Materi Inti 2
KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE)
DALAM BIDANG KESEHATAN
I. Deskripsi Singkat
Komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dalam bidang kesehatan merupakan inti dari upaya
pelayanan kesehatan perorangan (privat good) maupun upaya pelayanan kesehatan
masyarakat (public good) yang diselenggarakan puskemas. Kegiatan KIE dalam pelayanan
kesehatan di puskesmas menjadi salah satu indikator kinerja puskesmas, serta menjadi salah
satu substansi atau parameter penilaian akreditasi puskesmas. Sehubungan dengan itu, petugas
puskemas harus berkompeten melakukan KIE dalam bidang kesehatan terutama pada saat
melaksanakan upaya promosi kesehatan. Kompetensi KIE petugas puskesmas, merupakan kunci
keberhasilan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas serta melakukan upaya
promosi kesehatan yang meliputi advokasi, penyuluhan kesehatan, pemberdayaan masyarakat
serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak.
Pada materi inti 2 ini, ruang lingkup materi KIE di bidang kesehatan yang akan dibahas meliputi
konsep dasar dan pelaksanaan KIE di bidang kesehatan di puskesmas.
II. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta mampu melakukan KIE dalam bidang
kesehatan di Puskesmas.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dalam bidang
kesehatan
2. Melakukan kegiatan KIE dalam bidang kesehatan.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 1
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Bahan presentasi
V. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 4 jam pelajaran (T=1 JPL, P=3, PL=0) @45
menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut.
A. Langkah 1
Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
2. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
3. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini.
B. Langkah 2
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang konsep dasar KIE dalam bidang
kesehatan (70 menit)
Langkah Pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang konsep dasar KIE dalam
bidang kesehatan. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada peserta tentang
dasar-dasar KIE dalam bidang kesehatan yaitu : 1) pengertian. ; 2) tujuan ; 3) unsur-
unsur; 4) manfaat ; 5) proses; 6) bentuk; 7) jenis; 8) metode dan teknik; 9) Ruang
lingkup kegiatan KIE dalam bidang kesehatan di puskemas.
2. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta dikertas flipchart. Selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan materi dasar-dasar KIE dalam bidang
kesehatan sesuai urutan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
C. Langkah 3
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang pelaksanaan / praktek KIE dalam
bidang kesehatan di puskesmas (90 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada beberapa orang peserta untuk
menyampaikan pengalamannya tentang pelaksanaan kegiatan KIE dalam bidang
kesehatan di puskesmas.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 2
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Kelas B :
Kelompok 1: mempraktekan komunikasi individu (Komunikasi Interpersonal/
Konseling) yang dilakukan oleh petugas puskesmas melalui kunjungan rumah pada
tentang pentingnya perilaku tidak merokok dalam mencegah penyakit tidak
menular (hipertensi, stroke, jantung).
Kelompok 2: mempraktekan penyuluhan kelompok/diskusi kelompok dengan
kelompok bapak-bapak pada saat arisan RT tentang pentingnya perilaku tidak
merokok dalam mencegah penyakit tidak menular (hipertensi, stroke, jantung).
Kelompok 3 : mempraktekan komunikasi massa tentang pentingnya perilaku tidak
merokok dalam mencegah penyakit tidak menular (hipertensi, stroke, jantung).
Waktu diskusi : 10 menit untuk diskusi membuat skenario dan mempersiapkan diri
bermain peran, sedangkan waktu bermain peran untuk setiap kelompok adalah 5
menit.
6. Setelah setiap kelompok selesai berdiskusi dan siap bermain peran, maka fasilitator
mempersilahkan setiap kelompok untuk bermain peran sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
7. Fasilitator menyampaikan tanggapan pada setiap kelompok sebagai umpan balik
kegiatan bermain peran tersebut.
8. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 3
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
D. Langkah 4
Penyampaian rangkuman tentang KIE dalam bidang kesehatan (10 menit).
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan kembali beberapa hal penting
tentang KIE dalam bidang kesehatan di puskesmas yang telah dibahas pada sesi ini,
mengacu pada tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator menutup proses pembelajaran pada sesi ini, dengan mengucapkan terima
kasih serta memberikan apresiasi kepada semua peserta yang telah berpartisipasi aktif
sehingga tujuan pembelajaran pada sesi ini dapat tercapai.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 4
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
tinggi serat dan rendah lemak, makan sayur dan buah setiap hari, dll. Masih banyak lagi
indikator lain yang dapat dipakai sebagai alat untuk memantau serta menilai kualitas KIE yang
dilakukan oleh petugas puskesmas. Untuk itu, kegiatan KIE dalam bidang kesehatan tidak hanya
masuk ke ranah atau domain pengetahuan atau sikap saja melainkan harus diupayakan dapat
mengintervensi domain perilaku.
a. Pengertian KIE
Selain itu, istilah KIE dalam bidang kesehatan juga sering disebut dengan
pendidikan atau penyuluhan kesehatan masyarakat. Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat adalah suatu upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam
berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi
dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
dengan cara melakukan advokasi, gerakan pemberdayaan masyarakat,
kemitraan serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan perorangan
serta mengarahkan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan tujuan agar
masyarakat dapat mengenali, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatannya.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 5
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
2) Pesan
Pesan, adalah gagasan, pendapat, fakta, dan sebagainya yang sudah
dirumuskan dalam suatu bentuk, dan disampaikan kepada komunikasi melalui
lambang. Pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui bahasa
tertentu yang sama atau dapat dimengerti oleh penerima pesan. Pesan dapat
disampaikan melalui kata-kata, gambar, musik, isyarat, bahasa tubuh, dll
Tingkat kesulitan pesan harus dipertimbangkan sebelum pesan tersebut
disampaikan kepada si penerima pesan. Artinya tingkat kesulitan pesan
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan dari si penerima pesan.
Isi pesan juga perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi serta karakteristik
penerima pesan.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 6
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
3) Saluran/Media Komunikasi.
Ialah saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan. Sumber harus
menentukan saluran atau media apa yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan tersebut. Saluran/media dalam proses komunikasi
dapat berbentuk : rapat pertemuan, radio, rekaman, televisi, demontrasi,
panggung boneka, media tradisional, surat kabar, majalah, poster, leaflet, dll
5) Encoding
Encoding adalah kegiatan perumusan/ pengalihan gagasan yang dilakukan
oleh komunikator untuk disampikan kepada komunikan.
6) Decoding
Decoding adalah kegiatan perumusan gagasan yang dilakukan oleh
komunikan, gagasan tersebut berasal dari komunikator.
7) Umpan balik
Umpan balik (feed back) yaitu reaksi terhadap pesan.
BAGAN
KOMUNIKASI SEBAGAI SISTEM
UPAN BALIK
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 7
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Selain dari pada itu komunikasi juga merupakan proses yang meliputi:
1) Kegiatan encoding.
Ialah kegiatan merumuskan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan
kepada komunikan.
2) Kegiatan decoding.
Ialah kegiatan menafsirkan pesan oleh komunikator waktu pesan tersebut
diterima.
BAGAN
PROSES KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES ENCODING DAN DECODING
ENCODING DECODING
UPAN BALIK
Agar komunikasi berhasil mencapai tujuan, pesan yang dikirim oleh sumber haruslah
dirumuskan sesuai kemampuan saraf mentafsirkannya. Artinya, agar sasaran bisa
mentafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan,
sehingga pesan tidak berubah maknanya. Misalnya, pesan yang ditujukan untuk
kelompok petani yang buta huruf, haruslah, dirumuskan sedemikian rupa hingga
para petani tersebut mampu mentafsirkannya, seperti yang diharapkan oleh
pengirim pesan. Untuk ini, maka pengirim pesan harus mengenal situasi dan kondisi
sasaran. Jadi didalam komunikasi dikatakan bahwa komunikasi akan berhasil, yaitu
pesan yang dikirim oleh sumber pesan akan dimengerti oleh sasaran, kalau ada
kesamaan antara sumber pesan dan sasaran. Kesamaan ini bisa dalam arti kesamaan
pengalaman, kesamaan pengertian, dan sebagainya.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 8
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
source destination
signal decoder
encoder
Melalui proses komunikasi akan terjadi interaksi antara komunikator dan komunikan
sehingga dapat:
Meningkatkan kemampuan diri untuk saling mengenal satu sama lain serta
keadaan sasarannya, jika prospeknya saling menguntungkan maka hubungan
tersebut akan terus berlanjut dan semakin akrab ( self perseption / self
awareness).
Membangun hubungan antar pribadi (interpersonal relationship).
Melakukan proses pengungkapan diri antara seseorang dengan orang lainnya,
apabila pada saat berinteraksi mengarah pada hal yang positif maka terjalin
hubungan yang ideal (self disclosure).
Melakukan penetrasi sosial (self penetration) membahas permasalahan yang
dimulai dengan kegiatan komunikasi yang bersifat basa-basi hingga membahas
topik yang bersifat serius / pribadi.
Melakukan Proses View yaitu pemberian atau menggunakan atribut tertentu
pada sasaran sehingga dapat menumbuhkan semangat
Melakukan proses social exchange . Thibaut dan Kelly (Sanjaya, 2002) pencetus
teori ini mengemukakan bahwa orang akan mengevaluasi hubungan dengan
orang lain dengan mempertimbangkan konsekuensinya terutama keuntungan
yang diperolehnya.
Melakukan proses problem solfing
BAGAN
DIMENSI YANG MEMPENGARUHI KOMPONEN DALAM
PROSES KOMUNIKASI
Dalam proses komunikasi ada dimensi yang dalam komponen komunikasi yang
dapat dipengaruhi yaitu (lihat bagan diatas) :
1) Sumber / komunikator, dimensi yang dapat dipengaruhi adalah pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Hal ini juga terjadi pada pihak penerima pesan
(komunikan).
2) Pesan, dimensi yang dapat dipengaruhi adalah tingkat kesulitan dan ketepatan
pemilihan /seleksi pesan yang disampaikan.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 9
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Prinsip KIE secara khusus sebagai hasil komunikasi yang diharapkan yaitu:
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 10
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 11
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
8) Pesan yang disampaikan oleh komunikator harus diupakan agar dapat melekat
dibenak sasaran atau selalu diingat (retention/lekat). Upaya yang harus dilakukan
adalah jangan sampaikan terlalu banyak informasi dalam suatu waktu. Beri
kesempatan kepada penerima pesan untuk mengendapkan pesan-pesan tadi
sebelum pesan-pesan berikutnya disampaikan.Jangan terlalu banyak memberi
informasi yang kurang ada kaitannya. Mengulangi pesan secara terus menerus.
Libatkan pengalaman sasaran dalam proses komunikasi.
Pengertian.
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran. Di sini sasaran tidak bisa
atau tidak ada kesempatan untuk memberi umpan balik atau bertanya.
Misalnya :
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 12
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Kebaikannya.
Komunikasi bisa berlangsung cepat, karena tidak terganggu oleh tanya
jawab yang sering kali berkelanjutan secara bertele-tele, kalau tidak
bijaksana menanganinya.
Kekurangannya.
Kemungkinan sasaran salah mentafsirkan pesan yang yang diterima cukup
besar, karena sasaran tidak bisa minta penjelasan.
Pengertian.
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran, kemudian sasaran setelah
menerima pesan tadi, memberikan umpan balik kepada sumber. Biasanya,
komunikasi kelompok dan komunikasi perorangan merupakan komunikasi
timbal balik.
B
A B
Kebaikannya.
Mengurangi salah tafsir dan bisa membina keakraban, karena adanya dialog.
Kekurangannya.
Kalau tidak dikendalikan secara baik, bisa berlarut-larut, hingga makan
waktu banyak.
Komunikasi intrapersonal
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 13
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Komunikasi interpersonal
Adalah percakapan atau dialog antara dua pihak, merupakan interaksi orang
ke orang, terjadi dalam dua arah, bisa verbal dan non verbal atau perpaduan
keduanya.
Komunikasi kelompok
Adalah penyampaian pesan / informasi melalui kelompok, baik yang sengaja
diselenggarakan maupun yang tidak sengaja. Misalnya: pertemuan toma,
ngobrol diwarung.
Komunikasi massa
Adalah penyampaian pesan / informasi kepada sejumlah sasaran yang tidak
saling mengenal, biasanya dalam jumlah banyak.
- Menyebarluaskan informasi.
Hal ini sering tidak dirasakan oleh masyarakat. Di masyarakat di mana
orang sudak terbiasa membaca surat kabar, atau mendengar radio atau
melihat TV, sering tidak menyadari betapa banyaknya mereka telah
belajar oleh media massa tersebut.
- Memperluas Wawasan.
Dengan memperoleh informasi dari media massa maka orang lau
mengetahui apa yang sedang terjadi di bagian lain daripada dunia ini
walaupun orang tersebut tidak berkunjung ke tempat tersebut. Begitu
juga melalui media massa orang bisa tahu kehidupan masyarakat di
tempat lain. Demikianlah medoa massa telah memperluas wawasan
mereka.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 14
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 15
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 16
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam memilih metode dan
teknik KIE dalam bidang kesehatan yaitu:
Berdasarkan jumlah sasaran
Dalam memilih metode dan teknik KIE dalam bidang kesehatan dapat
dilakukan melalui pendekatan 3 jenis jumlah sasaran, yaitu :
- Individu/Perorangan
KIE secara individu/perorangan adalah penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lainnya atau lebih, dapat dilakukan melalui
komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi
langsung, misalnya kunjungan rumah, komunikasi ditempat pelayanan
kesehatan. Sedangkan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan
media, misalnya komunikasi melalui telepon, surat, email, dll.
Metode dan teknik yang dapat diterapkan dalam kegiatan KIE secara
individu/ perorangan adalah:
Komunikasi interpersonal yaitu interaksi dari individu ke individu atau
dari individu dengan kelompok kecil, bersifat dua arah, kemudian pesan
yang disampaikan dalam bentuk verbal dan non verbal. Kedua belah
pihak saling berbagi informasi dan perasaan. Adapun langkah-langkah
melakukan komunikasi interpersonal adalah “SAJI” (Salam, Ajak Bicara,
Jelaskan dan Ingatkan).
a) Perubahan perilaku
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 17
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
SATU TUJU adalah SA: beri salam kepada klien (menciptakan hubungan),
sambut kedatangannya dan berikan perhatian; T : tanyakan kepada klien
untuk menjajagi pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien tentang. U
: uraikan informasi yang relevan / terkait dengan masalah klien. TU:
bantu klien untuk memahami masalah serta alternatif pemecahan
masalahnya. J: Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan keuntungan dari
setiap alternatif pemecahan masalah. U : ulangi hal-hal penting yang
dibahas, serta lakukan kesepakatan kunjungan ulang klien atau rujuk ke
tempat pelayanan lain bila diperlukan.
Teknik komunikasi interpersonal dan konseling meliputi :
teknik menjadi pendengar aktif, teknik mengajukan pertanyaan, teknik
melakukan observasi, teknik melakukan refleksi, teknik membantu klien
mengambil keputusan, teknik menggunakan media KIE serta teknik
mengatasi situasi sulit dalam melakukan komunikasi interpersonal dan
konseling (klien menangis terus, tidak mau berbicara, marah, kecewa,
dll)
- Kelompok
Metoda dan teknik yang digunakan dalam melakukan KIE didalam
kelompok adalah ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, demontrasi,
permainan/ bermain peran.
Sedangkan teknik yang dilakukan adalah teknik menggunakan
media/alat peraga, teknik membangun peran aktif semua peserta,
teknik mengatasi peserta yang dominan, teknik peserta yang acuh, dll.
Agar peserta mau mengikuti pertemuan diskusi kelompok, demonstrasi,
ceramah tanya jawab maupun permainan, ada beberapa teknik yang
dapat dipergunakan yaitu menggunakan fasilitator yang mempunyai
kredibilitas baik, dipercaya sasaran, atau menggunakan teknik perintah,
kompetisi, penggunaan media KIE yang menarik, pemberian hadiah, dll
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 18
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 19
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 20
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
- Massa
Metode dan teknik KIE yang diterapkan dalam komunikasi massa, dapat
menggunakan ceramah, pidato, siaran radio, siaran di televisi, di surat
khabar, media cetak dan media sosial. Dengan demikian metode
promosi kesehatan yang diterapkan melalui kegiatan komunikasi massa
dapat dilakukan melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung.
a) Ceramah umum
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada peringatan Hari Kesehatan
Nasional (HKN), Kepala Puskesmas memberikan pidato didepan
warga masyarakat. Metode ini dillakukan jika ada kelompok orang
yang perlu mendapat penjelasan yang sama, sedangkan waktu
terbatas. Ceramah memerlukan ruangan yang bisa ditempati
sekelompok orang, dengan pembicara yang menguasai masalah
yang akan diberikan. Ceramah jangan terlalu lama, cukup 30 menit.
10 menit pertama untuk memberi penjelasan yang singkat tetapi
jelas, 20 menit berikutnya untuk tanya jawab.
b) Pidato
Pidato tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan
massa.
c) Siaran berprogram
Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara
terprogram melalui siaran radio dan televisi yang bertujuan
mengubah sikap, pengetahuan dan tindakan masyarakat. Metode ini
dapat dipakai dengan beberapa persyaratan, antara lain:
o Sasaran heterogen dilihat dari segi umur, sosial ekonomi dan
sebagainya.
o Informasi bersifat umum atau terbuka.
o Pesawat radio dan televisi sudah banyak dimiliki oleh dan
tersebar merata di masyarakat.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 21
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
a. Pengertian Strategi
Strategi merupakan teknik dan taktik untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu,
menciptakan tujuan dan alur yang jelas dan logis, merinci langkah-langkah untuk
mencapai tujuan atau hasil, bersifat realistik karena sesuai konteks sosial, politik dan
ekonomi suatu program serta memastikan kegiatan KIE dapat dilakukan secara
efektif dan efisien untuk mengatasi masalah yang ada.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 22
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Inovasi adalah sesuatu yang baru, bisa berupa ide, sikap, tindakan/perilaku atau benda
yang dianggap baru diperkenalkan kepada individu atau kelompok atau masyarakat.
Difusi inovasi adalah suatu proses komunikasi yang khusus menyampaikan suatu inovasi
kepada sasaran.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 23
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar
dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964
melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai
proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka
waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Komunikasi dalam proses difusi inovasi
secara umum dibagi menjadi dua yaitu:
a. Komunikasi massa ialah komunikasi yang dilakukan terhadap sasaran yang
jumlahnya amat besar (massa) dengan menggunakan berbagi jenis media massa,
seperti televisi, radio, film, surat kabar, majalah dan sejenisnya.
b. Komunikasi interpersonal ialah komunikasi langsung melalui tatap muka yang
dilakukan terhadap sasaran perorangan atau sasaran kelompok.
Pada proses difusi, pemilihan cara dan saluran komunikasi harus dilakukan dengan
tepat dan ini merupakan tugas dari sumber komunikasi atau pengirim pesan /
komunikator.
Dalam proses difusi inovasi ada beberapa tahap kegiatan yaitu :
1) Mempelajari Inovasi.
Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan
mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa.
Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran
dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada.
Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal
itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang
dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat
mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui
komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2) Melakukan Adopsi
Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari.
Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh
beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang
didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi
inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang.
Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut
biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu
melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka
akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga
menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa
orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru
untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga
dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika
sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia
anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 24
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran
masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi
interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk
mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.
AAMODEL
MODELOF
OFSTAGE
STAGEIN
INTHE
THE
INNOVATION-DECISION PROSES
INNOVATION-DECISION PROSES
PRIOR
CONDITION
PREVIOUS COMMUNICATION CHANNELS
PRACTICE
FELT NEEDS
PROBLEMS
INNOVATIVEN
ESS NORM OF
S OS IAL
S YS TEM
I II VI V
III
IMPLEMENTATION CONVERMATION
KNOWLEDGE PERS UAS ION
DECIS ION
Pada gambar tersebut diatas, tentang teori ”inovation – decision process” yang
dikembangkan Rogers terdiri dari lima tahapan kegiatan yaitu:
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 25
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Model innovation – decision ini sejalan dengan proses belajar (learning process) dan
teori perubahan sikap (attitude). Rangsangan–rangsangan (stimuli) yang diterima oleh
individu berupa informasi tentang suatu inovasi, tersimpan dalam diri individu sampai
yang bersangkutan memberi reaksi (response) tentang inovasi tersebut yaitu menerima
atau menolak. Adanya stimulus (rangsangan) kemudian timbul reaksi (response)
terhadap stimulus, hal ini merupakan suatu proses belajar.
Everett M Rogers menekankan bahwa difusi inovasi sebagai proses dimana sebuah
inovasi dikomunikasikan sehingga dapat membentuk pengetahuan baru di masyarakat
atau kelompok sasaran, dipengaruhi oleh empat unsur yaitu 1) sifat inovasinya; 2) cara
dan saluran komunikasi yang dipergunakan; 3) waktu tertentu yang diperlukan; 4)
individu-individu sebagai anggota suatu sistem sosial. Keempat unsur tersebut
berlangsung dalam yang simultan, di mana masing-masing sistem itu berhubungan satu
dengan lainnya selama proses difusi inovasi itu berlangsung
Proses difusi inovasi ini berlangsung tergantung pada keadaan individu sebelum inovasi
diperkenalkan kepadanya. Artinya bagaimana pandangan individu tersebut terhadap
perubahan pada umumnya, apakah ia termasuk orang yang senang terhadap perubahan
atau anti perubahan. Begitu juga apakah yang bersangkutan termasuk orang yang luas
pergaulannya. Selain itu situasi masyarakat dimana individu tersebut hidup juga
berpengaruh. Artinya, apakah masyarakatnya termasuk masyarakat yang sudah maju
atau masih tradisional. Selanjutnya, apakah individu yang menghadapi inovasi tersebut
akan menerima atau menolak sangat tergantung pada sifat inovasinya juga, yaitu apakah
inovasi tersebut dianggap berguna baginya, apakah tidak bertentangan dengan norma
setempat dan tidak bertentangan dengan apa yang sudah dikerjakan sejak lama, apakah
inovasi tersebut bersifat sederhana, gampang dilaksanakan, tidak kompleks dan tidak
mahal dsb.
Kecepatan adopsi suatu inovasi ialah kecepatan suatu inovasi diadopsi oleh anggota
suatu sistem sosial. Kecepatan adopsi ini biasanya diukur dengan waktu yang diperlukan
serta sifat inovasi itu. Inovasi yang dianggap oleh masyarakat sebagai inovasi yang
bermanfaat , tidak bertentangan dengan norma masyarakat setempat, mudah untuk
diterapkan, praktis dan tidak mahal serta sesuai dengan kemampuannya maka akan
lebih cepat diadopsi (mempunyai kecepatan adopsi lebih besar). Inovasi mempunyai
kecepatan adopsi yang berbeda kalau diperkenalkan pada sistem sosial yang berbeda.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada sistim sosial yang modern kecepatan
adopsinya lebih besar dari pada di sistem sosial yang tradisional.
Kecepatan penerimaan suatu inovasi tergantung pula antara lain jenis saluran
komunikasi yang dipakai serta intensitas usaha para petugas ( termasuk kader) yang
menyebarluaskan inovasi tersebut.
Cepat lambatnya seseorang menerima suatu inovasi dibanding dengan anggota
masyarakat lainya ada perbedaan. Hal ini dipengaruhi adanya perbedaan karakteristik
antara individu yang satu dengan individu lainnya dalam merespon suatu inovasi. Ada
lima karakteritik individu yang dapat berpengaruh terhadap proses pengembangan sikap
individu dalam merespon suatu inovasi, yaitu : 1) golongan pelopor (inovator); 2)
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 26
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
golongan pengetrap dini (early adopter); 3) golongan pengetrap awal (early majority); 4)
golongan pengetrap akhir (late majority); 5) golongan penolak (laggard).
Ciri golongan pelopor (inovator) adalah berpikiran maju, ingin mencoba hal-hal atau
cara-cara yang baru, mempunyai sifat memotivasi orang lain untuk keluar dari kebiasaan
yang sederhana kearah yang lebih maju. Umumnya golongan kelompok ini mempunyai
status ekonomi yang lumayan baik. Oleh karena itu kelompok ini mempunyai sikap siap
untuk mencoba inovasi walaupun harus menghadapi kemungkinan kegagalan dari pada
inovasi yang diterima, terutama yang menyangkut materi. Golongan ini juga mempunyai
cukup kemampuan untuk memahami dan menerapkan inovasi yang diperkenalkan
kepadanya, walaupun inovasi tersebut agak kompleks. Hal ini disebabkan karena
golongan ini mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada kelompok masyarakat
lainnya. Golongan ini umumnya merupakan orang-orang yang berani mengambil resiko.
Kelemahannya golongan ini biasanya kurang mempedulikan orang-orang disekitarnya,
tidak aktif menyebar luaskan pengetahuan dan pengalamannya. Namun, orang lain
selalu mengamati gerak-gerik kelompok ini. Golongan ini, jumlahnya yang ada di
masyarakat tidak banyak, hanya satu-dua orang saja.
Ciri-ciri golongan pengetrap dini (early adopter) merupakan kebalikan dari karakteristik
golongan inovator. Mereka pergaulannya terbatas hanya pada lingkungan tempat
tinggalnya saja, dan sering dianggap sebagai tokoh masyarakat setempat. Golongan ini
biasanya merupakan tempat orang-orang bertanya atau minta pertimbangan sebelum
menentukan apakah inovasi tersebut diterima atau ditolak. Mereka umumnya
merupakan orang-orang yang disegani oleh kelompoknya. Oleh karena itu kelompok ini
merupakan pintu gerbang yang menyaring masukknya ide-ide baru ke masyarakat.
Golongan early adopter ini lah yang biasanya dicari oleh para pembawa inovasi untuk
dijadikan teman dalam menyebarkan inovasinya di masyarakat.
Ciri-ciri golongan pengetrap awal (early majority). Golongan ini menerima inovasi lebih
lambat dibandingkan dengan golongan terdahulu, tetapi lebih awal dibanding kan
dengan kebanyakan anggota masyarakat lainnya. Golongan ini umumnya tidak
menempati posisi pemuka masyarakat, namun mempunyai kemampuan sebagai
penghubung yang bisa diharapkan pengaruhnya. Golongan ini sering disebuti golongan
yang ikut-ikutan. Mereka baru menerima suatu inovasi sesudah yakin bahwa inovasi
tersebut aman dan berguna baginya.
Ciri-ciri golongan pengetrap akhir (late majoriity), adalah mau menerima inovasi setelah
kebanyakan orang di masyarakat menerimanya. Mereka mau menerimanya karena ada
tekanan dari kelompoknya dan umumnya mereka menerima inovasi tersebut dengan
rasa tidak mantap.
Ciri-ciri golongan penolak (laggard). Golongan ini merupakan orang-orang yang paling
belakangan menerima inovasi. Itupun kalau mereka menerimanya, karena umumnya
tetap menolak. Mereka ini umunya merupakan orang-orang yang pendidikannya kurang,
tingkat ekonominya renadah dan pergaulannya sempit. Biasanya golongan ini
mempertahankan keadaan yang dialami sejak dulu, orientasinya kemasa lampau dan
bukan ke masa depan. Golongan ini merupakan kelompok tradisional. Umumnya mereka
menaruh kecurigaan para inovator atau para petugas.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 27
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Pada dasarnya pelaksanaan KIE dalam bidang kesehatan di puskesmas, dapat dilakukan di
dalam dan di luar gedung. Kegiatan KIE tersebut dapat dilakukan melalui:
1. Komunikasi individu
a. Di dalam gedung kegiatan yang dilakukan adalah: melakukan komunikasi
interpersonal dan konseling kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Diluar gedung kegiatan yang dilakukan adalah : melakukan kunjungan rumah dalam
upaya pemberdayaan keluarga, pembinaan pada kader, advokasi atau pendekatan
pada tokoh masyarakat, dll
2. Komunikasi kelompok
a. Di dalam gedung kegiatan yang dilakukan adalah: melakukan diskusi kelompok
dengan pasien, keluarga pasien dan pengunjung puskesmas, kelompok remaja di
puskesmas, dll
b. Diluar gedung kegiatan yang dilakukan adalah : melakukan pemberdayaan kader,
pengembangan UKBM, pelaksanaan kegiatan UKS, pelatihan kader, penyuluhan
kesehatan pada ibu-ibu di Posyandu, kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
dll
3. Komunikasi massa
a. Di dalam gedung kegiatan yang dilakukan adalah: melakukan pemasangan media
cetak (poster), pembuatan mading, billboard, spanduk yang berisi pesan kesehatan,
pemutaran radio/ tv spot yang berisi pesan-pesan kesehatan, dll
b. Diluar gedung kegiatan yang dilakukan adalah : siaran radio, pameran, media
tradisional, gerakan masyarakat dalam PHBS (saat Hari Bebas Tembakau Sedunia,
Hari Kesehatan, Gebrak Malaria), dll
VII. Referensi
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 28
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Pekerti, Rudi. Modul Promosi Kesehatan, Advokasi, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2011
Tim Penyusun Modul Pelatihan Pengembangan Media Sederhana, Jakarta: Depkes RI, 2006
Tim Penyusun, Cara Praktis Mengkritisi Iklan Produk-Produk Komersial yang Mempengaruhi
Kesehatan, Jakarta: Kemenkes. RI, 2010
Pekerti, Rudi. Bioskesa Darwin Karyadi, Menguji Gizi Menuai Senyum Prestasi, Jakarta: Helen
Keller Indonesia, 2009
Lloyd, Margaret dan Robert Bor. Communication Skills for Medicine. London: Churchill
Livingstone, 2006
Tim Penyusun. Cara Praktis Mengkritisi Iklan Produk-Produk Komersial yang Mempengaruhi
Kesehatan, Kemenkes. RI, 2010, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta
Tim Penyusun. Pengembangan Media Promosi Kesehatan dalam pemberdayaan Keluarga.
Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan RI, 2011.
Mac Namara, Jim. Strategi Jitu Menjinakkan Media, PT Multi Media Publisher, 1996
Mulyadi, Ivan dan Toni Burhanudin. Ada Iklan di Balik Lagu. Adcetra, Juli 2013
Tanoso, Harri. Lagu Mesti Mudah Diingat dan Mudah Dinyanyikan. Adcetra, Juli 2013
Agus, Maghribu Muhammad. Tema Ad Song Selaras dengan Tag Line. Adcetra, Juli 2013
Ladjar, Angelina Merlyana. Catchy, Entertaining tapi Tetap Smart. Adcetra, Juli 2013
Lampiran :
a. Peserta dibagi dalam tiga kelompok (setiap kelompok terdiri dari 10-11 orang). Semua
kelompok diminta berdiskusi untuk membuat skenario dan mempersiapkan diri untuk
melakukan praktek KIE dalam bidang kesehatan di puskesmas, melalui kegiatan bermain
peran (roll play):
Kelas A : melakukan KIE - Kesehatan Ibu
Kelompok 1: mempraktekan komunikasi individu (Komunikasi Interpersonal/ Konseling)
yang dilakukan oleh petugas puskesmas pada saat melakukan kunjungan rumah pada
suami dan ibu hamil , dengan materi pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan.
Kelompok 2: mempraktekan penyuluhan kelompok/diskusi kelompok dengan kader
posyandu tentang Pentingnya Peran Kader dalam mendukung peningkatan cakupan
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Kelompok 3 : mempraktekan komunikasi massa tentang pentingnya persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 29
Materi Inti 2
KIE Dalam Bidang Kesehatan
Waktu diskusi : 10 menit untuk diskusi membuat skenario dan mempersiapkan diri bermain
peran, sedangkan waktu bermain peran untuk setiap kelompok adalah 5 menit.
b. Seusai bermain peran, setiap kelompok diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan
terhadap praktek KIE yang dilakukan oleh kelompok lainnya.
Modul Pelatihan Pelatih Promosi Kesehatan Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2015 30