Anda di halaman 1dari 6

MONITORING PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

BKMIA

1. PENGERTIAN
Merupakan salah satu bentuk dari program patient safety (keselamatan pasien) yaitu
upaya pencegahan infeksi nosokomial dan sebagai upaya perlindungan kesehatan pada
tenaga medis.
2. TUJUAN
a. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi.
b. Melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi
yang berbahaya.
3. REFERENSI
a. Kepmenkes no 129 tahun 2008 tentang standar pelayanan minimal Rumah sakit
b. Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
4. PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH
a. Menjaga Kebersihan tangan
1) Air bersih yang mengalir
2) Cairan antiseptik
3) Sabun cuci
4) Lap Kering bersih
5) Petugas membersihkan tangan dengan 7 langkah
6) Membersihkan tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien.
b. Mengenakan Alat Pelindung Diri ( APD )
1) Tersedia sarung tangan bersih
2) Tersedia sarung tangan steril
3) Tersedia sarung tangan rumah tangga
4) Tersedia Masker Respirator Particulait
5) Tersedia Masker Bedah
6) Tersedia Pelindung mata ( kaca mata )
7) Tersedia Gaun pelindung / skort / apron
8) Tersedia Pelindung kaki
9) Tersedia Tutup kepala
10) Petugas mengenakan APD sesuai indikasi
c. Pengelolaan Alat Tajam
1) Tersedia wadah tahan tusukan ( safety box )
2) Isi wadah kurang dari ¾ penuh
3) Tidak ada bagian tajam yang keluar
4) Jarum tidak ditutup kembali ( reccaping )
5) Penyarungan 1 tangan
d. Pengelolaan Sampah
1) Sampah dipisahkan sesuai jenis
2) Kantong sampah infeksius dan non infeksius
3) Sampah infeksius diserahkan pada pihak ketiga pengelola sampah medis.
5. UNIT TERKAIT
Semua unit pelayanan

Disusun Diperiksa Disetujui


Sekertaris Dokter Fungsional Kepala BKMIA

Tri Karsiti, S.ST dr. Alfiany Fadhila dr. Widjajani Sri M


NIP. 19780813 200701 2 009 NIP. 19771115 200501 2 016 NIP.19610906 198901 2 001
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Jumat, 08 Juni 2012 10:39

Jika tidak dikendalikan dan dicegah dengan sungguh-


sungguh, infeksi bisa mengakibatkan kesakitan dan kematian. Orang-orang yang berada di
lingkungan rumah sakit seperti pasien, petugas kesehatan, penunggu / pengunjung juga
sangat berisiko terinfeksi. Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah
sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih
dari satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuh
menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus
dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan
keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada setiap penderita yang sedang dalam
proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial. Resiko infeksi di rumah sakit
atau yang biasa dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan masalah penting di seluruh
dunia. Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika, sampai
lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit infeksi masih merupakan
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi
adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh
dunia. Saat ini infeksi nosokomial lebih dikenal sebagai Health-care Associated Infections
(HAIs).
Untuk itu Rumah Sakit perlu menyusun program pencegahan dan pengendalian infeksi .
Pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), sendiri merupakan salah
satu bentuk dari program patient safety (keselamatan pasien).
Pelaksanaan peningkatan program PPI saat ini memiliki tantangan di masa mendatang.
Jumlah rumah sakit dan fasilitas yankes sangat banyak dan terus bertambah, serta
keterbatasan sumber daya manusia yang terampil di bidang HAIs. Untuk itu, perlu
pelatihan–pelatihan agar didapat tenaga kesehatan yang profesional dan terampil.
Tujuan dari Program PPI adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi; Melindungi
sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang berbahaya; serta
menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial. Ruang lingkup dari program PPI meliputi
Pencegahan Infeksi, Pendidikan dan Pelatihan, Surveilans, dan Penggunaan Obat Antibiotik
secara Rasional.
Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan  suatu standar minimal pelayanan rumah
sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk melihat sejauh mana
rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi nosokomial dari
surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit dapat digunakan sebagai acuan
pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis bagi pasien (Kepmenkes, 2008).
Tim PPI dulu diawali dengan nama panitia infeksi nosokomial dengan keanggotaan dokter,
perawat, bagian CSSD, Sanitasi & limbah dan bagian Linen. Sasaran / target inos saat itu
meliputi pasien, petugas dan lingkungan RS. Pasien dibedakan menjadi pasien infeksius
dan non infeksius. Petugas menganggap sumber infeksi dari pasien. Tahun 2007 panitia
infeksi nosokomial berubah nama menjadi Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Tim
PPI), dengan sasaran target lebih luas meliputi pasien, petugas, lingkungan RS & di sekitar
RS, pengunjung RS, praktikan / Mahasiswa dan masyarakat di sekitar RS. Kebijakan Tim
PPI tidak mengkategorikan pasien infeksius dan non infeksius, tetapi semua pasien
dianggap infeksius, sehingga saat menangani/ melakukan tindakan prosedur ke semua
pasien, petugas diharuskan memakai APD ( Alat Pelindung Diri).
Tim PPI RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari KPPI  (Ka Komite Pencegahan
& Pengendalian Infeksi) dpimpin oleh dr. Moh. Wibowo, SpPD,  Ka Tim PPI / IPCO
( Infection Prevention and Control Officer) adalah dr. Imam Masduki, SpM. , MSc. , di
bawahnya IPCN (Infection Preventif and Control Nurse) Arifiana, Skep. Ns dan IPCLN
(Infection preventif and Control Link Nurse) yang dipimpin oleh supervisor di unit
keperawatan. Anggota tim PPI yang lain adalah unit CSSD, Linen, Limbah & sanitasi.
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) bertugas membuat dan mengevaluasi
kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), melaksanakan sosialisasi kebijakan
PPIRS, membuat SPO, menyusun serta mengevaluasi pelaksanaan program & pelatihan
PPI, bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau Kejadian
Luar Biasa (KLB) Infeksi Nosokomial, memberikan usulan untuk mengembangkan dan
meningkatkan cara Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, memberikan usulan kepada
Direktur untuk pemakaian antibiotika yang rasional di RS berdasarkan hasil pantauan
kuman dan resistensinya terhadap antibiotika serta menyebar luaskan data resistensi
antibiotika, memberikan masukan yang menyangkut Konstuksi Bangunan, Pengadaan Alat,
Bahan Kesehatan, Renovasi Ruangan, cara pemprosesan alat, penyimpanan alat dan linin
sesuai dengan prinsip PPI.
Infection
Prevention Control Officer (IPCO) bertugas dalam berkontribusi dalam diagnosis dan terapi
infeksi yang benar, menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilenss,
mengindentifikasi, melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika, bekerjasama
dengan Perawat PPI memonitor kegiatan Surveilenss Infeksi dan mendeteksi serta
menyelidiki KLB, membimbing dan mengajarkan praktek serta prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi,  memonitor cara kerja tenaga Kesehatan dalam
merawat Pasien dan membantu semua Petugas Kesehatan untuk memahami PPI.
Infection Prevention Control Nurse (IPCN) mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi di RS,
memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SOP dan kewaspadaan isolasi, melaksanakan
Surveilenss Infeksi dan melaporkan kepada KPPI, bersama KPPI melakukan Pelatihan
Petugas Kesehatan tentang PPI di Rumah Sakit, melakukan Investigasi terhadap KLB dan
bersama-sama KPPI  memperbaiki kesalahan yang terjadi, memonitor kesehatan petugas
untuk mencegah penularan infeksi dari petugas kesehatan kepada pasien atau sebaliknya.
menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada
kasus yang terjadi di RS, audit PPI terhadap Limbah, Loundry, Gizi dan lain-lain dengan
menggunakan daftar titik, monitor pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional,
mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilenss infeksi yang terjadi di
Rumah Sakit, membuat laporan Surveilenss dan melaporkan ke KPPI, memberikan
motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI, meningkatkan kesadaran Pasien
dan pengunjung Runah Sakit tentang PPIRS, memprakarsai penyuluhan bagi petugas
kesehatan, Pengunjung dan keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di
masyarakat (infeksi dengan insiden tinggi).
Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN) bertugas mengisi dan mengumpulkan
formulir Surveilenss setiap pasien di Unit Rawat Inap masing-masing, kemudian
menyerahkannya kepada Infection Prevention Control Nurse (IPCN), memberikan motivasi
dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI pada setiap personil Ruangan di Unit
Rawat masing-masing, memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya
Infeksi Nosokomial pada Pasien, berkoordinasi IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB,
memberikan penyuluhan bagi pengunjung di Ruang Rawat masing-masing, konsultasi
prosedur yang harus dijalankan bila belum paham, memonitor kepatuhan Petugas
Kesehatan yang lain dalam menjalankan Standart Isolasi.
Kegiatan yang telah dilaksanakan PPI RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta meliputi
gerakan cuci tangan ke seluruh pengunjung rumah sakit (indoor) dan ke masyarakat sekitar
rumah sakit (outdoor) mulai dari depan istana negara, Jl. KHA Dahlan sampai Jl.
Bayangkara dengan target sasaran tukang sapu jalanan, tukang becak, pedagang kaki lima,
tukang parkir. Selain itu tim PPI mengadakan pelatihan in house untuk petugas medis, non
medis dan cleaning service secara berkelanjutan. Kegiatan surveilen rutin dilakukan setiap
hari di semua ruangan keperawatan pada semua pasien rawat inap. Surveilen ini dilakukan
oleh IPCN dan IPCLN / supervisor di ruangan. Hasil surveilen mendapatkan data angka
infeksi selama triwulan kemudian untuk selanjutnya dilaporkan ke direktur utama dan unit
yang bersangkutan. Rumah sakit dikatakan mutu pelayanannya bagus bila angka infeksinya
sedikit.
Hasil surveilance Tim PPI selama triwulan bulan Maret, April dan Mei tahun 2012
ditemukan angka kepatuhan Hand Hygiene dengan nilai 73 ( < 75 = Kepatuhan Minimal ).
Hand Hygiene meliputi Handwash (mencuci dengan sabun + air mengalir) dan Handrub
(mencuci dengan cairan berbasis alkohol ). Kegiatan ini perlu mendapatkan dukungan
banyak dari manajemen dan seluruh karyawan, dengan sarana dan prasarana cairan handrub
yang mudah terjangkau petugas. Motivasi bagi petugas untuk melakukan hand hygiene
(cuci tangan) sebelum melakukan tindakan masih perlu ditingkatkan. (Arifiana-tim PPI).

Anda mungkin juga menyukai