Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SISTEM INFPORMASI RUJUKAN TERINTEGRASI


(SISRUTE)

Disusun Oleh : Kelompok 6


Alexander Dadi Rahmadi 201943002
Fransisca Yudita Widhiastuti 201943018
MM Diyah Pujiastuti 201943028
Martina Dyah Lestari 201943031
Petra Bella Debora Christie 201943035
Reny Cintyanisita 201943037
Rini Kris Mulyaningsih 201943039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai macam jenis pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia


mulai dari praktik mandiri, klinik, rumah sakit pratama dan berbagai macam
jenis rumah sakit sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pelayanan
spesialitstik yang dapat diberikan kepada pasien dengan masalah utama
kurang meratanya fasilitas kesehatan itu sendiri. Akibat yang dapat dirasakan
oleh masyarakat adalah kesulitan untuk mendapatkan akses kesehatan yang
lebih baik atau akses kesehatan yang lebih tinggi (Ardiyansah R, 2019).
Jaminan kesehatan nasional yang diluncurkan oleh pemerintah
merupakan salah satu solusi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat agar mudah didapat dan terjangkau dari segi ekonomi tetapi
dengan fasyankes yang tidak merata masyarakat sulit untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi atau mendapatkan pelayanan rujukan
terutama warga negara yang ada diluar pulau jawa (Pratama, WP, 2019)
Pelayanan pasien rujukan merupakan pelayanan yang harus dilakukan
secara terencana, terpadu dan berkesinambungan, hal ini terkait dengan
penanganan awal pasien secara baik, cepat dan tepat. Manakala penangannya
tidak dilakukan secara terencana , terpadu dan berkesinambungan akan
memberikan dampak pada pasien yaitu berupa keterlambatan dalam
memberikan bantuan pelayanan kesehatan bagi pasien yang masuk RS.
Aplikasi Sistem Rujukan Terintegrasi (Sisrute) diharapkan dapat
membantu pelayanan kesehatan yang efisien di semua fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia. Namun, aplikasi ini tidak akan berjalan dengan baik
jika pihak pengirim rujukan tidak mengetahui integrasi SDM rumah sakit
rujukan, kondisi pasien, dan ketersediaan sarana di rumah sakit rujukan.
Dengan menyadari pentingnya system ini, maka kelompok membuat
makalah ini bertujuan untuk lebih memperdalam dan mengerti tentang
system rujukan terintegrasi atau Sisrute.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengertian, aplikasi dari system rujukan terintegrasi (sisrute)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Makalah ini disususn untuk mengetahui tentang pelaksanaan sistem
informasi rujukan terintegrasi.

2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian dari sistem informasi rujukan terintegrasi
b. Memahami tujuan sistem informasi rujukan terintegrasi
c. Memahami manfaat sistem informasi rujukan terintegrasi
d. Memahami harapan adanya sistem informasi rujukan terintegrasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi atau lebih dikenal dengan


singkatan SISRUTE adalah sebuah aplikasi yang dapat digunakan pada saat
akan melakukan rujukan pasien. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (PMKRI) nomor 001 tahun 2012 yang dimaksud dengan
sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
Yang dimaksud dengan rujukan vertikal adalah rujukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, sedangkan rujukan horizontal
merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan
vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

B. Tujuan, Manfaat dan Kerugian

Menurut Naftalia D (2018) dalam Salim Na (2019) SISRUTE memiliki


tujuan dan manfaat yang jelas, menunjang dalam proses rujukan, memiliki
keuntungan lainnya untuk pihak-pihak/benefit dan memiliki tujuan jangka
panjangan atau harapan lain dalam pelaksanaanya.
1. Tujuan SISRUTE adalah
a. Terintegrasinya sistem informasi rujukan pasien seluruh RS
Regional, RS Kelas B dan RS Kelas Khusus
b. Terwujudnya percepatan pelayanan rujukan di RS
c. Terbitnya regulasi dari kementerian kesehatan RI terkait rujukan di
Era Digital
2. Manfaat
a. Peningkatan mutu layanan dengan sistem informasi rujukan
terintegrasi
b. Peningkatan mutu layanan RS perujuk dengan informasi dan
koordinasi untuk pelayanan lanjutan pasien yang berdampak pada
kepuasan pasien
c. Sistem informasi rujukan terintegrasi sebagai acuan untuk
pelaksanaan rujukan di RS secara nasional
3. SISRUTE dapat menunjang rujukan pelayanan kesehatan diantaranya
a. Informasi rujukan terkait kejelasan pasien diterima
b. Informasi data medik pasien untuk memudahkan tindakan
selanjutnya
c. Keselamatan pasien dapat lebih ditingkatkan
d. Konsultasi rujukan dapat membantu penanganan pasien lebih terarah
e. Visualisasi pasien antara IGD, IGD ke ambulance dan IGD ke DPJP
dapat membantu penanganan sesuai kondisi pasien
4. Benefit menggunakan SISRUTE bagi rumah sakit adalah
a. Informasi medis pasien secara cepat dan lengkap dapat diketahui
sebelum pasien datang
b. Perujuk bisa mengetahui tujuan RS sesuai kebutuhan pasien
c. Perujuk bisa dapat kepastian terhadap pasien yang akan dirujuk
d. Perencanaan alat medis
e. Perencanaan SDM
f. Perencanaan Pengembangan RS
g. Tracking ambulane sebagai monitoring pasien yang akan datang
h. Tracking ambulance sebagai bahan monitoring posisi ambulance
i. History tracking ambulance sebagai data dasar klaim ambulance
5. Harapan dengan adanya SISRUTE
a. Kepala dinas kesehatan provinsi, kabupaten dan kota menjadi
“leader” dalam pelaksanaan SISRUTE di daerahnya masing-masing
b. Rumah sakit rujukan Nasional membantu melakukan sosialisasi
sisrute agar cepat berkembang
c. Diharapkan proses rujukan dapat berlangsung dengan baik dan
lancar sehingga pasien dapat dilayani dengan baik
d. Penolakan pasien dapat diminimalkan dengan melakukan koordinasi
dan komunikasi antara rumah sakit (RS Perujuk dan RS penerima
rujukan)
e. Diharapkan dengan SISRUTE yang berjalan optimal akan tercipta
keselamatan pasien dan menjadi salah satu solusi peningkatan akses
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan transparan
f. Adanya kejelasan perawatan pasien dari RS perujuk ke RS Rujukan
6. Kerugian
Tidak ada kerugian yang didapatkan oleh fasilitas kesehatan, namun
kendala dan tantangan yang mungkin didaptkan oleh fasyankes untuk
melaksanakan SISRUTE (Mulyadi Y, 2019) , seperti:
a. Aplikasi SISRUTE
1) Rujukanyhanya bisa dilakukan ke RS yang lebih tinggi sesuai
dengan daftar yang ada
2) Belum semua RS menggunakan SISRUTE sehingga
penggunaan aplikasi belum opetimal
3) Pada palikasi penggunaannya baru di IGD saja
4) Aplikasi belummnenyediakan fasilitas untuk pelaporan
b. Sarana dan sumber daya
1) Ketersediaan perangkat IT
2) Keterbatasa SDM
C. Sistem Rujukan

Menurut PMKRI nomor 001 tahun 2012 sistem rujukan pelayanan kesehatan
dapat dilakukan dengan melaksanakan berbagai tatanan.
1. Pelayanan kesehatan, terdiri dari:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pratama, diselenggarakan oleh dokter
dan dokter gigi di puskesmas puskesmas perawatan, tempat praktik
perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan
kesehatan, dan rumah sakit pratama. Dalam keadaan tertentu bidan
dan perawat dapat meberikan pelayanan kesehatan di tingkat
pertama sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang berlaku.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan
sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.
2. Ketentuan dalam sistim rujukan
a. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai
kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
d. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
e. Ketentuan di atas dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana,
kekhususan permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan
geografi
f. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta
jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi
pelayanan kesehatan.
3. Tatacara rujukan
a. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
dalam satu tingkatan. Dilakukan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap
b. Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang
lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih
rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih dilakukan apabila:
1) Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub
spesialistik.
2) Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan.
3) Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
4) Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut.
5) Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;
dan/atau.
6) Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan.
4. Ketentuan lain dalam sistim rujukan
a. Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien
bila keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya,
kecuali dengan alasan yang sah dan mendapat persetujuan pasien
atau keluarganya.
b. Alasan yang sah adalah pasien tidak dapat ditransportasikan atas
alasan medis, sumber daya, atau geografis.
c. Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau
keluarganya.
d. Persetujuan diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya
mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.
e. Penjelasan sekurang-kurangnya meliputi:
1) Diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan.
2) Alasan dan tujuan dilakukan rujukan.
3) Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan.
4) Transportasi rujukan; dan
5) risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan

D. Aplikasi Sistim Informasi Rujukan Terintegrasi


https://youtu.be/nYeRYEsachc
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansah R, 2019, Jaminan Kesehatan Nasional Solusi atau Masalah Baru,


dicuplik dari
https://www.kompasiana.com/drrizkyadriansyah/552e49ac6ea8344f388b45b2/jam
inan-kesehatan-nasional-solusi-atau-masalah-baru

Pratama WP, 2019, Jaminan Kesehatan Perlu Di Evaluasi, dicuplik dari


https://finansial.bisnis.com/read/20190902/215/1143446/program-jaminan-
kesehatan-nasional-perlu-dievaluasi

Mulyadi Y, 2019, Implementasi Sistim Rujukan Terintegrasi di RSUD Dr.


Sudarso dicuplik dari https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-
content/uploads/2019/04/IMPLEMENTASI-SISRUTE-DI-RSUD-SOEDARSO-
2019.pdf

_____, Sistim Rujukan Kesehatan Perorangan, PerarturanMenteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 001 tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai