Disusun Oleh
Alya Hafizhah
(1913201076)
Semester III
3C FKM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Inflasi Biaya Kesehatan ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetukan. Saya pun mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Nordianiwati, SKM, M.Kes selaku dosen yang telah memberi ilmu, maupun pengarahan dan
kesempatan untuk menyusun tulisan ini.
Selain itu, saya pun mengucapkan terima kasih kepada sumber yang dikutip sebagai
bahan rujukan sehingga dapat terealisasikannya makalah ini.
Dan kepada pihak-pihak yang terkait, Saya menyadari bahwa makalah ini belum lah
sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan guna
kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang. Demikian yang dapat saya
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
September ,2020
Alya Hafizhah
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................................5
D. Manfaat...................................................................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Inflasi Biaya Kesehatan........................................................................................6
B. Penyebab Inflasi Biaya Kesehatan..........................................................................................6
C. Dampak Inflasi Biaya Kesehatan............................................................................................8
D. Upaya Mengatasi Inflasi Biaya Kesehatan.............................................................................9
E. Indikator SDG’s.....................................................................................................................10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pendistribusian Biaya Kesehatan..........................................................................................24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................................26
B. Saran......................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan Kesehatan yaitu suatu proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan
dengan pembiayaan kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.(Setyawan, 2010).
sosial
6) Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta
ilmiah
Biaya pelayanan rumah sakit di Indonesia, baik rawat jalan maupun rawat inap,
merupakan biaya yang paling tinggi tingkat ketidakpastiannya. Tingginya tingkat
ketidakpastian biaya pelayanan kesehatan tersebut, serta terbatasnya kemampuan
ekonomi seseorang sering kali menjadi alasan sulitnya memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan yang disediakan. Kondisi tersebut menjadikan pelayanan kesehatan di
Indonesia seolah kurang adil dan merata, baik secara geografis maupun ekonomis.
(Olowu et al., 2014)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Inflasi Biaya Kesehatan ?
2. Apa penyebab Inflasi Biaya Kesehatan ?
3. Bagaimana dampak inflasi Biaya Kesehatan ?
4. Bagaimana upaya mengatasi Inflasi Biaya Kesehatan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Inflasi Biaya Kesehatan
2. Mengetahui penyebab Inflasi Biaya Kesehatan
3. Mengetahui dampak inflasi Biaya Kesehatan
4. Mengetahui upaya untuk mengatasi Inflasi Biaya Kesehatan
D. Manfaat
Agar lebih memahami mengenai Inflasi Biaya Kesehatan di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Inflasi Biaya Kesehatan merupakan suatu kondisi ekonomi dan kesehatan yg ditandai
dengan meningkatnya biaya kesehatan atau yankes yang semakin tinggi dan menyebabkan daya
beli masyarakat untuk membeli pelayanan kesehatan menurun. (Suryawati, 2005)
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut
meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain. Perekonomian dan tingkat
penjualan yang tidak stabil dalam sebuah Negara rentan menimbulkan inflasi.
Penyebab Inflasi / Tingginya biaya kesehatan disebabkan oleh beberapa hal, beberapa
yang terpenting diantaranya sebagai berikut:
1. Tingkat inflasi
Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan
juga biaya operasional pelayanan kesehatan akan meningkat pula, yang tentu saja akan
dibebankan kepada pengguna jasa.
2. Tingkat permintaan
Pada bidang kesehatan, tingkat permintaan dipengaruhi sedikitnya oleh dua faktor, yaitu
meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena
jumlahnya lebih atau bertambah banyak, maka biaya yang harus disediakan meningkat pula.
Faktor kedua adalah meningkatnya kualitas penduduk. Dengan tingkat pendidikan dan
penghasilan yang lebih baik, mereka akan menuntut penyediaan layanan kesehatan yang baik
pula dan hal ini membutuhkan biaya pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih besar.
Sejalan dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan (penggunaan peralatan kedokteran yang modern dan canggih) memberikan
konsekuensi tersendiri, yaitu tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam berinvestasi. Hal ini
membawa akibat dibebankannya biaya investasi dan operasional tersebut pada pemakai jasa
pelayanan kesehatan.
Meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi adanya perubahan pola penyakit, yang bergeser
dari penyakit yang sifatnya akut menjadi penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan
berbagai penyakit akut, perawatan berbagai penyakit kronis ternyata lebih lama. Akibatnya biaya
yang dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit ini akan lebih besar. Hal ini akan
sangat mempengaruhi tingginya biaya kesehatan.
Perubahan pola pelayanan kesehatan ini terjadi akibat perkembangan keilmuan dalam
bidang kedokteran sehingga terbentuk spesialisasi dan subspesialisasi yang menyebabkan
pelayanan kesehatan menjadi terkotak- kotak (fragmented health service) dan satu sama lain
seolah tidak berhubungan. Akibatnya sering terjadi tumpang tindih atau pengulangan metoda
pemeriksaan yang sama dan pemberian obat-obatan yang dilakukan pada seorang pasien, yang
tentu berdampak pada semakin meningkatnya beban biaya yang harus ditanggung oleh pasien
selaku pengguna jasa layanan kesehatan ini. Selain itu, dengan adanya pembagian spesialisasi
dan subspesialisasi tenaga pelayanan kesehatan, menyebabkan hari perawatan juga akan
meningkat.
Sistem kekeluargaan yang dulu mendasari hubungan dokter-pasien seakan sirna. Dengan
adanya perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan berbagai peralatan yang
ditunjang dengan kemajuan ilmu dan teknologi, mengakibatkan meningkatnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien, hal ini tentu saja membuat pasien menuntut adanya kepastian
pengobatan dan penyembuhan dari penyakitnya. Hal ini diperberat dengan semakin tingginya
tingkat pendidikan pasien selaku pengguna jasa layanan kesehatan, yang mendorong semakin
kritisnya pemikiran dan pengetahuan mereka tentang masalah kesehatan. Hal tersebut diatas
mendorong para dokter sering melakukan pemeriksaan yang berlebihan (over utilization), demi
kepastian akan tindakan mereka dalam melakukan pengobatan dan perawatan, dan juga dengan
tujuan mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan dalam mendiagnosa penyakit yang
diderita pasiennya. Konsekuensi yang terjadi adalah semakin tingginya biaya yang dibutuhkan
oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Negara Filipina baru saja berhasil meloloskan kebijakan sin-tax dari tembakau untuk
menambah anggaran kesehatan. Tambahan anggaran ini khususnya diperuntukkan bagi
perluasan pela- yanan Phil Health dan renovasi/modernisasi fasilitas kesehatan. Kebijakan
yang sama juga telah diterap- kan Negara Thailand sejak bulan Agustus 2012, dimana cukai
dari tembakau dan alkohol dialokasi- kan untuk kesehatan. Bagaimana dengan Negara
Indonesia? Prospek untuk mendapatkan tambahan anggaran kesehatan melalui sin-tax atau
realokasi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) nampaknya masih dalam wacana perdebatan.
Pilihan kebijakan berikutnya adalah efisiensi
2) menekan biaya
E. Indikator SDG’s
Tujuan pembangunan berklanjutan 2030 atau Sustanaible Development Goals
( SDG’s) yang disebut juga dengan Global Goals, terdiri dari 17 goals atau tujuan, 169
target , kurang lebih 220-300 indikator (sedang dalam proses perumusan, akan ditetapkan
Maret 2016). Secara garis besar, 17 tujuan SDGs dapat dikelompokkan dalam empat
pilar, yakni pembangunan manusia, pembangunan ekonomi,pembangunan lingkungan
hidup, dan governance. Seluruh tujuan SDGs adalah sebuah kesatuan sistem
pembangunan, tidak mementingkan satu isu tertentu. (Anung, 2015).
Indikator:
a. Persentase penduduk dengan daya beli di bawah $1,25 per kapita per hari (PPP)
b. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, dibedakan
c. Persentase penduduk yang tercakup dalam program perlindungan sosial
d. Jumlah bidang tanah yang bersertifikat di perdesaan
e. Persentase realisasi terhadap target sertifikasi tanah di perdesaan
f. Jumlah korban bencana alam yang meninggal dunia
g. Kerugian akibat bencana alam dalam rupiah dan $US
Strategi:
a. Peningkatan produksi padi dan sumber pangan protein dari dalam negeri;
b. Peningkatan kelancaran distribusi dan penguatan stok pangan dalam negeri;
c. Perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; dan
d. Mitigasi gangguan iklim terhadap produksi pangan.
Indikator:
4. Menjamin Kualitas Pendidikan Yang Adil dan Inklusif Serta Meningkatkan Kesempatan
Belajar Seumur Hidup Untuk Manusia
Strategi:
a. Melaksanakan wajib belajar 12 tahun;
b. Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan
melalui peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal
c. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan
d. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya
e. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel
f. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru
g. Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi
h. Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi
i. Meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi; (10) meningkatkan tata
kelola kelembagaan perguruan tinggi.
Indikator:
a. Persentase anak yang mengikuti pendidikan prasekolah.
b. Angka Kelulusan SD
c. Angka Kelulusan SMP dan SMA
d. APK Pendidikan Tinggi
5. Tujuan Mencapai Kesetaraan Gender dan Memeberdayakan Semua Perempuan dan Anak
Perempuan
Strategi:
a. Peningkatan pemahaman dan komitmen tentang pentingnya pengintegrasian
perspektif gender dalam berbagai tahapan, proses, dan bidang pembangunan, di
tingkat nasional maupun di daerah
b. Penerapan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender (pprg) di dalam
berbagai bidang pembangunan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, politik, ekonomi, dan hukum.
Indikator:
a. Prevalensi wanita 15-49 tahun yang mengalami kekerasan fisik dan seksual oleh
pasangan intimnya dalam 12 bulan terakhir.
b. Persentase kasus kekerasan seksual dan berbasis gender terhadap perempuan dan
anak yang dilaporkan, diselidiki dan dijatuhi hukuman.
c. Persentase wanita berusia 20-24 tahun yang telah menikah atau menikah sebelum
berusia 18 tahun.
d. Prevalensi praktek tradisional yang berbahaya.
e. Jumlah rata-rata jam yang dihabiskan untuk pekerjaan dibayar dan tidak dibayar
(beban kerja total), berdasarkan jenis kelamin.
f. Persentase kursi yang diduduki perempuan dan minoritas di parlemen nasional
dan/atau daerah
g. Tingkat kebutuhan pelayanan KB yang terpenuhi.
h. Angka kelahiran total.
Indikator:
a. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses air minum layak
b. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak,
c. Persentase total sumber air yang digunakan.
Indikator:
a. Persentase rumah tangga yang menggunakan bahan bakar (listrik, gas/ elpiji, gas
kota, dan minyak tanah ) untuk memasak
b. Persentase rumah tangga dengan sumber penerangan utama listrik PLN dan listrik
non PLN
c. Tingkat intensitas energi primer
8. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Yang Merata dan Berkelanjutan, Tenaga Kerja
Yang Optimal dan Produktif, Serta Pekerjaan yang layak untuk semua.
Strategi:
a. Mengoptimalkan kerjasama global dengan memperhatikan dimensi sosial dan
budaya
b. Memperluas lapangan kerja
c. Meningkatkan iklim investasi dan promosi ekspor
d. Meningkatkan sinergi arah kebijakan industri
e. Meningkatkan fleksibilitas pasar tenaga kerja serta pengembangan sistem kerja
yang layak
f. Pendalaman kapital dan pendidikan tenaga kerja
g. Peningkatan partisipasi perempuan dalam tenaga kerja.
Indikator:
a. PNB per kapita (PPP, current US$ Atlas method)
b. Laporan dan implementasi Sistem Neraca Ekonomi dan Lingkungan
c. Persentase angkatan kerja usia 15-24 tahun yang bekerja, menurut sektor formal
dan informal
d. Ratifikasi dan implementasi standar kerja fundamental ILO dan kepatuhan dalam
hukum dan praktek
Indikator:
a. Akses terhadap jalan untuk segala musim/all season road
b. Langganan broadband telepon genggam per 100 penduduk, menurut perkotaan/
pedesaan
c. Persentase rumahtangga dengan akses internet di perdesaan
d. Nilai tambah sektor manufaktur (MVA) sebagai persentase terhadap PDB
e. Jumlah emisi gas rumah kaca
f. Persentase jumlah pekerja sektor industri terhadap total tenaga kerja
Indikator:
a. Persentase rumahtangga dengan pendapatan di bawah 50% dari median
pendapatan (“kemiskinan relatif”)
b. Koefisien Gini
c. Persentase BPR terhadap Pendapatan Nasional Bruto
11. Mebuat Kota dan Pemukiman Penduduk Yang Inklusif, Aman, Tangguh, dan
Berkelanjutan
Strategi:
a. Perwujudan sistem perkotaan nasional (SPN)
b. percepatan pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP) untuk mewujudkan
kota aman, nyaman, dan layak huni
c. Pembangunan kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana
d. Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya
lokal
e. Peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan,
Indikator:
a. Persentase penduduk perkotaan tinggal di daerah kumuh
b. Persentase rumah tangga di perkotaan menurut perlakuan terhadap sampah
c. Ruang terbuka hijau di perkotaan
Indikator:
a. Kerugian pascapanen (susut hasil panen padi)
b. Konsumsi bahan perusak ozon
c. Kedalaman optik aerosol (AOD)
13. Mengambil Tindakan Segera Untuk Memerangi Perubahan Iklim dan Dampaknya
Strategi:
a. Peningkatan pelibatan sektor baik di pusat maupun di daerah untuk melaksanakan
kegiatan penurunan emisi dan pengalokasian pendanaannya;
b. Standarisasi kegiatan penurunan emisi di setiap sektor.,
c. Meningkatkan kontribusi swasta dan masyarakat dalam penurunan emisi GRK;
d. Pengembangan dan penerapan insentif fiskal;
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan RAN/RAD-GRK dan adaptasi;
f. Pelaksanaan kegiatan dan rencana aksi terkait dengan REDD+, baik yang
berdampak langsung, maupun tidak langsung pada penurunan emisi GRK;
g. Pengembangan indeks dan indikator kerentanan, serta penguatan sistem informasi
iklim dan cuaca;
h. Pelaksanaan kajian kerentanan dan peningkatan ketahanan (resiliensi) pada sektor
yang sensitive serta pelaksanaan pilot adaptasi;
i. Sosialisasi RAN-API dan peningkatan kapasitas daerah dalam upaya adaptasi.
Indikator:
a. Intensitas CO2 dari sektor listrik (gCO2 per KWh)
b. Intensitas CO2 dari sektor transportasi (gCO2/vkm)
14. Melestarikan Samudera, Laut dan Sumber Daya Kelautan Secara Berkelanjutan Untuk
Pembangunan Berkelanjutan
Strategi:
a. Peningkatan sarana dan prasarana dalam mendukung konektivitas laut;
b. Peningkatan sdm, iptek, wawasan dan budaya bahari;
c. Peningkatan tata kelola dan pengamanan wilayah juridiksi dan batas laut
Indonesia;
d. Peningkatan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan pengendalian
kegiatan illegal;
e. Pengelolaan pulau-pulau kecil, terutama pulau-pulau terluar. pemenuhan
kebutuhan infrastruktur dasar; (6) peningkatan pengamanan pesisir dan konservasi
perairan
Indikator:
a. Ocean Health Index
b. Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman
Indikator:
a. Perubahan tahunan kawasan hutan dan lahan budidaya
b. Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman
hayati terhadap total luas kawasan hutan
c. Red List Index
16. Meningkatkan Masyarakat Yang Inklusif dan Damai Untuk Pembangunan Berkelanjutan,
Menyediakan Akses Terhadap Keadilan Bagi Semua, dan membangun institusi Yang
Efektif, Akuntabel dan Inklusif Di Seluruh Tingkatan
Strategi:
a. Mempromosikan proses pembangunan yang inklusif;
b. Menghormati hak-hak semua kelompok sosial-budaya, minoritas, masyarakat
adat, agama;
c. Melestarikan seluruh budaya warisan dan sumber daya alam dan
d. Menghormati hak mereka untuk menentukan dan mewujudkan aspirasi
pembangunannya.
Indikator:
a. Jumlah desa menurut adanya korban perkelahian massal (meninggal dan luka-
luka), indikator proksi
b. Pengungsi dan pengungsian internal akibat konflik dan kekerasan
c. Corruption Perception Index (CPI), IPK Kota di Indonesia
d. Persentase balita yang memiliki akta kelahiran
e. Kepatuhan terhadap rekomendasi dari UPR dan perjanjian PBB
f. Indikator dari variabel kebebasan berkumpul dan berserikat
Indikator:
a. Indeks Kebahagiaan
3.1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per
100.000 kelahiran hidup.
3.2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya
hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000.
3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit
tropis yang terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit bersumber air, serta penyakit
menular lainnya.
3.4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit
tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan
mental dan kesejahteraan.
3.6 Pada tahun 2020, mengurangi hingga setengah jumlah kematian global dan cedera
dari kecelakaan lalu lintas.
3.7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan
reproduksi, termasuk keluarga berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi
kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program nasional.
3.9 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan kesakitan akibat
bahan kimia berbahaya, serta polusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah.
3.b Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat penyakit menular dan
tidak menular yang terutama berpengaruh terhadap negara berkembang, menyediakan
akses terhadap obat dan vaksin dasar yang terjangkau, sesuai the Doha
Declaration tentang the TRIPS Agreement and Public Health, yang menegaskan hak
negara berkembang untuk menggunakan secara penuh ketentuan dalam Kesepakatan atas
Aspek-Aspek Perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual terkait keleluasaan untuk
melindungi kesehatan masyarakat, dan khususnya, menyediakan akses obat bagi semua.
PEMBAHASAN
Berbagai program kesehatan yang dilakukan Pemerintah selama ini, dianggap telah
mampu meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.Seperti
ketersediaan dan penyebaran obat serta tenaga kesehatan di daerah, maupun akses rumah
tangga terhadap sanitasi dan air bersih.
Pada 2020 pemerintah akan terus melanjutkan program prioritas di bidang kesehatan,
dengan memperkuat layanan dan akses kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama,
diikuti ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas.bPenguatan program promotif dan
preventif juga dilakukan, melalui pemenuhan gizi dan imunisasi balita, serta edukasi publik
tentang pentingnya pola hidup sehat untuk menekan angka penyakit tidak
menular.Konvergensi program dan kegiatan percepatan penurunan stunting pada tahun 2020
juga diperluas mencakup 260 kabupaten/kota. Program dukungan bagi kesehatan dan
keselamatan ibu hamil dan melahirkan juga menjadi prioritas.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Inflasi Biaya Kesehatan merupakan suatu kondisi ekonomi dan kesehatan yg ditandai dengan
meningkatnya biaya kesehatan atau yankes yang semakin tinggi dan menyebabkan daya beli
masyarakat untuk membeli pelayanan kesehatan menurun. Tingkat inflasi ekonomi mencapai
5% - 8%/ tahun. Tingkat inflasi biaya kesehatan mencapai 12% / tahun. Perekonomian dan
tingkat penjualan yang tidak stabil dalam sebuah Negara rentan menimbulkan inflasi.
b. Saran
Sebagai calon seorang tenaga kesehatan, baiknya untuk memahami mengenai
pembiayaan kesehatan yang terjadi dIindonesia sehingga dapat memberikan pelayanan
secara professional tanpa menguntungkan atau merugikan salah satu pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Anung. (2015). Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Rakorpop
Kementerian Kesehatan RI, 97, 24. Diakses dari
http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wp-content/uploads/2015/12/SDGs-
Ditjen-BGKIA.pdf
Bank Dunia. (2008). Kajian Pengeluaran Publik Indonesia untuk Sektor Kesehatan 2008. 1–160.
Diakses dari
http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-
1200376036925/HPER_bhs_execsum2008.pdf
Olowu, T. O., Sundararajan, A., Moghaddami, M., Sarwat, A. I., Unigwe, O., Okekunle, D.,
Kiprakis, A., Latif, A., Gawlik, W., & Palensky, P. P. (2014). Table of Contents Table of
Contents ﯽ ﻧ ﺮ ﺸ ﻧ- ﺎ ﻣ ﺎ ﺑ س ﺎ ﻤ ﺗ. CIRED - Open Access Proceedings Journal, 2017(July), 1–
67. Diakses dari https://doi.org/10.1049/oap-cired.2017.1227