1
BAB I
DEFINISI PENILAIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT)
A. Pengertian
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah
proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi,
risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu
keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan, baik
kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko ataupun kegagalan dan suatu yang
rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan di perbaiki
berdasarkan dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun potensial dari suatu
proses perawatan, pengobatan ataupun servis yang diberikan. Proses untuk membantu
organisasi menilai tentang luasnya risiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol
frekuensi dan dampak risiko.
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat termasuk Pasien dan
Publik dapat terlibat bila memungkinkan.
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan
program yang berfokus pada:
Pengurangan risiko infeksi,
Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan
fasilitas, dan
Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
2
BAB II
RUANG LINGKUP PENILAIAN RISIKO
C. Penentuan Skor
Dalam menentukan skor dan tingkat risiko, digunakan quantitative risk
assessment tool yang terdiri dari kemungkinan terjadinya (probability), dampak yang
ditimbulkan (severity), potensial perubahan yang diharapkan (potensial respons
required) serta kesiapan organisasi / rumah sakit (organizational preparedness), seperti
penjelasan di bawah ini :
1. Kemungkinan terjadinya (probability):
a. Tinggi (Score 4):
Kekerapan hampir pasti / sangat mungkin akan terjadi /hampir dipastikan akan
terjadi pada semua kesempatan.
Terjadi beberapa kali dalam sehari/minimal sekali dalam sehari (≥1x/ hr)
b. Sedang (Score 3):
Mungkin akan terjadi atau bukan sesuatu hal yang aneh untuk terjadi (50 – 50
kesempatan)
Terjadi seminggu sekali atau antara seminggu sampai sebulan (1x/ minggu -
≥1x/bulan)
3
c. Rendah ( Score 2):
Kecil kemungkinannya untuk terjadi / sesuatu yang kebetulan .
Terjadi beberapa kali dalam setahun atau minimal terjadi sekali dalam setahun ( .
≥1x/ tahun )
d. Tidak ada (Score 1):
Belum pernah terjadi sebelumnya di manapun / merupakan sesuatu yang tidak
mungkin untuk terjadi.
2. Dampak / potensial keparahan ( severity )
a. Ancaman hidup ( Score 4):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas
mengakibatkan:
Disaster / bencana
Kematian
Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada karyawan
atau pasien
Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
Sebagian proses berhenti
Kerugian keuangan berat – sangat berat.
b. Cacat permanen / kehilangan fungsi tubuh (Score 3):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas
mengakibatkan :
Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien atau
karyawan
Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis (HIV / AIDS,
hepatitis, keganasan, tuli, gangguan fungsi organ menetap).
Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan anggota tubuh
permanen
Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit hingga 1 hari
Perawatan sangat serius / prolonged length of stay
Kerugian keuangan sedang – berat.
c. Cacat sementara (Score 2):
4
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas
mengakibatkan :
Menyebabkan kecacatan dalam kurun waktu tertentu atau penyakit yang
memerlukan perawatan medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan.
Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit
Kerugian keuangan ringan - sedang
d. Tidak ada ( Score 1):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas tidak
mengakibatkan dampak yang fatal , seperti :
Cidera tidak serius seperti lecet, luka kecil yang hanya perlu penanganan
P3K
Kerugian keuangan sangat ringan
5
a. Rendah (3):
Rumah Sakit tidak/belum memiliki standar (SPO), pedoman atau kebijakan
tentang penatalaksanaan pencegahan dan pengendalin infeksi serta tidak ada
prasarana pendukung untuk menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi.
b. Sedang (2):
Rumah sakit memilki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang
penatalaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi, tetapi tidak/ belum
disosialisasikan, tidak/ belum diterapkan di tiap-tiap unit, atau ada prasarana
pendukung tetapi tidak lengkap.
c. Baik (1):
Rumah Sakit telah memiliki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang
penatalaksanaan pencegahan dan pengendalin infeksi, prasarana pendukung yang
memadai dan ada dukungan dari menejemen rumah sakit (direktur).
E. Analisa Risiko
Berdasarkan beberapa hasil penilaian risiko infeksi di atas, maka dapat
dilakukan analisa sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia (Man)
Kegiatan PPI di RSUD Yowari selama tahun 2018 dikelola oleh Komite PPI
dengan pelaksana harian adalah 1 orang perawat PPI (IPCN) yang purna waktu, sesuai
dengan Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang Pedoman Menejerial PPI di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yaitu setiap 100-150 tempat tidur
harus memiliki 1 orang IPCN.
Mengingat cakupan kegiatan PPI yang sangat luas mencakup hampir seluruh
kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan dan perawatan pasien di rumah sakit,
sehingga perlu dilakukan focus program berdasarkan prioritas risiko yang ditetapkan
oleh komite PPI RSUD Yowari
6
Peran tenaga IPCLN yang ada di setiap unit yang telah mendapat pelatihan PPI
dasar belum maksimal karena IPCLN juga harus mengerjakan tugas utamanya dalam
mengelola pasien di unitnya masing-masing. Diharapkan IPCLN berkoordinasi dengan
Kepala Ruangan dan bekerjasama dengan IPCN dalam pelaksanaan program PPI di
setiap unit.
Pada staf RSUD Yowari telah dilakukan pelatihan PPI (inhouse training) yang
diselenggarakan oleh diklat RSUD Yowari setiap tahunnya, namun dalam praktek
sehari – hari kepatuhan staf dalam mengaplikasikan kewaspadaan standar masih
belum optimal karena ketidak tahuan ataupun ketidakmauan staf. Sehingga
memerlukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan dari petugas IPCN.
Petugas kebersihan (CS) juga perlu mendapat pelatihan lebih intensive tentang
pembersihan lingkungan dan alat serta monitoring secara berkesinambungan, untuk
menekan laju transmisi kuman MDRO terutama di area beresiko tinggi seperti ICU,
bangsal perawatan dan kamar operasi.
7
Peralatan yang digunakan untuk lebih mendekatkan program PPI kepada
petugas, pasien dan pengunjung seperti leaflet, poster, spanduk, atau text reading
sudah ada tetapi perlu diperbanyak dan penempatannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Namun peralatan yang mendukung pelayanan pasien dan berhubungan
dengan pengendalian infeksi seperti set rawat luka, instrument bedah serta alat
pendukung kebersihan perlu ditambah jumlah dan jenisnya.
5. Mesin (Machine)
Kebutuhan mesin untuk mendukung pengendalian infeksi seperti mesin
ventilator, mesin cuci untuk laundry, mesin washer dan dryer untuk di CSSD juga
diperlukan. Termasuk pula penambahan fasilitas pendukung ventilasi udara di kamar
operasi gawat darurat.
F. Kesimpulan
1. Penyusunan Program PPI RS didasarkan pada pengkajian risiko infeksi yang
dilakukan pada akhir tahun 2018, dengan acuan masalah yang didapatkan pada tahun
2018
2. Setiap risiko infeksi harus dilakukan pengkajian, analisa dan tindak lanjut dengan
sebaik baiknya untuk mencegah penularan infeksi.
3. Pengkajian risiko infeksi RS menetapkan kejadian infeksi kuman multi drug resisten
(MDR) sebagai masalah paling prioritas untuk segera ditangani dibandingkan risiko
lainnya.
4. Melihat dampak dari permasalahan atau risiko yang ada , maka dukungan dari
managemen rumah sakit sangat dibutuhkan demi berjalannya program pencegahan dan
pengendalian infeksi di tahun 2018 dan tahun mendatang.
8
BAB III
TATALAKSANA PENILAIAN RISIKO INFEKSI
9
Infection Control Program
Risk Assesment
External
Terkait dengan komunitas
Terkait dengan bencana
Persyaratan peraturan dan akreditasi
Internal
Terkait pasien
Terkait petugas
Terkait prosedur
Peralatan
Lingkungan
Pengobatan
Sumber daya
Risiko External
Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
Kejadian KLB dikomunitas yg berhubungan dengan penyakit menular :
1. Influenza, meningitis
2. Penyakit lain yg berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air seperti
hep A dan salmonella
Risiko Internal
1. Pasien
a. Karakteristik pasien
Perempuan, anak-anak
Perawatan akut pada pasien dewasa
Populasi kebutuhan khusus
Perawatan jangka panjang
10
Rehabilitasi
b. Usia pasien :
- Anak-anak, dewasa dan lansia
• status imunologi
• penyakit yg berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
• manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan pola pikir dan
kemudian sakit-sakitan
2. Risiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan :
Instrumen bedah
Prostesa
Pemrosesan alat sekali pakai
Pembungkusan kembali alat
Peralatan yang dipakai
3. Risiko terhadap petugas kesehatan
Kebiasaan kesehatan perorangan.
Budaya keyakinan tentang penyakit menular
Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD, penanganan
peralatan pasien, tehnik isolasi, dll)
Skrening yg tidak adekuat terhadap penyakit menular
Kejadian Needle Stick Injury
11
PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI
12
4 Temporer loss of • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh
function
• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/
psikologis atau intelektual (irreversibel), tdk
berhubungan dng penyakit
SKOR :
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada
13
Untuk kasus yang membutuhkan penanganan segera
Tindakan sesuai Tingkat & Band Risiko
LEVEL/BANDS TINDAKAN
HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail
(TINGGI) & perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top
manajemen : perlu penanganan segera
14
rumah sakit, yang memungkinkan terjadinya infeksi bagi pasien, bekerja dan orang
yang beraktivitas di rumah sakit. Rekomendasi dari komite PPI s a n g a t
diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
LANGKAH 1
Tipe kegiatan renovasi
Tipe A PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM
Termasuk namun tidak terbatas pada:
• Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual ( terbatas untuk 1 ubin per 5m2);
• pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
• Instalansi penutup dinding
• Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
• Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu memotong dinding
atau akses ke langit-langit, selain untuk pemeriksaan visual.
15
yang lengkap, dan konstruksi baru.
LANGKAH 2
IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI BERDASARKAN LOKASI
KELOMPOK KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
1 SEDANG SEDANG TINGGI
RENDAH TINGGI
- Area kantor - Perawatan pasien dan tidak - UGD - Unit Onkologi
- Tanpa pasien/ tercakup dalam Grup 3 atau - Radiology - Terapi Radiasi
area resiko 4 - Recovery Rooms - Area klinis
rendah yang - Laundry - Ruang Maternitas - Chemo Infusion
tidak terdaftar - Cafeteria / VK - Transplant
dimanapun - Dietary - High Dependency - Pharmacy Admixture -
- Manajemen Material Unit Ruang bersih
- PT/OT/Speech - Kamar bayi - Kamar Operasi
-Penerimaan/Pemulangan - Pediatrik - Departemen Proses
- MRI - Lab Microbiologi Sterilisasi
- Obat-obatan nuklir - Unit sub-akut - Kateterisasi Jantung
- Echocardiography jangka panjang - Kamar prosedur invasif
- Laboratorium tidak - Farmasi pasien rawat jalan
spesifik seperti Grup 3 - Dialisis - Area Anastessi & pompa
- Koridor Umum (yang - Endoskopi jantung
dilewati pasien, suplai, dan - Area - Newborn Intensive Care
linen) Bronchoskopi Unit (NICU)
- Semua Intensive Care
Unit
LANGKAH 3
MATRIKS AKTIFITAS KONSTRUKSI
LEVEL TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
RESIKO
AKTIFITAS
16
KONSTRUKSI
GRUP 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
GRUP 2 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV
GRUP 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
GRUP 4 Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV
LANGKAH 4
PEDOMAN PENCEGAHAN DARI INFEKSI KONTROL
KELAS I • Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan debu dari
lokasi konstruksi.
• Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual sesegera
mungkin.
KELAS II Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam atmosfer.
Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA.
Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan.
Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian
proyek.
KELAS • Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk
III mencegah kontaminasi sistem saluran.
• Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
• Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit
ventilasi dengan filter HEPA atau metode lain untuk mempertahankan
tekanan
negatif. Keamanan publik akan memonitor tekanan udara.
• Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai
dibersihkan secara menyeluruh.
• Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada kegiatan konstruksi, atau
sebagaimana diharuskan untuk meminimalkan pelacakan.
17
• Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran
kotoran dan debris yang terkait
dengan konstruksi. Material barier harus diseka basah, divacum dengan
HEPA
atau disemprot air sebelum dibuang.
• Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan
• Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti
atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
• Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
KELAS • Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk
IV mencegah kontaminasi sistem saluran.
• Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
• Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit
ventilasi dengan filter HEPA atau metode lain untuk mempertahankan
tekanan
negatif. Keselamatan publik akan memonitor tekanan udara.
• Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah migrasi debu
• Buat ruang serambi/anteroom dan pastikan semua personil untuk melewati
ruangan ini. Pel basah atau vacuum dengan HEPA setiap hari.
• Selama pembongkaran, untuk kerja yang menghasilkan debu atau
pekerjaan di langit-langit, sepatu sekali pakai dan
baju harus dipakai dan dibuang di Serambi/anteroom ketika meninggalkan
area kerja.
• Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai
dibersihkan secara menyeluruh.
• Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran
kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi
• Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA atau disemprot air
sebelum dibuang.
• Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan
18
• Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti
atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
• Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu dan membersihkan
debris setiap hari.
• Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan setelah proyek selesai.
• Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah proyek
• Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
Area Renovasi :
Tanggal pemantauan :
KELAS III
NO KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN
Mengisolasi sistem HVAC di area kerja
untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
Siapkan pembatas area kerja atau terapkan
metode kontrol kubus (menutup area kerja
dengan plastik dan menyegel dengan vakum
HEPA untuk menyedot debu keluar) sebelum
konstruksi dimulai.
Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat
kerja dengan menggunakan unit penyaringan
udara HEPA.
Letakkan limbah kontruksi dalam wadah
yang tertutup rapat sebelum dibuang.
Tutup wadah atau gerobak transportasi
limbah.
19
KELAS IV
NO KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN
1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja
untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
2 Siapkan pembatas area kerja atau terapkan
metode kontrol kubus (menutup area kerja
dengan plastik dan menyegel dengan vakum
HEPA untuk menyedot debu keluar) sebelum
konstruksi dimulai.
3 Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat
kerja dengan menggunakan unit penyaringan
udara HEPA.
4 Menyegel lubang, pipa, dan saluran.
5 Membuat anteroom dan mewajibkan semua
personel untuk melewati ruangan ini
sehingga mereka dapat disedot
menggunakan vacuum cleaner HEPA
sebelum meninggalkan tempat kerja atau
mereka bisa memakai pakaian kerja yang
lepas setiap kali mereka meninggalkan
tempat kerja.
6 Semua personil memasuki tempat kerja
diwajibkan untuk memakai penutup sepatu.
Sepatu harus diganti setiap kali keluar dari
area kerja.
20
(…………………………………….)
Izin Konstruksi Pengendalian Infeksi
No Izin:
Lokasi Konstruksi: Tanggal Mulai Proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan Durasi:
Kontraktor Kerja Tanggal Izin Kadaluarsa:
Supervisor: Telepon:
KELOMPOK
RISIKO
YA TIDAK AKTIVITAS KONSTRUKSI YA TIDAK
PENGENDALI
AN INFEKSI
TIPE A: Inspeksi, aktivitas non- KELOMPOK 1:
invasif Risiko Rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi KELOMPOK 2:
singkat, tingkat sedang sampai Risiko Sedang
tinggi
TIPE C: Aktivitas menghasilkan GROUP 3:
debu tingkat sedang sampai Risiko Medium /
tinggi, memerlukan lebih dari 1 Tinggi
shift kerja untuk penyelesaian
V TIPE D: Durasi lama dan V GROUP 4:
aktivitas konstruksi Risiko Paling
membutuhkan shift kerja yang Tinggi
berturutan.
KELAS I 1. Melaksanakan kerja dengan metode yang meminimalkan debu dari
lokasi konstruksi.
2. Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi sesegera mungkin.
3. Pembongkaran minor untuk perombakan ulang.
KELAS 1. Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke atmosfer.
2. Basahi permukaan kerja untuk mengontrol debu saat pemotongan.
II
3. Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Tutup dan segel ventilasi udara.
5. Seka permukaan dengan pembersih/disinfektan.
6. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat
21
sebelum dipindahkan.
7. Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA
sebelum meninggalkan area kerja.
8. Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar area kerja.
9. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan;
kembalikan seperti semula saat pekerjaan selesai.
22
6. Buat ruang serambi/anteroom dan pastikan semua personil untuk
Paraf
melewati ruangan ini sehingga mereka dapat divakum menggunakan
alat vakum dengan filter HEPA sebelum meninggalkan area kerja atau
mereka dapat memakai baju kerja dari kain atau kertas yang dilepaskan
setiap kali meninggalkan area kerja.
7. Semua personil yang memasukki area kerja diwajibkan untuk memakai
penutup sepatu.
8. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dan
diperiksa oleh Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta dibersihkan
secara menyeluruh oleh Layanan Lingkungan.
9. Vakum area kerja dengan alat vakum dengan filter HEPA.
10. Pel basah dengan disinfektan.
11. Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi.
12. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat
sebelum dipindahkan.
13. Tutupi tempat sampah atau troli yang dipakai untuk transportasi. Plester
penutupnya.
14. Setelah selesai, kembalikan sistem HVAC seperti semula pada lokasi
pekerjaan.
Persyaratan Tambahan:
23
CHECK LIST PRE KONSTRUKSI
KRITERIA YA TIDAK NA
A. Apakah konstruksi dapat mempengaruhi akses keluar dari area perawatan yang
berbatasan dengan lokasi pembangunan?
1) Asbes
3) Ruang sempit
C. Apakah salah satu dari sistem berikut ini dapat berdampak buruk?
1) Alarm Kebakaran
2) Sprinkler/Penyemprot air
3) Listrik
4) Air Domestik
5) Oksigen
6) Limbah
D. Pengendalian Infeksi
24
KRITERIA YA TIDAK NA
Melakukan edukasi kepada manajer, staf medis, petugas kesehatan lingkungan, dan
staf lain tentang risiko pasien immuno-supresi terhadap debu konstruksi.
1) Kontraktor diberikan salinan, pengelolaan bahan berbahaya, definisi kode darurat , dan
dokumentasi lainnya yang harus dikaji untuk mengurangi risiko cedera dan penyakit
pada karyawan.
2) Dokumen tersebut dikaji bersama kontraktor beserta pertanyaan dan jawabannya.
4) Menilai efisiensi yang berkaitan dengan kemampuan penghambat debu (dust barriers)
terhadap pencegahan keluarnya partikulat udara.
6) Terdapat peralatan untuk menangkap partikulat seperti vakum dan peralatan HEPA yang
sesuai dengan urutan kerja.
7) Evaluasi rencana pembersihan dan pengendalian
11) Terdapat unit filtrasi HEPA di daerah perawatan pasien yang berdekatan dengan
area konstruksi dan berfungsi dengan baik.
2) Apakah lalu lintas ke Emergency Room diblokir? Jika ya, apakah itu kembali dialihkan?
3) Apakah renovasi mempengaruhi area yang digunakan?
4) Apakah modifikasi signifikan terjadi untuk asap atau api dinding penghalang?
25
Petugas K3 ______________________________________ Tanggal ____________________
Tangga/Time of Survey
Facility Engineer
Area supervisi
Proyek
1) Pelindung harus di lap basah, disedot dengan hepa, atau diberi uap air sebelum
dibongkar
E. Pengendalian infeksi
F. Keamanan Kebakaran
G. Keselamatan Jiwa
Ka. IPSRS_____________________________________Tanggal____________________
Petugas K3____________________________________Tanggal____________________
27
28