Anda di halaman 1dari 33

MATERI DASAR

KEBIJAKAN NASIONAL
SKRINING HIPOTIROID
KONGENITAL

Disampaikan Pada
Orientasi Skrining Hipotiroid Kongenital
Mataram, 29 Maret 2017
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


• Setelah selesai sesi ini, peserta mampu memahami tentang
Kebijakan Nasional SHK

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai sesi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan latar belakang tentang SHK
2. Menjelaskan dasar hukum terkait SHK
3. Menjelaskan tujuan program SHK pada bayi baru lahir
4. Menyebutkan arah kebijakan SHK
C. Tujuan Program SHK
Tujuan Umum:
• Seluruh bayi baru lahir di Indonesia mendapatkan pelayanan Skrining
Hipotiroid Kongenital (SHK) sesuai standar
Tujuan Khusus :
• Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang mampu melaksanakan SHK
• Meningkatnya ketersediaan fasilitas layanan kesehatan pemerintah maupun
swasta yang melaksanakan SHK
• Terdeteksinya kelainan bawaan hipotiroid pada bayi baru lahir
• Terlaksananya pengobatan dini kelainan HK untuk mencegah dampak
kecacatan
• Tersedianya data dan informasi tentang angka kejadian (insiden/prevalens)
dan sebaran hipotiroid kongenital di Indonesia
• Meningkatnya peran serta pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
untuk meningkatkan akses dan cakupan pelayanan SHK
D. Arah Kebijakan SHK

Kebijakan program SHK


• Meningkatkan akses dan cakupan SHK pada seluruh bayi baru
lahir dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak
• Menjaga kualitas penyelenggaraan SHK baik di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta
• Menjaga agar biaya pemeriksaan SHK tetap cost effective
• Mendorong peran serta masyarakat, pemerintah daerah dan
pemerintah dalam penyelenggaraan SHK.
ARAH KEBIJAKAN
VISI DAN MISI PRESIDEN

TRISAKTI:
Mandiri di Bidang Ekonomi; Berdaulat di Bidang Politik;
SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN
3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA,

Berkepribadian dlm Budaya

9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)

NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA


Agenda ke 5: Meningkatkan Kualitas Hidup
Manusia Indonesia

PROGRAM INDONESIA KERJA


PROGRAM INDONESIA PROGRAM PROGRAM INDONESIA
PINTAR INDONESIA SEHAT SEJAHTERA

RENCANA STRATEGIS KEMENKES 2015-2019

PENERAPAN PENGUATAN JAMINAN KESEHATAN


PARADIGMA SEHAT PELAYANAN KES NASIONAL (JKN)

KELUARGA
DTPK
SEHAT
A. Latar Belakang SHK
• Anak yang sehat dan cerdas  modal dasar dan aset penting
 pembangunan bangsa.
• Tidak semua anak dapat tumbuh menjadi sehat dan cerdas
karena berbagai faktor. Salah satu diantaranya terjadi pada
anak yang lahir dengan kelainan Hipotiroid Kongenital (HK).
• Terlambat diobati  pertumbuhan & perkembangan bayi
menjadi terhambat  kecacatan
• Skrining Hipotiroid Kongenital  deteksi dini  bila + 
diobati dini  tumbuh dan berkembang sesuai potensi
genetik
Menyiapkan Generasi Emas
Untuk Bonus Demografi
Bonus Demografi
tahun 2025-2035 —>
Ledakan aset SDM
usia potensial/kerja :
penduduk usia
produktif 70 % dari
total jumlah penduduk
Bonus Demografi
Berkah? >< Bencana?
SDM sehat dan
berkualitas —> Indeks
Pembangunan
Manusia meningkat

Kesempatan menyiapkan SDM Berkualitas


KELAINAN BAWAAN
• PKU ( 1: 19.000; di Asia jarang, 1 : 50.000)
• Hipotiroid Kongenital (1 : 3000/4000)
• CAH (1 : 15.000)
• MSUD (1 : 200.000)
• G6PD def (1 : 65 ; terutama etnis Tionghoa)
• Galactosemia ( 1 : 50.000)
• Cystic fibrosis ( orang kulit putih),1 : 2000)
• Sickle cell disease
• Homocystinuria
• Inborn error of metabolism lainnya
A. Latar Belakang SHK …

Analisis Situasi Global


Prevalensi HK Global =1: 3000; GAKI = 1: 300-900; P: L = 2:1
• Jepang adalah 1:7600
• Singapura 1:3000-3500
• Malaysia 1:3026
• Filipina 1:3460
• HongKong 1:2404
• Korea 1:4300
• Vietnam 1:5502
• India 1:1700 dan Bangladesh 1:2000.
• Taiwan 1 : 1027
A. Latar Belakang SHK …

Analisis Situasi Nasional


• Hasil pemeriksaan SHK Tahun 2000 – 2015, dari 271.131 bayi
baru lahir dilakukan SHK, kadar TSH tinggi 167 bayi, sampai
2016 ada 322.710 bbl kadar TSH tinggi 203 bayi

• Rekam medis klinik endokrin anak RSCM & RSHS 2012-2013 :


– > 70% HK didiagnosis umur >1 tahun,  keterbelakangan
mental permanen.
– 2,3% HK didiagnosis umur < 3 bulan  minimal
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan
• Angka kelahiran 5 juta bayi/ tahun, bila kejadian 1:3000 
> 1600 bayi HK/tahun  terakumulasi tiap tahun
PENDERITA HIPOTIROID KONGENITAL

Rastogi and LaFranchi Orphanet Journal of Rare Diseases 2010, 5:17


11
Skrining Hipotiroid Kongenital
• Pemeriksaan laboratorium darah bayi baru lahir.
• Pengambilan spesimen darah paling ideal adalah
umur bayi 48 sampai 72 jam.
Deteksi dini  Intervensi
dini : pengobatan L-thyroxine
 anak bisa tumbuh
kembang normal
“golden period” idealnya
< 1 bulan pertama
kehidupan

Anak 2 tahun perempuan Anak 2 tahun perempuan


Tidak ada kelenjar tiroid, Tidak ada kelenjar tiroid, diskrining
tidak di skrining dan di obati sebelum usia 1 bulan
A. Latar Belakang SHK …
Pengembangan Program SHK di Indonesia
• TL konsensus Workshop on National Neonatal Screening for
Congenital Hypothyroidism 1999  studi pendahuluan SHK di lab
2000 – 2005 RSHS & RSCM, International Atomic Energy Agency (IAEA)
• pilot study SHK di RSCM Jakarta dan RSHS Bandung

• Rekomendasi Health Technology Assessment (HTA), POGI,


2006 IDAI. (27 September 2006)

• Program pendahuluan dilaksanakan di 8 provinsi (Sumbar, DKI


2008 Jakarta, Jabar, Jateng, Jogjakarta, Jatim, Bali, Sulsel).
• Penetapan 2 (dua) laboratorium rujukan SHK (RSCM & RSHS)

2009 • Pokjanas SBBL Kepmenkes No.829/Menkes/ SK/ IX/2009

• Rekomendasi Tim Teknis Pengkajian dan Penapisan Teknologi


2013 Kesehatan  SHK perlu dilakukan untuk semua bayi baru lahir
• 11 provinsi melaksanakan SHK
A. Latar Belakang SHK …
• Permenkes No 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak
• Permenkes No 78 Tahun 2014 tentang SHK
2014 • Kurikulum Modul Pelatihan SHK
• Revisi Pedoman SHK dan Standar dan Prosedur
Laboratorium SHK
• 14 provinsi melaksanakan SHK

• Dukungan CSR PT. Merck untuk sosialisasi dan workshop di 6


provinsi (Sumut, Jabar, DKI Jakarta, Jateng, DIY, Jatim)
• Revisi struktur Pokjanas SBBL Kepmenkes
• Pengembangan Sistem Pelaporan Laboratorium Rujukan SHK
2015 menggunakan Juknis Sistem Pelaporan SHK dari
Laboratorium Rujukan SHK, format laporan yang sama dan
laporan menggunakan hipotiroid.kongenital@gmail.com
• Pengembangan materi KIE SHK
• 18 provinsi melaksanakan SHK, 2 provinsi pengenalan SHK
A. Latar Belakang SHK …

• Peningkatan jumlah sasaran dari < 0,5 % (22 provinsi) thn 2015
menjadi 5,7% (32 provinsi)
• Telah ada kebijakan dari Dirjen Kesmas bahwa provinsi harus
menandatangani kesanggupan penyerapan dekonsentrasi
hingga 90-100%
• Perlu didukung dengan rencana operasional yg baik di tingkat
provinsi, dukungan kesiapan laboratorium dan dukungan
jejaring organisasi profesi
• Subdit Maternal dan Neonatal menyiapkan dan
2016 mensosialisasikan :
• Surat edaran pelaksanaan SHK 2016 : 1. Petunjuk operasional
bagi provinsi , 2. template PKS, 3. info akses juknis sistem
pelaporan lab SHK, 4. akses jejaring komunikasi SHK daerah
(1,2,3 + KIE ada di web Gizikia)
• Surat umpan balik ke provinsi yang mendapat dekon 2015
• Surat ke RS Lab rujukan untuk mendapatkan dukungan
kesiapan lab
• Per tanggal 1 September 2016 semua pemeriksaan SHK
dihentikan karena ada rasionalisasi anggaran pemerintah
• SHK dianggarkan di dana dekonsentrasi 31 provinsi
+ 1 provinsi BLUD (1.6% sasaran BBL)
• Pelatihan SHK 2 angkatan
2017
• SHK masuk dalam dana DAK Non Fisik (Jampersal)
• Menyepakati bentuk Perjanjian Kerjasama dan
dokumen pertanggungjawaban keuangan (SPK)

• SHK masuk dalam materi pelatihan pelayanan


kesehatan terintegrasi Maternal dan Neonatal
• Diharapkan seluruh kabupaten/kota melaksanakan
2018 pemeriksaan SHK baik dari dana dekonsentrasi, DAK
Non fisik Jampersal, APBD, BLUD dan atau mandiri.
ANALISIS MANFAAT SHK
Di Indonesia dari 5.000.000 bayi baru lahir, untuk setiap 1.000.000 bayi baru lahir
ada 300 bayi dengan HK
Setiap tahun terdapat 1.500 bayi dengan HK
TANPA SKRINING HK

Bila ratio guru murid pada sekolah SLB 1:5 dan 1 kelas 10 orang maka berapa
guru SLB & berapa sekolah SLB yang harus disiapkan?
Beban biaya yg dikeluarkan keluarga untuk memelihara dan melindungi
(ketergantungan ekonomi) anak HK seumur hidup.
Beban psikologi dan sosial keluarga  tidak terukur
.
COST BENEFIT
SHK DILAKSANAKAN Vs SHK TIDAK DILAKSANAKAN
SHK memberi manfaat sebanyak 9,38 kali
Potensi kerugian negara 3,1% total PDB ≈ Rp 309 T
-Pasal 8 : setiap anak berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial…,
B. Dasar Hukum SHK setiap anak berhak -Pasal 44 : pemerintah wajib menyediakan fasilitas
atas kelangsungan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang
Amandemen UUD 1945 hidup, tumbuh dan komprehensif bagi anak yg meliputi upaya promotif,
berkembang… preventif kuratif dan rehabilitatif di fasyankes dasar
pasal 28B ayat 2 maupun rujukan, agar setiap anak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal sejak dalam
UU No. 23 tahun 2002 kandungan.
131 ayat 1 : Upaya pemeliharaan -pasal 46 : Negara, pemerintah, keluarga, dan orang
tentang Perlindungan kesehatan bayi dan anak tua wajib mengusahakan agar anak yg lahir terhindar
Anak ditujukan untuk mempersiapkan dari penyakit yg mengancam kelangsungan hidup
generasi yang akan datang yang dan/atau menimbulkan kecacatan.
UU No. 36 tahun sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka
2009 tentang kematian bayi dan anak.
Pasal 3
Tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah provin
Kesehatan pasal 131 dalam skrining hipotiroid kongenital meliputi :
Pasal 7 ayat (1) :
ayat 1 Pelayanan kesehatan bayi
d. koordinasi dan advokasi dukungan sumber daya
manusia, sarana, prasarana, dan pembiayaan
baru lahir dilaksanakan melalui : penyelenggaraan Skrining Hipotiroid Kongenital skala
Permenkes RI No. 25 a.pelayanan kesehatan neonatal provinsi dan lintas kabupaten/kota.
Tahun 2014 tentang Upaya esensial; Pasal 4
b.skrining bayi baru lahir; dan
Kesehatan Anak pasal 16 c.pemberian komunikasi, informasi,
Tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam skrining hipotiroid kongenital
edukasi kpd ibu dan keluarganya meliputi:
Permenkes No. 78 Tahun Pasal 16 : Skrining Bayi Baru Lahir f. penyediaan sumber daya manusia, sarana, prasaran
dilakukan thd setiap BBL oleh nakes dan pembiayaan penyelenggaraan Skrining Hipotiroid
2014 tentang Skrining Kongenital skala kabupaten/kota, dimulai dari
Hipotiroid Kongenital penyediaan kertas saring.
STRATEGI MENINGKATKAN JANGKAUAN DAN KUALITAS
18

SHK
1. Menyiapkan dukungan kebijakan pusat dan daerah
2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas SHK melalui penyediaan pelayanan yg cost
effective, dgn menyiapkan laboratorium rujukan tersentral (Saat ini RSCM dan RSHS)
3. Mendorong berbagai skema pembiayaan SHK untuk meningkatkan jangkauan/
cakupan bayi baru lahir
4. Mengintegrasikan SHK dalam paket pelayanan kesehatan ibu dan anak yg telah
berjalan
5. Menyediakan reagen, alkes (kertas saring, lancet dll) dalam jumlah memadai, dana
pusat, daerah, sumber lain yg tidak mengikat
6. Meningkatkan kerjasama dan peran LP/LS, OP, PT, swasta,, serta mitra lain untuk
meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam tatalaksana kasus HK

7. Pemberdayaan perempuan, keluarga, dan masyarakat.

Catt: Dalam hal keterbatasan pembiayaan, pelaksanaan SHK diperioritaskan pd daerah


GAKI dan daerah diduga dengan pencemaran insektisida, logam berat dll
Laboratorium SHK
• Laboratorium pemeriksa SHK : Laboratorium dengan tambahan fungsi
khusus untuk dapat memeriksa parameter pemeriksaan TSH neonatus
berdasarkan prinsip mikro elisa dan atau fluorometri, dengan biaya efektif
sesuai standar.
• Laboratorium pemeriksa harus mempunyai jejaring untuk penerimaan
bahan pemeriksaan dan tindak lanjutnya.
• Laboratorium rujukan adalah laboratorium SHK yang berfungsi sebagai
pemeriksa, konfirmasi dan pembina.
• Laboratorium rujukan dan laboratorium pemeriksa ditetapkan oleh
kementerian kesehatan.
PENETAPAN LABORATORIUM DAN JEJARING (1)

• Menunjuk laboratorium RSHS dan RSCM sebagai


laboratorum rujukan dan pembina
• Menunjuk laboratorium RSUP/RS pendidikan/BBLK/ BLK
sebagai “laboratorium (pemeriksa SHK) regional” secara
bertahap sesuai kesiapan masing-masing dan kebutuhan
regional dengan memenuhi syarat cost effective dan standar
laboratorium pemeriksa
• Laboratorium klinik swasta/laboratorium RS swasta/ yang
akan berperan sebagai laboratorium pemeriksa SHK harus
memenuhi persyaratan Good laboratory Practice (GLP) dan
kriteria yang telah ditetapkan
PENETAPAN LABORATORIUM DAN JEJARING (2)

• Seluruh laboratorium tersebut harus memberikan


laporan hasil pemeriksaan SHK setiap bulan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
• Jejaring konfirmasi hasil pemeriksaan: hasil pemeriksan
SHK tinggi (tidak normal/positif) di “laboratorium
regional” (bila sudah terbentuk) harus dikonfirmasi ke
laboratorium rujukan (RSCM atau RSHS).
• Kemenkes bersama dengan laboratorium rujukan akan
melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala
(minimal 1 tahun 1 kali) dalam rangka pembinaan mutu
laboratorium.
Prosedur Pengajuan Kerjasama
Dengan Laboratorium Rujukan SHK
1. Mengajukan surat permohonan Perjanjian Kerjasama (PKS) ke
Direktur Utama RSCM atau RSHS, ditembuskan ke bagian
Laboratoriumnya :
a. Pusat Skrining Hipotiroid Kongenital Provinsi Jabar. Bagian
kedokteran Nuklir FK-Unpad RSUP Hasan Sadikin. Jl. Pasir Kaliki
no.192 Bandung 40161, atau
b. Koordinator Pelaksana Pusat Skrining Hipotiroid Kongenital.
Departemen Medik Patologi Klinik RSUP Nasional dr.Cipto
Mangunkusumo. Gedung CMU1 lt.1 (Lab 24 jam). Jl. Diponegoro
no.71 Jakarta Pusat 10430

Melampirkan company profile RS/fasyankes, SK


penanggungjawab RS/fasyankes (untuk Praktek Mandiri : Surat
Ijin Praktek); APBN/APBD melampirkan SK Pejabat Penguna
Anggaran
Prosedur Pengajuan Kerjasama Dengan Laboratorium Rujukan SHK

2. Setelah disetujui oleh RS rujukan SHK, akan dibuat


perjanjian kerjasama (MoU PKS sudah ada template)
3. Selanjutnya RS rujukan akan mengiriman kebutuhan
kertas saring dan lancet untuk periode pertama
4. Pembayaran periksaan SHK dilakukan melalui transfer ke
rekening RS rujukan, sesuai dengan PKS

Harga pemeriksaan per spesimen 2016-2017, Rp. 55.000,-


(plus kertas saring, lancet, rak pengering dan pajak PPH pasal 23)
Prosedur Pengajuan Kerjasama Dengan Laboratorium Rujukan SHK
Praktek Mandiri dgn kelahiran rendah, tidak perlu melalui proses PKS. Untuk
pemeriksaan SHK ke laboratorium rujukan dilakukan dengan:
1. RSCM: Menghubungi ibu Sisca/Wati atau pak Januar/Gunawan Ph: 021-
3142265 atau 021-3143707 utk menanyakan prosedur
RSHS: Menghubungi Ibu Elly Hp: 081220196296 atau Lena Hp:
087823839195 atau email shk.bandung@hotmail.com
2. Mentransfer biaya sesuai yg diinfokan lab rujukan
3. Mengirim surat ke laboratorium SHK, utk melakukan SHK dan bukti transfer
biaya sejumlah pemeriksaan SHK yang akan dilakukan. Alamat lab ada di
buku pedoman
4. Laboratorium rujukan akan mengirim kertas saring dan lancet sejumlah yg
dibutuhkan.
5. Praktek mandiri mengirim kertas saring hasil pemeriksaan SHK
6. Lab rujukan mengirim hasil pemeriksaan SHK
PEDOMAN DAN MEDIA KIE

Leaflet
Pedoman

Poster

DVD Flyer
Proyeksi Pddk Umur 0 Tahun Dekon
No LAB RUJUKAN % BBL
Tahun 2017 2017
Dekonsentrasi 2017 1 ACEH 114,863 1,000 0.9
Lab Rujukan RSCM
2 RIAU 150,041 1,500 1.0
3 JAMBI 64,628 1,000 1.5
4 SUMATERA SELATAN 159,147 3,400 2.1
5 BENGKULU 36,416 1,165 3.2
6 LAMPUNG 151,754 1,480 1.0
7 BABEL 26,698 1,000 3.7
8 KEPULAUAN RIAU 42,342 1,000 2.4
9 DKI JAKARTA 175,936 BLUD BLUD
10 BANTEN 240,493 1,125 0.5
11 BALI 64,153 1,000 1.6
12 KALIMANTAN BARAT 98,980 1,000 1.0

13 KALIMANTAN TENGAH 51,586 2,759 5.3

14 KALIMANTAN SELATAN 79,481 2,000 2.5


15 KALIMANTAN TIMUR 70,789 4,000 5.7
16 SULAWESI UTARA 40,737 - 0.0
* APBD / BLUD 17 SULAWESI SELATAN 165,688 5,600 3.4
18 PAPUA BARAT 20,487 1,000 4.9
1,754,219 30,029 1.7
No LAB RUJUKAN Proyeksi Pddk Umur 0 Tahun Tahun 2017 Dekon 2017 % BBL
Dekonsentrasi
1 SUMATERA UTARA 302,515 1,000 0.3
2017 Merujuk ke
Lab RSHS 2 SUMATERA BARAT 108,572 4,120 3.8
3 JAWA BARAT 871,297 4,000 0.5
4 JAWA TENGAH 529,278 2,500 0.5
5 DI YOGYAKARTA 54,492 3,100 5.7
6 JAWA TIMUR 567,692 1,000 0.2

7 NUSA TENGGARA BARAT 100,729 - 0.0

8 NUSA TENGGARA TIMUR 130,425 320 0.2

9 KALIMANTAN UTARA 14,824 1,000 6.7


10 SULAWESI TENGAH 60,715 2,250 3.7

11 SULAWESI TENGGARA 60,163 1,000 1.7


12 GORONTALO 22,824 1,500 6.6
13 SULAWESI BARAT 30,743 1,100 3.6
14 MALUKU 41,921 1,000 2.4
15 MALUKU UTARA 28,035 1,580 5.6
* APBD / BLUD
16 PAPUA 67,994 1,500 2.2
JUMLAH 1,709,835 26,970 1.6
TOTAL 3,464,054 56,999 1.6
Regionalisasi Layanan Laboratorium Rujukan 2016
1. DKI Jakarta
RSCM RSHS
1. Sumatera Utara
2. Sumatera Selatan 2. Sumatera Barat
3. Banten 3. Jawa Barat
4. Aceh 4. Jawa Tengah
5. Bali 5. DI Yogyakarta
6. Kalimantan Barat 6. Jawa Timur
7. Kalimantan Tengah 7. Nusa Tenggara Barat
8. Kalimantan Selatan 8. Nusa Tenggara Timur
9. Sulawesi Utara 9. Sulawesi Tengah
10. Sulawesi Selatan 10. Sulawesi Tenggara
11. Riau 11. Gorontalo
12. Jambi 12. Sulawesi Barat
13. Bengkulu 13. Maluku
14. Lampung 14. Maluku Utara
15. Kepulauan Bangka Belitung 15. Papua
16. Kepulauan Riau 16. Kalimantan Utara
17. Kalimantan Timur
18. Papua Barat
Dasar Penentuan Regional: adanya SpA Endokrin, jumlah sasaran
Jejaring Laboratorium
Rujukan dan
Pemeriksa SHK

Lab. pemeriksa

Lab.
Rujukan/Pembina

Fasyankes primer Fasyankes rujukan


Rencana Tindak Lanjut 18

Pengembangan Dan Penguatan


1. Mengajukan usulan utk perluasan cakupan melalui jaminan kesehatan,
misal Kartu Indonesia Sehat, jamkesda
2. Mengajukan penambahan cakupan melalui APBN-dekonsentrasi
3. Mengajukan dukungan pemanfaatan dana BOK untuk pelacakan
kasus utk tes diagnostik, transport pengiriman sampel ke laboratorium
rujukan
4. Melakukan sosialisasi dan advokasi SHK dengan dukungan CSR
5. Meningkatkan jumlah nakes yang mampu melakukan SHK dan
tatalaksana HK
6. Meningkatkan komitmen provinsi yg telah mendapatkan dana
dekonsentrasi untuk pemeriksaan SHK, agar dapat melaksanaan
sesuai target alokasi sampel SHK dan waktu pelaksanaan
7. Memperbaiki/memperkuat sistem perjanjian kerjasama antara instansi
dgn Lab rujukan
Kesimpulan
• Kecacatan akibat hipotiroid kongenital dapat dicegah melalui deteksi
dan pengobatan dini.
• Jumlah penderita HK dgn kecacatan (mental retardasi) terus bertambah
tiap tahun (+1600 kasus) bila tidak dideteksi dan diobati dini.
• Telah terdapat payung hukum SHK TL : Perda/peraturan yg sesuai
• Peran pemerintah, pemda dan masyarakat sangat penting untuk
meningkatkan akses dan cakupan pelayanan SHK
• Membangun sistem, koordinasi dan kerjasama jejaring SHK secara
berjenjang untuk memperoleh dukungan dan melaksanakan SHK
• Untuk menjaga kualitas & meningkatkan cakupan pelayanan SHK perlu
tersedia tenaga kesehatan yang mampu melaksanakan SHK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai