Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Abstrak who do not have own toilet, mothers who still seldom washing hands after
Pada tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif di Kecamatan Jatibarang cleaning the baby’s stool or after a bowel movement, drinking and eating
dan Kecamatan Kedokan Bunder untuk mengetahui faktor-faktor sanitasi food that is not cooked and throw trash to the environment. Occurrence of
lingkungan, dan perilaku ibu-ibu dan kejadian penyakit infeksi pada bayi respiratory diseases, pneumonia and pulmonary tuberculosis in baby/child
dan anak. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan responden possibly because the media is polluted through the respiratory system by
ibu rumah tangga yang mempunyai bayi/ anak balita berjumlah 401 orang. burning garbage, carrying baby/children while, smoking at home or adjacent
Penyakit diare pada bayi/anak disebabkan oleh media tercemar yang with babies/children, the use of mosquito coils, pulmonary tuberkulosis
masuk ke sistem pencernaan melalui sumber air untuk minum maupun patients spit and throw phlegm in random places and sleeping with other
mandi, cuci, kakus (MCK) yang bukan berasal dari ledeng, keluarga yang family members. The occurrence of vector borne diseases in baby/child
tidak mempunyai jamban, ibu yang masih jarang mencuci tangan setelah (malaria) because of the possibility of preventing mosquito bites with
membersihkan kotoran bayi ataupun setelah buang air besar, meminum repellent less effective, the use of mosquito nets still low.
dan memakan makanan yang tidak dimasak, dan sampah yang dibuang ke Keywords: Child health, mother behavior, sanitation
lingkungan. Penyakit Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia,
dan tuberkulosis paru pada bayi/anak kemungkinan disebabkan media ter-
cemar masuk ke sistem pernapasan melalui sampah yang dibakar, mem- Pendahuluan
bawa (menggendong) anak sewaktu memasak, merokok di dalam rumah Lingkungan mempunyai andil yang paling besar ter-
berdekatan dengan bayi/anak, menggunakan obat nyamuk bakar, penderita hadap status kesehatan yang disusul oleh perilaku.1
tuberkulosis paru meludah dan membuang dahak di sembarang tempat Kesehatan lingkungan adalah kondisi atau keadaan
dan penderita tidur bersama anggota keluarga yang lain. Penyakit tular lingkungan optimum yang berpengaruh positif terhadap
vektor pada bayi/anak (malaria) kemungkinan disebabkan upaya pen- perwujudan status kesehatan optimum. Lingkup ke-
cegahan gigitan nyamuk dengan repellent kurang efektif dan penggunaan sehatan lingkungan mencakup perumahan, pembuangan
kelambu masih rendah. kotoran (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan
Kata kunci: Kesehatan bayi/anak, perilaku ibu, sanitasi sampah, dan pembuangan limbah.1 Lingkungan ber-
pengaruh sangat besar terhadap kesehatan manusia
Abstract karena berbagai faktor penyebab penyakit dipengaruhi
In 2009 a descriptive study conducted in the subdistrict Jatibarang and oleh lingkungan. Pengaruh lingkungan hidup terhadap
Kedokan Bunder to determine the factors of environmental sanitation, kesehatan demikian penting sehingga penyebab penyakit
infectious disease in baby/child, and mother’s behavior. Data were collect- sering harus dicari di luar tubuh yang berarti perlu
ed using questionnaires which respondents are 401 housewives who have penyelidikan lingkungan. Sanitasi lingkungan merupa-
a baby/child. Occurrence of diarrhea disease in baby/child because of the
possibility of contaminated media through the digestive system by water for Alamat Korespondensi: Kasnodihardjo, Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Balitbangkes Republik Indonesia, Jl. Percetakan Negara No.29,
drinking and toilets which do not originate from the piping network, families
Jakarta Pusat, Hp. 081311134648, e-mail: kasnodihardjo@litbang.go.id
415
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 9, April 2013
kan faktor penting yang harus diperhatikan, terutama majanan. Jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu
sarana air bersih, ketersediaan jamban, pengolahan air sama lain karena ditentukan oleh perilaku masing-
limbah, pembuangan sampah, dan pencemaran tanah. masing. Jalan masuk atau route of entry dari agen pe-
Pembuangan tinja dapat secara langsung mengontami- nyakit ke dalam tubuh manusia meliputi sistem per-
nasi makanan, minuman, sayuran, air tanah, serangga napasan, sistem pencernaan, dan permukaan kulit.5
dan bagian-bagian tubuh. Perlu pengaturan pembuangan Diare dan demam tifoid adalah penyakit infeksi
sampah agar tidak membahayakan kesehatan manusia sistem pencernaan yang merupakan dampak pencemaran
karena dapat menjadi gudang makanan bagi vektor air dan pangan oleh bakteri atau mikroba.6 Infeksi salu-
penyakit. Sayuran yang dimakan mentah dapat menjadi ran pernafasan atas, pneumonia, dan tuberkulosis paru
media transmisi penyakit dari tanah yang tercemar tinja.2 adalah penyakit infeksi pada sistem saluran pernapasan
Perilaku manusia yang pada dasarnya adalah aktivitas merupakan dampak pencemaran udara oleh bahan ki-
manusia merupakan respons seseorang (organism) ter- mia, bakteri, atau mikroba. Penyakit demam berdarah
hadap stimulus yang berhubungan dengan sakit dan dengue dan malaria adalah penyakit infeksi yang ditu-
penyakit. Perilaku tersebut meliputi peningkatan dan larkan melalui gigitan vektor nyamuk. Upaya paling efek-
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pencari- tif mencegah malaria adalah menghindari gigitan nyamuk
an pengobatan, sistem pelayanan kesehatan, makanan, Anopheles yang dapat dilakukan berupa proteksi pribadi
serta lingkungan. Perilaku terhadap lingkungan ke- dengan menggunakan insektisida (semprot atau dilapis-
sehatan mencakup perilaku yang berhubungan dengan kan pada kelambu) dan repellent.7 Pneumonia adalah
air bersih, pembuangan air kotor, limbah, rumah sehat salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut
dan pembersihan sarang nyamuk. Perilaku kesehatan dengan penyebab multifaktorial, diperkirakan terdapat
merupakan berbagai hal yang berhubungan dengan efek faktor risiko individu dan faktor risiko tingkat
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan ekologi.8 Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditimbul-
meningkatkan kesehatan, termasuk juga tindakan untuk kan oleh Clostridium tetani. Mikroorganisme ini di-
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih temukan di tanah dan pada traktus intestinal, juga feses
makanan, dan sanitasi.1 berbagai hewan. Tempat masuk mikroorganisme ini ke
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu wilayah dalam tubuh adalah luka.9
di Provinsi Jawa Barat yang juga ikut berperan me-
nyumbangkan kasus kematian bayi. Di Kabupaten Metode
Indramayu, periode Januari sampai September tahun Penelitian observasional ini tentang perilaku berisiko
2008, kematian bayi sebanyak 417 kasus. Sebagian dise- yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare, in-
babkan oleh berbagai penyakit infeksi berbasis lingkung- feksi saluran pernapasan atas, pneumonia, tuberkulosis
an, antara lain meliputi diare (17), infeksi saluran per- paru, tetanus, demam berdarah dengue, malaria, dan de-
napasan atas (4), tetanus (8), bayi berat badan lahir ren- mam tifoid. Desain penelitian yang digunakan adalah
dah (BBLR) (74), asfiksia (57), dan infeksi (9).3 Faktor cross sectional. Populasi adalah ibu rumah tangga yang
lingkungan terbukti berpengaruh terhadap angka kema- mempunyai bayi dan atau anak balita. Sampel adalah ibu
tian anak yang merupakan cermin kondisi kesehatan rumah tangga yang mempunyai bayi dan atau anak balita
lingkungan.4 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui yang memenuhi kriteria Penarikan sampel dilakukan
berbagai faktor sanitasi lingkungan, perilaku dan penya- secara acak dengan metoda simple random sampling.
kit infeksi pada bayi/anak meliputi diare, infeksi saluran Besar sampel minimal setiap kelurahan dihitung meng-
pernapasan atas, pneumonia, tuberkulosis paru, tetanus, gunakan rumus Lemeshows atc.10
demam berdarah dengue, malaria, dan demam tifoid. Dengan nilai perkiraan proporsi pengetahuan sikap
Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan inter- dan perilaku (PSP) pada populasi 50%, besar sampel
aktif antara manusia dengan perilaku dan lingkungan yang didapatkan adalah 384,16 dan dibulatkan menjadi
yang berpotensi penyakit. Agen penyakit adalah kom- 400. Jumlah responden di kedua kecamatan lokasi
ponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penelitian adalah 400 ibu yang mempunyai bayi dan atau
penyakit melalui media perantara yang juga merupakan anak balita, dengan sampel tiap kecamatan daerah adalah
komponen lingkungan. Keberadaan suatu berbagai agen 200 responden. Data dikumpulkan melalui wawancara
dalam media lazim dikenal dengan istilah pencemaran. terstruktur dan pengamatan lapangan terhadap para
Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai media objek yang diduga berhubungan erat dengan penularan
transmisi penyakit meliputi udara, air, tanah/pangan, diare, infeksi saluran pernapasan atas, pneumonia, tu-
binatang/serangga penular penyakit/vekor, dan manusia berkulosis paru, tetanus, demam berdarah dengue,
melalui kontak langsung. Jumlah kontak manusia dan malaria, demam tifoid. Data diolah dan dianalisis secara
komponen lingkungan yang berpotensi bahaya penyakit deskriptif menggunakan paket program statistik dengan
(agen penyakit) dapat diukur dalam konsep perilaku pe- perangkat komputer.
416
Kasnodihardjo & Elsi, Deskripsi Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, dan Kesehatan Anak
Tabel 1.Proporsi Responden Menurut Kepemilikan Sarana Sanitasi Tabel 3. Bayi atau Anak Balita yang Pernah Didiagnosis Penyakit Infeksi
Sarana Sanitasi Kategori Jumlah Persentase (%) Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%)
417
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 9, April 2013
TB Paru
Tidak tidur bersama anggota keluarga lain 7 1,7
Membuang dahak/meludah tidak sembarangan 143 35,7
Tutup hidung/mulut sewaktu bersin atau batuk 300 74,8
Membuka jendela setiap hari 290 72,3
dengue, demam tifoid, tetanus. Penyakit dengan persen- belum menyeluruh. Konsumsi makanan matang sangat
tase terbesar adalah penyakit diare, diikuti dengan kecil karena pola konsumsi makanan masyarakat Jawa
penyakit infeksi saluran pernapasan atas. Berbeda de- Barat masih banyak memakan lalapan mentah yang dapat
ngan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, di menjadi media pencemar penyakit infeksi. Pem-
Kabupaten Indramayu, penyakit infeksi yang terbanyak buangan tinja dapat secara langsung mengontaminasi
adalah infeksi saluran pernapasan atas diikuti diare.11 makanan, minuman, sayuran, air tanah, serangga (lalat,
Berdasarkan route of entry meliputi sistem pernapasan, kecoa), dan bagian-bagian tubuh.2 Untuk pencegahan
sistem pencernaan, dan masuk melalui permukaan kulit.5 penularan penyakit infeksi saluran pernapasan atas dan
Proporsi penyakit infeksi terbesar adalah melalui sistem pneumonia, terbanyak adalah tidak menyertakan
pernapasan 45,6%, meliputi infeksi saluran pernapasan bayi/balita waktu memasak didapur, tidak merokok
atas (23,9%), pneumonia (14,5%), dan tuberkulosis dekat bayi/balita dan tidak merokok di dalam rumah
paru (7,2%). Penyakit infeksi yang melalui sistem tergolong rendah (< 50%). Balita perokok pasif dalam
pencernaan (29,7%), meliputi diare (29,7%) dan de- ruangan berisiko kesehatan serius dari perokok.14-16
mam tifoid (4,5%). Penyakit infeksi yang melalui per- Untuk pencegahan penyakit tuberkulosis paru pe-
mukaan kulit 4,7%, meliputi malaria (2,7%), demam rilaku yang terbanyak adalah menutup hidung/mulut
berdarah dengue (0%), dan tetanus (2,0%). sewaktu bersin atau batuk dan membuka jendela setiap
Untuk pencegahan penyakit diare dan demam tifoid, hari. Sinar matahari yang langsung masuk ke dalam
perilaku positif para ibu terbanyak adalah kepemilikan rumah berhubungan dengan penularan tuberkulosis
sarana buang air besar dan melakukan buang air besar di paru. Balita yang tinggal serumah dengan orang dewasa
jamban. Namun, masih ada responden yang melakukan penderita tuberkulosis paru dan rumah yang tidak di-
buang air besar tidak di jamban. Penelitian yang di- masuki sinar matahari berisiko 3,5 kali lebih besar un-
lakukan di Jawa Barat menunjukkan bahwa jamban tuk tertular tuberkulosis paru dibandingkan yang ti-
belum dirasakan sebagai kebutuhan mendesak karena dak.17 Perilaku penderita tuberkulosis paru tidur tidak
ada alternatif lain di kebun atau di sungai.13 Pencucian bersama anggota keluarga yang lain sangat jarang dite-
tangan dengan sabun terbanyak dilakukan sebelum mukan.
makan, sedangkan setelah buang air besar atau setelah Pencegahan dan penularan penyakit yang ditularkan
pembuangan kotoran bayi jarang dilakukan. Perlakuan vektor nyamuk terbesar adalah menggunakan repellent
terhadap air minum yang dimasak sebelum diminum dengan bahan aktif Diethyltoluamide (DEET) yang
418
Kasnodihardjo & Elsi, Deskripsi Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, dan Kesehatan Anak
419
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 9, April 2013
17. Musadad A. Hubungan faktor lingkungan rumah dengan penularan tu- Andalas. Majalah Kedokteran Andalas. 2008; 32 (1): 1-7.
berkulosis paru kontak serumah. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2006; 5 (3). 20. Davis J, Pickering AJ, Rogers K, Mamuya S, Boehm AB. The effects of
18. Anonim. Bahaya diethyltoluamide (DEET). Diunduh dari: insect – re- informational interventions on household water management, hygiene
pellent. ik.pom.go.id/wp content/uploads/2011/bahaya DEET pada in- behaviors, stored drinking water quality, and hand contamination in
sect.pdf. peri Urban Tanzania. The American Journal of Tropical Medicine and
19. Harminarti N.Kelambu celup permetrin.Repository Universitas Hygiene. 2011; 84 (2): 184-91.
420