Anda di halaman 1dari 13

SISTEM RUJUKAN DI UNIT

PELAYANAN
Oleh :
Hanik Machfudloh, SST., M. Kes
 Sistem rujukan kesehatan adalah suatu sistem
jaringan pelayanan kesehatan yg
memungkinkan penyerahan tanggung jawab
secara timbal balik atas kasus atau masalah
kesehatan masyarakat yang timbul, baik
secara vertikal maupun horizontal ke unit
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
dan rasional.
 Jenjang rujukan pelayanan kesehatan sesuai
dengan sistem kesehatan nasional dapat
digambarkan sbb :
Jenjang (hierarki) Komponen/Unsur Pelayanan Kesehatan
Tingkat Rumah Tangga Pelayanan kesehatan oleh individu atau
oleh keluarga sendiri
Tingkat Masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam
menolong diri mereka sendiri, kelompok
paguyuban, PKK, Saka Bakti Husada,
anggota RW/RT dan masyarakat, misalnya
Posyandu, POD Polindes, Dana Sehat,
PPKBD, dll
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Profesional Upaya Kesehatan Profesional Tingkat
Tingkat Pertama Pertama yg dilakukan oleh Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Bidan Desa,
Puskesmas Keliling, Praktik Dokter Swasta,
Poliklinik Swasta, Bidan Swasta, dll
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Profesional Upaya Kesehatan Profesional Tingkat
Tingkat Kedua Kedua (Rujukan spesialis) oleh Balai
(BKOM, BKMM,BP4) RS Kabupaten Kodya
Kelas D dan C, RS Swasta, Laboratorium
Klinik Swasta
Jenjang (Hierarki) Komponen/Unsur Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Profesional Upaya Kesehatan Profesional Tingkat
Tingkat Ketiga Ketiga (rujukan/spesialis lanjutan oleh RS
Kelas B dan A, serta Lembaga Spesialis
Swasta, Laboratorium Kesehatan dan
Laboratorium Klinik Swasta
Secara konseptual, sistem rujukan ini menyangkut
hal-hal sebagai berikut :
1. Rujukan medis pada dasarnya menyangkut
masalah pelayanan medis perorangan.
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operasi, dll
b. Rujukan baku (spesimen)untuk pemeriksaan
laboratorium klinik yg lebih lengkap,
mendatangkan atau mengirim tenaga yg lebih
kompeten atau ahli serta melakukan tindakan
atau memberi pelayanan pengobatan yg sesuai
dengan keahliannya sehingga akan
meningkatkan pelayanan setempat.
2. Rujukan kesehatan pada dasarnya menyangkut
masalah kesehatan masyarakat luas dan
meliputi permintaan akan hal berikut :
a. Bantuan Laboratorium kesehatan,
teknologi, penyidikan sebab, asal usul
kejangkitan, dan penanggulangannya pada:
• Kejadian luar biasa atau berjangkitnya suatu
penyakit menular
• Terjadinya keracunan masal
• Pemeriksaan pencemaran lingkungan
• Pemeriksaan spesimen air minum
penduduk
b. Bantuan obat, vaksin, pangan, sarana, prasarana
dan tenaga ahli pada :
• Bencana alam
• Gangguan Kamtibmas

 Tujuan umum sistem rujukan kesehatan adalah


tercapainya pemerataan upaya kesehatan yg bermutu
secara optimal dalam sistem kesehatan DATI II.
Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Terselenggaranya koordinasi antar unit kesehatan
di dalam sistem Kesehatan Dati II
2. Terselenggaranya rujukan kesehatan preventif dan
promotif yg bermutu, berhasil guna, dan berdaya
guna.
3. Terselenggaranya rujukan kesehatan kuratif
dan rehabilitatif perorangan yg bermutu,
merata dan terjangkau.

 Jalur rujukan dapat berlangsung sebagai berikut :


1. Rujukan Medik :
a. Internal antara petugas
Puskesmas/Puskesmas dan ruang rawat
inap
b. Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di desa
dan Puskesmas
c. Antara masyarakat dan Puskesmas
d. Antara Puskesmas dan RS,
Laboratorium,atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
2. Rujukan kesehatan. Dari Puskesmas ke
Kandep/Dinkes Dati II atau instansi lain yg
lebih kompeten, baik intrasektoral
maupun lintas sektoral. Jika rujukan di
tingkat II masih belum mampu
menanggulangi, biasanya diteruskan ke
tingkat I atau sampai ke pusat.
 Sarana untuk menunjang rujukan :
1. Alat medis : alat resusitasi,
brankar/stretcher/usungan, kursi roda, set
dan standar infus, obat-obatan.
2. Alat transportasi : Ambulans, mobil
Puskesmas Keliling, perahu bermotor.
3. Alat komunikasi : Telepon, S.S.B, radio CB/
radio medik
4. Buku pedoman operasional rujukan
5. Formulir rujukan.
 Dalam pelaksanaan rujukan, perlu
diperhatikan beberapa hal menyangkut :
tingkat kegawatan penderita, waktu, jarak
tempuh ke tempat tujuan, sarana yg
dibutuhkan, dan tingkat kemampuan fasilitas
rujukan.
Mengingat waktu merupakan salah satu unsur
penting dalam menyelamatkan penderita,
kasus-kasus kegawat daruratan perlu
ditunjang dengan prosedur sederhana yg
berlaku di tempat rujukan serta prosedur alur
rujukan dari berbagai tingkatan institusi
pelayanan kesehatan. Alur rujukan pada kasus
kegawat daruratan dapat dimulai dari kader,
Posyandu, Puskesmas pembantu, atau Bidan
di Desa dan biasanya langsung diarahkan ke
fasilitas pelayanan yg lebih kompeten untuk
menangani kasus tersebut. Pada kasus rujukan
yg termasuk gawat darurat, batas wilayah
administratif dapat diabaikan karena yg
penting adalah “penderita mendapat
pertolongan yg cepat dan tepat”. Sebaliknya
pada kasus rujukan yg bukan termasuk gawat
darurat, rujukan dapat dilakukan menurut
prosedur alur rujukan yg sesuai dengan
jenjang pelayanan rujukan.

Anda mungkin juga menyukai