Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan rujukan sebagai salah satu strategi pemerintah dalam

memberikan pelayanan kesehatan secara berjenjang sudah dikembangkan lebih 30

tahun yaitu sejak dikeluarkannya keputusan Menteri Kesehatan nomor

032/Birhub/1972 tentang Sistem Rujukan (Referral System) ternyata belum dapat

berjalan sebagimana mestinya. Hal ini dapat dilihat dari indikator tenaga

kesehatan dimana rasio jumlah tenaga kesehatan dibandingkan jumlah penduduk

yang masih rendah. Seperti rasio dokter terhadap penduduk 1:5000, perawat

1.2850 dan bidan 1.2500 (Depkes, 2004).

Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat

jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan

rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat

yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar

sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan

kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah sakit yang

dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus

rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan. (Depkes RI,

2007)

Kemudahan memperoleh layanan kesehatan sebenarnya terletak pada

aspek sebaran atau distribusi lokasi pusat layanan kesehatan di tengah masyarakat.

Perbedaan dan jarak antara lokasi pusat layanan kesehatan dan tempat tinggal

masyarakat bisa menjadi kendala dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Jarak


2

dan lokasi masing-masing pusat layanan kesehatan dengan  masyarakat dapat

diukur dan diketahui dengan pendekatan  keruangan dengan bantuan sistem

informasi geografis. SIG dapat membantu mengukur jarak sekaligus waktu

tempuh masyarakat ke pusat layanan kesehatan, baik puskesmas, puskesmas

pembantu, maupun rumah sakit (Juniawan, 2009).

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan memiliki

tiga tingkatan, yaitu: primer, sekunder, dan tersier. Ketiga tingkatan pelayanan

tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi satu kesatuan dalam suatu sistem

layanan kesehatan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan

tindakan medis tingkat primer, maka tanggung jawab pelayanan diberikan ke

tingkat pelayanan yang lebih tinggi, yakni sekunder. Demikian pula, apabila

pelayanan kesehatan sekunder tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat

sekunder, maka tanggung jawab pelayanan diberikan ke tingkat pelayanan tersier.

Bentuk penyerahan tanggung jawab tersebut dikenal sebagai rujukan. Rujukan

adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau

masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal

dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan

kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana

pelayanan kesehatan yang sama.

Berikut adalah tiga jenjang dalam sistem pelayanan kesehatan. Pertama,

pelayanan kesehatan jenjang primer (primary health care). Layanan kesehatan ini

diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk

meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Bentuk pelayanan ini

adalah puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling. Kedua,


3

pelayanan kesehatan jenjang kedua (secondary health services). Layanan

kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap,

yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk

pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D serta memerlukan tersedianya

tenaga spesialis. Ketiga, pelayanan kesehatan jenjang ketiga (tertiary health

services); diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak

dapat ditangani oleh layanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan

memerlukan tenaga-tenaga super spesialis, contohnya adalah rumah sakit tipe A

dan tipe B. Puskesmas sebagai unit pelaksana kesehatan dasar berfungsi

menyediakan layanan kesehatan, utamanya rawat jalan kepada masyarakat.

Layanannya menjangkau seluruh masyarakat dalam lingkup wilayah kerjanya.

Wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan

terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi

antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah

(gampong/kelurahan) (Depkes RI, 2011).

Pada dasarnya pelayanan medis tingkat dasar diberikan melalui

Puskesmas, sedangkan pelayanan medis sekunder dan tersier disediakan oleh

rumah sakit. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, termasuk bidang kedokteran

di beberapa rumah sakit berdiri pelayanan kesehatan telah berkembang

sedemikian rupa hingga pelayanan diberikan tidak hanya bersifat spesialis bahkan

berkembang ketika sub spesialis. Dengan adanya kesenjangan yang mencolok dari

satu sarana pelayanan kesehatan dengan sarana pelayanan kesehatan lainnya di

dalam hal fasilitas sarana kesehatan beserta teknologi yang menyebabkan

masyarakat memerlukan pelayanan kesehatan yang seyogyanya dapat


4

ditanggulangi di rumah sakit Kabupaten atau Kota Madya maupun kesehatan

masyarakat cenderung datang berduyun-duyun ke rumah sakit besar yang lengkap

dan berbagai jenis spesialisnya (Idris, 2014).

Sistem Rujukan Kesehatan mencakup 3(tiga) aspek Pelayanan Kesehatan

Dasar yaitu Rujukan Pasien, Rujukan Spesimen/Penunjang Diagnostik lainnya

dan Rujukan Pengetahuan, yang mana ketiganya dapat dilaksanakan secara

horizontal, vertikal atau kedua-duanya dari tingkat bawah ke tingkat yang lebih

tinggi. Pelayanan Kesehatan Dasar telah tersedia pada semua tingkatan mulai dari

tingkat dasar seperti Polindes/Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan

Praktek Swasta sampai ke tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Umum. Apabila

Polindes/Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, atau Klinik Swasta

menerima atau merawat kasus gawat darurat dan tidak berwenang atau tidak

mampu memberikan penanganan medis tertentu atau pelayanan kesehatan

penunjang, maka harus merujuk pasien tersebut kepada fasilitas kesehatan lebih

mampu misalnya Rumah Sakit Pemerintah/Swasta atau fasilitas kesehatan

terdekat. Kenyataan dilapangan rujukan dilakukan sering atas permintaan sendiri

oleh keluarga atau pasien sendiri walaupun sakit yang diderita masih dapat

ditangani di unit puskesmas (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan hasil survey awal, penataan pola rujukan pelayanan

kesehatan yang belum baik nampak dalam tiga hal, yaitu: belum meratanya

layanan kesehatan yang berkualitas hingga daerah terpencil, masih banyak

masyarakat yang belum mampu menjangkau layanan kesehatan, dan sebagian

besar pasien yang masuk ke rumah sakit pusat rujukan tidak seharusnya diterima
5

karena bisa ditangani puskesmas dan atau rumah sakit daerah. Selama ini setiap

daerah selalu merujuk pasiennya langsung ke RSU Zainoel Abidien, Banda Aceh.

Padahal kemampuan RSUZA untuk menampung pasien tidaklah mencukupi,

hingga banyak ditemui pasien yang terlantar. Di sisi lain dengan hanya RSUZA

yang menjadi rujukan, maka sangat tidak efektif bagi kesembuhan pasien sebab

jarak yang terlalu jauh dari beberapa kabupaten dan biaya yang ditanggung oleh

pasien menjadi lebih besar. Puskesmas Kuta Alam merupakan salah satu dari 11

unit pelayanan kesehatan dasar di wilayah Kota Banda Aceh. Kedudukan

Puskesmas Kuta Alam yang terletak di pusat kota menjadikannya menjadi salah

satu tujuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan rujukan.

Permasalah yang sering terjadi masyarakat langsung meminta rujukan ke RSUZA,

walaupun sebenarnya masih bisa dilayani di puskesmas Kuta Alam.

Puskesmas Kuta Alam merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di

wilayah Kota Banda Aceh dan terletak di pusat kota. Saat ini puskesmas ini

sedang masa renovasi sehingga ada sedikit kendala dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Untuk sumber daya manusia diketahui bahwa saat ini terdapat

sebanyak 55 orang dengan jumlah pasien perhari mencapai 80-150 orang.

Sedangkan prosedur pelayanan rujukan ditetapkan akan dilayani di puskesmas

jika memang masih bisa dilayani, namun sering permintaan pasien untuk meminta

rujukan ke unit rujukan misalnya ke rumah sakit tertentu. Unit penunjang

pelayanan di puskesmas saat ini tersedia untuk laboratorium dan unit ambulan

untuk mengantar pasien ke rumah sakit jika dibutuhkan sehingga permintaan

rujukan oleh pasien diperlukan karena belum lengkapnya unit penunjang di

puskesmas Kuta Alam.


6

Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui keefektifan

rujukan di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dapat dirumuskan suatu

permasalahan yaitu bagaimana keefektifan rujukan di Puskesmas Kuta Alam

Kota Banda Aceh tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keefektifan rujukan di Puskesmas Kuta Alam Kota

Banda Aceh tahun 2014.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui hubungan sumber daya manusia terhadap keefektifan

rujukan di Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.

2. Untuk mengetahui hubungan prosedur pelayanan kesehatan terhadap

keefektifan rujukan di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun

2014.

3. Untuk mengetahui hubungan hubungan unit penunjang puskesmas

terhadap keefektifan rujukan di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh

tahun 2014.
7

1.3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Kesehatan

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan dengan keefektifan rujukan.

2. Bagi Peneliti

Untuk dapat mengetahui dan menambah wawasan pelayanan kesehatan

rujukan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan referensi.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keefektifan Rujukan

2.1.1. Pengertian Efektifitas

Efektivitas (berjenis kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata sifat).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003, halaman 284

yang disusun oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Efektif adalah

‘ada efeknya’ (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); ‘manjur atau mujarab’ (tt

obat); dapat membawa hasil; berhasil guna’ (tt usaha, tindakan); ‘mangkus’;

‘mulai berlaku’ (tt undang-undang, peraturan). Sementara itu, efektivitas

memiliki pengertian ‘keefektifan’. Keefektifan adalah ‘keadaan berpengaruh’; ‘hal

berkesan’; ‘kemanjuran’; ‘kemujaraban’ (tt obat); ‘keberhasilan’ (tt usaha,

tindakan); ‘kemangkusan’; ‘hal mulai berlakunya’ (tentang undang-undang,

peraturan. Beberapa Definisi Atau Pengertian ”Efektivitas” Menurut Ahli :

1. Sondang P. Siagian (2001 ) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang

dijalankannya.

2. Abdurahmat (2003) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana

dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

3. Gibson (2002) Efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati

atas usaha bersama.


9

2.1.2. Pengertian Rujukan

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan

sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau

masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau

secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Sederhananya,

sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan

kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system

rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan

pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau

masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang

kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang

setingkat kemampuannya.

2.2. Konsep Rujukan

Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan merupakan suatu

kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang langsung memberi pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat dalam berbagai kegiatan

pokok serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan

kesehatan melalui koordinasi puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas adalah

fungsi pengembangan, penyelenggaraan puskesmas melalui berbagai kegiatan

pokok puskesmas yang terus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhannya (Depkes RI, 2001).


10

Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang memberikan jasa kepada yang

membutuhkan. Pelayanan kesehatan adalah suatu aktivitas pelayanan untuk

memuaskan pasien. Jasa pelayanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan

mendominasi jaminan, kejujuran serta kepercayaan yang diberikan kepada

masyarakat atau si pemakai jasa, sehingga disadari bahwa pelayanan yang

diberikan oleh pusat pelayanan kesehatan dapat memberikan manfaat bagi pasien.

Kotler (1997) menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan untuk

membuat orang lain puas, dan senang dan dapat bermanfaat sesuai dengan

kebutuhannya. Pelayanan perlu didukung oleh jaminan, kepercayaan dan

memberikan yang terbaik kepada pelanggan yang pada akhirnya dapat dirasakan

manfaat dari pelayanan yang diberikan.

Puskesmas salah satu program pokoknya adalah untuk memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat segala yang menyangkut dengan

kebutuhan pasien, baik saran maupun yang tersedia, tenaga dapat memberikan

manfaat yang besar dirasakan oleh pasien (Depkes RI, 2002).

Kebutuhan akan pelayanan kesehatan dari usaha harus menimbulkan rasa

butuh pelayanan kesehatan adalah memperkembangkan sistem antara Puskesmas,

antara orang-orang atau kelompok masyarakat yang dilayani akan menggugah

kesadaran, perhatian dan pengertian mereka tentang nilai kesehatan, untuk

membina sikap positif mereka terhadap kesehatan. Dalam hal ini rumah sakit

harus melaksanakan hal sebagai berikut :

1. Memberikan penerangan macam pelayanan

kesehatan apa yang tersedia.


11

2. Mengemukakan perhatian dan keinginan

untuk melayani masyarakat

3. Menunjukkan kesediaannya untuk

mencukupi kebutuhan kesehatan para penderita

4. Mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam

merencanakan dan melaksanakan usaha-usaha kesehatan.

5. Berusaha sungguh-sungguh memberi

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pelayanan Kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan

kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan:

1. Kuratif (pengobatan)

2. Preventif (upaya pencegahan)

3. Promotif (peningkatan kesehatan)

4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedaan

jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai

tutup usia. Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di Kecamatan meliputi

Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hyegiene Sanitasi

Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular, dan lain-lain. Usaha-usaha

tersebut masih bekerja sendiri-sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas

Kesehatan Dati II. Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi

di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh

petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya.

1. Sistem Rujukan Upaya Kesehatan:


12

Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan

terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya

masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara

vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan

dilakukan secara rasional.

2. Jenis Rujukan: Sistem Rujukan secara konsepsional menyangkut hal-hal

sebagai berikut:

a. Rujukan Medik, meliputi: Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,

pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain. Pengiriman bahan (spesimen)

untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. Mendatangkan atau

mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu

pelayanan pengobatan.

b. Rujukan Kesehatan.

Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang

bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan: Survey

epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian Luar Biasa atau

berjangkitnya penyakit menular. Pemberian pangan atas terjadinya

kelaparan di suatu wilayah, Penyidikan penyebab keracunan, bantuan

teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obta-obtatan atas

terjadinya keracunan masal, Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-

obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam. Saran dan teknologi

untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi

masyarakat umum. Pemeriksaan spesimen air di Laboratorium Kesehatan,

dan lain-lain
13

3. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

a. Umum: Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang

didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan

masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

b. Khusus: Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat

kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna. Dihasilkannya

upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara

berhasil guna dan berdaya guna

4. Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan

5. Alur Rujukan, terdiri dari Intern antara petugas puskesmas, Antara Puskesmas

pembantu dengan Puskesmas, Antara masyarakat dengan Puskesmas, Antara

Puskesmas yang satu dengan Puskesmas yang lain, Antara Puskesmas dengan

RS, Laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.

6. Upaya Peningkatan Mutu Rujukan

Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan:

1) Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam

menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos kesehatan lain dari

masyarakat

2) Mengadakan Pusat rujukan antara dengan mengadakan

ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat

di lokasi yang strategis


14

3) Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan

kesehatan

4) Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap Kecamatan

dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat

komunikasi

5) Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem

rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan

6) Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk

menunjang pelayanan rujukan

Upaya kesehatan perorangan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat serta swasta untuk memelihara, meningkatkan kesehatan serta

mencegah dan menyembuhkan/ memulihkan kesehatan perorangan. Upaya

pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang

mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara

langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan

gangguan kesehatan sedang hingga berat Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan

di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan

sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Sebagaimana diketahui bahwa salah

satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-

2009 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses,

keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana

pelayanan kesehatan perorangan (Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan

lainnya). Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah

peningkatan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di


15

kelas III di rumah sakit dan lain-lain. Berikut adalah uraian singkat tentang

pelayanan kesehatan rujukan tersebut. Sistem rujukan terdiri dari  : rujukan

internal dan rujukan eksternal. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang

terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring

puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk. Rujukan Eksternal adalah

rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik

horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal

(dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

2.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektifitas Rujukan

2.3.1. Sumber Daya Manusia

SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang

yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan

formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap

orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk

jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan

(Wikipedia, 2011).

Umar (2004) menyatakan keperluan tenaga kerja dapat ditentukan melalui

suatu proses perencanaan yang terdiri atas tiga macam model, yakni:

1. Perencanaan dari atas kebawah, model ini adalah bahwa jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan telah disesuaikan dengan rencana


16

menyeluruh dari perusahaan baik jangka pendek maupun menengah

dan jangka panjang,

2. Perencanaan dari ke bawah ke atas, model ini bermula dari

kelompok kerja yang terkecil yang menghasilkan taksiran kebutuhan

pegawai untuk tahun berikutnya dalam ranka mencapai target kerja

yang telah ditetapkan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan

dapat diketahui setelah tenaga kerja yang ada dihitung kapasitas

kerja maksimalnya,

3. Ramalan, cara yang jelas untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga

kerja adalah dengan meningkatkan pendayagunaan orang-orang yang

sekarang ada. Masalahnya sekarang adalah bahwa persediaan tenaga

kerja itu tidak pernah statis, tetap akan dipengaruhi oleh arus masuk

seperti rekrutmen dan transfer masuk dan arus keluar seperti

penyusutan dan stranseper keluar.

Langkah awal penyusunan DSP (Daftar Susunan Pegawai) adalah

menghitung produktivitas Puskesmas secara kolektif dengan menggunakan

rumus : S = 300 x N ( Nilai S serendah-rendahnya 5 )

S : Dayaguna Staf / Hari (S)

N : Jumlah Staf (N)

O : Out Put Puskesmas (O)

Nilai Daya guna staf per hari ( S ) sekurang-kurangnya harus = 5. Apabila S < 5

maka dua alternatif yang perlu ditempuh :

1. Memindahkan tenaga yang berlebihan atau

2. Meningkatkan output Puskesmas.


17

N DSP Puskesmas DSP Puskesmas


o (Kepmenkes No 81 tahun 2004)
O N S O N S
1 < 30.000 16 6,25
2 30.000 – 50.000 21 5,2 – 8,0
3 50.000 – 70.000 30 5,5 – 7,7
4 70.000 – 100.000 40 5,8 – 8,3 72.879 35 6,94
5 > 100.000 > 40 6,6

Sumber:modifikasi Keputusan Menteri Kesehatan RI No 81/Menkes/SK/1/2004

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 81/Menkes/SK/i/2004

tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya manusia kesehatan di

tingkat propinsi, kabupaten/kota serta rumah sakit disebutkan contoh-contoh

model salah satunya puskesmas di perkotaan. Puskesmas terletak dikota dengan

penduduk agak padat dan kunjungan cukup tinggi dengan output Puskesmas

60.000 orang / tahun. Apabila produktivitas staf /hari = 5, maka tenaga

dibutuhkan atau N berjumlah = 40 orang.

2.3.2. Prosedur

Pengertian SDM hubungannya dengan kesehatan yang tertuang dalam

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 disebutkan bahwa tenaga kesehatan

sebagai orang bekerja secara aktif dan profesional dibidang kesehatan baik yang

memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. (Depkes 2004).

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

formal dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

dalam melakukan upaya kesehatan.

Prosedur rujukan antara lain :

1. Pengiriman pasien
18

Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk perawatan

dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap.Unit

pelayanan kesehatan yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke

sarana kesehatan yang mengirim, untuk mendapatkan pengawasan pengobatan

dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.

2. Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya

a. Pemeriksaan: Bahan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang

dirujuk, dikirimkan ke laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostic

rujukan guna mendapat pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang

diagnostik yang tepat.

b. Pemeriksaan Konfirmasi. Sebagian Spesimen yang telah di periksa di

laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit atau laboratorium lainnya boleh

dikonfirmasi ke laboratorium yang lebih mampu untuk divalidasi hasil

pemeriksaan pertama.

3. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan

Dokter Spesialis dari Rumah Sakit dapat berkunjung secara berkala ke

Puskesmas. Dokter Asisten Spesialis / Residen Senior dapat ditempatkan di

Rumah Sakit Kabupaten / Kota yang membutuhkan atau Kabupaten yang

belum mempunyai dokter spesialis. Kegiatan menambah pengetahuan dan

ketrampilan bagi Dokter umum, Bidan atau Perawat dari Puskesmas atau

Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota dapat berupa magang atau pelatihan di

Rumah Sakit Umum yang lebih lengkap.

4. Sistem Informasi Rujukan


19

Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan

di catat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan,

yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status

pasien keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau

JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, resume

hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan dan obat yang telah

diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang, kemajuan pengobatan dan

keterangan tambahan yang dipandang perlu.

Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasien

rujukan dan setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasi balasan

rujukan di surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan,

yang berisikan antara lain: nomor surat, tanggal, status pasien keluarga miskin

(gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan

rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat,

kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan follow up yang dianjurkan kepada

pihak pengirim pasien.

Informasi pengiriman spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan

mengisi Surat Rujukan Spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat,

tanggal, status pasien keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum,

ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, jenis/ bahan spesimen dan

nomor spesimen yang dikirim, tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan

yang diminta, nama dan identitas pasien asal spesimen dan diagnos klinis. (Lihat

format R/2, Surat Rujukan Spesimen).


20

Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat

oleh pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim

dengan menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.

Informasi permintaan tenaga ahli / dokter spesialis dapat dibuat oleh Kepala

Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kab/Kota yang ditujukan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kab/Kota atau oleh Dinas Kesehatan Kab/ Kota yang ditujukan

ke Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengisi Surat Permintaan Tenaga Ahli, yang

berisikan antar lain : nomor surat, tanggal, perihal Permintaan Tenaga Ahli dan

menyebutkan jenis spesialisasinya, waktu dan tempat kehadiran jenis spesialisasi

yang diminta, maksud keperluan tenaga ahli diinginkan dan sumber biaya atau

besaran biaya yang disanggupi. Informasi petugas yang mengirim, merawat atau

meminta tenaga ahli selalu ditulis nama jelas, asal institusi dan nomor telepon atau

handphone yang bisa dihubungi pihak lain. Keterbukaan antara pihak pengirim

dan penerima untuk bersedia memberikan informasi tambahan yang diperlukan

masing-masing pihak melalui media komunikasi bersifat wajib untuk keselamatan

pasien, spesimen dan alih pengetahuan medis. Pencatatan dan Pelaporan sistem

informasi rujukan menggunakan format RL.1 yang baku untuk Rumah Sakit dan

format R.4 untuk laporan rujukan puskesmas (lihat lampiran). Adapun alur

pelaporan rujukan akan mengikuti alur pelaporan yang berlaku.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang

terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan

rincian beberapa prosedur sebagai berikut : 1. Prosedur standar merujuk pasien 2.

Prosedur standar menerima rujukan pasien, 3. Prosedur standar memberi rujukan

balik pasien, 4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.


21

2.3.3 Unit Penunjang Pelayanan Kesehatan

Kegiatan pokok puskesmas terus berkembang sesuai dengan tingkat

kebutuhan masyarakat. Menurut buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru

dikelompokkan menjadi dua, yaitu upaya kesehatan wajid dan upaya kesehatan

pengembangan. (Depkes RI, 2004)

a. Upaya kesehatan wajib terdiri dari :

1) Upaya Promosi Kesehatan

2) Upaya Kesehatan Lingkungan

3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6) Upaya pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan teridir dari :

1) Upaya Kesehatan Sekolah

2) Upaya kesehatan olah raga

3) Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat

4) Upaya kesehatan kerja

5) Upaya kesehatan gigi dan mulut

7) Upaya kesehatan jiwa

8) Upaya kesehatan mata

9) Upaya kesehatan usia lanjut

10) Upaya pengobatan tradisional

Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan yang

terjadi di wilayah kerjanya, dengan asas inilah puskesmas dituntut untuk lebih
22

menggunakan tindakan pencegahan penyakit dari tindakan untuk pengobatan

penyakit, baik dalam penyuluhan kesehatan atau pembinaan serta melayani

dengan optimal pelayanan rawat jalan.

Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu

kebutuhan pokok dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan

program ini terus ditingkatkan kualitas pelayanan serta keberadaannya. Dalam

memberikan pelayan kepada masyarakat diperlukan dukungan sarana-sarana

kesehatan. Peningkatan sarana-sarana kesehatan diutamakan pada Pengembangan

Puskesmas dengan bgian-bagiannya yang terdiri dari Balai Kesejahteraan Ibu dan

Anak (BKIA), Balai Pengobatan serta Rumah Sakit yang berfungsi sebagai sistem

penghubung dalam pelayanan kesehatan dan laboratorium kesehatan sebagai

sarana penunjang. Di bidang pelayanan kesehatan pengelolaan umumnya masih

lemah kelemahan manajemen masih sering dalamketerbatasan sumber dana, maka

secara timbal balik akan memperparah keadaan. Efektifitas dan efisiensi perlu

dimanfaatkan untuk dapat mengimbangi keterbatasan-keterbatasan yang

berhubungan dengan jumlah penduduk yang besar dan yang masih harus dilayani.

Fasilitas Pelayanan Rujukan, terdiri dari :

1. Tingkat Pertama yaitu Rumah Sakit Kabupaten / Kota, RS Swasta, Klinik

Swasta, Laboratorium, dan lalin-lain

2. Fasilitas Pelayanan Rujukan yang lebih tinggi RS type B dan type A,

Lembaga Spesialistik Swasta, Lab. Kes. Daerah, Lab. Klinik Swasta, dll

Agar sistem rujukan ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien,

maka perlu diperhatikan organisasi dan pengelolanya, harus jelas mata rantai

kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing unit pelayanan kesehatan


23

yang terlihat didalamnya, termasuk aturan pelaksanaan dan kordinasinya.

Dibawah ini akan diuraikan mengenai kriteria pembagian wilayah pelayanan

dalam sistem rujukan dan koordinasi antara unit-unit pelayanan kesehatan.

Kriteria pembagian wilayah pelayanan sistem rujukan. Karena terbatasnya sumber

daya tenaga dan dana kesehatan yang disediakan, maka perlu diupayakan

penggunaan fasilitas pelayanan medis yang tersedia secara efektif dan efisien.

Pemerintah telah menetapkan konsep pembagian wilayah dalam sistem pelayanan

kesehatan masyarakat. Dalam sistem rujukan ini setiap unit kesehatan mulai dari

Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit akan memberikan

jasa pelayanannya kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan wilayah dan

tingkat kemampuan petugas atau sarana. Ketentuan ini dikecualikan bagi rujukan

kasus gawat darurat, sehingga pembagian wilayah pelayanan dalam sistem

rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah administrasi

pemerintahan saja tetapi juga dengan kriteria antara lain:

a. Tingkat kemampuan atau kelengkapan fasilitas sarana kesehatan, misalnya

fasilitas Rumah Sakit sesuai dengan tingkat klasifikasinya.

b. Kerja sama Rumah Sakit dengan Fakultas Kedokteran.

c. Keberadaan jaringan transportasi atau fasilitas pengangkutan yang digunakan

ke Sarana Kesehatan atau Rumah Sakit rujukan.

d. Kondisi geografis wilayah sarana kesehatan.

Dalam melaksanakan pemetaan wilayah rujukan, faktor keinginan

pasien/keluarga pasien dalam memilih tujuan rujukan perlu menjadi bahan

pertimbangan.

2. Koordinasi rujukan antar sarana kesehatan


24

Dalam usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan secara merata

kepada masyarakat perlu adanya koordinasi yang efektif dalam pemberian

pelayanan kesehatan rujukan. Koordinasi ini dapat dicapai dengan memberikan

garis kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing unit pelayanan

kesehatan. Yang menjadi pemimpin dalam koordinasi rujukan adalah Kepala

Dinas Kesehatan. Karena wilayah sistem rujukan mencakup lebih dari satu

Kabupaten/Kota, maka koordinasi antar Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bersangkutan sangat penting.

3. Alur Rujukan

Karena adanya perbedaan dan persamaan klasifikasi, wilayah dan

kemampuan tiap sarana kesehatan yang ada perlu disusun alur rujukan pasien

secara umum, kecuali bagi rujukan kasus kegawatdaruratan atau rujukan khusus.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:

a. Klasifikasi Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Umum Provinsi dengan

klasifikasi B sebagai rujukan bagi Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota

dengan klasifikasi C atau D atau sarana kesehatan lain, termasuk Rumah

Sakit Angkatan Darat, Rumah Sakit Bhayangkara dan Swasta. Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota kelas C yang telah mempunyai 4

spesialis dasar dapat menjadi tujuan rujukan dari Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten /Kota kelas D terdekat yang belum mempunyai

spesialisasi yang dituju dan Puskesmas. Puskesmassebagai tujuan rujukan

utama Puskesmas Pembantu, Polindes/Poskesdes dan masyarakat di

wilayahnya.
25

b. Lokasi / Wilayah Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil pemetaan wilayah

rujukan masing-masing Kabupaten/Kota, tujuan rujukan bisa berdasarkan

lokasi geografis sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan

terdekat.

c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana Teknis. Unsur-unsur pelaksana teknis

rujukan lain sebagai sarana tujuan rujukan yang dapat dikoordinasikan,

antara lain: Balai Laboratorium KesehatanMasyarakat (BLKM), Rumah

Sakit Jiwa (RS Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP).

2.4. Konsep Dasar

2.4.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja (Depkes RI, 2004).

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi

fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada

masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha

kesehatan pokok ( Azrul, 1996 ).

Puskesmas adalah unit organiasi pelayanan kesehatan terdepan yang

mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang

melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu (Dinkes

NAD, 2005).
26

2.4.2. Pelayanan Puskesmas

Untuk Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka

puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana

yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling (Mariyati, 1994).

1. Puskesmas pembantu

Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan

membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas

dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil dan derajat kecanggihan

lebih rendah.

2. Puskesmas keliling

Merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan

kenderaan bermotor roda 4 atau perahu motor dan peralatan kesehatan,

peralatan komunikasi serta seperangkat tenaga yang berasal dari

puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu

melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya yang

belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan karena terletak jauh dan

terpencil.

Jenjang ( Hirarki ) Komponen / unsur pelayanan kesehatan tingkat Rumah

Tangga Pelayanan Kesehatan oleh individu atau oleh keluarganya sendiri,

Tingkat Masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka

sendiri oleh Kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada, anggota RW, RT

dan masyarakat, Fasilitas Peleyanan Kesehatan, Profesional Tingkat Pertama,

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Keliling, Praktek Dokter Swasta,

Poloklinik Swasta, dan lain-lain


27

2.6. Kerangka Teoritis

Berdasarkan tinjauan kepustakaan maka kerangka pemikiran didasarkan

pada beberapa pendapat yaitu menurut Azwar 1996 pelaksanaan pelayanan

kesehatan dapat dilihat dari Masukan (dana, sarana,prasarana), Proses dan

Keluaran. Sedangkan menurut Depkes RI, 2004 dapat dilihat dari sumber daya

manusia, prosedur pelayanan kesehatan rujukan dan unit penunjang puskesmas.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Konsep Pemikiran

Maka konsep pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen

Sumber daya manusia

Variabel Dependen

Prosedur pelayanan Keefektifan rujukan


kesehatan rujukan puskesmas

Unit penunjang puskesmas

3.2. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen yaitu keefektifan rujukan

2. Variabel Independen yaitu sumber daya manusia, prosedur

pelayanan kesehatan rujukan dan unit penunjang puskesmas.


28

3.3. Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur


o Dependen Operasional Ukur

1 Keefektifan Pelayanan Kuesioner Menyebarkan Ordinal - Efektif


rujukan kesehatan terdiri dari Kuesioner - Kurang
puskesmas yang diterima 10 efektif
responden pertanyaan
setiap rujukan Choice
pada sarana
pelayanan
kesehatan
Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Independent Operasional Ukur
1 Sumber Ketersediaan Kuesioner Menyebarkan Ordinal - Cukup
daya tenaga terdiri dari Kuesioner - Kurang
manusia kesehatan di 10
puskesmas pertanyaan
choice
2 Prosedur Jalur Kuesioner Menyebarkan Ordinal - Baik
pelayaan pelayanan terdiri dari Kuesioner - Kurang
kesehatan kesehatan 10
rujukan rujukan yang pertanyaan
dilaksanakan choice
di puskesmas
ke tempat
rujukan yang
ditunjuk
3 Unit Sarana dan Kuesioner Menyebarkan Ordinal - Tersedia
penunjang fasilitas terdiri dari Kuesioner - Kurang
puskesmas pelayanan 10
kesehatan pertanyaan
29

penunjang di choice
puskesmas

3.4. Cara Pengukuran Variabel

3.4.1. Pelaksanaan pelayanan kesehatan dikategorikan atas :

a. Efektif, apabila diperoleh  50% dilaksanakan

b. Kurang efektif, apabila diperoleh <50% belum dilaksanakan

3.4.2. Sumber daya manusia dikategorikan atas :

a. Cukup, apabila diperoleh  50% dilaksanakan

b. Kurang, apabila diperoleh <50% belum dilaksanakan

3.4.3. Prosedur pelayanan kesehatan rujukan dikategorikan atas :

a. Baik, apabila diperoleh  50% dilaksanakan

b. Kurang, apabila diperoleh <50% belum dilaksanakan

3.4.4. Unit penunjang puskesmas dikategorikan atas :

a. Baik, apabila diperoleh  50% dilaksanakan

b. Kurang, apabila diperoleh <50% belum dilaksanakan

3.5. Hipotesis

3.5.1. Ha : Ada hubungan sumber daya manusia terhadap keefektifan rujukan di

Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.

3.5.2. Ha: Ada hubungan prosedur pelayanan kesehatan terhadap keefektifan

rujukan di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.

3.5.3. Ha: Ada hubungan unit penunjang puskesmas terhadap keefektifan rujukan

di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.


30

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif

analitik dengan desain cross sectional yaitu untuk melihat keefektifan rujukan di

Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang datang dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh

tahun 2014.

4.2.2. Sampel

Pengambilan sampel digunakan rumus Lameshow yaitu:

Z 2 p (1  p ) 1,96 2.0,5(1  0,5)


n= n=  n = 91
d 0,05
31

Keterangan :
Z= ketentuan 1,96
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
p = proporsi pasien yang dirawat inap (0,5)
d = limit dari error atau presisi absolute (0,05)
.

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun

2014 dan waktu penelitian direncanakan pada bulan Agustus 2014.

4.4. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh dengan jalan :

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

dan cheklist yang telah disediakan dan disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan, Puskesmas dan literatur

lainnya.

4.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Editing yaitu data yang telah dikumpul diperiksa kebenarannya

2. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan

memberi kode tertentu


32

3. Tabulating yaitu data yang telah terkumpul ditabulasi dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi

4.6. Analisa Penelitian

Analisa data dilakukan secara :

1. Analisa unvariat untuk melihat distribusi frekwensi masing-masing

variabel.

2. Analisa bivariat (chi-square test) dengan persamaan :

(O  E )²
X²  
E

Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah :

1. Ho diterima, jika P Value < α artinya tidak ada hubungan antara

variabel yang diteliti.

2. Ho ditolak, jika P Value > α artinya ada hubungan antara variabel

yang diteliti.

3. Convidence Level (Cl) = 95% dengan  = 0,05; Df (Deegre of

Fredom/derajat kebebasan) = (b-1) (k-1)

4.7. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah secara manual kemudian

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabulasi silang dan narasi.
33

PROPOSAL

ANALISIS KEEFEKTIFAN RUJUKAN DI


PUSKESMAS KUTA ALAM
KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2014

Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

OLEH

ALEX SABARA
NPM : 0816010421
34

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
BANDA ACEH
2014

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI :

ANALISIS KEEFEKTIFAN RUJUKAN DI


PUSKESMAS KUTA ALAM
KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2014

ALEX SABARA
NPM : 0816010421

Proposal ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Proposal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah
Banda Aceh, Februari 2014
Pembimbing,

(Ismail, SKM, M.Pd)


35

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
DEKAN,

(H. Said Usman, S.Pd, M.Kes)

i
TANDA PENGESAHAN PENGUJI

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KEEFEKTIFAN RUJUKAN DI


PUSKESMAS KUTA ALAM
KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2014

Oleh :
ALEX SABARA
NPM : 0816010421

Proposal ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Proposal


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah

Banda Aceh, November 2014

TANDA TANGAN

1. Pembimbing : Ismail, SKM, M.Pd ...................................

2. Penguji I : ...................................

3. Penguji II : ...................................
36

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
DEKAN,

(H. Said Usman, S.Pd, M.Kes)

KATA PENGANTAR
ii

Segaja puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmad dan

hidayah-Nya kepada kita semua, dan berkat tauhid Nabi Besar Muhammad S.A.W

sebagai nabi besar kita dan junjungan kita semoga kita selalu menjadi ummatnya

sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulisan skripsi ini dengan judul

“Analisis keefektifan rujukan di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun

2014” alhamdulillah telah selesai.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan,

petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka atas

bantuan tersebut dengan penuh keihlasan dan tulus penulis sampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Said Usman, S.PD, M.Kes selaku Dekan FKM Serambi Mekkah

Banda Aceh.

2. Bapak Ismail, SKM, M.Pd sebagai pembimbing proposal yang telah

meluangkan waktu dan membimbing penulis dalam penyusunan proposal

ini.
37

3. Bapak-bapak dan ibu Penguji yang memberi perbaikan dan saran yang

bersifat membangun dalam penulisan ini.

4. Bapak dan ibu Dosen serta Staf Akademik pada Universitas Serambi

Mekkah Banda Aceh.

5. Semua teman-teman seangkatan yang tidak tersebutkan namanya satu-


iii
persatu yang telah membantu dan memberi dorongan baik langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian proposal ini.

6. Ayahanda yang terhormat dan ibunda tercinta, beserta seluruh keluarga

dan teman-teman semua yang telah memberi dukungan dan dorongan baik

moril maupun materil yang tidak terhingga.

Penulisan akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sermbi Mekkah Banda Aceh.

Penulis menyadari bahwa penulisan akhir ini masih banyak kekurangan

baik dari segi bahasa, penulisan maupun pembahasannya. Oleh sebab itu penulis

senantiasa mengharapakan kritikan, saran dan pandangan yang bersifat

membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan

penelitian selanjutnya.

Akhirnya dengan satu harapan semoga penulisan ini berguna dan

bermanfaat bagi kita semua di masa depan.

Banda Aceh, Februari 2014

Penulis
38

Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden

1. Kode Responden : ___________________

2. Nomor Kode : _____

3. Umur : ____ tahun

4. Jenis kelamin : ______________

5. Pekerjaan : ______________

6. Pendidikan : ______________

A. Keefektifan Rujukan

1. Bila anda datang ke puskesmas yang hanya harus berobat ke rumah sakit,
apakah dilayani ?
a. Ya
b. Ya kadang-kadang
c. Tidak

2. Apakah menurut anda selama berobat selalu memberikan informasi yang


diperlukan apabila ingin rujukan ke rumah sakit?
a. Ya
b. Tidak

3. Apakah pernah diberikan rujukan ke puskesmas lain yang saudara


inginkan?
a. Ya
b. Ya kadang-kadang
c. Tidak

5. Apakah pelayanan rujukan yang diberikan memuaskan ?


39

a. Ya
b. Ya kadang-kadang
c. Tidak

6. Bila penyakit yang anda derita maupun orang lain tidak mampu ditanggulangi
di Puskesmas apa yang dilakukan oleh petugas ?
a. Dirujuk
b. Disarankan untuk merobat ke tempat lain
c. Dibiarkan saja
d. Lain-lain, sebutkan................

7. Apakah anda merasa nyaman dalam menerima pelayanan rujukan di puskesmas


selama ini?
a. Ya
b. Ya kadang-kadang
c. Tidak

8. Apakah meminta rujukan bisa langsung diminta ke dokter di puskesmas?


a. Tidak
b. Ya

9. Apakah petugas memberikan rujukan jika saduara berobat berasal dari luar
wlayah puskesmas langsung meminta rujukan?
a. Tidak
b. Ya

10. Apakah petugas dalam memberikan pelayanan berbelit belit jika saudara
langsung meminta rujukan?
a. Tidak
b. Ya

B. Prosedur Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Menurut pendapat saudara, apakah sakit yang terjadi lebih dari 3 hari saja baru
boleh dibawa ke puskesmas?
a. Ya
b. Tidak

2. Setiap datang berobat ke puskesmas, selalu ada petugas yang memberikan


pelayanan pengobatan?
a. Ya
b. Tidak

3. Jika ya, apa saja yang dapat dilakukan?


a. Memberikan pengobatan dan penyuluhan
b. Mmeberikan pengobatan saja
c. Memberikan rujukan jika diinginkan
40

d. Lain-lain, sebutkan……………….

4. Apakah perlu dibawa ke sarana pelayanan lebih lanjut jika pelayanan tidak
dapat ditangani di puskesmas?
a. Ya
b. Tidak

5. Apakah sarana pelayanan perlu kehadiran dokter untuk melakukan


pemeriksaan atau pengobatan?
a. Ya
b. Tidak

6. Apakah pengobatan oleh tenaga medis melayani 24 jam di puskesmas?


a. Ya
b. Tidak

7. Menurut pengamatan saudara, selain pengobatan di puskesmas juga


melayani penyuluhan?
a. Ya
b. Tidak

C. Sumber Daya Manusia

1. Menurut penilaian bapak/ibu/saduara apakah petugas bermanfaat dalam


meningkatkan pelayanan kesehatan rujukan?
a. Ya
b. Tidak

2. Petugas apa saja yang masih kurang menurut ibu/bapak untuk penunjang
pelayanan kesehatan rujukan?
a. Sarana pemeriksaan kesehatan yang menerima pelayanan 24 jam
b. Sarana pendukung seperti bak sampah, kamar mandi umum.
c. Alat yang mahal untuk operasi
d. Tidak tahu

3. Apakah meninta rujukan ke sarana pelayanan kesehatan lainnya selain


Puskesmas ini sama saja pelayanan petugasnya?
a. Ya
b. Tidak

4. Bagaimana petugas memberikan informasi rujukan?


a. Lengkap
b. Kurang lengkap
c. Tidak tersedia
41

d. Tidak tahu

5. Sikap petugas dalam memberikan pelayanan rujukan di Puskesmas?


a. Ramah dan terampil
b. Terampil tetapi kurang ramah
c. Kurang ramah dan kurang terampil
d. Tidak ramah dan tidak terampil

6. Apakah petugas tidak cukup untuk memberikan pelayanan rujukan?


a. Ya
b. Tidak
7. Apakah petugas yang melayani rujukan selalu berada ditempat jika
diperlukan?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah ada dokter yang memberikan pelayanan rujukan?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah petugas ada menolak memberikan pelayanan rujukan?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah petugas memberikan saran agar pasin yang bisa diobati dipuskesmas
tidak perlu di rujuk?
a. Ya
b. Tidak

D. Unit penunjang

No Pernyataan Ada Tidak ada


1 Puskesmas keliling
2 Puskesmas pembantu
3 Polindes
4 Analis Laboratorium
5 Pustu
6 Ambulance
7 Sarana air bersih
8 Sarana kelistrikan
9 Tempat parkir
10 Musholla
11 Peralatan laboratorium
12 Peralatan gigi
13 Peralatan bedah
14 Peralatan pelayanan kebidanan
42

No. Pernyataan Tersedia Tidak


tersedia
1 Pemberiksaan dasar, radiologi, elektro kardiografi;
2 Pelayanan gawat darurat;
3 Ruang / Kamar Bersalin
4 Ruang Laboratorium Klinik
5 Ruang Pelayanan Administrasi
6 Pelayanan Kesehatan Mata
7 Pelayanan Kesehatan Gigi
8 Laboratorium
9 Penyediaan obat
10 Ambulans
43

1. Bagaimana penilaian ibu selama ini penerimaan tenaga kesehatan setiap kali
berobat?
a. Puas
b. Kurang
c. Tidak puas

5. Jika tidak puas, apa alasannya?


a. Karena setiap berobat petugas membeda-bedakan psien
b. Karena petugas yang melayani berbeda sehingga sudah dinilai
c. Karena tidak pernah diberi kejelasan oleh petugas kesehatan
d. Tidak tahu

6.Selama berobat, menurut penilaian ibu jumlah tenaga selalu mencukupi?


a. Ya
b. Tidak tahu

7. Pelayanan apa saja yang diberikan saat anda berkunjung ?


a. Pengobatan, penyuluhan
b. Pengobatan saja
c. Tidak tentu

8.Apakah petugas Puskesmas pernah mengunjungi desa anda ?


a. Pernah
b. Tidak pernah

9. Apakah bahan penunjang rujukan dimiliki namun saat ini tidak tersedia?
a. Penyuluhan dan pengobatan
b. Penyuluhan saja
c. Pengobatan saja
10. Menurut pendapat saudara, apakah sarana penunjang rujukan dimiliki?
a. Ya
b. Tidak
44

No Pernyataan Terlaksana Tidak terlaksana


1 Poly Umum

2 Rawat jalan

3 Poly Gigi

4 Imunisasi

5 KIA

6 KB

7 KIA

8 Rujukan
45

9 Apotik

10 Kartu

No. Observasi Tersedia Tidak


tersedia
1 Pemeriksaan dan pengobatan dasar rawat jalan
2 Pemberiksaan dasar, radiologi, elektro kardiografi;
3 Pelayanan gawat darurat;
4 Ruang / Kamar Bersalin
5 Ruang Laboratorium Klinik
6 Ruang Pelayanan Administrasi
7 Pelayanan Kesehatan Mata
8 Pelayanan Kesehatan Gigi
9 Laboratorium
10 Penyediaan obat
46

C. Sumber Daya

No
1 Dokter /Dokter Gigi

2 Tenaga Farmasi

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat

4 Sarjana Keperawatan

5 Lulusan SPK

6 D 3 Keperawatan

7 Bidan

8 D 3 Kebidanan

9 D 3 Apoteker

10 Asisten Apoteker

11 D 3 Gizi

12 D 1 Gizi

13 D1 Sanitasi Lingkungan

14 D 3 Sanitasi
47

D. Unit penunjang

No Pernyataan Tersedia Tidak tersedia


1 Puskesmas keliling
2 Puskesmas pembantu
3 Polindes
4 Analis Laboratorium
5 Pustu
6 Ambulance
7 Sarana air bersih
8 Sarana kelistrikan
9 Tempat parkir
10 Musholla
11 Peralatan laboratorium
12 Peralatan gigi
13 Peralatan bedah
14 Peralatan pelayanan kebidanan
48

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Haji


Masagung, 1996.

__________, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta, IDI, 1994.


Depkes RI, Indonesia Sehat 2010, Jakarta, 2004.

Dinkes Provinsi NAD, (2008), Pedoman Standar Pelayanan Puskesmas di


Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Dinkes Provinsi NAD dan BRR
NAD-Nias, Banda Aceh.

Depkes RI, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta, 2002.

_________, Pelayanan Kesehatan Prima. Jakarta, 2004.

_________, Peningkatan Akses Masyarakat terhadao Kesehatan yang Berkualitas.


Jakarta, 2004.

_________, Perencanaan Kesehatan di Indonesia. Jakarta, 2007.

_________, Petunjuk Tekhnis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan. Jakarta,


2011.

http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.15_Syafriadi_04_08.pdf

http://www.analisadaily.com/news/read/2014/05/28/52855/sistem_rujukan_dalam
_mendukung_pelayanan_kesehatan/#.UKuBwNU1P-Y

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_sumber_daya_manusia

Ilyas, Yaslis, 2001, Kinerja. FK Ekonomu UGM, Jakarta.

Juniawan Priono, 2009, Perencanaan sistim pelayanan kesehatan pasca tsunami,


19 Nov, 2009.

Mariyati, Kesehatan Keluarga dan lingkungan. Yogyakarta, Kanisius, 1994


49

Notoatmodjo, Seokidjo, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta,


2003.
____________, Ilmu Perilaku dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta,
2003.
50

Hatmoko, Lab IKM PSKU Unmul Samarinda

Manajemen Kesehatan : Seri Pedoman Kerja Puskesmas …13

4. Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. EGC. Jakarta


14. Maramis. W.F. 2006. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan
Kesehatan. Airlangga Univesity Press. Surabaya
15. Handayani,L.,Siswanto.,Ma’aruf,N.A Hapsari,D. 2003. Pola
Pencarian Pengobatan di Indonesia, analisis data Sussenas 2001.
Buletin penelitian kesehatan.Vol.31 (1):33-47

Jumlah tenaga kesehatan di Aceh sangat minim, kualifikasinya juga

kurang memadai, dan terdistribusi tidak merata. Berdasarkan Profil Kesehatan

2005, rasio tenaga kesehatan terhadap 100 ribu penduduk masih dibawah sasaran.

Rasio dokter umum, dokter gigi, perawat, ahli gizi, dan ahli sanitasi, masih di

bawah target. Keberadaan dan distribusi doker spesialis juga merupakan persoalan
51

yang cukup besar di Aceh. Sebagian besar tenaga spesialis terkonsentrasi di

rumah sakit perkotaan. Hanya rasio bidan yang sudah memadai terhadap rasio

penduduk. Pada tahun 2006 tenaga kesehatan di Aceh berjumlah 20.041 orang.

Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 10 persen yang merupakan tenaga medis

(dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis). Rasio dokter spesialis satu

berbanding 34.050 penduduk, dokter umum 16.330 penduduk, bidan puskesmas

3.093 penduduk, perawat 1.408 penduduk dan satu bidan desa untuk 1,6 desa.

Masalah terbesar dalam penyebaran SDM kesehatan adalah penyediaan dokter

spesialis dasar (kebidanan, anak, penyakit dalam dan bedah), spesialis penunjang,

anestesi dan radiologi yang belum merata akan mulai ditambal dengan selesainya

tugas belajar para dokter yang menerima beasiswa pada tahun 2009-2011.

Berdasarkan profil kesehatan tahun 2008, pemanfaatan layanan kesehatan

dasar dan rujukan menunjukkan peningkatan. Pascatsunami 2004, banyak fasilitas

layanan kesehatan yang mengalami kerusakan. Layanan kesehatan banyak

diberikan oleh poskeslit yang didirikan oleh Dinas Kesehatan, BRR, dan mitra.

Seiring dengan terevitalisasinya puskesmas dan rumah sakit, maka jumlah orang

yang memanfaatkan layanan kesehatan dasar bertambah. Puskesmas sebagai unit

pelaksana kesehatan dasar berfungsi menyediakan layanan kesehatan, utamanya

rawat jalan kepada masyarakat. Layanannya menjangkau seluruh masyarakat

dalam lingkup wilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka

tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah (gampong/kelurahan).


52

Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat selama ini

dilakukan dengan pendekatan administratif. Model pendekatan pelayanan seperti

ini lebih menekankan pada aspek pemerataan dan bukan berdasarkan kebutuhan

masyarakat di wilayah kerjanya. Pendekatan yang digunakan tidak hanya

berprinsip pemerataan administratif, tetapi juga banyak sedikitnya kebutuhan

pelayanan kesehatan. Dengan prinsip ini suatu wilayah kecamatan yang relatif

kecil namun mempunyai jumlah penduduk tinggi, maka jumlah sarana kesehatan

perlu penambahan. Penambahan jumlah fasilitas kesehatan menyebabkan

kapasitas pelayanan menjadi lebih optimal (Juniawan, 2009).

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang menitikberatkan pada aspek

pemerataan dan tingkat kebutuhan masyarakat memerlukan strategi yang baik

agar kebutuhan pelayanan kesehatan terpenuhi. Strategi pemenuhan kebutuhan

pelayanan ini dapat dilakukan dengan menambah jumlah puskesmas, membentuk

unit-unit penunjang puskesmas, meningkatkan status puskesmas menjadi

puskesmas perawatan, namun pada prinsipnya adalah meningkatkan akses

masyarakat. Puskesmas perawatan merupakan puskesmas yang melayani rawat

jalan dan sekaligus dilengkapi dengan fasilitas perawatan (rawat inap), karena

dilengkapi fasilitas tempat tidur untuk rawat inap. Puskesmas pembantu (pustu)

adalah unit pelayanan kesehatan yang relatif sederhana yang merupakan bagian

integral dari puskesmas yang melaksanakan sebagian tugas puskesmas (induk).

Pembangunan puskesmas pembantu dimaksudkan untuk memperluas jangkauan

pelayanan kesehatan ke masyarakat, utamanya di tingkat desa sehingga seluruh

masyarakat di wilayah kerjanya dapat terlayani kebutuhan kesehatannya.

Kemudahan akses merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan


53

kesehatan. Pusat layanan kesehatan harus terletak di daerah yang mudah

dijangkau atau dekat dengan masyarakat. Kondisi ini akan memperkuat fungsi dan

peran puskesmas. Prinsip pemilihan lokasi puskesmas harus memperhatikan

lokasi permukiman penduduk yang terletak di wilayah kerjanya. Jika penataan

fungsi ruang wilayah berlangsung dengan baik, maka pemilihan lokasi fasilitas

kesehatan menjadi mudah. Hal ini akan berbeda, mengingat kondisi penataan

wilayah ideal ini hampir tidak dapat ditemui. Pada umumnya, kondisi

permukiman di Aceh yang menyebar dan tak beraturan menimbulkan

permasalahan dalam menentukan lokasi yang ideal (Juniawan 2009).

Sebelum desentralisasi, program kesehatan cenderung seragam dari pusat

sampai daerah, padahal tidak semua program kesehatan cocok untuk semua

wilayah. Dengan desentralisasi, penekanan program kesehatan bisa lebih spesifik

milik wilayah, sehingga solusinya bisa lebih tepatguna. Misalnya, Aceh Barat dan

Aceh Besar lebih mendahulukan program kesehatan jiwa. RSU Zainoel Abidien,

Rumah Sakit Cut Meutia, Lhokseumawe, RS Cut Nyak Dhien, Meulaboh, dan RS

Datu Beru, Takengon menjadi rumah sakit rujukan flu burung. Memang, selain

membutuhkan program kesehatan yang spesifik wilayahnya, hampir semua

wilayah di NAD masih menghadapi persoalan kesehatan yang sama. Tidak ada

wilayah yang sudah tuntas terbebas dari masalah kesehatan dasar yang timbul

akibat sanitasi yang masih jelek, gizi buruk, dan pranata kesehatan yang rendah.

Berdasarkan beberapa masalah tersebut maka diperlukan sebuah sistem

rujukan yang dikembangkan berdasarkan topografi dan geografi wilayah agar

sarana pelayanan kesehatan dapat terjangkau masyarakat. Rumah sakit di Aceh

dapat dibagi ke dalam beberapa pewilayahan, sehingga masyarakat yang


54

membutuhkan pelayanan kesehatan rujukan tidak perlu langsung ke Banda Aceh.

Perlu ditumbuhkan dan dikembangkan beberapa rumah sakit di kabupaten/kota

yang memiliki letak strategis dan kemampuan sumberdaya yang baik, agar dapat

menjadi rumah sakit rujukan bagi daerah di sekitarnya. RSU Zainoel Abidien di

Banda Aceh menjadi rujukan regional pusat. Kebijakan pembagian pusat rujukan

layanan kesehatan ini harus dibarengi dengan peningatan kemampuan dan

kapabilitas rumah sakit tersebut. Pemerintah daerah harus memberi perhatian

lebih bagi beberapa rumah sakit rujukan tersebut untuk dapat meningkatkan

kemampuannya, baik dari segi prasarana dan sarana maupun kemampuan SDM

yang dimiliki.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

serta berusaha mencegah timbulnya penyakit di kalangan penduduk agar

terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal terciptanya kesehatan

masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, yang ditandai oleh penduduknya hidup

di lingkungan yang sehat dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia (Depkes

RI, 2002).

Azwar 1996 :
-Masukan (dana,
sarana,prasarana)
-Proses Pelaksanaan
-Keluaran pelayanan kesehatan
Depkes RI, 2004 :
- Penampilan
Petugas
- Mutu Pelayanan
Kesehatan
- Keterjangkauan
- Sarana
- Prasarana
55

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
PENGESAHAN TIM PENGUJI...................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1. Keefektifan Rujukan................................................................. 8
2.2. Sumber Daya Manusia.............................................................. 15
2.3. Program Sumber Daya Manusia............................................... 18
2.4. Unit Penunjang Pelayanan Kesehatan....................................... 17
2.5. Konsep Dasar Puskesmas.......................................................... 23
2.6. Kerangka Teoritis...................................................................... 25

BAB III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN


3.1. Kerangka Konsep.................................................................... 26
3.2. Variabel Penelitian.................................................................. 26
3.3. Definisi Operasional............................................................... 27
3.4. Cara Pengukuran Variabel...................................................... 27
3.5. Hipotesa Penelitian................................................................. 28

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian........................................................................ 29
4.2. Populasi dan Sampel................................................................ 29
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 30
4.4. Cara Pengumpulan Data.......................................................... 30
4.5. Pengolahan Data...................................................................... 30
4.6. Analisa Data............................................................................. 31
4.7. Penyajian Data......................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
56

Andi, Raharjo, Kepuasan dalam Pelayanan. Bandung, Mulya, 1996.

Dalmi, Iskandar, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Medan, Sinar Grafika, 1998.

Lukman, Nur, Pelayanan dan Kemampuan. Yogyakarta, ICG, 1994.

____________, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta, 1996.

Supranto, Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta, 1997.

_________, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta, Rineka Cipta,


1997.
57

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Peneliti

Lampiran 2 Pernyataan Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Lembar Kendali

Lampiran 5 Surat Keterangan data awal

Anda mungkin juga menyukai