Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) sebagai
Antihiperkolesterolemia terhadap Mencit Swiss Webster Jantan
1
Syafitrianti Utami, 2Lanny Mulqie, 3Sri Peni Fitrianingsih
1,2,3
Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
e-mail : 1syafitrianti_utami@yahoo.com, 2lannymulqie.26@gmail.com,
3
sri.peni@yahoo.com
Abstrak. Hiperkolesterolemia disebabkan karena adanya kadar kolesterol total yang melebihi 239 mg/dL
dalam darah. Obat hasil sintesis zat kimia yang dapat mengatasi hiperkolesterolemia telah banyak beredar
dipasaran, namun penggunaannya dalam jangka panjang dilaporkan mempunyai efek samping. Oleh
karena itu, dikembangkan obat antihiperkolesterolemia dari bahan alam. Salah satu tanaman yang
memiliki kandungan senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah bawang daun (Allium
fistulosum L.). Pengujian aktivitas antihiperkolesterolemia bawang daun dilakukan selama 14 hari dengan
pemberian secara oral pada dosis 11,2; 7,47; 3,73 g/Kg BB mencit yang telah diinduksi secara eksogen
dengan pemberian Diet Tinggi Lemak (DTL) selama 21 hari. Sebagai pembanding, digunakan
simvastatin dengan dosis 1,3 mg/Kg BB. Analisa data kadar kolesterol total secara statistika
menggunakan metode paired sample t-test dan ANOVA serta uji lanjutan dengan metode LSD. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bawang daun dengan dosis 7,47 dan 3,73 g/Kg BB dapat
menurukan kadar kolesterol total berbeda bermakna dengan kontrol positif (p<0,05) dimana ekstrak
etanol bawang daun pada dosis 3,73 g/Kg BB lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total.
A. Pendahuluan
Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol di dalam darah.
Hiperkolesterolemia disebabkan karena adanya kadar kolesterol total yang melebihi 239
mg/dL dalam darah (Katzung, 2002:427). Obat hasil sintesis zat kimia yang dapat
mengatasi hiperkolesterolemia telah banyak beredar dipasaran, namun penggunaannya
dalam jangka panjang dilaporkan mempunyai efek samping sehingga banyak
masyarakat yang beralih pada tumbuh-tumbuhan herbal untuk mengobati penyakit
metabolik. Bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan salah satu dari jenis
bawang-bawangan yang banyak diapakai sebagai bahan tambahan pada masakan di
berbagai negara khususnya Asia, namun penggunaannya sebagai tanaman herbal belum
banyak diketahui. Hal-hal tersebut menjadi acuan untuk meneliti aktivitas
antihiperkolesterolemia ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) terhadap
mencit Swiss Webster jantan hiperkolesterolemia.
Berdasarkan pemaparan di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah
apakah ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) dapat digunakan sebagai
antihiperkolesterolemia terhadap mencit Swiss Webster jantan hiperkolesterolemia.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akivitas antihiperkolesterolemia dari
ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) melalui uji aktivitas
antihiperkolesterolemia terhadap mencit Swiss Webster jantan hiperkolesterolemia,
serta mengetahui dosis yang memberikan efek antihiperkolesterolemia dari ekstrak
etanol bawang daun (Allium fistulosum L.). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan lebih banyak informasi dan bukti ilmiah mengenai khasiat bawang daun
(Allium fistulosum L.).
568
Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) sebagai Antihiperkolesterolemia ... | 569
B. Landasan Teori
memiliki kolesterol yang cukup tinggi (7-12 mmol/L) dan berisiko mengidap penyakit
jantung koroner dini (Davey, 2006:140).
2) Hiperkolesterolemia Poligenetik dan Hiperlipidemia Gabungan Familial
Keadaan yang diturunkan ditandai oleh kadar kolesterol yang agak meningkat (7-12
mmol/L) dengan atau tanpa kadar trigliserida yang tinggi, tidak disebabkan oleh
kelainan gen tunggal, walaupun pada beberapa kasus nampaknya diturunkan secara
dominan autosomal. Merupakan penyebab sangat penting pada peningkatan risiko
aterosklerosis dalam populasi. Kadar trigliserida yang sangat tinggi dapat menyebabkan
pankreatitis (Davey, 2006:140).
2. Hiperlipidemia Sekunder
Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit metabolik yang lebih umum
seperti diabetes melitus, asupan alkohol yang berlebihan, hipotiroidisme, atau sirosis
biliar primer. Strategi pengobatan hiperlipidemia sekunder akibat salah satu gangguan
ini termasuk pengaturan diet serta sejumlah obat-obat untuk penyebab utama
hiperlipidemia (Mycek, 2001:209).
C. Hasil Penelitian
terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam, dengan tujuan untuk menghilangkan faktor
makanan dari luar karena selain dari faktor variasi biologis, faktor ini pun dapat
mempengaruhi hasil pengukuran kadar kolesterol total. Pengukuran kadar kolesterol
total dilakukan menggunakan strip test dengan prinsip kerja menggunakan teknologi
elektrokimia biosensor dengan metode reaksi enzimatik, dimana sampel darah yang
masuk ke dalam strip akan disaring dan bereaksi dengan kolesterol esterase serta
kolesterol oksidase yang kemudian dikumpulkan ke elektron mediator. Pada saat
penurunan elektron mediator sebanding dengan total kolesterol dalam darah yang
bereaksi, terjadi pembacaan kadar kolesterol total yang hasilnya akan muncul pada layar
alat yang digunakan. Pada penelitian ini didapatkan hasil pengukuran kadar kolesterol
total sebelum induksi, setelah induksi, dan setelah terapi seperti yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Rata-rata Kadar Kolesterol Total
Kadar Kolesterol Total (mg/dL)
Kelompok
x ± SD H0 x ± SD H21 x ± SD H35
Keterangan :
x : Rata-rata kadar kolesterol total
SD : Standar deviasi
H0 : Kadar kolesterol total sebelum induksi (hari ke-0)
H21 : Kadar kolesterol total setelah induksi selama 21 hari (hari ke-21)
H35 : Kadar kolesterol total setelah 14 hari terapi (hari ke-35)
* : Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kontrol positif
Berdasarkan hasil pengamatan dapat terlihat bahwa rata-rata kadar kolesterol
total pada H21 meningkat hingga berada pada rentang 194,33 mg/dL – 258,67 mg/dL
jika dibandingkan dengan rata-rata kadar kolesterol total pada H0 yang hanya berada
pada rentang 148,67 mg/dL – 160,33 mg/dL. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa
pemberian DTL selama 21 hari secara terus-menerus dapat meningkatkan kadar
kolesterol total pada mencit.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata kadar kolesterol total kelompok
uji 1, uji 2, uji 3, dan pembanding pada H35 mengalami penurunan hingga berada pada
rentang 145,67 mg/dL – 199,00 mg/dL jika dibandingkan dengan rata-rata kolesterol
total pada H21 yang berada pada rentang 194,33 mg/dL – 258,67 mg/dL. Hal tersebut
dapat menunjukkan bahwa adanya pemberian ekstrak bawang daun pada dosis 3,73
g/Kg BB; 7,47 g/Kg BB; 11,2 g/Kg BB dan simvastatin pada dosis 1,3 mg/Kg BB dapat
menurunkan kadar kolesterol total pada mencit.
Berdasarkan hasil analisa statistika menggunakan ANOVA dan uji lanjutan LSD
pada H0 dan H21 kadar kolesterol total pada semua kelompok menunjukkan nilai
signifikansi p>0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna pada kadar kolesterol total antar kelompok pada H0 maupun H21.
Hasil analisa statistika menggunakan ANOVA dan uji lanjutan LSD pada H35
menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada kelompok uji 1, uji 2, dan pembanding
signifikan (p<0,05) terhadap kelompok kontrol positif, sedangkan kadar kolesterol total
pada kelompok uji 3 tidak signifikan (p>0,05) terhadap kelompok kontrol positif. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna terhadap kadar kolesterol
total antar kelompok pada kelompok uji 1, uji 2, dan pembanding jika dibandingkan
dengan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol positif.
Grafik peningkatan dan penurunan rata-rata kadar kolesterol total dapat dilihat
pada grafik berikut:
300
Kadar Kolesterol Total (mg/dL)
250
200
Kontrol Positif
150
Uji 1
100
Uji 2
50
Uji 3
0
Pembanding
H0 H21 H35
Waktu (Hari)
Dari grafik tersebut dapat terlihat jelas bahwa rata-rata kadar kolesterol total
pada semua kelompok meningkat setelah induksi dan rata-rata kadar kolesterol total
pada kelompok uji 1, uji 2, uji 3, dan pembanding menurun setelah adanya pemberian
ekstrak bawang daun maupun simvastatin. Pada kelompok kontrol positif tidak
diberikan perlakuan berupa pemberian ekstrak bawang daun maupun simvastatin,
sehingga dapat terlihat bahwa rata-rata kadar kolesterol total pada kelompok tersebut
terus meningkat.
Dari grafik juga dapat terlihat bahwa penurunan rata-rata kadar kolesterol total
pada kelompok uji 1 lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok uji 2 dan kelompok
uji 3, yang berarti bahwa ekstrak bawang daun pada dosis 3,73 g/Kg BB memiliki
aktivitas antihiperkolesterolemia yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak bawang
daun pada dosis 7,47 g/Kg BB dan ekstrak bawang daun pada dosis 11,2 g/Kg BB.
Peningkatan dosis seharusnya akan meningkatkan respon yang sebanding
dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan meningkatnya dosis peningakatan
respon pada akhirnya akan menurun,
karena sudah tercapai dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi (Katzung, 2001:
23). Hal ini sering terjadi pada obat bahan alam, karena senyawa yang dikandungnya
tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam senyawa kimia, dimana
komponen-komponen tersebut saling bekerja sama untuk menimbulkan efek. Namun
dengan peningkatan dosis, jumlah senyawa kimia yang terkandung semakin banyak,
sehingga dapat terjadi interaksi yang merugikan yang menyebabkan menurunnya efek
(Tarigan, 2012: 42).
D. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Backer, C.A. and Bakkuizen v/d Brink R.C Jr. 1963. Flora of Java, Wolter-Noordhhoff
NV, Groningen.
Cronquist, Arthur. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants,
Columbia Unniversity Press, New York.
Davey, Patrick. (2006). At a Glance Medicine, Erlangga, Jakarta.
Ekawati, A. dkk. (2010). Pengaruh Teh Hitam (Camellia sinensis L.) Terhadap
Kekebalan Dinding Arteri Koronaria Tikus Puith (Rattus novergicus) yang Diberi
Diet Tinggi Lemak, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fiorentino, A. et al. (2009). Δ-Tocomonoenol: A New Vitamin E from Kiwi (Actinidia
chinensis) Fruits. Food Chem, 115.
Gilman, Alfred. (2008). Dasar Farmakologi Terapi, Ed. 10, Vol. 1, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Guyton, A.C. Hall. (1996). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 7, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Guyton, A.C. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 9, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Kang, Min-Jung. et.al. (2010). Hypoglycemic Effects of Welsh Onion in a Animal Model
of Diabetes Melitus. Nutrition Research and Practice 4 (6).
Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik, Ed. 8, Salemba Medika, Jakarta.
Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. (2012). Biokimia Harper, Ed. 27, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar, Ed.
2, Widya Medika, Jakarta.
Sadikin, Mohammad, Jusman, S.W.A., Harahap, I.P. (2003). Sifat Antioksidan dari
Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dan Perlindungan Terhadap Hati dari
Keracunan CCl4, Jurnal Bahan Alam Indonesia, Vol.2.
Tarigan, Irma M., Bahri, Saiful., Saragih, Awaludin. (2012). Aktivitas Antihiperurisemia
Ekstrak Etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida) (L.) Kunth) Pada Mencit
Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, Vol. 1 (1).
U. Subasini. et al. (2014). Phytochemical Analysis and Antihyperlipidemic Activity of
Nelumba Nucifera in Male Wistar Rats, International Journal of Pharmacy
Teaching and Practices, Vol. 5.
Yamamoto, Y. et.al. (2005). Antioxidative and Antihypertensive Effects of Welsh Onion
on Rats Fed with a High-Fat High-Sucrose Diet, Biosci 69 (7).
Yamamoto, Y. and Yasuoka, A. (2009). Welsh Onion Attenuates Hyperlipidemia in
Rats Fed on High-Fat High-Sucrose Diet, Biosci 74 (2).