BAB I
PENDAHULUAN
berjalan sebagimana mestinya. Hal ini dapat dilihat dari indikator tenaga
yang masih rendah. Seperti rasio dokter terhadap penduduk 1:5000, perawat
jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan
rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat
kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah sakit yang
rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan. (Depkes RI,
2007)
aspek sebaran atau distribusi lokasi pusat layanan kesehatan di tengah masyarakat.
Perbedaan dan jarak antara lokasi pusat layanan kesehatan dan tempat tinggal
tiga tingkatan, yaitu: primer, sekunder, dan tersier. Ketiga tingkatan pelayanan
tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi satu kesatuan dalam suatu sistem
tingkat pelayanan yang lebih tinggi, yakni sekunder. Demikian pula, apabila
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana
pelayanan kesehatan jenjang primer (primary health care). Layanan kesehatan ini
diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk
kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap,
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D serta memerlukan tersedianya
services); diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh layanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan
terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi
rumah sakit. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, termasuk bidang kedokteran
sedemikian rupa hingga pelayanan diberikan tidak hanya bersifat spesialis bahkan
berkembang ketika sub spesialis. Dengan adanya kesenjangan yang mencolok dari
horizontal, vertikal atau kedua-duanya dari tingkat bawah ke tingkat yang lebih
tinggi. Pelayanan Kesehatan Dasar telah tersedia pada semua tingkatan mulai dari
Praktek Swasta sampai ke tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit Umum
menerima atau merawat kasus gawat darurat dan tidak berwenang atau tidak
penunjang, maka harus merujuk pasien tersebut kepada fasilitas kesehatan lebih
oleh keluarga atau pasien sendiri walaupun sakit yang diderita masih dapat
kesehatan yang belum baik nampak dalam tiga hal, yaitu: belum meratanya
besar pasien yang masuk ke rumah sakit pusat rujukan tidak seharusnya diterima
5
karena bisa ditangani puskesmas dan atau rumah sakit daerah. Selama ini setiap
daerah selalu merujuk pasiennya langsung ke RSU Zainoel Abidien, Banda Aceh.
hingga banyak ditemui pasien yang terlantar. Di sisi lain dengan hanya RSUZA
yang menjadi rujukan, maka sangat tidak efektif bagi kesembuhan pasien sebab
jarak yang terlalu jauh dari beberapa kabupaten dan biaya yang ditanggung oleh
pasien menjadi lebih besar. Puskesmas Kuta Alam merupakan salah satu dari 11
Puskesmas Kuta Alam yang terletak di pusat kota menjadikannya menjadi salah
satu tujuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan rujukan.
wilayah Kota Banda Aceh dan terletak di pusat kota. Saat ini puskesmas ini
sedang masa renovasi sehingga ada sedikit kendala dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Untuk sumber daya manusia diketahui bahwa saat ini terdapat
jika memang masih bisa dilayani, namun sering permintaan pasien untuk meminta
pelayanan di puskesmas saat ini tersedia untuk laboratorium dan unit ambulan
2014.
tahun 2014.
7
2. Bagi Peneliti
rujukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Efektivitas (berjenis kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata sifat).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003, halaman 284
yang disusun oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Efektif adalah
obat); dapat membawa hasil; berhasil guna’ (tt usaha, tindakan); ‘mangkus’;
sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
dijalankannya.
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau
sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang
setingkat kemampuannya.
memuaskan pasien. Jasa pelayanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
diberikan oleh pusat pelayanan kesehatan dapat memberikan manfaat bagi pasien.
membuat orang lain puas, dan senang dan dapat bermanfaat sesuai dengan
memberikan yang terbaik kepada pelanggan yang pada akhirnya dapat dirasakan
kebutuhan pasien, baik saran maupun yang tersedia, tenaga dapat memberikan
membina sikap positif mereka terhadap kesehatan. Dalam hal ini rumah sakit
1. Kuratif (pengobatan)
jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai
Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hyegiene Sanitasi
tersebut masih bekerja sendiri-sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas
Kesehatan Dati II. Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi
di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
sebagai berikut:
mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
pelayanan pengobatan.
b. Rujukan Kesehatan.
bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan: Survey
obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam. Saran dan teknologi
untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
dan lain-lain
13
kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna. Dihasilkannya
5. Alur Rujukan, terdiri dari Intern antara petugas puskesmas, Antara Puskesmas
Puskesmas yang satu dengan Puskesmas yang lain, Antara Puskesmas dengan
menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos kesehatan lain dari
masyarakat
kesehatan
dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat
komunikasi
pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang
mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara
di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan
sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Sebagaimana diketahui bahwa salah
kelas III di rumah sakit dan lain-lain. Berikut adalah uraian singkat tentang
internal dan rujukan eksternal. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang
terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik
horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal
yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
(Wikipedia, 2011).
suatu proses perencanaan yang terdiri atas tiga macam model, yakni:
kerja maksimalnya,
kerja itu tidak pernah statis, tetap akan dipengaruhi oleh arus masuk
Nilai Daya guna staf per hari ( S ) sekurang-kurangnya harus = 5. Apabila S < 5
penduduk agak padat dan kunjungan cukup tinggi dengan output Puskesmas
2.3.2. Prosedur
sebagai orang bekerja secara aktif dan profesional dibidang kesehatan baik yang
memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
1. Pengiriman pasien
18
pemeriksaan pertama.
ketrampilan bagi Dokter umum, Bidan atau Perawat dari Puskesmas atau
Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota dapat berupa magang atau pelatihan di
Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan
di catat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan,
yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status
pasien keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau
hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan dan obat yang telah
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasien
rujukan dan setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasi balasan
rujukan di surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan,
yang berisikan antara lain: nomor surat, tanggal, status pasien keluarga miskin
(gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan
rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat,
kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan follow up yang dianjurkan kepada
mengisi Surat Rujukan Spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat,
tanggal, status pasien keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum,
ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, jenis/ bahan spesimen dan
yang diminta, nama dan identitas pasien asal spesimen dan diagnos klinis. (Lihat
oleh pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim
Informasi permintaan tenaga ahli / dokter spesialis dapat dibuat oleh Kepala
Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kab/Kota yang ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota atau oleh Dinas Kesehatan Kab/ Kota yang ditujukan
ke Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengisi Surat Permintaan Tenaga Ahli, yang
berisikan antar lain : nomor surat, tanggal, perihal Permintaan Tenaga Ahli dan
yang diminta, maksud keperluan tenaga ahli diinginkan dan sumber biaya atau
besaran biaya yang disanggupi. Informasi petugas yang mengirim, merawat atau
meminta tenaga ahli selalu ditulis nama jelas, asal institusi dan nomor telepon atau
handphone yang bisa dihubungi pihak lain. Keterbukaan antara pihak pengirim
pasien, spesimen dan alih pengetahuan medis. Pencatatan dan Pelaporan sistem
informasi rujukan menggunakan format RL.1 yang baku untuk Rumah Sakit dan
format R.4 untuk laporan rujukan puskesmas (lihat lampiran). Adapun alur
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu upaya kesehatan wajid dan upaya kesehatan
6) Upaya pengobatan
terjadi di wilayah kerjanya, dengan asas inilah puskesmas dituntut untuk lebih
22
Puskesmas dengan bgian-bagiannya yang terdiri dari Balai Kesejahteraan Ibu dan
Anak (BKIA), Balai Pengobatan serta Rumah Sakit yang berfungsi sebagai sistem
secara timbal balik akan memperparah keadaan. Efektifitas dan efisiensi perlu
berhubungan dengan jumlah penduduk yang besar dan yang masih harus dilayani.
Lembaga Spesialistik Swasta, Lab. Kes. Daerah, Lab. Klinik Swasta, dll
Agar sistem rujukan ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien,
maka perlu diperhatikan organisasi dan pengelolanya, harus jelas mata rantai
daya tenaga dan dana kesehatan yang disediakan, maka perlu diupayakan
penggunaan fasilitas pelayanan medis yang tersedia secara efektif dan efisien.
kesehatan masyarakat. Dalam sistem rujukan ini setiap unit kesehatan mulai dari
tingkat kemampuan petugas atau sarana. Ketentuan ini dikecualikan bagi rujukan
pertimbangan.
Dinas Kesehatan. Karena wilayah sistem rujukan mencakup lebih dari satu
3. Alur Rujukan
kemampuan tiap sarana kesehatan yang ada perlu disusun alur rujukan pasien
secara umum, kecuali bagi rujukan kasus kegawatdaruratan atau rujukan khusus.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:
spesialis dasar dapat menjadi tujuan rujukan dari Rumah Sakit Umum
wilayahnya.
25
terdekat.
Sakit Jiwa (RS Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor
terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu (Dinkes
NAD, 2005).
26
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana
1. Puskesmas pembantu
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil dan derajat kecanggihan
lebih rendah.
2. Puskesmas keliling
terpencil.
sendiri oleh Kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada, anggota RW, RT
Keluaran. Sedangkan menurut Depkes RI, 2004 dapat dilihat dari sumber daya
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Variabel Independen
Variabel Dependen
penunjang di choice
puskesmas
3.5. Hipotesis
3.5.3. Ha: Ada hubungan unit penunjang puskesmas terhadap keefektifan rujukan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
analitik dengan desain cross sectional yaitu untuk melihat keefektifan rujukan di
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang datang dan
tahun 2014.
4.2.2. Sampel
Keterangan :
Z= ketentuan 1,96
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
p = proporsi pasien yang dirawat inap (0,5)
d = limit dari error atau presisi absolute (0,05)
.
1. Data Primer
2. Data Sekunder
lainnya.
3. Tabulating yaitu data yang telah terkumpul ditabulasi dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi
variabel.
(O E )²
X²
E
yang diteliti.
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabulasi silang dan narasi.
33
PROPOSAL
OLEH
ALEX SABARA
NPM : 0816010421
34
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI :
ALEX SABARA
NPM : 0816010421
i
TANDA PENGESAHAN PENGUJI
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
ALEX SABARA
NPM : 0816010421
TANDA TANGAN
2. Penguji I : ...................................
3. Penguji II : ...................................
36
KATA PENGANTAR
ii
Segaja puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan berkat tauhid Nabi Besar Muhammad S.A.W
sebagai nabi besar kita dan junjungan kita semoga kita selalu menjadi ummatnya
sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulisan skripsi ini dengan judul
“Analisis keefektifan rujukan di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun
petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka atas
bantuan tersebut dengan penuh keihlasan dan tulus penulis sampaikan rasa terima
1. Bapak Said Usman, S.PD, M.Kes selaku Dekan FKM Serambi Mekkah
Banda Aceh.
ini.
37
3. Bapak-bapak dan ibu Penguji yang memberi perbaikan dan saran yang
4. Bapak dan ibu Dosen serta Staf Akademik pada Universitas Serambi
dan teman-teman semua yang telah memberi dukungan dan dorongan baik
Penulisan akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
baik dari segi bahasa, penulisan maupun pembahasannya. Oleh sebab itu penulis
membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan
penelitian selanjutnya.
Penulis
38
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
5. Pekerjaan : ______________
6. Pendidikan : ______________
A. Keefektifan Rujukan
1. Bila anda datang ke puskesmas yang hanya harus berobat ke rumah sakit,
apakah dilayani ?
a. Ya
b. Ya kadang-kadang
c. Tidak
a. Ya
b. Ya kadang-kadang
c. Tidak
6. Bila penyakit yang anda derita maupun orang lain tidak mampu ditanggulangi
di Puskesmas apa yang dilakukan oleh petugas ?
a. Dirujuk
b. Disarankan untuk merobat ke tempat lain
c. Dibiarkan saja
d. Lain-lain, sebutkan................
9. Apakah petugas memberikan rujukan jika saduara berobat berasal dari luar
wlayah puskesmas langsung meminta rujukan?
a. Tidak
b. Ya
10. Apakah petugas dalam memberikan pelayanan berbelit belit jika saudara
langsung meminta rujukan?
a. Tidak
b. Ya
1. Menurut pendapat saudara, apakah sakit yang terjadi lebih dari 3 hari saja baru
boleh dibawa ke puskesmas?
a. Ya
b. Tidak
d. Lain-lain, sebutkan……………….
4. Apakah perlu dibawa ke sarana pelayanan lebih lanjut jika pelayanan tidak
dapat ditangani di puskesmas?
a. Ya
b. Tidak
2. Petugas apa saja yang masih kurang menurut ibu/bapak untuk penunjang
pelayanan kesehatan rujukan?
a. Sarana pemeriksaan kesehatan yang menerima pelayanan 24 jam
b. Sarana pendukung seperti bak sampah, kamar mandi umum.
c. Alat yang mahal untuk operasi
d. Tidak tahu
d. Tidak tahu
D. Unit penunjang
1. Bagaimana penilaian ibu selama ini penerimaan tenaga kesehatan setiap kali
berobat?
a. Puas
b. Kurang
c. Tidak puas
9. Apakah bahan penunjang rujukan dimiliki namun saat ini tidak tersedia?
a. Penyuluhan dan pengobatan
b. Penyuluhan saja
c. Pengobatan saja
10. Menurut pendapat saudara, apakah sarana penunjang rujukan dimiliki?
a. Ya
b. Tidak
44
2 Rawat jalan
3 Poly Gigi
4 Imunisasi
5 KIA
6 KB
7 KIA
8 Rujukan
45
9 Apotik
10 Kartu
C. Sumber Daya
No
1 Dokter /Dokter Gigi
2 Tenaga Farmasi
4 Sarjana Keperawatan
5 Lulusan SPK
6 D 3 Keperawatan
7 Bidan
8 D 3 Kebidanan
9 D 3 Apoteker
10 Asisten Apoteker
11 D 3 Gizi
12 D 1 Gizi
13 D1 Sanitasi Lingkungan
14 D 3 Sanitasi
47
D. Unit penunjang
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.15_Syafriadi_04_08.pdf
http://www.analisadaily.com/news/read/2014/05/28/52855/sistem_rujukan_dalam
_mendukung_pelayanan_kesehatan/#.UKuBwNU1P-Y
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_sumber_daya_manusia
2005, rasio tenaga kesehatan terhadap 100 ribu penduduk masih dibawah sasaran.
Rasio dokter umum, dokter gigi, perawat, ahli gizi, dan ahli sanitasi, masih di
bawah target. Keberadaan dan distribusi doker spesialis juga merupakan persoalan
51
rumah sakit perkotaan. Hanya rasio bidan yang sudah memadai terhadap rasio
penduduk. Pada tahun 2006 tenaga kesehatan di Aceh berjumlah 20.041 orang.
Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 10 persen yang merupakan tenaga medis
(dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis). Rasio dokter spesialis satu
3.093 penduduk, perawat 1.408 penduduk dan satu bidan desa untuk 1,6 desa.
spesialis dasar (kebidanan, anak, penyakit dalam dan bedah), spesialis penunjang,
anestesi dan radiologi yang belum merata akan mulai ditambal dengan selesainya
tugas belajar para dokter yang menerima beasiswa pada tahun 2009-2011.
diberikan oleh poskeslit yang didirikan oleh Dinas Kesehatan, BRR, dan mitra.
Seiring dengan terevitalisasinya puskesmas dan rumah sakit, maka jumlah orang
dalam lingkup wilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
ini lebih menekankan pada aspek pemerataan dan bukan berdasarkan kebutuhan
pelayanan kesehatan. Dengan prinsip ini suatu wilayah kecamatan yang relatif
kecil namun mempunyai jumlah penduduk tinggi, maka jumlah sarana kesehatan
jalan dan sekaligus dilengkapi dengan fasilitas perawatan (rawat inap), karena
dilengkapi fasilitas tempat tidur untuk rawat inap. Puskesmas pembantu (pustu)
adalah unit pelayanan kesehatan yang relatif sederhana yang merupakan bagian
dijangkau atau dekat dengan masyarakat. Kondisi ini akan memperkuat fungsi dan
fungsi ruang wilayah berlangsung dengan baik, maka pemilihan lokasi fasilitas
kesehatan menjadi mudah. Hal ini akan berbeda, mengingat kondisi penataan
wilayah ideal ini hampir tidak dapat ditemui. Pada umumnya, kondisi
sampai daerah, padahal tidak semua program kesehatan cocok untuk semua
milik wilayah, sehingga solusinya bisa lebih tepatguna. Misalnya, Aceh Barat dan
Aceh Besar lebih mendahulukan program kesehatan jiwa. RSU Zainoel Abidien,
Rumah Sakit Cut Meutia, Lhokseumawe, RS Cut Nyak Dhien, Meulaboh, dan RS
Datu Beru, Takengon menjadi rumah sakit rujukan flu burung. Memang, selain
wilayah di NAD masih menghadapi persoalan kesehatan yang sama. Tidak ada
wilayah yang sudah tuntas terbebas dari masalah kesehatan dasar yang timbul
akibat sanitasi yang masih jelek, gizi buruk, dan pranata kesehatan yang rendah.
yang memiliki letak strategis dan kemampuan sumberdaya yang baik, agar dapat
menjadi rumah sakit rujukan bagi daerah di sekitarnya. RSU Zainoel Abidien di
Banda Aceh menjadi rujukan regional pusat. Kebijakan pembagian pusat rujukan
lebih bagi beberapa rumah sakit rujukan tersebut untuk dapat meningkatkan
kemampuannya, baik dari segi prasarana dan sarana maupun kemampuan SDM
yang dimiliki.
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, yang ditandai oleh penduduknya hidup
di lingkungan yang sehat dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
RI, 2002).
Azwar 1996 :
-Masukan (dana,
sarana,prasarana)
-Proses Pelaksanaan
-Keluaran pelayanan kesehatan
Depkes RI, 2004 :
- Penampilan
Petugas
- Mutu Pelayanan
Kesehatan
- Keterjangkauan
- Sarana
- Prasarana
55
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
PENGESAHAN TIM PENGUJI...................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
56
Dalmi, Iskandar, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Medan, Sinar Grafika, 1998.
DAFTAR LAMPIRAN