Anda di halaman 1dari 3

h.

Program Inovasi Puskesmas


Puskesmas selain memberikan pelayanan untuk memeriksa dan mengobati masyarakat
tetapi juga untuk memberikan penyuluhan atau melakukan pencegahan bersama masyarakat
sehingga masyarakat bisa mengetahui dan dapat mencegah timbulnya penyakit. Berikut
contoh kegiatan inovasi dari beberapa contoh puskesmas, antara lain :
1. Pada puskesmas Kandangan, kabupaten Temanggung telah membuat dan
melaksanakan beberapa inovasi seperti: Kandangan Bebas Plunglap (Kegiatan agar
masyarakat tidak BAB sembarangan), Petik Mawe (Agar setiap rumah bertanggung
jawab untuk memeriksa jentik di rumah ataupun di lingkungan),dll.
2. Puskesmas Bajulmati, kabupaten Banyuwangi mempunyai inovasi seperti TAK
MANABI (Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi) untuk menurunkan angka
kematian bayi, TOMBO ATI (Temukan Orang Batuk Obati Sampai Sembuh) untuk
menemukan secara dini penderita TB dan mengobati hingga tuntas, JAMU KUAT
(Jamban Untuk Keluarga Sehat) untuk menuju desa dan kecamatan ODF/Berhenti
buang air besar sembarangan),dll.
3. Puskesmas Klatak, kabupaten Banyuwangi memiliki program seperti Seribu Koin
Mas BEZI (Setiap Hari Sabtu Konsultasi Indor Masyarakat dengan problem Gizi)
untuk mengurangi anka gizi kurang pada balita dan bumil KEK (Kekurangan Energi
Kronis), D’GUCI MAS (Dengan Gerakan Cuci Tangan Masyarakat Akan Sehat)
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya cuci tangan dan
dengan langkah cuci tangan yang benar, REHAT SEJAMAN (Remaja Sehat Sekolah
Jadi Nyaman) untuk mencegah pernikahan dini.
4. Puskesmas Godean I, Yogyakarta memiliki suatu upaya untuk meningkatkan
pelayanan dalam hal berkomunikasi yaitu penggunaan bahasa isyarat. Pada tahun
2018, karyawan puskesmas Godean I melaksanakan bimbingan teknis bahasa isyarat
selama 2 jam yang diharapkan dapat memudahkan karyawan untuk memberikan
pelayanan kepada semua orang.
Hampir di setiap puskesmas memiliki contoh kegiatan yang sama, namun untuk pelayanan
menggunakan bahasa isyarat masih sulit untuk ditemukan dan kebanyakan berkomuniksi
menggunakan bahasa isyarat seadanya.
https://dinkes.banyuwangikab.go.id/portal/program-inovasi-puskesmas-kabupaten-
banyuwangi-tahun-2018/#
http://puskesmaskandangan.temanggungkab.go.id/home/pengumuman/275/daftar-kegiatan-
inovasi-puskesmas-kandangan
https://www.solider.id/baca/4562-tingkatkan-pelayanan-puskesmas-godean-i-belajar-bahasa-
isyarat

i. konsep rujukan di Indonesia


Sistem Kesehatan Nasional membedakan rujukan menjadi dua, yaitu:
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini dihubungkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan, berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan dibagi
menjadi 3 yaitu rujukan teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan ini berhubungan
dengan pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu.
2. Rujukan Medik
Rujukan ini dihubungkan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, berlaku untuk pelayanan kedokteran. Rujukan ini dibedakan menjadi 3
yaitu rujukan penderita, pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan. Jenis rujukan
medik, yaitu:
a. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif,
dll.
b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Transfer of knowledge/personal
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
pelayanan.
Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta dapat berobat ke puskesmas,
klinik, atau dokter keluarga atau praktek mandiri yang tercantum pada kartu peserta BPJS
Kesehatan. Apabila peserta membutuhkan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis maka
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat dua atau FKTL (Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjut). Apabia penyakit peserta masih belum dapat ditangani di fasilitas sekunder, peserta
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier seperti Rumah Sakit tipe A, Rumah Sakit tipe B.
Peserta BPJS harus mengikuti sistem rujukan yang ada. Peserta mengalami sakit
apapun kecuali keadaan darurat harus berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti
puskesmas, klinik, dokter keluarga atau praktek mandiri, tidak boleh langsung ke Rumah
Sakit ataupun dokter spesialis. Apabila peserta BPJS melanggar hal tersebut maka peserta
harus membayar biaya tersebut sendiri.
Untuk peserta BPJS Kesehatan, pelayanan rujukan bisa dilakukan dengan dua acara:
1. Rujukan Horizontal
Dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam suatu tingkatan bila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan keehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan ataupun ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
2. Rujukan Vertikal
Dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, bisa dilakukan dari
tingkat pelayanan lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi ataupun
sebaliknya.
Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan lebih tinggi dilakukan apabila:
 Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialitik atau sunspesialistik.
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesui dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan atupun ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkat lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah dilakukan
apabila:
 Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
 Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut.
 Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkat
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi
dan pelayanan jangka panjang, ataupun
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesui dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan atupun ketenagaan.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan berurutan sesuai kebutuhan
medis,yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan di FKTP seperti puskesmas, klinik, dokter keluarga atau
dokter praktek
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka peserta dapat dirujuk ke
FKTL seperti rumah sakit
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di fasilitas kesehatan sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan fasilitas kesehatan primer
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di fasilitas kesehatan tersier hanya dapat
diberikan dari fasilitas kesehatan sekunder dan fasilitas kesehatan primer
Ketentuan pelayanan rujukan dapat dikecualikan apabila:
 Terjadi gawat darurat. Kondisi kegawat daruratan mengikuti ketentuan yang
berlaku
 Bencana, kriteria bencana ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah
 Kekhususan permasalahan kesehatan pasien untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan.
 Pertimbangan geografis, dan
 Pertimbangan ketersediaan fasilitas
https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/Sistem-Pelayanan-Rujukan.pdf

Anda mungkin juga menyukai