Anda di halaman 1dari 49

PROFIL KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS POPALIA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN WAKATOBI

TAHUN 2016

Jl. Pasar Lama No.79 Kel.Popalia Kec.Togo


Binongko

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan itu sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi
Kementerian Kesehatan diperlukan suatu indikator. Misi Kementerian Kesehatan
yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dan dengan Misinya :
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan;
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan;
4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik;
Setiap orang berhak atas kesehatan, seperti disebutkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan pada Pasal 4. Dan
setiap orang juga berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Menigkatkan derajat kesehatan dapat dilakukan melalui upaya kesehatan. Upaya
kesehatan ditujukan kepada semua orang baik ibu, bayi, balita, anak maupun
lansia.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk
penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk itu,
peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin
dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat
semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan
yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah
kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian
masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi
pembangunan kesehatan itu sendiri.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan
informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana,
informatif, dan tepat waktu.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar. Dengan
Sistem Informasi Kesehatan yang tersedia mulai dari tingkat Puskesmas hingga
Kabupaten Wakatobi merupakan dukungan mendasar bagi perencanaan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Wakatobi yang lebih terarah dan efektif.
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Popalia merupakan salah satu
dokumentasi dari Sistem Informasi Kesehatan yang dapat memberikan
gambaran perkembangan situasi kesehatan khususnya di wilayah Kelurahan
Popalia,Kelurahan Sowa, Desa Oihu, Desa Waloindi dan Desa Haka yang terbit
setiap satu tahun sekali.

I.2. SISTEMATIKA PENYAJIAN


Sistematika penulisan Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Popalia ini terdiri
dari :

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Bab I Pendahuluan, bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan
profil kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
Bab II Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk, bab ini menyajkan
tentang gambaran umum wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia.
Selain uraian tentang letak geografis, administratif, dan informasi
umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan, meliputi kependudukan,
ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisi uraian tentang indikator
mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi
masyarakat.
Bab IV Situasi Upaya Kesehatan, bab ini menguraikan tentang pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,
pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pelayanan kefarmasian, dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan
dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan
dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya kesehatan
lainnya yang diselenggarakan oleh UPTD Puskesmas Popalia.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan, bab ini menguraikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI Kesimpulan, bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting
yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan
UPTD Puskesmas Popalia di tahun 2016. Selain keberhasilan-
keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-
hal yang di anggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.

BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

I. LUAS WILAYAH

Gambar I.1 Peta Wilayah Pulau Binongko

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


UPTD Puskesmas Popalia adalah salah satu dari dua puluh Puskesmas yang
ada di wilayah Kabupaten Wakatobi, dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Wali.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Taipabu.

Puskesmas Popalia beralamat di Jalan Pasar Lama Nomor 79 Kelurahan


Popalia, Kecamatan Togo Binongko, Kabupaten Wakatobi.
Wilayah kerja puskesmas Popalia meliputi lima wilayah yaitu Kelurahan
Popalia,Kelurahan Sowa, Desa Oihu, Desa Waloindi dan Desa Haka. Dengan luas
wilayah 69,92 km2.

Tabel I.1
Situasi Geografis
Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia tahun 2016
No Kel/Desa Luas wil. Jumlah Jarak Kondisi keterjangkauan Rata-rata
(Km2) Dasa terjauh ke Kel. Waktu
Wisma Fasilitas Tempuh ke Puskesmas

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Kesehatan
Roda 2 Roda 4 Jalan Roda 2 Roda 4
Puskesmas
1 Popalia 19,00 Km2 20 + 1 km Baik Baik Baik + 5 mnt + 10 mnt

2 Sowa 18,74 Km2 19 + 2 km Baik Baik Baik + 10 mnt + 15 mnt

3 Oihu 12,00 Km2 10 + 4 km Baik Baik Baik + 10 mnt + 20 mnt

4 Waloindi 9,35 Km2 10 + 7 km Baik Baik Baik + 15 mnt + 30 mnt

5 Haka 3,81 Km2 10 + 8 km Baik Baik Baik + 20 mnt + 40 mnt

Puskesmas 69,92 31 + 22 km Baik Baik Baik + 60 mnt + 115 mnt

Akses penduduk dari 2 Kelurahan dan 3 Desa yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Popalia untuk sampai ke puskesmas, secara umum tidak ada
masalah, dilihat dari kondisi jalan dan waktu tempuh. Akan tetapi akses
kendaraan umum masih terbatas sehingga masyarakat menggunakan kendaraan
pribadi menuju puskesmas.

II. JUMLAH DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK

Gambaran suatu wilayah memiliki berbagai potensi sumber daya, dapat


dilihat dari salah satu sisi, yaitu Sumber Daya Manusia. Seperti diketahui,
Sumber Daya manusia (SDM) sebagai salah satu faktor strategis. Karena disadari
posisi mereka bukan hanya sebagai sasaran dari berbagai program
pembangunan akan tetapi juga SDM akan berfungsi sebagai pemikir, perencana,
sekaligus pelaksana dari berbagai program pembangunan.

Tabel I.2
Penduduk Dan Jumlah Rumah Tangga,
Di Kecamatan Togo Binongko
Tahun 2011-2016
Rata-Rata
Jumlah
Jumlah Jiwa /
Tahun Rumah
Penduduk Rumah
Tangga
Tangga
(1) (2) (3) (4)
2012 5239 1412 3,71
2013 5134 1333 3,85
2014 5375 1435 3,75
2015 5459 1463 3,73
2016 5361 1428 3,75

Sumber : Proyeksi Penduduk

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Jumlah penduduk merupakan modal yang potensial dan sangat
menguntungkan bila diimbangi dengan peningkatan kualitas yang baik. Namun
bila tidak, justru akan menjadi beban dan kendala dalam kegiatan pembangunan.
Atas dasar pemikiran ini pembangunan manusia dititikberatkan pada
peningkatan kualitas SDM yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Penitikberatan pada kualitas SDM diperlukan karena penduduk yang besar
hanya akan dapat merupakan aset pembangunan jika kualitasnya (dilihat dari
derajat kesehatan dan atau tingkat pendidikan) cukup baik. Jumlah penduduk
yang besar disadari hanya merupakan beban pembangunan jika berkualitas
rendah apabila dilihat dari komposisinya secara sosial dan budaya yang sangat
beragam. Angka laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Togo Binongko relatif
stabil.

III. KOMPOSISI MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN

Dari 5.361 jiwa penduduk di Kecamatan Togo Binongko, ternyata sebanyak


2690 jiwa atau 50,17 % adalah laki-laki dan 2671 jiwa atau % 49,82 adalah
perempuan, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 104.98. Dilihat dari
data yang dihasilkan bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Popalia, antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang, namun jumlah laki-
laki lebih banyak dari perempuan.
Situasi kependudukan di suatu wilayah, selain digambarkan melalui laju
pertumbuhan penduduk dan rasio jenis kelaminnya, juga dapat tercermin dari
komposisi penduduk menurut kelompok umurnya, seperti yang disajikan di
Tabel I.2. Tidak ada perubahan yang signifikan pada komposisi penduduk di
tahun 2016 dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tabel I.3
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Di Kecamatan Togo Binongko
Tahun 2016

Kelompok L P L+P
Umur N % N % N %
0-14 tahun 812 30,1% 849 27,6% 1661 31%
15-64 tahun 1750 65,1% 1617 52,6% 3367 62,8%

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


>=65 tahun 128 4,8% 608 19,8% 333 6,2%
Jumlah 2690 100,00 3074 100,00 5361 100,00
Sumber : Puskesmas Popalia

IV. ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO)

Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seperti yang


disajikan pada Tabel I.3 diatas, dapat diturunkan indikator yang dapat digunakan
sebagai salah satu indikator ekonomi yaitu Angka Beban Tanggungan yang
merupakan perbandingan atau rasio antara penduduk usia belum produktif (0-
14 tahun) dan usia 65 tahun keatas dengan penduduk usia produktif (1564
tahun). Besarnya Angka Beban Tanggungan ini menunjukkan beban tanggungan
ekonomi penduduk usia produktif.
Dari tabel I.3 terlihat, ada sebanyak 128 orang atau 4,8% penduduk yang
termasuk kelompok usia non-produktif secara ekonomi, sedikit menurun dari
Angka Beban Tanggungan tahun 2014, yaitu sebesar 39,93%.
Semakin mengecil angka beban ketergantungan akan semakin baik kondisi
perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Semakin tinggi Angka Beban
Tanggungan menunjukkan penduduk di suatu wilayah semakin mundur karena
beban ekonomi penduduk usia produktif semakin berat.
Akan tetapi, Angka Beban Tanggungan juga berkaitan erat dengan masalah
ketenagakerjaan. Walaupun banyak penduduk yang berusia produktif, namun
apabila tidak bekerja, maka akan meningkatkan angka beban tanggungan.
Dimana jumlah penduduk yang didominasi oleh usia kerja akan menjadi
tantangan berat bagi pembangunan, dimana harus tersedia lapangan kerja yang
memadai untuk menampung penduduk usia kerja tersebut, dengan berbagai
kemampuan dan keahlian yang mereka miliki, sehingga tidak ada pengangguran
yang akan meningkatkan beban usia produktif. Selain itu, jumlah berbagai
kebutuhan yang harus dipenuhi pun relatif lebih besar, terutama sandang,
pangan, pendidikan dan kesejahteraan lainnya.

V. Visi Dan Misi UPTD Puskesmas Popalia


Visi UPTD Puskesmas Popalia: Tercapainya Kecamatan Togo Binongko
Sehat 2020
Untuk mewujudkan Visi itu, maka Misi UPTD Puskesmas Popalia:

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


- Menggerakan dan meningkatkan pelayanan preventif,kuratif,
rehabilitative dan edukatif di bidang kesehatan kepada seluruh
anggota masyarakat.
- Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
- Mendorong kemandririan hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
- Memelihara dan meningkatkan mutu,keterjangkauan pelayanan
kesehatan
- Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
masyarakat beserta lingkungannya.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan atau tingkat kesehatan atau status kesehatan adalah skala
yang dapat mengukur sehat atau sakitnya keadaan fungsi dan struktur jasmani
mental sosial seseorang. Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan
masyarakat dapat diukur dengan indikator-indikator, diantaranya menggunakan
indikator antara lain jumlah kelahiran, angka lahir mati, serta angka kesakitan.
Indikator tersebut diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility
based) dan data yang dikumpulkan dari masyarakat (community based).

A. JUMLAH KEMATIAN

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari


kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya. Jumlah kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan
berbagai survei dan penelitian karena sebagian besar kematian terjadi di rumah,
sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya terlihatkan pada kasus
rujukan.

a. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang


meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi
rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Tidak terdapat
kematian bayi pada tahun 2016.

Pemerintah Kabupaten Wakatobi senantiasa melakukan upaya


untuk menurunkan angka kematian bayi. Salah satunya dengan membuka
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) di UPTD
Puskesmas Kecamatan Popalia sejak tahun 2013. Dengan ketersediaan
layanan ini diharapkan ada penanganan sedini mungkin apabila terdapat
kegawatdaruratan pada neonatal di sekitar Kecamatan Togo Binongko,
sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


b. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang


meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka
per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2016, tidak ada kematian anak
balita yang terlaporkan dari Kecamatan Togo Binongko.

c. Jumlah Kematian Ibu Maternal

Angka Kematian Ibu menggambarkan jumlah wanita yang


meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penangannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
incidental) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelaihran hidup. Tidak terdapat kematian ibu pada tahun 2016.

B. MORBIDITAS

Angka kesakitan pada penduduk di peroleh dari data yang berasal


dari masyarakat (community Base data) melalui pengamatan (surveilans)
dan data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas Base
data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil.

1. Penyakit Menular

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


a. TB PARU

Gambar III.1 Jumlah Kasus TB BTA (+)


di Wilayah UPTD Puskesmas Popalia
Tahun 2016

Jumlah penderita TB Paru di tahun 2016 yaitu jumlah suspek TB paru


sebanyak 84 kasus. Semua suspek yang diperiksa sebanyak 84 orang dan
yang positif menderita sebanyak 11 orang.
Angka Penemuan Kasus / Case Detection Rate (CDR) mencapai target CDR yang
ditetapkan dinas sebesar 100 %.

b. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan


balita. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan khusus terhadap kasus ini.
Seiring perkembangan situasi global saat ini, dimana banyak penyakit ISPA
yang bersifat New Emerging Disease, seperti SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome), AI (Avian Influensa/flu burung), H1N1 (Flu
Singapur) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Upaya
pemberantasan penyakit ISPA difokuskan pada upaya penemuan dini dan
tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan keluarga

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


dalam membawa penderita ke unit pelayanan kesehatan serta ketrampilan
petugas dalam menegakan diagnosis merupakan kunci keberhasilan
penanganan penyakit ISPA.
Pada tahun 2016 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia terdapat
302 yang terlaporkan.

c. Pneumoni

Pneumoni adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru


(alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.
Pneumoni juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan
atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumoni adalah anak-
anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang
yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Tidak ditemukan penderita pneumoni di Kecamatan Togo Binoongko
pada tahun 2016.

d. Kusta

Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang


disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya
bercak putih atau kemerahan pada kulit yang disertai mati rasa/anastesi,
penebalan syaraf tepi juga disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati
rasa dan kelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit
kering serta pertumbuhan rambut yang terganggu dan adanya kuman
Mycobacterium Leprae pada pemeriksaan kerokan pada jaringan kulit
(silt-skin smears).
Menurut World Health Organisation (WHO) Penyakit kusta dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tipe PB (Pausi Basiler) dan MB (Multi Basiler),
Tidak ditemukan penderita Kusta di Kecamatan Togo Binoongko
pada tahun 2016.

e. HIV-AIDS dan IMS

Berdasarkan data UPTD Puskesmas Popalia sampai dengan tahun


2016 tidak ditemukan kasus baru HIV-AIDS. Angka ini belum
menunjukkan situasi yang sebenarnya. Untuk itu, usaha-usaha untuk

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


promosi dan preventif terhadap penyakit ini perlu terus ditingkatkan,
mengingat pola penyakit seperti gunung es dan trend penyebarannya
sudah berubah, tidak hanya pada perilaku seks menyimpang dan
pengguna NAPZA suntik tapi sudah menyebar ke ibu rumah tangga dan
anak-anak Balita.

f. Kasus Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis


lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB (Buang Air Besar), serta
perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab
penyakit tersebut. Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya
perubahan cuaca/musim, terutama terhadap ketersediaan air bersih di
masyarakat. Kasus diare dapat menyebabkan kematian, terutama pada
anak balita.

Gambar III.2 Jumlah Kasus Diare


di Wilayah UPTD Puskesmas Popalia Tahun 2016

Pada tahun 2016 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia


tercatat sebanyak 58 kasus diare yang ditangani. Kasus diare dapat
dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku hidup
bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan
dengan kedua faktor tersebut.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit
dan tablet Zinc serta penggunaan infus pada penderita (apabila telah
terjadi dehidrasi berat), juga penyuluhan kepada masyarakat melalui
pelayanan di Klinik Sanitasi agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta
kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan
cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah
terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian.
Tindakan penanganan segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas
sektor dan lintas program serta dengan meningkatkan kesiagaan melalui
kegiatan surveilans kasus diare yang dilaporkan setiap minggu .

2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga


berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-
penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau biasa
disingkat dengan PD3I (Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi), yaitu :

A. Accute Faccid Paralisys (AFP)

Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring semua


penderita yang lumpuh layu pada anak berusia <15 tahun dengan
tujuan untuk memantau adanya transmisi virus-polio-liar di suatu
wilayah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas surveilans dengan
data yang bersumber dari Poli Umum dan Poli Balita Puskesmas.
Metode kerja yang dilaksanakan selama ini, yaitu setelah
mendapatkan laporan ada kasus AFP selanjutnya kasus dilacak dan
diambil spesimen tinjanya kurang dari 48 jam setelah laporan
diterima, kemudian seluruh hasil pemeriksaan spesimen dikirim ke
laboratorium, sehingga didapatkan hasil positif atau tidak. Penentuan
hasil pengiriman specimen mengacu pada pedoman yang ditetapkan
oleh WHO dan Kementerian Kesehatan sehingga spesimen yang

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


diterima harus 100% adekuat. Setelah dilakukan pengambilan
spesimen 2 kali dengan jangka waktu <48jam, maka setelah 60 hari
dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat residual paralisisnya,
dan jika masih ditemukan sisa kelumpuhan maka dilakukan diagnosa
akhir dengan adanya hasil penanganan dari dokter spesialis.
Pada tahun 2016 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia tidak
ada kasus AFP yang terlaporkan.

B. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Corynebacterium diptheriae, yang ditandai dengan gejala panas tinggi
disertai pseudomembran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok
yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini sering kali
menjadi penyebab kematian pada anak-anak, namun penyakit ini dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Tidak
ditemukan kasus Difteri di wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia pada
tahun 2016.

C. Tetanus dan Tetanus Neonatorum


Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani,
terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu tetanus pada bayi dan tetanus
dengan riwayat luka.Kejadian kasus tetanus Neonatorum sebenarnya dapat
dicegah dengan upaya pertolongan persalinan yang higienis ditunjang
dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil.
Berdasarkan laporan pada tahun 2016 tidak terjadi kasus tetanus dan
kasus tetanus neonatorum.

D. Campak

Penyakit campak merupakan penyakit akut yang disebabkan virus


measles yang disebarkan melalui bersin/batuk dengan gejala awal, yaitu
demam, bercak kemerahan, batuk-pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh.
Penyakit campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), dimana
kematian akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi dengan
penyakit lain seperti meningitis.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Pada tahun 2016 di wilayah UPTD Puskesmas Popalia tidak terdapat
kasus campak yang dilaporkan.

E. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B


yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui
suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan
melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak
menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada
perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis
dan menimbulkan cirrhosis hepatis (kanker hati) dan dapat menimbulkan
kematian.
Pada tahun 2016 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia, tidak ada
kasus hepatitis B yang terlaporkan.

F. Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella


pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan
nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3
bulan sehingga sering disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering
pada malam hari. Pada tahun 2016 tidak terlaporkan adanya kasus pertusis
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Popalia.

3. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit


menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)
sehingga sering menimbulkan kepanikan di masyarakat karena
penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup di

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


genangan air bersih di sekitar rumah. Umumnya kasus ini mulai
meningkat saat musim hujan, dengan angka kesakitan (insiden rate)
sebesar 42,3 per 100.000 penduduk. Insiden rate tersebut diatas target
nasional pemberantasan DBD (<20/100.000 penduduk). Hal ini
menunjukkan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat untuk
berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan
3M PLUS (menguras memilah - menutup tempat penampungan air)
dan upaya lain yaitu melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas
jentik serta melakukan pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya
di rumah.
Pada tahun 2016 di Wilayah UPTD Puskesmas Popalai tidak ada
kasus yang dilaporkan.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya,
yaitu :

1. Pelayanan Kesehatan

Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat antara lain ditentukan oleh


kesehatan ibu dan anak sebagai kelompok srategis untuk dilakukan tindakan
peningkatan kesehatan dan pencegahan maupun pengobatan. Masalah
kesehatan ibu dan anak masih merupakan masalah nasional yang perlu
mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia pada generasi mendatang. Tingginya angka kematian ibu dan angka
kematian bayi serta lambatnya penurunan kedua angka tersebut menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat perlu untuk
ditingkatkan. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak
maka berbagai upaya dilakukan, berupa pendistribusian buku KIA pada ibu
hamil agar kondisi ibu hamil dapat terpantau, pelaksanaan rapat evaluasi
pencapaian program serta pembahasan masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan, dan pelaksanaan pembahasan kasus kematian ibu.
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.

Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan


perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang
hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga
kelahiran dan masa pertumbuhan bayi/anaknya. Pelayanan kesehatan bagi ibu
dan bayi antara lain pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi
baru lahir yang diberikan di sarana kesehatan mulai Posyandu sampai Rumah
Sakit.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


a. Pelayanan Antenatal (K 1 Dan K 4)

Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga


kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan,
dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman.
Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan
tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa
kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan preventif dan
hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4.
Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1
dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil
merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan
kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran
besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai
dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan
distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua, dan
dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Gambar IV.1
Data Cakupan K1 dan K4 Tahun 2016

Dari data yang ada terlihat cakupan K1 Ibu Hamil di UPTD


Puskesmas Popalia cukup tinggi, yaitu sebesar 112 orang atau 96%, dan

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


cakupan K4 sebesar 106 orang atau 91% Namun angka cakupan K4 ini
masih dibawah target nasional 95%. Hal ini menunjukan bahwa
kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilan sedini mungkin
masih rendah. Untuk itu perlu adanya upaya dari tenaga kesehatan untuk
meningkatkan cakupan pelayanan K4 ibu hamil ini.

b. Pertolongan Persalinan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir


sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain
disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan
yang punya kompetensi kebidanan (profesionalisme). Tahun 2016 jumlah
ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes) sebesar 99
orang atau 88%. Rupanya pelayanan PONED UPT Puskesmas Kecamatan
Popalia sudah semakin dikenal oleh masyarakat. Dan tingkat kepercayaan
masyarakat untuk bersalin di fasilitas kesehatan semakin meningkat.

c. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/Komplikasi Yang Ditangani

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan Puskesmas,


diperkirakan sekitar 100% diantara ibu hamil yang ditemui dan
diperiksa, tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang
membutuhkan rujukan. Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan
dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb< 8 g%, tekanan darah tinggi
(sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia,
ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, letak lintang pada usia
kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat /
sepsis dan persalinan prematur.
Jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi di Kecamatan Togo
Binongko tahun 2016 sebanyak 2 orang. Bumil risiko tinggi yang
ditangani sebanyak 2 kasus yang telah memperoleh penanganan sesuai
prosedur.

d. Pelayanan Nifas

Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali
normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal
dalam waktu 3 bulan pasca persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan
kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding
perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan
perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan
kematian ibu nifas.
Pada tahun 2016 di Kecamatan Togo Binongko sebanyak 98 orang
(88%) diantaranya telah mendapat pelayanan nifas sesuai standar. Angka
ini sudah diatas target yang diharapkan, yaitu sebesar 85%. Walaupun
demikian, perlu dilakukan kunjungan rumah (homecare) ke rumah ibu
nifas apabila ibu tersebut tidak kunjung datang untuk melakukan
pemeriksaan PNC (Post-Natal Care).

e. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN Lengkap)

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur


yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan
yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan
melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, satu kali pada umur
0-2 Hari (KN1) dan KN2 pada umur 3-7 Hari dan KN3 pada umur 8-28
hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan
disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan
konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi
pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan
hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian
vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan
perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

Kunjungan neonatus (KN1) di Wilayah UPTD Puskesmas Popalia


tahun 2016 mencapai 98 orang atau 94%. Hal ini menunjukan bahwa
kesadaran ibu nifas untuk memeriksakan kesehatan bayinya sudah cukup
baik. Dan kunjungan neonatus 3 kali (KN Lengkap) sebesar 85,2%. Ada
penurunan cakupan KN1 ke KN Lengkap sebanyak 4,3%. Untuk itu, upaya

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


tenaga kesehatan dan kader posyandu sangat diperlukan untuk
memberikan kesadaran dan pengertian kepada masyarakat tentang
pentingnya pemeriksaan dini dan lengkap kepada neonatus, sehingga
dapat mendeteksi secara dini penyakit maupun kelainan yang dialami
neonatus.

f. Pelyanan Keluarga Berencana

Keberhasilan program KB biasanya diukur dengan beberapa


indikator, diantaranya proporsi peserta KB baru menurut metode
kontrasepsi, presentase cakupan peserta KB aktif terhadap Pasangan Usia
Subur (PUS), dan presentase peserta KB baru Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKPJ).

Gambar IV.2
Presentase Cak.Kb Aktif Tahun 2016

Jumlah PUS di Kecamatan Togo Binongko pada tahun 2016 yaitu


909(65%) orang. Sebanyak 390 (28%) menggunakan KB Suntik,
Sebanyak 287orang (21%) menggunakan KB Pil, Sebanyak 205
(15%) menggunakan Kondom ,dan Sebanyak 27 orang (2%)
menggunakan Implant.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


g. Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk


menentukan derajat kesehatan, dimana kondisi gizi seseorang sangat erat
kaitannya dengan permasalahan kesehatan karena disamping merupakan
faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi, kondisi gizi
juga secara langsung dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan terhadap status gizi bayi
dan balita karena masa tersebut merupakan masa emas perkembangan
kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya.

h. Status Gizi Bayi

Masalah status gizi ibu hamil akan berpengaruh terhadap


kesehatan janin yang dikandungnya dan akan berdampak pada berat
badan bayi yang dilahirkan serta juga akan berpengaruh pada
perkembangan otak dan pertumbuhan fisik bayi.
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram,
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori : BBLR karena
premature (usia kandungan <37 minggu) dan BBLR karena intrauterine
growth retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat
badannya kurang dimana BBLR karena IUGR umumnya disebabkan
karena status gizi ibu hamil yang buruk atau menderita sakit yang
memperberat kehamilan.

Berdasarkan laporan tahun 2016 diketahui dari 98 jumlah bayi


lahir hidup, ada 2 bayi yang BBLR (2,0%). Seluruh BBLR yang dilaporkan
telah memperoleh penanganan sesuai prosedur.

Untuk menekan angka BBLR dibutuhkan penanganan terpadu


dengan lintas program dan lintas sektor karena timbulnya masalah
penyakit dan status gizi berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Selama masa 6 bulan pertama kehidupannya, ASI merupakan
makanan terbaik bagi bayi. ASI eksklusif (menurut WHO)
adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada
bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun
negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada
1667 bayi selama 12 bulan (Pediatric, 2001. Arifeen, S) mengatakan
bahwa : ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi
saluran nafas akut dan diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan
kepada para ibu, bila memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6
bulan dengan menerapkan:
1. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan
tambahan atau minuman;
2. ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap
hari setiap malam;
3. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot.

Bayi yang diberi ASI Ekslusif di wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Popalia yaitu sebanyak 20 (47,61%) bayi dari jumlah sasaran sebanyak
42 orang. Tampaknya pemahaman ibu dan keluarga masih sangat kurang
sehingga capaian ASI Ekslusif di wilayah kami masih rendah. Untuk itu
perlunya ditingkatkan pengetahuan ibu hamil tentang ASI Ekslusif dan
pembentukan serta penguatan KPP (Kelompok Penyuluh dan
Pendamping) ASI.

Untuk memastikan tumbuh kembang bayi, maka Kementerian


Kesehatan juga menetapkan standar pelayanan kepada bayi, yaitu setiap
bayi mendapat pelayanan minimal 4 kali, meliputi pemberian :

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


i. Status Gizi Balita

Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan


pengukuran antropometri yang menggunakan indeks berat badan
menurut umur (BB/U) dan dikategorikan dalam gizi lebih, gizi baik, gizi
kurang dan gizi buruk. Pada tahun 2016 ditemukan 1 balita gizi buruk, 4
balita gizi kurang dan seluruhnya telah ditangani sesuai prosedur
perawatan di UPTD Puskesmas opalia. Terimakasih atas kerja keras
tenaga gizi yang reponsif menindaklanjuti apabila terdapat kasus BGM
dilapangan sehingga kasus tidak berkembang menjadi gizi buruk.
Pencegahan terjadinya kasus balita gizi buruk harus terus dilakukan
dengan kegiatan yang bersifat lintas program dan lintas sektor.

j. Pelayanan Imunisasi

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena


pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan
terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding
mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di
rumah sakit. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi
berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain,
belajar tanpa terganggu masalah kesehatan.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi
umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita
Usia Subur/Ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1 : DT dan

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Kelas 2-3 : TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas
dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB,
ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya
berdasarkan kebijakan teknis.

1) Imunisasi Dasar Pada Bayi

Gambar IV.3
Cakupan Imunisasi Bayi di Kecamatan Togo Binongko pada Tahun 2016

Cakupan imunisasi bayi di Kecamatan Togo binongko yaitu HBO


83%, BCG 94%, DPT-HB1 90%, DPT-HB 2 89%, DPT-HB 3 89%, Polio 4
89%, Campak 100%, IDL 100 %. Cakupan pelayanan imunisasi dapat
diukur dengan presentasi desa yang telah UCI dengan indicator seluruh
bayi yang ada yaitu 100% mendapatkan imunisasi lengkap. Di Kecamatan
Togo Binongko terdapat 5 Desa/Kelurahan. Presentasi desa yang telah
UCI di kecamatan Togo Binongko yaitu sebesar 100% (5 desa).

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya
merupakan proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap
pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu
wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambar besarnya
tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap
penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Dalam hal ini Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada
wilayah administrasi kelurahan. Suatu kota telah mencapai target UCI
apabila >80% desa/kelurahan telah mencapai target imunisasi yang
masuk dalam kategori penetapan UCI. Beberapa Jenis antigen yang masuk
dalam perhitungan UCI suatu wilayah antara lain DPT-HB1, DPT-HB3,
Polio 4, BCG, Campak, HB0.
Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukan dengan cakupan
imunisasi DPT1 karena imunisasi ini merupakan salah satu antigen
kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Saat
ini vaksin imunisasi DPT telah digabungkan dengan vaksin imunisasi HB
yang lebih dikenal dengan imunisasi DPT-HB (combo). Sehingga cakupan
imunisasi kedua vaksin ini ditampilkan bersamaaaan. Tahun 2016
Kelurahan Popalia,Kelurahan Sowa, Desa Oihu, Desa Waloindi dan Desa
Haka mencapai UCI. Status ini sudah dipertahankan sejak tahun 2015. Hal
ini berkat upaya inovasi yang dilakukan yaitu Posyandu Ulang Tahun.

2) Imunisasi TT pada Ibu Hamil

Maternal dan Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan


salah satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk
menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di setiap Kabupaten/Kota
hingga <1 kasus per 100 kelahiran hidup per tahun. Pada masa lalu
sasaran kegiatan MNTE adalah calon pengantin dan ibu hamil namun
pencapaian target agak lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi
berupa pemberian TT 5 dosis pada seluruh Wanita Usia Subur termasuk
ibu hamil (usia 15-39 tahun). Cakupan imunisasi TT ibu hamil yaitu TT 1 :
49 orang, TT 2 : 73 orang, TT 3 : 31 orang, TT 4 : 8 orang dan TT 5 : 6
orang, Imunisasi TT ibu hamil di UPTD Puskesmas Popalia masih rendah
sehingga perlu ditingkatkan komunikasi dan edukasi kepada ibu hamil
agar mengerti pentingnya imunisasi TT.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


3) Pemberian Vitamin A

Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan,


dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-
anak yang cukup mendapat vitamin A, bila terkena diare, campak atau
penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah
menjadi parah, sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Dengan adanya
bukti-bukti yang menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan
angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah
kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan
kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi
masalah KVA pda masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80%).
Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan
sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing
dengan baik.

Gambar IV.4
Cakupan Pemberian Vit.A Februari dan Agustus

Cakupan pemberian vitamin A pada bulan Februari sebesar 99,3


% dan pada bulan Agustus sebesar 100%. Cakupan pada bulan Februari
belum mencapai target nasional dan pada bulan Agustus mencapai target
nasional . Untuk itu perlu ditingkatkan lagi kerjasama dan dukungan
lintas sektoral, terutama Camat dan Lurah serta para Kader Kesehatan

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


untuk meningkatkan kesadaran orang tua bayi dan balita untuk
membawa anaknya ke posyandu maupun sarana kesehatan untuk
memperoleh vitamin A pada bulan Februari dan Agustus.

4) Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah Dan Remaja

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak usia sekolah dan remaja


dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini terhadap tumbuh kembang
dan kesehatan anak pra sekolah serta pemeriksaan kesehatan anak
sekolah dasar/sederajat dan pelayanan kesehatan pada remaja (SMP dan
SMU). Pelayanan kesehatan bagi siwa SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan
sederajat dilakukan melalui penjaringan kesehatan bagi murid kelas 1
(satu) SD/MI dan SMP/SMU.

a. Pelayanan Kesehatan Siswa/I Sekolah Dasar Se- Kecamatan Togo


Binongko
Jumlah Peserta didik tingkat SD yang diperiksa pada tahun 2016
yaitu sebanyak 84 orang. Adapun masalah kesehatan yang didapatkan
pada saat penjaringan kesehatan yaitu masalah gizi, gigi berlubang dan
serumen pada telinga, adapun hasil data tertera pada gambar .

Gambar IV.5
Status Gizi Peserta Didik Tingkat SD se-Kecamatan Togo
Binongko

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Berdasarkan hasil penjaringan yang dilaksananakan di SD se-
Kecamatan Togo Binongko ditemukan masalah kesehatan Gizi yaitu
sebanyak 14 siswa dengan status gizi kurus dan 2 orang sangat kurus.

Gambar IV.6
Masalah Kesehatan Peserta Didik Tingkat SD se- Kecamatan
Togo Binongko

Berdasarkan hasil penjaringan yang dilaksananakan di SD se-


Kecamatan Togo Binongko ditemukan masalah kesehatan yaitu sebanyak
76 siswa Gigi berlubang dan 68 siswa mempunyai serumen.

b. Pelayanan Kesehatan Siswa/I SMP-SMA Se- Kecamatan Togo

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Binongko

Gambar IV.7
Jumlah Peserta didik SMP-SMA se-Kec.Togo Binongko

Jumlah peserta didik yang dijaring pada tahun 2016 yaitu


sebanyak 174 siswa/i.

Gambar IV.8
Masalah Kesehatan Peserta didik SMP-SMA se-Kec Togo Binongko

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Berdasarkan hasil penjaringan kesehatan di SMP dan SMA,
sebanyak 157 siswa mengalami gangguan emosional, sebanyak 94 orang,
sebanyak 88 orang terdapat serumen dalam telinga, sebanyak 4 orang
buta warna dan sebanyak 3 orang mengalami kelainan refraksi.

Gambar. IV.9
Status Gizi Peserta didik SMP-SMA se-Kec Togo Binongko

Berdasarkan hasil penjaringan yang dilaksananakan di SMP-SMA


se-Kecamatan Togo Binongko ditemukan masalah kesehatan Gizi yaitu
sebanyak 18 siswa dengan status gizi kurus dan 13 orang sangat kurus.

5) Pemberian Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil

Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan


mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah
terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat
mengakibatkan terjadinya abortus, perdarahan pada persalinan yang
dapat menimbulkan kematian ibu, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan
berat badan rendah (BBLR).

Gambar IV.10
Cakupan Fe Tahun 2016

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-I (30 tablet) tahun 2016
sebesar 94 %,cakupan Fe-II 94% dan Cakupan Fe-III sebesar 85.4%

6) Kesehatan Gigi Dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan dasar gigi


di Puskesmas dan usaha kesehatan gigi di sekolah (UKGS). Kegiatan
kesehatan gigi dan mulut meliputi upaya promotif (penyuluhan),
preventif (pemeriksaan gigi) dan kuratif sederhana seperti pencabutan
gigi, pengobatan dan penambalan gigi sementara dan tetap.

Gambar IV.11
Kunjungan Rawat Jalan Pasien Gigi

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Pada tahun 2016, pelayanan dasar gigi di Puskesmas mencapai 280
pelayanan, meliputi 242 pasien umum dan 38 pasien BPJS.

7) Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan melalui penyuluhan


kelompok dan penyuluhan massa. Pada tahun 2016, jumlah seluruh
kegiatan penyuluhan kesehatan mencapai 242 kegiatan, terdiri 192
kegiatan penyuluhan luar gedung dan 50 penyuluhan dalam gedung, 242
kegiatan penyebaran informasi (leaflet, poster, spanduk dan media
informasi lainnya). Diharapkan kegiatan penyuluhan tersebut semakin
ditingkatkan agar dapat menjangkau masyarakat luas sehingga tujuan
penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat juga
meningkat.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Gambar IV. 12
Frekuensi Penyuluhan Kesehatan Tahun 2016 berdasrkan Jenis
Penyuluhan

4. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Penilaian akses dan mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari


tingkat kemudahan masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan dan
mutu dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam hal akses dapat
dilihat dari kunjungan rawat jalan dan rawat inap pasien sementara
untuk melihat mutu pelayanan dapat dilihat dari kemampuan pelayanan
yang disediakan sarana kesehatan

5. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

Dalam rangka meningkatkan kepersertaan masyarakat dalam


pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk
memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini
berkembang berbagai cara pembiayaan jaminan pemeliharaan kesehatan
pra bayar di masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional atau BPJS
Kesehatan.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Dari jumlah penduduk tahun 2016 sebesar 5.361 jiwa di
Kelurahan Popalia,Kelurahan Sowa,Desa Oihu, Desa Waloindi dan Desa
Haka terdapat sebanyak 3.228 jiwa (60,21%) yang telah terdaftar sebagai
peserta BPJS Kesehatan. Angka ini meningkat dari cakuppan tahun 2015
yang hanya 2.187 penduduk (40,1%) saja yang memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan.

6. Kunjungan Rawat Jalan Dan Rawat Inap

Gambar IV.13
Kunjungan Rawat Jalan Tahun 2016

Pada tahun 2016 jumlah kunjungan rawat jalan yaitu sebanyak


5192 kunjungan. Kunjungan pasien umum sebanyak 302 dan kunjungan
pasien BPJS sebanyak 4890 kunjungan.

Gambar IV.14
Jumlah Kunjungan Rawat Inap

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Jumlah kunjungan rawat inap sebanyak 16 Pasien yang terdiri dari Rawat
Inap umum sebanyak 39 orang pasien. Rawat Inap BPJS sebanyak 37 orang
pasien, Pasien Rujukan umum sebanyak 8 orang pasien.

7. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium

Di wilayah Kecamatan Togo Binongko belum ada Rumah Sakit


yang berdiri. Namun di Puskesmas fasilitas laboratorium sudah mulai
berjalan per November 2011 namun dengan ketersediaan sarana dan
prasarana yang belum lengkap. Untuk itu perlu segera disediakan layanan
fasilitas laboratorium yang lengkap di Puskesmas untuk membantu
memberikan diagnosa yang lebih akurat bagi setiap pasien.
Pada Tahun 2016 jumlah kunjungan labortaroium sebanyak 129
orang.
8. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat (Gadar)

Sarana kesehatan dengan kemampuan unit gawat darurat adalah


sarana kesehatan yang terdiri dari unit gawat darurat puskesmas. UPTD
Puskesmas Popalia telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
pelayanan gawat darurat sesuai standar.

9. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT

Banyaknya penyakit yang ada saat ini tidak bisa dilepaskan dari
perilaku yang tidak sehat. Dimana untuk mengubah perilaku masyarakat
merupakan sesuatu yang tidak mudah namun mutlak diperlukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga diperlukan upaya
penyuluhan kesehatan yang terus menerus guna mendorong masyarakat
berperilaku hidup bersih dan sehat. Untuk menggambarkan keadaan

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat, digunakan 2 indikator antara lain :

10. Rumah Tangga Sehat (ber-PHBS)

Rumah tangga sehat/ber-PHBS adalah rumah tangga yang seluruh


anggota keluarganya telah berperilaku hidup bersih dan sehat yang
meliputi 10 indikator, yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

Dibantu oleh Kader Kesehatan, pada tahun 2016 telah dilakukan


pemantauan PHBS pada 1303 rumah tangga, dengan jumlah rumah
tangga yang ber-PHBS sebanyak 567 (43,51%) rumah. Untuk itu perlu
adanya intervensi dari berbagai komponen baik lintas program, lintas
sektor, LSM, swasta dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.

11. Keadaan Lingkungan

Kegiatan upaya penyehatan lingkungan lebih diarahkan pada


peningkatan kualitas lingkungan melalui kegiatan yang bersifat promotif
dan preventif. Adapun pelaksanaannya bersama masyarakat diharapkan
mampu memberikan kontribusi bermakna terhadap kesehatan
masyarakat karena kondisi lingkungan yang sehat merupakan salah satu
pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat.

Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


kesehatan akibat kondisi lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan
berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan antara lain melalui
pemantauan Rumah Sehat.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Rumah
dikategorikan sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki
jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

Jumlah rumah di Kecamatan Togo Binongko Tahun 2016 sebanyak


1.391 rumah dan 1.194 (86 %) rumah dinyatakan telah memenuhi syarat
kesehatan. Capaian tersebut memenuhi target Indonesia Sehat sebesar
80%. Untuk itu tentunya harus tetap dilakukan upaya pembinaan yang
lebih intensif kepada masyarakt agar memperhatikan kesehatan
rumahnya karena rumah yang sehat dan nyaman akan berdampak bagi
penghuninya dalam meningkatkan produktivitasnya.

12. Akses Terhadap Air Minum Yang Layak

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan


akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan agar akses
masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui
pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif
dalam pembangunan perpipaan air bersih di daerahnya.
Dari 5.361 penduduk di Kecamatan Togo Binongko pada tahun
2016, yang sumber air minumnya adalah air hujan dan air galon yang
memenuhi syarat sebanyak 87 sumur, dan yang sumber air minumnya
adalah sumur gali dengan pompa yang memenuhi syarat sebanyak 86.

13. Sarana Sanitasi Layak (Jamban Sehat)

Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif


apabila diikuti oleh upaya perbaikan sanitasi yang meliputi kepemilikan
jamban, pembuangan air limbah dan sampah dilingkungan sekitar kita,

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


karena pembuangan kotoran baik sampah, air limbah maupun tinja yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya
kualitas air serta dapat menimbulkan penyakit menular di masyarakat.
Pada tahun 2016 seluruh penduduk Kecamatan Togo Binongko
telah memiliki akses sanitasi (jamban sehat) yang layak telah dilakukan
pemeriksaan pada 1.391 rumah (100%) yaitu sebanyak 1.157 (83%)
penduduk di Kecamatan Togo Binongko menggunakan jamban leher
angsa

Pada tahun 2014 telah dilaksanakan program Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) di wilayah Kabupaten Wakatobi, dimana Desa yang
telah melaksanakanannya yaitu Desa Oihu, Desa Waloindi dan Desa Haka.

14.Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengolahan


Makanan

Kegiatan-kegiatan pengawasan Tempat-Tempat Umum dilakukan


secara rutin oleh sanitarian Puskesmas dan petugas dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Wakatobi. Jenis TTU yang diperiksa antara lain, meliputi hotel,
sarana pendidikan, dan sarana kesehatan. Jumlah TTU yang ada di
Kecamatan Togo Binongko sebanyak 44 sarana, jumlah yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 39 unit (89%).

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam


penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sumber daya kesehatan yang
diperlukan didalam pembangunan kesehatan antara lain tenaga, dana, sarana
dan prasarana, serta teknologi.

1. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: Puskesmas dan
beberapa sarana pelayan kesehatan yang ada di Kecamatan Togo Binongko,
seperti Poskesdes,Polindes dan PUSTU. Sarana pelayanan kesehatan yang ada di
Kecamatan Togo Binongko sampai dengan tahun 2014 yang tercatat di UPTD
Puskesmas Popalia yaitu Polindes di Kelurahan Sowa, Poskeskel di Kelurahan
Popalia, Polindes di Desa Oihu, Puskesmas Pembantu di Desa Waloindi dan
Poskesdes di Desa Haka.

2. Puskesmas

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI Nomor
75 Tahun 2014).
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah
supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus
memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif
baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan
masyarakat (UKM).
Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan
rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang
bersangkutan. Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas
biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas
keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes).
Fungsi Puskesmas sendiri meliputi:

a) penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya


Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

b) penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya


Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:


a. paradigma sehat;
b. pertanggungjawaban wilayah;
c. kemandirian masyarakat;
d. pemerataan;
e. teknologi tepat guna; dan
f. keterpaduan dan kesinambungan.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Sejak tahun 2010, Puskesmas di Kabupaten Wakatobi dibedakan unit
kerjanya yaitu UPTD (Unit pelayanan Teknis Dinas) dan Jejaring. Puskesmas
Popalia sendiri menjadi UPTD dan memiliki 5 Jejaring, yaitu :

Tabel V.1
Gambaran Wilayah Puskesmas dan Wilayah Kerja
Di UPTD Puskesmas Popalia Tahun 2016
No Kecamatan Puskesmas Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Popalia Kec.Togo Binongko
Polindes Oihu Desa Oihu
Togo Binongko
PUSTU Mole Desa Waloindi
Poskesdes Haka Desa Haka

Puskesmas Keliling
Sarana transportasi pendukung pelayanan puskesmas (Puskesmas keliling)
pada Tahun 2016, sebanyak 1 unit mobil puskesmas keliling.

Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu, Kelurahan siaga, dan lain
sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan
penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu
dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya,
Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Jumlah Posyandu di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Popalia yaitu sebanyak 11 Posyandu, dimana semua Posyandu
dalam kategori Purnama.

3. TENAGA KESEHATAN

SDM Kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit
kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) di Kabupaten/Kota, dengan
status kepegawaian PNS, CPNS, PTT, Honorer. SDM Kesehatan tersebut bekerja di

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


UPTD Puskesmas Popalia.
Data Sumber Daya Kesehatan (SDM Kesehatan) yang terkumpul belum
sepenuhnya dapat menggambarkan SDM Kesehatan secara lengkap.

1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia
yang dimiliki terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Jumlah dan jenis tenaga
kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Popalia dapat dilihat pada tabel.

Tabel V.1
Data Kepegawaian Tahun 2016

NO KETENAGAAN JML TENAGA STATUS

1 Dr. UMUM 1 PTT

2 Dr. GIGI 1 PTT

3 S2 Admin Kesehatan 1 PNS

3 S1. Ners 2 HONORER

4 SKM 5 PNS/Honorer

5 D3 MANAJEMEN RS 1 HONORER

6 S1. KEPERAWATAN 9 Honorer

7 D3 KEBIDANAN 11 PNS/HONORER

8 D3 KEPERAWATAN 9 PNS/HNRR

9 D3 Analis 1 Honorer

10 FARMASI 1 HONORER

11 SMA 3 HONORER

TOTAL 45

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Jika dilihat dari rasio ketersediaan tenaga per 100.000 penduduk, maka
tenaga kesehatan yang ada masih sangat kurang. Untuk itu kebutuhan tenaga
kesehatan di puskesmas perlu segera ditambah. Juga dari segi pendidikan perlu
ditingkatkan.

BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN

UPTD Puskesmas Popalia adalah satu-satunya Puskesmas yang ada di


wilayah Kecamatan Togo Binongko dan terletak di bagian Timur Kabupaten
Wakatobi. Angka laju pertumbuhan penduduk Kelurahan Popalia,Kelurahan
Sowa, Desa Oihu, Desa Waloindi dan Desa Haka relatif stabil. Maka dari itu
pertumbuhan penduduk ini harus diantisipasi oleh pemerintah daerah
Kabupaten Wakatobi dalam penyediaan berbagai fasilitas pelayanan umum
yang diperlukan seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun dalam
pemenuhan kebutuhan pokok seperti pangan dan papan
Penduduk Kecamatan Togo Binongko sebagian besar (62,8%) berada
dalam usia produktif (15-44 tahun) sehingga memungkinkan bagi UPTD
Puskesmas Popalia berpotensi untuk memajukan standar kesehatan terkait
usia produktif tersebut yang bilamana diberikan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan visi UPTD
Puskesmas Kecamatan Popalia, yakni tercapainya Kecamatan Togo Binongko
Sehat 2020. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai
upaya, yaitu dari segi Pelayanan Kesehatan terdapat Pelayanan Antenatal (K1
Dan K4), Pertolongan Persalinan, Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/Komplikasi
Yang Ditangani, Pelayanan Nifas, Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN
Lengkap), Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Usia

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Sekolah Dan Remaja, Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 Th) Dan Usila
(>60 Th), Pemberian Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil, Pemberian Kapsul
Vitamin A, Kesehatan Gigi Dan Mulut, Penyuluhan Kesehatan. Namun dari
segi akses dan mutu pelayanan kesehatan terdapat Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Pra Bayar, Rawat Jalan Dan Rawat Inap, Sarana Kesehatan Dengan
Kemampuan Laboratorium, Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat
darurat (Gadar).
Di sisi lain UPTD Puskesmas Popalia juga ingin menciptakan perilaku
hidup masyarakat dengan cara Rumah Tangga Sehat (ber-PHBS),
menciptakan keadaan lingkungan yang baik, meningkatkan akses terhadap
jenis sarana air bersih yang digunakan dan melakukan pengawasan tempat-
tempat umum dan tempat pengolahan makanan
Seperti pada umumnya kecamatan lain, UPTD Puskesmas Popalia
memiliki sarana kesehatan yakni Puskesmas Keliling, Sarana Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (Posyandu), dan Tenaga Kesehatan di
Puskesmas. Pada tenaga kesehatan tersebut, Jika dilihat dari rasio
ketersediaan tenaga per 100.000 penduduk, maka tenaga kesehatan yang ada
masih sangat kurang. Untuk itu kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas
perlu segera ditambah dan tingkat pendidikan perlu ditingkatkan agar dapat
lebih optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Dibidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Namun sangat disadari, sistem
informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi
kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal.
Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan
dalam Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Popalia yang diterbitkan saat ini
belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil
Kesehatan UPTD Puskesmas Popalia dapat memberikan gambaran secara
garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan
masyarakat yang telah dicapai. Walaupun Profil Kesehatan sering kali belum
mendapatkan apresiasi yang memadai, karena belum dapat menyajikan data
dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun ini merupakan salah satu
upaya publikasi data dan informasi dalam rangka keterbukaan informasi
publik. Dalam rangka meningkatkan kualitas Profil, kedepannya perlu dicari
terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat
untuk mengisi kekosongan data sehingga kualitas data menjadi lebih baik.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016


Terimakasih.

Profil Kesehatan UPT D Puskesmas Popalia Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai