PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sistem Rujukan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem rujukan ialah sistem
yang memungkinkan pengalihan tanggung jawab satu kasus dari pusat
pelayanan ke pusat pelayanan lain yg berbeda kemampuannya (Departemen
Pendidikan Nasional, 2002).
Sistem rujukan (referral system) adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur dan melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
pengelolaan suatu kasus penyakit dan ataupun masalah kesehatan secara
timbal balik secara vertikal, dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang
berbeda stratanya, atau secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama stratanya (Permenkes, 2012a).
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang
wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan
sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan (Idris,2014).
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara
timbal balik, baik vertical dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal
dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang sama (Pohan, 2006).
B. Sejarah Singkat Sistem Rujukan di Indonesia
Program sistem rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah
sejak tahun 1976 untuk memperbaiki pelayanan obstetri/kebidanan, terutama
bagi kelompok resiko tinggi. Harapannya adalah dengan sistem ini akan lebih
efisien, efektif, affordable dan mudah diakses oleh mayoritas masyarakat.
Namun pelayanan ini bukan hanya sekedar aktivitas dalam sistem rujukan,
namun juga mencakup pelatihan dan penelitian.
pada
program
perlindungan
sosial
serta
layanan
ketenagakerjaan.
2. Koordinasi horizontal dan vertikal untuk meningkatkan efisiensi
Pada saat ini, fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) dalam berkoordinasi dengan dinas teknis (Dinas Kesehatan,
Pendidikan, Sosial, dan Ketenagakerjaan) sebagai pelaksana lapangan
program tidak berlangsung dengan baik. Meskipun program-program di
bawah kementerian terkait saling melengkapi, mereka tidak saling
bertukar informasi mengenai pelaksanaan teknis lapangan setiap program
yang ada di daerahnya.
Banyak di antara program tersebut menggunakan petugas
pendamping pada tingkat komunitas di mana mereka hanya fokus kepada
program mereka saja dan daerah targetnya, sehingga tidak ada
mekanisme yang menghubungkan petugas pendamping dari berbagai
program yang ada. Hal ini menyebabkan
pemerintahan
dan
tumpang-tindihnya
inefisiensi
proses
administrasi
administrasi pada
Teknis
Ketenagakerjaan,
terkait
Pendidikan,
(Kementerian
dan
lainnya).
Kesehatan,
SRT
Sosial,
menggunakan
potensi
penerima
mendapatkan
perlindungan
sosial
dasar
dan
terbatasnya
berkontribusi
dalam
mengurangi
dan
mekanisme
monitoring-evaluasi
yang
dapat
untuk
pemeriksaan
10
Man (pasien)
2.
3.
4.
11
pelaksanaan
pelayanan
kesehatan,
yaitu
sebagai
berikut
2.
12
menjelaskan masalah medis dan kendala yang dihadapi pada pasien yang
bersangkutan. Di sini pasien akan dilayani oleh dokter spesialis (DSp) di
rumah sakit (kelas C atau B1), klinik spesialis atau klinik pribadi. Jika
masalah kesehatan yang sulit telah diselesaikan pasien akan dikirim balik
ke DPU yang mengirimnya dengan bekal surat rujuk balik yang berisi
anjuran kelanjutan pengobatannya.
3.
13
RSUD Propinsi/Pusat
Tingkat 3
RSUD Kab/Kota, BP4,
BKMM, BKKM. Sentra P3T,
Tingkat 2
Klinik Swasta
Puskesmas. Dokter Umum/Keluarga
Tingkat
Tingkat 2
Dinkes kab/Kota
BP4, BKMM, BKKM
Sentra P3T
Dokter Umum/Keluarga
TingkatPuskesmas.
1
Posyandu
Polindes
Masyarakat
Masyarakat
Posyandu
sakabhakti
Yankes
Individu
Gambar 3. Tahapan
Rujukan
Individu
Individu
Sakabhakti
14
Kabupaten/kota
dibagi
dalam
beberapa
wilayah
rujukan/region,
15
16
17
18
11) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a) pasien
membutuhkan
pelayanan
kesehatan
spesialistik
atau
subspesialistik;
b) perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau
ketenagaan.
12) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan
pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a) permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya;
b) kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua
lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c) pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan atau
d) perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan
dan atau ketenagaan (Idris, 2014).
13) Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien
di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1.
pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan
2.
pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
19
tahun
2008
Kesehatan
Masyarakat
Surakarta
(PKMS).
Jaminan
20
Jenis kepesertaan PKMS sendiri ada dua jenis yaitu PKMS Silver
dan PKMS Gold. PKMS Silver diberikan kepada seluruh masyarakat
Surakarta sesuai dengan persyaratan dan PKMS Gold diberikan kepada
masyarakat miskin yang terdaftar di Surat Keputusan Walikota tentang
masyarakat miskin.
Cara menjadi peserta PKMS Silver:
Calon peserta mendaftarkan diri di Badan Penanaman Modal
dan Perijinan Terpadu (BPMPT) dengan membawa :
F.C Kartu Keluarga dengan menunjukkan aslinya
F.C KTP dengan menunjukkan aslinya atau surat
Kelurahan
Peserta datang sendiri ke UPTD PKMS, apabila yang
bersangkutan sakit keras atau lansia, pendaftaran bisa diwakili
oleh keluarga terdekat yang keabsahannya dibuktikan dengan
Kartu Keluarga
Pencetakan kartu PKMS Gold dilakukan setelah mendapatkan
ketetapan dari tim verifikasi tingkat kota.
21
Pelayanan
PKMS
berupa
pelayanan-pelayanan
sebagai
berikut:
1. Rawat Jalan
Diberikan di semua Puskesmas yang ada di Kota Surakarta
serta di RSUD Kota Surakarta
2. Persalinan Normal
Diberikan/Dilayani di Puskesmas Rawat inap (Puskesmas
Pajang, Sibela, Banyuanyar dan Gajahan) dan RSUD Kota
Surakarta
3. Rawat Inap, diberikan/dilayani di :
Puskesmas rawat inap, RSUD kota Surakarta dan Rumah
sakit yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta
Pelayanan kesehatan yang dibatasi dalam PKMS Silver antara lain
adalah: Cuci darah 15 x / tahun atau CAPD 3 x / tahun kemoterapi 2 seri/
tahun dan Operasi besar
Pelayanan Kesehatan yang tidak dijamin dengan PKMS:
Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
Kacamata
Alat bantu dengar
Alat bantu gerak
Pelayanan diagnostik canggih
Bahan, alat, tindakan yang bertujuan untuk kosmetika
General medical check up
Operasi jantung
Obat-obatan diluar formularium
Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya
mendapatkan keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan
impotensi
Kasus bunuh diri dan penyalah gunaan NAPZA
Persalinan ke 4 (empat) dan seterusnya
Pemulasaran jenazah
Penggunaan ambulance
Rawat inap yg ke 2 dst dalam 1 bln dg kasus yg sama krn rawat
22
kepala
Kelurahan/sekrertaris
Kelurahan
dan
pendaftaran
Kartu PKMS yang berlaku adalah kartu yang pertama kali
sejak awal
23
24
25
BAB III
PEMBAHASAN
Melihat tinjauan pustaka yang sudah dipaparkan di atas dan melihat
kenyataannya yang terjadi di lapangan, sebenarnya proses rujukan yang
dilaksanakan di RSUD Kota Surakarta sudah sesuai dengan teori. BLUD RSUD
Kota Surakarta berperan sebagai Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat
dua menerima maupun merujuk pasien dari PPK tingkat yang lain. Dalam
pelaksanaan teknisnya, RSUD Kota Surakarta menerima pasien umum dan pasien
rujukan dari fasilitas layanan kesehatan terutama tingkat pertama/primer, yaitu
puskesmas dan dokter keluarga yang bekerja sama dengan BPJS.
Jenis pasien yang dilayani di RSUD Kota Surakarta terdiri dari pasien
umum, pasien peserta JKN/BPJS (baik PBI maupun non PBI), pasien peserta
PKMS (baik silver maupun gold), dan pasien peserta Jamkesda Karanganyar.
Khusus peserta Jamskesda Karanganyar dengan alasan pertimbangan lokasi
geografis maka pasien Jamkesda Karanganyar yang telah bekerja sama dengan
RSUD Karanganyar dapat memanfaatkan jaminan kesehatannya di sini.
Sistem rujukan di RSUD Surakarta sendiri ada beberapa masalah yang
tampak. Salah satu contohnya adalah pasien yang datang ke poli tidak membawa
persyaratan secara lengkap, seperti surat rujukan dari puskesmas/dokter keluarga,
serta fotokopi identitas. Apalagi untuk pasien PKMS seperti yang sudah
dicantumkan di tinjauan pustaka perlu membawa berbagai kelengkapan
administrasi dan pasien kerap kali lupa membawa persyaratan yang diperlukan.
Hal ini dapat menghambat pelayanan dan menyebabkan pasien yang mau datang
berobat tidak dapat dilayani segera karena harus melengkapi semua persyaratan
terlebih dahulu.
Masalah lain terkait sistem rujukan dengan jaminan kesehatan adalah
mengenai kondisi pasien. Seperti yang kita ketahui, sistem rujukan berjenjang ini
diberlakukan salah satunya agar terjadi pemerataan pasien, sehingga pasien tidak
menumpuk di satu tingkat pelayanan kesehatan. RSUD Surakarta sendiri sebagai
PPK tingkat dua memiliki kriteria tersendiri dalam penanganan pasien rujukan.
26
Namun sering sekali ternyata pasien yang datang dari rujukan PPK tingkat satu
berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk dirawat secara tuntas tanpa
dirujuk ke PPK tingkat dua. Hal ini sering dijumpai di lapangan. Menurut saya hal
ini terjadi karena sistem rujukan di bawah atau di layanan primer masih belum
terlaksana sesuai peraturan yang ada.
Untuk pasien yang masuk dengan jalur IGD atau pasien dalam kondisi
kegawat daruratan, RSUD berusaha menerima pasien dan menindaklanjuti dengan
mekanisme tanpa rujukan namun harus dibuktikan secara medis bahwa pasien
tersebut memang pasien gawat darurat dan membutuhkan penanganan segera.
Namun jika terbukti secara medis bukan pasien gawat darurat maka edukasi
keluarga pasien maupun pasien dilakukan pihak rumah sakit untuk menjelaskan
sistem dan peraturan yang berlaku di rumah sakit, seperti contohnya pembiayaan
bisa saja dimasukkan ke dalam pasien umum dan tidak ditanggung oleh jaminan
karena tidak sesuai dengan prosedur rujukan yang ada.
Sebenarnya kasus pasien yang menolak membayar jasa layanan kesehatan
didominasi oleh pasien dengan keterbatasan pengetahuan mengenai sistem atau
alur yang wajib dilakukan pasien sebagai peserta jaminan kesehatan. Seringkali
pasien datang dan berobat tidak membawa surat rujukan dan surat administrasi
lainnya sebagai persyaratan penanggungan biaya berobat. Pasien ngotot tidak mau
membayar dan berusaha membela pendapat bahwa yang dilakukan sudah sesuai
prosedur yang ada. Biasanya untuk kasus seperti ini dari pihak RSUD melakukan
edukasi kepada pasien atau keluarga untuk segera melengkapi kelengkapankelengkapan administrasi supaya biaya jasa layanan kesehatan dapat ditanggung
oleh BPJS/PKMS/Jamkesda Karanganyar.
Hal yang kadang sering dijumpai di lapangan adalah pasien gelandangan
dan fakir miskin yang tidak terdaftar dalam program jaminan kesehatan manapun
bahkan tidak memiliki identitas sehingga sulit melacak keberadaan keluarga.
Pasien seperti ini yang berobat ke RSUD Surakarta akan diterima dan dilakukan
penanganan juga dengan menggunakan biaya taktis dari alokasi dana pemerintah.
Namun pasien dengan kriteria seperti ini masih dibicarakan di tingkat dinas
27
28
Untuk alur rujukan di RSUD Surakarta dapat dilihat dari bagan berikut:
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. RSUD Kota Surakarta sudah melayani pasien rujukan BPJS, PKMS, dan
Jamkesda Karanganyar sesuai dengan regional dan sesuai sistem rujukan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Rujukan balik masih kurang berjalan baik dari PPK di bawahnya maupun
PPK di atas RSUD Surakarta
3. Jaminan kesehatan yang berlaku di RSUD Kota Surakarta adalah JKNBPJS, PKMS dan Jamkesda Karanganyar.
4. Mekanisme pembiayaan sangat terkait dengan lancarnya sistem rujukan
yang ada.
B. Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi oleh dinas kesehatan terkait dan dinas lintas
sektor lainnya seperti dinas sosial juga seluruh pihak yang terkait seperti
tenaga kesehatan maupun masyarakat mengenai sistem rujukan dan
pembiayaan yang sudah ada di masyarakat sehingga rujukan dapat tepat
sasaran dan kalaupun ada kekurangan agar bisa segera diperbaiki unutk
meningkatkan kualitas pelayanan di masa yang akan datang.
2. Masalah rujukan balik yang saat ini masih menjadi kendala sebaiknya
dievaluasi juga dan dicarikan solusi terbaiknya dan jika sudah ada
solusinya hendaknya dikerjakan sesuai sitem yang berlaku.
3. Untuk pengetahuan mengenai sistem jaminan sosial kesehatan yang ada di
masyarakat dan kaitannya dengan sistem rujukan, Rumah Sakit walaupun
sebagai fasilitas kesehatan yang mengedepankan aspek kuratif dan
rehabilitatif hendaknya ikut ambil bagian juga dalam program aspek
promotif dan preventif contohnya saja dengan memberikan transfer ilmu
kepada masyarakat tentang mekanisme sistem rujukan yang benar melalui
mekanisme penyuluhan dan sosialisasi walaupun terkadang susah untuk
mengedukasi pasien.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141209103102-20-
16871/supaya-tak-ditolak-peserta-bpjs-diminta-pahami-soal-rujukan/
31
32