k
wajah
Vulva / penis hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Menolong BAK Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Oral Hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengambil darah Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
vena
Perawatan luka Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
mayor
Perawatan luka Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
minor
Perawatan luka Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
infeksius
Mengukur TTV Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
penyuntikan
Memasang infus Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Memasang dawer Ya (steril) Tidak Tidak Tidak Tidak
catheter
Membersihkan ruang Ya (sarung Tidak Tidak Tidak Tidak
perawatan tangan RT)
Membersihkan Ya (sarung Ya Ya Ya Tidak
peralatan habis pakai tangan RT)
Transportasi pasien Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan EKG Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengganti infus Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Memberikan diit per Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
oral
Mengantar spesimen Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ke laboratorium
Mengganti linen tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Mengganti linen Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Memasang NGT Ya ya Tidak Tidak Tidak
Memberi tetes mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Irigasi mata Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
32
33
C. PENGELOLAAN PERALATAN KESEHATAN/INSTRUMEN PASCA PAKAI
34
Disinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau
semua mikroorganisme dari benda/alat kesehatan, kecuali terhadap
endospora bakteri, dengan sistem panas (termal) atau kimia.
35
1. Konsentrasi disinfektan; lama paparan/perendaman; suhu, pH (tingkat
keasaman atau kebasaan)
Metode sterilisasi :
36
proses pre-post = ± 60 menit
(logam; linen; kapas; kassa)
Untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang optimal (efektif dan efisien) dan
terjaga mutunya sampai dengan digunakan maka proses pengelolaan alat
kesehatan/instrumen pasca pakai harus dilakukan secara benar dan
tepat, aman bagi pasien petugas serta lingkungan, yaitu :
37
Catatan
Prinsip pengemasan :
. Sterilisasi
38
a. Monitoring proses secara visual dengan melihat kondisi post
sterilisasi
5. Penyimpanan:
7. Penggunaan :
39
DAFTAR NAMA CAIRAN DISINFEKTAN UPTD PUSKESAMAS NAWANGSASI
40
D. PENGELOLAAN LINEN
41
c. Penanganan Linen Kotor di laundry
E. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Kebersihan Ambulans
43
E. MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH
44
Dalam pengelolaan sampah Puskesmas di UPTD
PuskesmasNawangsasi, sampah secara garis besar dibedakan menjadi
Sampah Medis dan Sampah Non Medis / Domestik.
a. Sampah Medis
Sampah medis termasuk dalam golongan limbah klinis.
Menurut Depkes RI, limbah klinis berupa berbagai jenis buangan
yang dihasilkan di Puskesmas dan unit-unit pelayanan kesehatan
seperti pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi atau sejenis serta
limbah yang dihasilkan Puskesmas pada saat dilakukan perawatan,
pengobatan atau penelitian. Limbah ini bisa membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung, masyarakat
dan terutama kepada petugas yang menangani limbah.
b. Sampah Non-Medis
Pemilahan
45
kedap air terutama untuk limbah basah, mempunyai tutup, mudah
dikosongkan atau diangkut, tahan terhadap benda tajam/runcing).
- Kantong plastik, jika sudah terisi 2/3 bagian diikat rapat dan kencang.
Pembuangan Limbah
46
5. Jika jarum terpaksa akan ditutup kembali (recapping), misal untuk
pemeriksaan contoh bahan darah ke laboratorium/PMI, digunakan
metode satu tangan (single handed recapping method);
Pecahan kaca
a. Sumber Limbah
47
- Air Limbah dari kamar mandi dan cuci.
- Air Limbah Laundry
- Air Limbah laboratorium
G. PENEMPATAN PASIEN
48
G. HYGIENE RESPIRASI/ETIKA BATUK
Hygiene pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien,
pengunjung dan petugas kesehatan hanus direkomendasikan untuk
selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan untuk mencegah
ekskresi sekret pernafasan (droplet nuclei).
4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun atau
lakukan alternatif cuci tangan menggunakan larutan handrub berbasis
alkohol;
49
I. KESEHATAN PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN
a. Kontak
• Kontak langsung
b. Droplet
c. Udara
50
Kewaspadaan kontak diterapkan terhadap pasien dengan infeksi yang
diketahui atau terkolonisasi (ada mikroba pada atau dalam tubuh pasien
tanpa gejaia klinis infeksi) yang mikrobanya dapat ditransmisikan dengan
cara kontak langsung atau tidak langsung. Pada saat petugas masih
memakai sarung tangan terkontaminasi tidak boleh menyentuh tangan,
hidung dan mulut, dan hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan
yang tidak berhubungan dengan perawatan pasien, misal pegangan pintu,
tombol lampu, telepon.
2. Gunakan sarung tangan besih, tidak perlu steril dan gaun disposable/
reusable bilamana kontak dengan pasien infeksi kontak.
3. Lepaskan dan proses segera sarung tangan dan gaun pasca pakai
perawatan pasien infeksi kontak secara tepat (dimasukkan limbah medis
dan kantong linen infeksius). Lakukan kebePuskesmasihan tangan
segera setelah melepas sarung tangan.
7. Minimalkan kontak antar pasien dan batasi gerak pasien keluar ruang
perawatan
Pasien dengan infeksi kulit atau mata yang dapat menular misalnya
herpes zoster, impetigo, konjungtivitis, kutu atau infeksi luka lainnya
memerlukan penerapan tindakan pencegahan kontak.
51
Droplet tidak bertahan lama di udara dan segera jatuh/menempel di
permukaan lingkungan sehingga tidak dibutuhkan penanganan khusus
udara atau ventilasi. Transmisi droplet dapat secara langsung, dimana
droplet mencapai membrana mukosa karena terinhalasi. Transmisi droplet
juga sering terjadi secara kombinasi dengan transmisi kontak yaitu partikel
droplet mengkontaminasi permukaan tangan atau permukaan tubuh atau
lingkungan yang lain dan dapat ditransmisikan ke membran mukosa.
Transmisi droplet dapat terjadi saat pasien bicara, batuk (spontan/akibat
induksi), bePuskesmasin, berbagai prosedur yang dapat menimbulkan
aerosol (intubasi endotrakheal, bronkoskopi, suction, nebulising), fisioterapi
dada, resusitasi kardiopulmoner.
1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah
setiap kali melepas alat pelindung diri
2. Gunakan masker bedah setiap kali berada dalam jarak 1 meter dengan
pasien
52
Bila didapatkan infeksi baru atau infeksi yang belum diketahui cara
penularannya, maka direkomendasikan untuk menerapkan kewaspadaan
transmisi udara (merupakan jenis kewaspadaan tertinggi).
1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah
setiap kali melepas alat pelindung diri
4. Batasi gerak pasien, edukasi etika batuk, pakai masker bila keluar
ruang rawat
6. Pengendalian Lingkungan
a. Cek aliran udara dengan selembar tisu, jaga pintu selalu tertutup
Isolasi Perlindungan
53
Prinsip kewaspadaan isolasi perlindungan didasarkan pada
penerapan kewaspadaan standar secara maksimal dengan penekanan
antara lain :
54
Kontak Droplet Udara / Airborne
pasien/kohorti
ng tertutup.
Jarak antar
pasien > 1
meter.Konsultasik
an dengan
petugas PPI untuk
menempatkan
pasien bila ruang
isolasi/kohorting
tidak
memungkinkan.
(kategori IB)
Kontak Droplet Udara / Airborne
Transport Batasi kontak antar Batasi Batasi
pasien pasien, transport gerak/transportasi gerak/transportas
pasien hanya bila pasien b/p i pasien hanya
perlu. b/p pasien transport, pasien bila perlu, pasien
keluar ruangan mengenakan mengenakan
terapkan prinsip masker bedah masker bedah dan
kewaspadaan (kategon IB) dan menerapkan
kontak untuk menerapakan hygiene
meminimalkan hygiene respirasi respirasi/etika
penularan (kategori ketika batuk. batuk (kategori
IB) IB)
APD Sarung tangan non Masker, dipakai Respirator
petugas steril, ganti sarung (melindungi hidung partikulat (N95/
tangan setelah dan mulut) bila Kategori-N pada
kontak cairan bekerja dalam efisiensi 95%)
tubuh/pindah radius 1 meter dan dikenakan saat
pasien. pasien/saat kontak masuk ruang
Lepaskan sarung erat (kategori 1B) pasien.
tangan sebelum Orang yang
keluar dari ruang rentan
pasien ; cuci tangan direkomendasikan
dengan sabun tidak masuk
antiseptik (kategort ruang pasien
IB). Gaun Orang yang
bePuskesmasih non imun/telah
steril saat masuk pernah sakit
ruang pasien campak/ cacar air
tidak perlu
masker (kategori
IB)
Untuk melindungi Masker
kontak langsung bedah/medikal
pasien, peralatan untuk pasien
55
Kontak Droplet Udara / Airborne
/permukaan Sarung tangan
lingkungan sekitar Gaun
pasien, cairan Goggle, saat
tubuh, luka melakukan
terbuka, dll. tindakan yang
Lepaskan gaun menimbulkan
sebelum ke luar aerosol
ruangan, jaga tidak
mengkontaminasi
lingkungan/pasien
lain
(kategori IB)
Apron, digunakan
bila gaun permeable
untuk mengurangi
penetrasi cairan.
Peralatan Dedikasikan 1 Idem Idem
untuk peralatan untuk
perawata setiap pasien.
n Bila digunakan
pasien bePuskesmasama,
terapkan prinsip
pembePuskesmasiha
n dan disinfeksi
secara tepat
sebelum digunakan
untuk pasien lain.
Peralatan semi
kritikal dilakukan
DTT, peralatan
kritikal dilakukan
sterilisasi. (kategori
IB)
56
Kontak Droplet Udara /
Airborne
disinfektan lingkungan dengan lingkungan
menggunakan dengan
disinfektan menggunakan
disinfektan ;
b/p fogging
Contoh MDRO (MRSA VRE, B.pertussis, SARS, M.tbc (obligat
Penyakit/ ESBL) influenza, adenovirus. airborne)
mikroba C. difficile rhinovirus Campak,
Norovirus, rotavirus, N.meningitidis, cacar air
Legionella (melalui Streptococcus grup A, (kombinasi
makanan, air, vomitus, Mycoplasma transmisi)
feses) pneumonia
7. Penanganan limbah feses, urine dan sekresi pasien yang lain dalam
lubang pembuangan yang disediakan, besihkan dan disinfeksi
bedpan, urineal, dan kontainer pasien yang lain;
57
PERAWATAN PASIEN DALAM ISOLASI
Perawatan pasien di ruang isolasi menjadi sulit, jika sumber daya tidak
mencukupi, pasien tidak memiliki kebiasaan menjaga kebePuskesmasihan,
sengaja mencemari lingkungan atau tidak dapat diharapkan bekerjasama
dalam menerapkan tindakan pencegahan infeksi dan transmisi
mikroorganisme. Hal ini dapat ditemukan misalnya pada anak-anak, pasien
dengan keadaan mental yang berubah-ubah atau orang lanjut usia.
58
- Di luar pintu keluar ruang isolasi, letakkan wadah tertutup sesuai untuk
setiap peralatan bekas pakai yang akan diproses ulang. Peralatan bekas
pakai tesebut dibesihkan dan didekontaminasi terlebih dahulu di ruangan
khusus sebelum dikirim
- Sediakan peralatan kebesihan (mop/pel basah, lap) dan disinfeksi yang
dibutuhkan di dalam ruangan pasien, masing-masing spesifik/terpisah
- Besihkan ruangan pasien secara menyeluruh setiap hari meliputi semua
permukaan.
Yakinkan bahwa barang-barang seperti meja pasien, kaki tempat tidur dan
lantaI telah dibesihkan dan didisinfeksi. Sodium hipoklorit 0,5 % dapat
digunakan sebagai disinfektan.
Memasuki Ruangan
Meninggalkan ruangan
- Di pintu keluar atau ruang antara (anteroom), lepaskan APD dengan urutan
yang benar
- Sarung tangan: lepas dan buang ke dalam kontainer limbah infeksius
- Kacamata atau pelindung wajah: letakkan di dalam wadah peralatan bekas
pakai
- Gaun : dengan tidak memegang bagian luar, masukkan ke dalam tempat
cucian
- Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrub berbasis alkohol
- Tinggalkan ruangan
59
- Lepaskan respirator dengan memegang elastis di belakang telinga, jangan
memegang bagian depan masker
- Setelah keluar ruangan gunakan kembali handrub berbasis alkohol atau
cuci tangan dengan air mengalir
- Petugas mandi di kamar mandi yang disediakan di ruang ganti sebelum
meninggalkan ruangan dan menggunakan pakaian dari rumah
PANDUAN PPI TB
Pengendalian Administratif
60
5. Waktu kontak di PUSKESMAS dipesingkat melalui penataan sistem akses
pelayanan khusus yang dipisahkan dari pasien umum.
Pengendalian Lingkungan
2. Pasien rawat inap TB BTA (+) ditempatkan di ruang rawat inap isolasi,
61
BAB IV
1. Tenaga Pelaksana:
62
antibiotik sebagai tindakan rutin pencegahan infeksi tidak
direkomendasikan
b) Gunakan spuit besar steril untuk irigasi dan setelah irigasi selesai
spuit dibuang secara aseptik
d) Jika kateter sering tersumbat dan harus sering diirigasi (jika kateter
itu sendiri menimbulkan sumbatan), maka kateter harus diganti
b) Bila diperlukan bahan dalam jumlah besar maka urine harus diambil
dari kantong penampung secara aseptik
6. Perawatan Meatus
63
7. Penggantian Kateter
2. Urinee bag selalu digantung di tempat tidur apabila pasien ditempat tidur
(posisi urinee bag harus selalu dibawah bladder) untuk mencegah refluks.
4. Kebesihan tangan
64
a) Kebesihan tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah palpasi,
inspeksi, melepaskan atau dressingIV device.
b) Selang IV harus diganti setiap 72 jam, kecuali bila ada indikasi klinis
d) Cairan parenteral
c) Dressing core dilakukan bila kotor, rusak terbuka atau terlihat tanda-
tanda infeksi.
Jika dari tempat insersi keluar pus atau terjadi selulitis atau plebitis
atau diduga bakteremia yang berasal dari kanula IV, maka semua
sistem harus dicabut.
65
C. Tatalaksana Pencegahan dan Pengendalian Dekubitus Infeksi
Pencegahan dekubitus:
- Higiene dan perawatan kulit, kulit harus selalu dijaga agar tetap besih
dan kering serta dikaji terus menerus terhadap risiko dan tanda awal
penekanan dan gesekan,
Penatalaksanaan dekubitus:
66
BAB V
Pasien selalu diberi edukasi pada setiap orientasi ketika awal dirawat
inap. Edukasi PPI khususnya adalah dalam hal kebesihan tangan. ketertiban
membuang sampah dan etika batuk. Hal lain yang perlu diedukasikan adalah
membatasi barang dari luar PUSKESMAS yang dibawa ke ruangan, jumlah
penunggu di ruangan dan ketertiban jam berkunjung.
Di Rawat Jalan
67
Di Rawat inap
4. Segera melepas APD jika keluar ruangan dan masker dibuang pada limbah
infeksius apabila menggunakan gaun maka ditempatkan pada tempat linen
infeksius
4. Segera melepas APD jika keluar ruangan; masker dibuang pada limbah
infeksius, gaun dan alas kaki ditempatkan pada tempat yang disediakan
Informasi berupa poster, leaflet, banner, spanduk, teks berjalan, dll. Bentuk
media edukasi disediakan untuk pengunjung PUSKESMAS, ditempatkan di
tempat / area publik PUSKESMAS, dengan prioritas materi:
68
- Kebersihan tangan;
- Kebersihan lingkungan
69
BAB V
PENUTUP
70