Menurut Menkes, dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI
mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih.
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu 1. Meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani; 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan; 3. Menjamin ketersediaan dan
pemerataan sumber daya kesehatan; dan 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Di Indonesia, penyelenggaraan PHC dilaksanakan di Puskesmas dan jaringan yang
berbasis komunitas dan partisipasi masyarakat, yaitu Poskesdes dan Posyandu yang ada di setiap
wilayah kecamatan dan kelurahan.
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program yaitu
saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk meningkatkan akses dan
keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan. Program ini memungkinkan jamu yang
merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia,
dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat diintegrasikan di dalam pelayanan
kesehatan formal.
Menkes menambahkan, untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi
masyarakat, diperlukan kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan
Asia Tenggara.
Karena itu, tema pertemuan The Role of Primary Health Care Towards Population Health
in ASEAN sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Prijo Sidipratomo;
Chairman of MASEAN, Prof. Kyaw Myint Naing; dan perwakilan sekretariat ASEAN divisi
Non Communicable Disease, dr. Ferdinal Fernando; serta sejumlah delegasi asosiasi medis yang
berasal dari 7 negara (Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Myanmar dan
Indonesia). MASEAN atau Medical Association of South East Asian Nation dibentuk pada tahun
1980 di Penang, Malaysia dan mendapat persetujuan dari ASEAN pada tanggal 30 Januari 1981
dengan status kerjasama non-pemerintah.
Pada tahun 1978, Konferensi di Alma Ata, menetapkan Primary Health Care (PHC) sebagai
Pendekatan atau Strategi Global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) atau Health
For All by The Year 2000 (HFA 2000). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut
menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan menyatakan bahwa
untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 (HFA’2000) kuncinya adalah PHC
(Primary Health Care) dan Bentuk Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD
2. Kesehatan Lingkungan
7. Kesehatan Reproduksi
FUNGSI PHC:
1. Pemeliharaan Kesehatan
2. Pencegahan Penyakit
3. Diagnosis dan Pengobatan
4. Pelayanan Tindak lanjut
5. Pemberian Sertifikat
Primary Health Care ( PHC ) adalah : Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta
dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri ( self reliance ) dan
Pelayanan Kesehatan Dasar atau primary health care (PHC) ditekan pada pemerataan
upaya kesehatan, ditekankan pada pelayanan yang bersifat preventif dan menggunakan
teknologi tepat guna. Pelayanan Kesehatan Dasar atau primary health care (PHC)
melibatkan peran serta masyarakat serta melibatkan kerja sama lintas sektoral. Untuk
artinya pelayanan kesehatan ditujukan kepada semua penduduk karena sebelum ada
Puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan masih bekerja sendiri-sendiri. Ada yang
berupa Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Higiene Sanitasi
Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular, dan sebagainya. Atau dapat dibagi prinsip
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4.Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber – sumber
daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Strategi utama:
1. Kerjasama multisektoral
2. Partisipasi masyarakat
3. Penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat
(Dep. Kes RI, 2016)
permasalah - an kesehatan global hingga saat ini masih menjadi tantangan besar terhadap
pencapaian target-target pembangunan berkelanjutan. Dunia masih menghadapi tingginya
angka kematian ibu dan anak. Epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit-penyakit
terabaikan juga masih belum dapat dihentikan. Kemajuan ekonomi di beberapa negara di
dunia menyebabkan tingginya angka penyakit tidak menular dikarenakan gaya hidup yang
tidak sehat. Serangan jantung, stroke, diabetes dan kanker telah menjadi salah satu
penyebab kematian terbesar di dunia. Pandemi penyakit juga terus memberikan ancaman
yang nyata. Pandemi virus Ebola di Afrika Barat pada tahun 2014 telah memberikan
pelajaran berharga bahwa kewaspadaan global harus terus ditingkatkan. Arus globalisasi
menyebabkan pergerakan manusia dan barang semakin cepat dan semakin luas
jangkauannya. Hal ini dapat berdampak pada tingginya nilai kerugian ekonomi dan korban
jiwa apabila pandemi global kembali terjadi. WHO Research & Development (R&D)
Blueprint telah mengidentifikasi sejumlah penyakit berpotensi pandemi yang belum
ditemukan vaksin pencegahnya. Oleh karena itu, langkah antisipasi global harus terus
dipersiapkan. Faktor-faktor lainnya yang turut memberi andil terhadap timbulnya
permasalahan kesehatan global juga harus dihadapi. Ketimpangan industri vaksin antara
negara maju dan negara berkembang dan tertinggal harus dicari solusinya demi
terwujudnya kesehatan global yang adil buat semua negara. Konflik yang masih terjadi di
beberapa bagian di dunia menyebabkan kehancuran fasilitas kesehatan dan kematian
petugas kesehatan.
esensial yang menggunakan metode praktis dan secara ilmiah dapat dibenarkan, serta
menggunakan teknologi yang dapat diterima secara umum oleh individu-individu dan
biaya yang rendah dan terjangkau oleh masyarakat dan Negara agar mampu memelihara
harus intim dengan masyarakat, berorientasi kepada keluarga dan mementingkan kesehatan
gizi, serta penyediaan air bersih dan sanitasi dasar. Pelayanan kesehatan mencakup
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan juga meliputi
obat-obat essensial
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
Satrianegara,M. Fais, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan : Teori dan Aplikasi dalam
Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit, (Jakarta : Salemba Medika, 2014)
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/13200