Anda di halaman 1dari 19

A.

    IDENTITAS

Judul Buku : Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik


Penulis : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
Penerbit : Rineka Cipta
Cetakan : Edisi Revisi 2010
Jumlah Halaman : i-xii, 412

B.     PENDAHULUAN
Buku  yang ditulis oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto merupakan revisi dari buku presedur
penelitian edisi revisi VI. Pada revisi kali ini buku yang di tulis oleh Prof. Dr. Suharsimi
Arikunto mengalami penambahan, penambahan tersebut, yaitu: pertama, satu cara penelitian,
yang semula hanya : operation reseach (action reseach) dan penelitian
eksperimen (experimen reseach), Suharsimi Arikunto menambahkan satu cara penelitian lain
yakni penelitian deskriptif  (description reseach).

Kedua, penambahan satu bab yang membahas tentang penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif
ini memang masih kurang populer, namun mempunyai keistimewaan yakni penelitian jenis ini
dapat dilakukan untuk semua jenis program kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
dari program yang  dievaluasi.

Makalah singkat ini berusaha untuk memberikan gambaran kepada calon peneliti, untuk
melakukan penelitian dalam menemukan sumber informasi tentang cara mengadakan penelitian.
Selain itu, Suharsimi Arikuntor mengulas berbagai macam cara penelitian beserta dengan
contohnya. Semoga apa yang disampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca
mengenai apa yang di tulis oleh Suharsimi Arikunto.

A.    Ringkasan Bab
Edisi ke ketujuh dari buku Prof. Dr. Suharsimi Arikunto mengenai prosedur penelitian dalam
suatu pendekatan praktik ini terdiri atas 17 bab.  Buku ini tidak sama dengan buku prosedur yang
sebelumnya, kali ini terbit dalam isi yang lebih meyakinkan, dapat dilihat dari banyaknya
halaman. Pembenahannya yaitu berupa tambahan penjelasan untuk penelitian kualitatif. Menurut
Suharsimi Arikuntoro hal ini penting karena dilapangan sering terjadi penyederhanaan prinsip
penelitian kualitatif menjadi penelitian deskriptif saja.
Ketujuh belas bab dalam buku Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut:
o   Bab 1 : Kegiatan Penelitian
o   Bab 2 : Alur dan Ragam Penelitian
o   Bab 3 : Penelitian Evaluatif
o   Bab 4 : Cara Mengadakan Penelitian
o   Bab 5 : Memilih Masalah
o   Bab 6 : Studi Pendahuluan
o   Bab 7 : Merumuskan Masalah
o   Bab 8 : Merumuskan Anggapan Dasar
o   Bab 9 : Merumuskan Hipotesis
o   Bab 10 : Memilih Pendekatan
o   Bab 11 : Menentukan Variabel
o   Bab 12 : Menentukan Sumber Data
o   Bab 13 : Menentukan Dan Menyusun Instrumen
o   Bab 14: Pengumpulan Data
o   Bab 15 : Analisis Data
o   Bab 16 : Menarik Kesimpulan
o   Bab 17 : Menulis Laporan

Adapun uraian singkat dari masing – masing bab, akan disajikan sebagai berikut
Bab 1 : Kegiatan Penelitian, dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;1-11) membahas tentang
siapa yang perlu meneliti, bagaimana penelitian dilakukan dan apa yang diteliti. Suharsimi
Arikunto mengatakan : Siapapun dari bidang manapun, orang membutuhkan penelitian untuk
meningkatkan usaha yang dilkukan. Secara garis besar saja ada 3, yakni: penelitian yang hanya
bermaksud mengetahui kondisi yang ada tanpa melakukan perubahan, penambahan, atau
manipulasi. Suharsimi Arikuntoro mengemukakan 5 (lima) macam atau jenis penelitian, yakni
(a) penelitian deskriptif murni atau survei, (b) penelitian korelasi – ada korelasi belajar dan
korelasi sebab –akibat, (c) penelitian komparasi, (d) penelitian pelacakan atau penelitian
penelusuran ( tracer study ), (e) penelitian evaluasi.

Dalam eksperimen dikenal adanya faktor eksperimen dan non-eksperimen. Ada 3 cara
menyisihkan faktor non-eksperimen yaitu: disisihkan secara fisik, disisihkan secara selektif dan
disisihkan dengan manipulasi statistik. Penelitian ekperimen selalu dilakukan dengan sengaja
menimbulkan gejala yang dilihat akibatnya. Penelitian non-eksperimen hanya meneliti apa yang
sudah ada. Yang menjadi persoalan dalam penelitian pendidikan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan belajar mengajar disekolah misalnya kurikulum, guru,
personal non-guru, siswa, pengelolaan, sarana, dan sebagainya.

Bab II : Alur dan Ragam Penelitian. Dalam bab ini Suharsini Arikunto (2010;13-35) membahas
tentang alur peneletian, penelitian ditinjau dari tujuannya, penelitian ditinjau dari pendekatannya,
penelitian ditinjau dari bidang ilmunya, penelitian ditinjau dari tempatnya penelitian ditinjau dari
hadirnya variabel dan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Suharsimi Arikunto
mengemukakan alur pemikiran penelitian, menurutnya apapun jenis penelitiannya selalu dimulai
dari adanya permasalahan atau ganjalan, yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh
peneliti.

Ada berbagai jenis menurut berbagai sudut tinjauan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
yaitu :
1.      Ditinjau dari tujuannya : Penelitian eksploratif, penelitian developmental, penelitian verifikatif
dan kebijakan
2.      Ditinjau dari pendekatannya : (1) Pendekatan longitudinal
Menurut Suharsimi Arikunto, dengan pendekatan itu maka peneliti mencatat kemampuan
berfikir sejak anak didik di kelas 1. Berturut-turut setiap tahun perkembangan tersebut dicatat
yaitu dikelas II, III, IV, V, dan VI. Yang perlu diperhatikan disini adalah waktu pencatatan
dilakukan. (1) pendekatan cross-sectional. Menurut Suharsini Arikunto, pendekatan cross-
sectional ini tidak menggunakan subjek yang sama. Dalam waktu yang bersamaan, Suharsimi
Arikunto mengadakan pencatatan tentang perkembangan berpikir anak-anak sekolah dasar secara
serentak. Jelas, satu hal yang menguntungkan adalah bahwa datanya dengan cepat dapat
terkumpul.
3.      Ditinjau dari bidang ilmu
Berkenaan dengan jenis spesialisasi dan interes, maka tentu saja bidang ilmu yang diteliti banyak
sekali ragamnya menurut siapa yang mengadakan penelitian. Ragam penelitian ditinjau dari
bidangnya adalah:  Pendidikan, ekonomi, hukum, sosial, dan seterusnya.
4.      Ditinjau dari tempatnya
Tempat penelitiannya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Penelitian perpustakaan, dan
penelitian kancah (lapangan)
Penelitian yang paling banyak dilakukan adalah penelitian kancah atau penelitian lapangan.
5.      Ditinjau dari variabel
Suharsimi Arikunto mengatakan variabel yang sudah ada data atau data yang sudah ada
sekarang. Disamping itu ada penelitian variabel yang akan datang (eksperimen). Variabel adalah
hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap (dijinggleng-jawa) dalam suatu kegiatan
penelitian (points to be noticed), yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.

Menurut Suharsimi Arikunto munculnya penelitian kualitatif dapat dikatakan hampir bersamaan.
Jenis penelitian ini dapat dikatakan “meledak” dan menjadi populer ketika buku Lexy Moleong
terbit tahun 1998. Suharsimi Arikunto mengatakan setelah itu banyak sekali penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti yang sebetulnya belum terlalu menguasai materi teori dan ciri-ciri
penelitian teresebut secara mendalam. Akibatnya, banyak penelitian yang disebut sebagai
penelitian kualitatif tetapi sebetulnya dapat dikatakan hanya deskriptif saja. Menurut Moleong
(2008 ; hal 8-12), ada sebelas karakteristik penelitian kualitatif yang harus dipenuhi, yaitu : (1)
latar ilmiah, (2) manusia sebagai alat, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5)
teori dari dasar (grounded theory), (6) deskriptif, (7) lebih mementingkan proses dari pada hasil,
(8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data,
(10) desain yang bersifat sementara, (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Dari karakteristik yang cukup banyak tersebut, tidak banyak orang yang memiliki kemampuan
yang dipersyaratkan.
Suharsimi Arikunto mengatakan, jika kita mengikuti tulisan Sugiyono (2010 ; 291), judul-judul
penelitian kualitatif yang disarankan antara lain: (1) model perencanaan pendidikan di era
otonomi daerah, (2) makna menjadi guru bagi masyarakat, (3) model korupsi, kolusi dan
nepotisme dalam pengelolaan pendidikan, (4) profil guru yang efektif mendidik anak, (5) makna
gotong royong membangun sekolah. Suharsimi Arikunto mengatakan penelitiannya akan sangat
sulit karena menangkap makna dari fenomena yang sifatnya naturalistik. Dibandingkan  dengan
penelitian mahasiswa sebagai berikut dalam sajian judul-judul kelompok kedua berikut. (1)
pengelolaan sarana pendidikan di SMKN 1 Surakarta, (2) implementasi jam belajar masyarakat
di kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta, (3) pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler Bahasa
Daerah di SD sekecamatan X, (4) implementasi KTSP oleh guru-guru di SMP Lombok Barat, (5)
kualitas pembelajaran Seni Budaya di SMPN Ungaran Jawa Tengah. Judul-judul penelitian
kelompok kedua ini ruang lingkupnya sempit dan sudah dapat diantisipasi kira-kira datanya
seperti apa dan hasilnya juga seperti apa.

Bab III : Penelitian Evaluatif. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;36-58) mengulas tentang
pendahuluan, pengertian dan manfaat, objek penelitian evaluatif adalah sebuah sistem,
prosedur  penelitian evaluatif, langkah-langkah penelitian evaluatif, dan pengolahan dan analisis
data. Suharsimi Arikunto mengatakan Penelitian jenis lain yang sampai saat ini masih kurang
populer yaitu penelitian yaitu penelitian evaluatif. Menurutnya, keistimewaan jenis penelitian ini
adalah bahwa peneliti dapat melakukan untuk semua jenis program kegiatan, dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas dari program yang dievaluasi. Suaharsini Arikunto mengatakan
penelitian evaluatif secara resmi dilakukan untuk mengevaluasi implementasi dari suatu
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga resmi.
Meskipun demikian, model penelitian evaluatif dapat diterapkan pada setiap evaluasi untuk
berbagai program kegiatan, termasuk untuk mengevaluasi program yang tidak resmi, misalnya
hajatan merayakan pernikahan, upacara bendera, kerja bakti, dan lain-lain.

Suharsimi Arikunto mengatakan, setiap program apapun bentuknya dan seperti apapun
sederhananya pasti merupakan sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang
merupakan faktor penentu bagi keberhasilan program tersebut. Dalam bab ini Suharsini Arikunto
menyajikan contoh program pembelajaran yang komponennya ada 6 yaitu :
-          Siswa                                  -  Sarana                     
-          Guru                                    -  Pengelolaan                  
-          Materi                                 -  Lingkungan

Ada beberapa langkah dalam penelitian ini yang di bahas oleh Suharsini Arikunto adalah sebagai
berikut:
  Identifikasi komponen
  Identifikasi komponen menjadi indikator dan bukti
  Membuat kisi-kisi untuk penyusunan instrumen, dengan kolom tambahan yaitu dibagi
yaitu : sumber data, metode, dan instrument.
Suharsimi mengatakan dari berbagai jenis instrumen dapat diketahui dari kolam terakhir ini.
Namun tidak semua jenis yang tertera dalam kolam terakhir harus dibuat instrumennya. Hal ini
tergantung dari banyaknya muncul, tingkat kepercayaan mendapat data, dan praktisnya
digunakan.

Bab IV : Cara Mengadakan Penelitian. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;59-66)
membahas tentang persyaratan  penelitian, dan prosedur penelitian. Suharsimi Arikunto
mengemukakan syarat-syarat penting dalam mengadakan penelitian adalah sistematis, berencana,
dan mengikuti konsep ilmiah. Oleh karena itu peneliti mengemukakan langkah-langkah yang
lebih kecil, terinci, dan sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.
Suharsimi mengatakan sebenarnya masih dapat disebutkan langkah-langkah penelitian yang lain
yang lebih menitikberatkan pada kegiatan administratif yaitu:
  Pembuatan rancangan penelitian
  Peleksanaan penelitian
  Pembuatan laporan penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan ketiga langkah inipun merupakan suatu pendekatan
praktik, namun, ketiga langkah tersebut terlalu besar jaraknya. Oleh karena itu, Suharsini
Arikunto mengemukakan langkah-langkah yang lebih kecil, terinci, dan sifatnya merupakan
kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.
Langkah – langkah penelitian yang diajukan oleh Suharsimi Arikunto adalah :

1.      Memilih masalah : besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang mesti memiliki
masalah. Hanya bedanya, ada masalah yang dapat seketika diatasi, tetapi ada pula yang
memerlukan penelitian. Akan tetapi ada masalah penelitian yang tidak dapat dipecahkan melalui
penelitian karena berbagai sebab, antara lain karena tidak tersedia datanya.
2.      Studi permasalahan : walaupun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum
mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan, yaitu
manjajagi kemungkinan di teruskannya pekerjaan meneliti.
3.      Merumuskan masalah: apabila telah di peroleh informasi yang cukup dari studi
pendahuluan/studi eksploratori, maka masalah yang akan  diteliti menjadi jelas.
4.      Merumuskan anggapan dasar : anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh
peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti
didalam melaksanakan penelitiannya.
4a. Merumuskan hipotesis : hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan peneliti,
tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya.
5.      Memilih pendekatan : yang dimaksud dengan “pendekatan”  disini adalah metode atau cara
mengadakan penelitian seperti halnya : eksperimen atau non-eksperimen.
6.      (a) menentukan variabel
(b)sumber data
7.      Menentukan dan menyusun instrument
8.      Mengumpulkan data
9.      Analisis data
10.  Menarik kesimpulan
11.  Menyusun laporan

Suharsimi Arikunto mengatakan langkah ke-1 sampai dengan ke-6 mengisi kegiatan pembuatan
rancangan penelitian. Langkah ke-7 sampai dengan ke-10 merupakan pelaksanaan penelitian,
dan terakhir sama dengan pembuatan laporan penelitian.

Bab V : Memilih Masalah. Dalam bab ini Suharsimi (2010;68-81) menjelaskan tentang darimana
masalah diperoleh, masalah dan judul penelitian, jenis permasalahan, dan merumuskan
judul.  Suharsimi Arikunto mengatakan masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber,
yaitu dari pengalaman bekerja sehari-hari, dari hasil membaca dan menelaah buku-buku, atau
dari apa yang dirasakan masalah oleh orang lain. Yang penting adalah bahwa peneliti harus
memahami permasalahan penelitiannya.
Hasil penelitian merupakan perkayaan dari pengetahuan. Oleh karena meneliti itu memerlukan
biaya, tenaga, waktu, ketekunan, dan keseriusan dari peneliti, maka sebuah topik atau judul
penelitian harus dipilih secara hati-hati hingga memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut:
1)      Judul harus sesuai dengan minat
2)      Judul harus dapat dilaksanakan
3)      Harus tersedia faktor pendukung
4)      Judul harus bermanfaat, penelitian bukan merupakan ulangan, bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan praktik.
Suharsimi Arikunto mengatakan judul penelitian ini harus dirumuskan secara jelas hingga
menggambarkan. (1) Sifat dan jenis penelitian, (2) Objek yang diteliti, (3) Subjek penelitian, (4)
Lokasi/ daerah penelitian, (5) Tahun (waktu) terjadinya peristiwa
Suharsimi Arikunto mengemukakan jenis – jenis problema :
a.       Mengetahui dan mendeskripsikan
b.      Problema komparasi
c.       Problema korelasi : (1) Korelasi sejajar. Misalnya, korelasi antara kemampuan berbahasa inggris
dan kesetian ingatan. (2) Korelasi sebab-akibat. Misalnya korelasi antara teriknya sinar matahari
dan larisnya es mambo.
Jenis-jenis permasalahan tersebut biasanya lalu dijadikan dasar dalam merumuskan judul
penelitian.
1.      Peneliti ingin mengetahui status sesuatu
2.      Peneliti ingin membandingkan status dua fenomena atau lebih
3.      Peneliti ingin mengetahui hubungan antara dua fenomena atau lebih

Bab VI : Studi Pendahuluan. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;82-86), membahas
tentang studi pendahuluan, dan cara mengadakan studi pendahuluan menurutnya studi
pendahuluan ini sangat bermanfaat bagi para calon ahli peneliti untuk menelusuri lebih jauh apa
yang akan dipermasalahkan. Yang sudah diutarakan didepan.
  Apakah judul penelitian yang harus dilakukan benar-benar sesuai dengan minatnya? Apakah
peneliti memang akan senang melaksanakan karena menguasai permasalahannya?
Suharsini mengatakan pertanyaan ini penting untuk di jawab karena minat, perhatian,
penguasaan pemecahan masalah merupakan modal utama dalam meneliti.
  Apakah penelitian ini dapat dilaksanakan? Banyak sekali faktor yang menyebabkan seorang
peneliti tidak dapat melaksanakan rencananya. Faktor-faktor tersebut antara lain : kemampuan,
waktu, tenaga,dan dana.

  Apakah untuk penelitian yang akan dilakukan tersedia faktor pendukung? Dibagian terdahulu
sudah di jelaskan bahwa data yang akan dikumpulkan harus ada. Sebagai hasil tambahan peneliti
harus sudah merumuskan judul penelitian, sudah disediakan dana,  sudah mengurus izin, dan
berhasil.

  Apakah hasil penelitian cukup bermanfaat? Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan


efektivitas pengajaran modul di bandingkan dengan pengajaran klasifikasi. Dari studi
pendahuluan, yakni membaca buku-buku diperpustakaan, diketahui bahwa sudah ada beberapa
laporan penelitian yang menjelaskan bagaimana efektivitas pengajaran modul baik secara
terpisah maupun di bandingkan dengan pengajaran sistem lain. Sebagai pedoman perlu tidaknya
atau dapat tidaknya penelitian dilaksanakan, peneliti harus ingat empat hal

Suharsimi Arikunto mengatakan setelah memilih masalah, maka langkah selanjutnya adalah
mengadakan studi pendahuluan. Faedah mengadakan studi pendahuluan :
1)      Memperjelas masalah
2)      Menjajagi kemugkinan dilanjutkannya penelitian
3)      Mengetahui apa yang sudah di hasilkan orang lain bagi penelitian yang serupa dan bagian mana
dari permasalahan yang belum terpecahkan.
Cara Mengadakan Studi Pendahuluan
1)      Dengan membaca literatur,  baik teori maupun penemuan (hasil penelitian terdahulu)
2)      Mendatangi ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi
3)      Mengadakan peninjauan ketempat atau lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.

Bab VII : Merumuskan Masalah. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;88-100), membahas
tentang perlunya merumuskan masalah, dan bagaimana merumuskan masalah. Suharsini
mengatakan karena judul penelitian sering tidak dituliskan secara lengkap, maka penelitian
memperjelas maksud penelitiannya pada desain yang disusunnya.
Proposal atau usulan penelitian perlu dibuat oleh calon peneliti dengan maksud:
1)      Memberikan pedoman kerja peneliti
2)      Meminta bantuan dana kepada sponsor.
Ada 5 hal yang harus dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto yaitu :
1)      Penegasan judul dan atau pembatasan masalah
2)      Alasan pemilihan judul:
a)      Karena penting, menarik dan belum ada yang meneliti
3)      Problematik penelitian :
b)      Pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui penelitian. Dirumuskan dalam pertanyaan,
merupakan hal yang di pertanyakan.
4)      Tujuan penelitian :
c)      Keinginan yang ada pada peneliti untuk hal-hal yang akan dihasilkan oleh penelitian,
dirumuskan dalam kalimat pertanyaan, merupakan jawaban yang ingin dicari.
5)      Kesimpulan yang ditulis pada akhir laporan penelitian merupakan jawaban yang diperoleh.
Antara problematik, tujuan penelitian dan kesimpulan harus sinkron.
6)      Kegunaan hasil penelitian :
d)     Hasil apa yang akan disumbangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan merupakan foolow up
kesimpulan.

Bab VIII : Merumuskan Anggapan Dasar. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;103-108),
menjelaskan tentang pengertian, dan cara menentukan anggapan dasar. Setelah Suharsimi
Arikunto menjelaskan permasalahan secara jelas, yang dipikirkan selajutnya adalah suatu
gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Apabila kita
tidak memahami keadaan suatu daerah, kita tidak dapat menentukan anggapan bahwa daerah
tersebut di huni oleh banyak mahasiswa. Jadi kita  tidak dapat dengan pasti menentukan daerah
tersebut sebagai wilayah penelitian yang menyangkut masalah-msalah mahasiswa.
Suharsimi Arikunto mengatakan anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya
oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas :
1)      Untuk memperkuat permasalahan
2)      Membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data,
instrumen pengumpulan data.
Suharsimi mengatakan untuk dapat merumuskan anggapan dasar, peneliti harus banyak
membaca buku, mendengarkan informasi dari berbagai sumber dan mengunjungi tempat.

Bab IX : Merumuskan Hipotesis. Dalam bab ini Suharsimi (2010;109-119) membahas tentang
pengertian, jenis-jenis hipotesis, kekeliruan yang terjadi dalam hipotesis, cara menguji hipotesis
dan penelitian tanpa hipotesisi. Suharsimi mengatakan sesudah peneliti mengadakan penelaahan
yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Sesudah peneliti mantap akan permasalahannya, maka
ia mulai mengerjakan penelitian. Sebagai pedoman kerja, ia menetapkan sebuah hipotesis yang
dijadikan arah dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil
kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan hipotesis.
Suharsimi mengemukakan dua macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja yang juga disebut hipotesis
alternatif (Ha) dan hiotesis nol ( Ho) hipotesis nihil yang juga disebut hipotesis statistik.
Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka terdapat dua kekeliruan yang dibuat
yaitu: (1) Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpa (@),
(2) Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta.

Bab X : Memilih Pendekatan. Dalam bab ini Suharsimi (2010;120-156) membahas


tentang  jenis-Jenis pendekatan, penelitian tindakan, prinsip penelitian tindakan, model penelitian
tindakan, sasaran objek penelitian tindakan, laporan penelitian tindakan, contoh rencana
penelitian tindakan kelas,survei sebagai salah satu pendekatan, penelitian penelusuran, dan
pendekatan yang jarang disentuh. Suharsimi mengatakan langkah memilih pendekatan ini
sebenarnya bisa lebih tepat ditempatkan setelah peneliti menentukan dengan tegas variabel
penelitian.

Secara singkat, Suharsimi Arikunto menjelaskan tentang pendekatan penelitian dapat dibedakan


atas beberapa jenis, tergantung dari sudut pandangnya, walaupun sebenarnya antara jenis yang
satu dengan jenis yang lain kadang-kadang saling over lapping.

1.      Jenis pendekatan menurut teknik samplingnya adalah:


  Pendekatan populasi
  Pendekatan sampel
  Pendekatan kasus

2.      Jenis pendekatan menurut timbulnya variabel adalah:


  Pendekatan non-eksperimen
  Pendekatan eksperimen

3.      Jenis pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non eksperimen.


Sehubungan dengan pendekatan jenis ini, maka dibedakan atas: (1) Penelitian kasus (case-
studies), (2) Penelitian kausal komparatif, (3) Penelitian korelasi, (4) Penelitian historis,
(5) Penelitian filosofis. Suharsimi membahas tiga penelitian yang pertama, dinamakan juga
penelitian deskriptif.
4.      Jenis pendekatan menurut model pengembangan atau model pertumbuhan, adalah:
a.       “One-shot” model, yaitu model pendekatanyang menggunakan satu kali pengumpulan data pada
“suatu saat”.
b.      Longitudinal model, yaitu mempelajari berbagai tingat pertumbuhan dengan cara “mengikuti’
perkembangan bagi individu yang sama.
c.       Cross-sectional model, yaitu gabungan antara model a dan b, untuk memperoleh data yang lebih
lengkap yang dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan perkembangan individu
selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami subjek dari berbagai tingkat umum.

5.      Jenis pendekatan menurut desain atau rancangan penelitiannya (yang ini sebenarnya masuk
dalam pendekatan eksperimen).
a.       Rancangan rambang lugas.
b.      Rancangan ulangan.
c.       Rancangan vaktorial.

Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan
untuk mencari kedudukan (atatus) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan
cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Yang termasuk dalam studi
survei: survei sekolah, jop analysis, analisis dokumen, publik opinion survei, dan komuniti.
Survei dapat digunakan sebagai studi pendahuluan.
Penelitian akhir-akhir ini yang sering digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Meskipun
istilahnya “kelas”, tetapi tidak berarti menunjuk pada ruangan, tetapi sekelompok siswa atau
siapa saja yang sedang mempelajari sesuatu. Penelitian yang mirip dengan PTK adalah Lesson
Study, yaitu penelitian yang mengutamakan pengamatan dan pencermatan pada proses
pembelajaran, karena tujuannya adalah mencobakan metode berkali-kali agar dapat diketahui apa
kelemhannya. Dengan demikian itulah guru akan menguasai metode yang sudah dicobakan
berkali-kali, dan dengan kata lain, kemampuan guru akan dapat meningkat sesudah melalui
upaya melaksanakan PTK.

Bab XI : Menetukan Variabel. Dalam bab ini Suharsimi (2010;158-169) membahas tentang
pengertian dan macam variabel, variabel sebagai objek penelitian, pentingnya memahami
variabel, dan memahami variabel yang bermakna. Suharsimi Arikunto mengatakan variabel
adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Suharsimi Arikunto mengatakan
istilah Variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian.
Variabel dapat dibedakan atas yang Kuantitatif dan Kualitatif. Suharsimi Arikunto mengambil
contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan
sebagainya, sedangkan contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran, kepandaian.
Variabel Kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit dan variabel
kontinum. Variable kontinum dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu :
  Variable ordinal
  Variable interval
  Variable ratio

Suharsimi mengatakan variable adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Sedangkan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun
angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977 taggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa
data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.
Sedangkan informasi adalah hasil pengelolaan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Sesuai
dengan macam atau jenis variable, maka data atau hasil pencatatanya juga mempunyai jenis
sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka :
  Data dari variable diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
  Data dari variable kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka berjarak atau ukuran.

Suharsimi Arikunto mengatakan apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa
susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu
dan berat badan orang. Dalam penelitian seperti ini, peneliti menggunakan pendekatan
eksperimen.

Suharsimi Arikunto mengatakan kelompok eksperimen adalah orang – orang yang minum susu,
sedangkan kelompok control atau kelompok pembanding adalah orang – orang yang tidak diberi
minum susu. Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar dengan
ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variable kontinum, sedangkan tambah – tidaknya berat
badan, diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variable kontinum (ratio).

Suharsimi Arikunto menjelaskan tentang memahami variable dan kemampuan menganalisis atau
mengidentifikasikan setiap variable menjadi variable yang lebih kecil (sub variable) merupakan
syarat mutlak bagi setiap peneliti. Memecah – mecah variable menjadi sub variable ini juga
disebut kategorisasi, yaitu memecah variable menjadi kategori – kategori data yang harus
dikumpulkan oleh peneliti.

Suharsimi mengatakan kategori, Indikator, sub – variable ini akan dijadikan pedoman dalam
merumuskan hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah
penelitian yang lain.
Contoh penjabaran variable dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.
Penelitian dengan judul :
Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid
Variable bebas : kualitas guru
Variable terikat : prestasi belajar murid
Yang ditulis dalam tanda kurung adalah cara atau metode bagaimana data diperoleh.

No Variable Bebas : Variabel Terikat :


. Kualitas Guru Prestasi Belajar Murid
Sub – Variabel Sub – Variabel
1. Pendidikan guru (dokumen) 1.   Nilai harian (dokumen)
Pengalaman mengajar (dokumen)
2. Banyaknya penataran (dokumen) 2.   Nilai ulangan umum (dokumen)
Usia (dokumen)

3. Minat menjadi guru (kuesioner kepada 3.   Nilai tugas – tugas (dokumen)


guru) 4.   Cara menjawab pertanyaan dikelas
Penguasaan terhadap materi pelajaran (observasi)
4. (kuesioner murid) 5.   Cara menyusun laporan (dokumen)
Pendekatan/cara mengajar (observasi dan 6.   Nilai ketelitian catatan (dokumen )
5. kuesioner murid) Dapat pula dipertimbangkan.
Cara memilih alat dan cara
menggunakannya (observasi dan kuesioner 7.  Ketekunan, keuletan (observasi)
6. murid)
Hubungan guru-murid (kuesioner murid)
Pribadi guru (wawancara, kuesioner
berbagai pihak)
Keluarga guru (kuesioner atau wawancara) 8.  Usaha (observasi) dan sebagainya.
7. Cara memberi PR atau pekerjaan rumah
(kuesioner murid atau guru) dan
sebagainya.

8.
9.

10.

11.

12.

Menurut Suharsimi Arikunto kegiatan penelitian memerlukan pengorbanan dari penelitian


berupa dana, tenaga dan waktu. Oleh karena itu, hasil penelitian harus memiliki kemanfaatan
yang besar agar imbang dengan pengorbanannya. Tentang variable penelitian ada dua hal yang
diperhatikan yaitu ; 1. Sifat variable, 2. Status variable.
1.    Sifat Variabel
Ditinjau dari sifatnya, variable penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Variable
statis, dan (2) Variabel dinamis
2.      Status Variabel
Status variable perlu melihat  satu variable dalam hubungannya dengan variable lain. Semua
variable mempunyai status penting, namun jika dibandingkan antara dua status dibawah ini, kita
dapat menentukan mana yang lebih bermakna dalam penelitian ;
a.       Kebiasaan hidup sehari – hari                                    motivasi berprestasi
b.      Motivasi berprestasi                                                   etos kerja
c.       Etos kerja                                                             keberhasilan kerja

Suharsimi Arikunto mengatakan, variable dapat luas dan dapat pula sempit (tunggal). Seorang
peneliti dituntut untuk mampu menjabarkan variable penelitian karena banyak dan sempitnya sub
– variable akan  menentukan hipotesis, aspek dalam instrument, dan banyak ragam data yang
dikumpulkan, yang selanjutnya akan mencerminkan halus kasarnya atau luas sempitnya
kesimpulan.

Bab XII : Menentukan Sumber Data. Dalam bab ini Suharsimi (2010;171-189) Arikunto
menjelaskan tentang pengertian sumber data, populasi, sampel, dan penelitian kasus. Suharsimi
mengatakan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan – pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.

Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini, maka
dikenal 3 jenis penelitian :
1.      Penelitian populasi
2.      Penelitian sampel
3.      Penelitian kasus

Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.


Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus.
Dilihat dari jumlahnya, maka populasi dapat :
 Jumlah terhingga (terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu), seperti contoh nomor 1, 2, dan 3
diatas.
 Jumlah tak terhingga (terdiri dari elemen yang sukar sekali dicari batasannya). Mungkin senjata
itu kini sudah jadi, sudah direproduksi oeh pabrik, tetapi mungkin juga belum diproduksi oleh
pabrik, atau bahkan sudah rusak dan dimusnahkan.
Oleh karena subjeknya meliputi semua yang terdapat didalam populasi, maka juga disebut
sensus.
Berlaku untuk populasi
Disimpulkan
Populasi
Data
Dianalisis
 

Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian
sampel.

Suharsimi Arikunto mengatakan yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah


mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Ada beberapa
keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu :
1.   Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya
tentu kurang.
2.   Apabila populasinya terlalu besar, maka dikwatirkan ada yang terlewati.
3.   Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang, waktu, dan tenaga).
4.   Adakalanya dengan penelitian populasi berarti destruktif (merusak). Bayangkan kalau meneliti
keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik, misalnya granat, maka sambil meneliti, kita juga
menghabiskannya.
5.   Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjeknya banyak, petugas
pengumpul data menjadi lelah, sehingga pencatatanya bisa menjadi tidak teliti.
6.   Ada kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
Suharsimi mengatakan pengambilan sampel harus dilakukan sedemikan rupa sehingga diperoleh
sampel (contoh) yang benar – benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representative.

Suharsimi Arikunto mengatakan penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara
intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau
dari wilyahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit.
Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.

Suharsimi Arikunto memaparkan sebuah contoh kasus dibawah ini yaitu:


Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika diajar tidak
pernah tenang, sifatnya keras, suka membantah. Tetapi prestasiya luar biasa baik. Siswa seperti
ini pantas dijadikan kasus yag dijadikan subyek dalam penelitian kasus. Di dalam penelitian
tersebut siswa diselidiki, apa sebab mempunyai tingkah laku demikian, apa latar belakangnya,
bagaimana sejarahnya dan seterusnya.
Untuk memperjelas keterangan tentang penenelitian Populasi, penelitian Sampel dan penelitian
Kasus, brikut contohnya :
Suharsimi memaparkan sebuah contoh penelitian Populasi yaitu:
Peneliti bermaksud mengetahui penggunaan buku paket di SMP se Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peneliti mengumpulkan data dari seluruh SMP yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, baik
SMP Negeri maupun Swasta. Kesimpulannya berlaku bagi SMP seluruh wilayah propinsi
tersebut.

Suharsimi Arikunto memaparkan sebuah contoh penelitian Sampel dibawah ini yaitu :


Penelliti ingin mengetahui penggunaan buku paket di SMP se daerah Istimewa Yogyakarta.
Berhubung keterbatasan tenaga, waktu, dan dana, maka peneliti mengumpulkan data dari
beberapa SMP disetiap kabupaten dan kotamadya, ada yang negeri, berstatus disamakan, diakui
dan terdaftar, dengan mempertimbangkan pula besar kecilnya sekolah. Kesimpulan yang diambil
dari penelitian ini berlaku bagi seluruh SMP di Daerah IstimewaYogyakarta. 
Suharsimi memaparkan sebuah contoh penelitian Kasus dibawah ini yaitu:
Peneliti ingin mengetahui penggunaan buku paket di salah satu SMP di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dengan bermacam – macam pertimbangan akhirnya peneliti menentukan SMP
XXX sebagai tempat penelitiannya. Setelah data terkumpul dan diolah maka peneliti
memperoleh kesimpulan mengenai bagaimana SMP XXX menggunakan buku paket.
Kesimpulan tersebut hanya berlaku bagi SMP XXX itu saja.
Suharsimi Arikunto mengatakan  yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah
satuan tertentu yang dihitungkan sebagai subjek penelitian.
Contoh :
Dalam penelitian pendidikan, seorang peneliti ingin mengetahui metode mengajar yang banyak
digunakan oleh guru – guru di SMA. Berdasarkan atas contoh penelitian ini, maka yang
dimaksud dengan objek penelitian atau variable penelitian adalah metode mengajar (yang
digunakan guru), yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah guru, dan sebagai sumber data
peneliti adalah guru itu sendiri (diwawancarai, diberi angket atau diamati waktu mengajar) serta
kepala sekolah yang sekiranya mengetahui tentang jenis metode mengajar yang digunakan oleh
guru.

Bab XIII : Menentukan Dan menyusun instrumen. Dalam  bab ini, Suharsimi Arikunto
(2010;191-262) menjelaskan tentang metode dan instrumen, jenis-jenis metode  atau instrumen
pengumpulan data, penentuanpengadaan instrumen, keampuhan instrumen, kekeliruan dalam
menguji instrumen,dan penyediaan tolak ukur. Suharsimi Arikunto mengatakan metode dan
instrumen, memberikan pengantar untuk menentukan dan menyusun instrumen yang didalamnya
akan membahas variabel dan kategorisasi, kita telah berlatih mengidentifikasikan variabel serta
nenjabarkannya menjadi sub–variabel, mengarah ke variabel tunggal. Metode penelitian adalah
cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, sedangkan instrumen adalah alat bantu yang
digunakan dalam pengumpulan data itu. Yang termasuk dalam metode pengumpulan  data ialah,
tes, angket, atau kuesioner,observasi, wawancara, pedoman observasi, check-list. Penentuan
metode pengumpulan data ditentukan oleh variabel, sampel, lokasi, pelaksana, biaya,  dan waktu.
Agar dalam meneliti diperoleh kesimpulan yang benar, maka data harus benar. Untuk itu
diperlukan instrumen yang baik, yakni valid dan reliabel. Maka pengadaannya harus melalui
prosedur pelaksanaan, penulisan item, penyuntingan, uji coba, dan revisi.

Bab XIV : Pengumpulan data. Dalam bab ini, Suharsimi Arikunto (2010;264-275) akan
membahas tentang arti pengumpulan data, penggunaan tes, penggunaan kuesioner atau angket,
penggunaan metode interviu, penggunaan metode observasi, dan penggunaan metode
dokumentasi.  Suharsimi Arikunto menjelaskan pengumpulan data dimana setiap manusia
memiliki kecenderungan untuk melihat apa yang ingin dilihat, mendengar apa yang ingin
didegarkan, dan melakukan apa yang menjadi keinginannya.

Suharsimi mengatakan anggapan dasar ini sering mengganggu peneliti sebagai manusia di dalam
mengadakan pengamatan namun mengamati bukanlah hanya melihat objek (Kerlinger)
mengatakan bahwa mengobservasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua
bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya,
mengukurnya, dan mencatat.

Suharsimi Arikunto mengatakan metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk
mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis. Katanya mengamati bukanlah sekedar
menatap atau memperhatikan benda. Kejadian atau pengalaman lewat mata namun menggunakan
teknik interviu tes atau kuesioner, juga digolongkan sebagai mengamati. Jadi mengumpulkan
data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode interviu, tes observasi,
kuesioner, dan sebagainya. Dengan metode apa pun, pengumpulan data haruslah dilatih terlebih
dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan.

Suharsimi Arikunto mengatakan yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode
terwebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat. Secara umum
maka latihan mengadakan pengumpulan data baik kuesioner, interviu, maupun observasi,
dilaksanakan dua tahap. Tahap yang pertama, memahami dan mempelajari instrumen dan
memahami bagaimana cara menggunakannya. yang kedua, latiahan atau praktik dengan mencoba
melakukannya.

Bab XV : Analisis Data. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;277-381) membahas tentang
langkah-langkah dalam analisis data, persiapan, tabulasi, data penelitian membandingkan antara
dua variabel, penelitian komparasi, penelitian korelasi, penelitian membandingkan antara dua
variabel, penelitian komparasi, dan penelitian korelasi. Suharsimi mengatakan penerapan data
sesuai dengan pendekatan penelitian, analisi data penelitian deskriptif, adalah:
1.      Persiapan : mengecek nama, isian, macam data.
2.      Tabulasi : memberi skor, memberi kode, mengubah jenis data, coding dlam coding form.
3.      Penerapan data sesuai dengan pendekatan
a.       Penelitian deskriptif: persentasi dan komparasi dengan kinerja yang telah ditentukan.
b.      Penelitian komparasi: dengan berbagai teknik korelasi sesuai dengan jenis data.
c.       Penelitian eksperimen: diuji hasilnya dengan t-test.

Bab XVI : Menarik Kesimpulan. Dalam bab ini Suharsimi (2010;384-392) menjelaskan tentang
pengertian, kesimpulan penelitian non-statistik, kesimpulan penelitian statistik, dan penggunaan
tabel statistik. Suharsimi mengatakan dalam menarik kesimpulan penelitian harus dibuat
berdasarkan data yang diperoleh, dan harus sinkron dengan problematik dan hipotesis.

Suharsimi Arikuntoro mengatakan kesimpulan yang dibuat atau dari penelitian non-statistik
didasarkan atas kriteria atau standar yang telah ditentukan, sedangkan kesimpulan yang diambil
dari penelitian statistik adalah yang menggunakan teknik statistik untuk menganalisis datanya,
didasarkan atas harga kritik yang tertera didalam tabel. Suharsini mengatakan untuk
berkonsultasi dengan tabel maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1.      Besarnya taraf signifikansi (t.s 5% atau t.s. 1%).
2.      Derajat kebebasan ( tergantung dari teknik analisis yang digunakan ).
3.      Perumusan satu arah atau dua arah ( tergantung dari bagaimana merumuskan hipotesis ).

Bab XVII : Menulis Laporan. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;394-400) membahas
tentang aturan penulisan, kapan menulis laporan, dan format laporan. Suharsimi Arikunto
mengatakan membuat laporan penelitian merupakan langkah terakhir dari serentetan kegiatan
penelitian. Laporan penelitian sangat penting artinya bagi kemajuan ilmu pengetahuan karena
orang menjadi tahu apa yang telah dilakukan orang lain.
Suharsimi Arikunto mengatakan untuk dapat dipahami pembaca, maka menulis laporan harus
mengikuti aturan dan forat yang umum. Lebih baik lagi dan saat ini lazim dibuat sebelum bab I
disajikan abstrak atau ringkasan dari kerja penelitian.

C.   REVIEW KRITIS
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai materi “PROSEDUR PENELITIAN”, yang ditulis oleh
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dapat diperoleh kesimpulan bahwa materi tersebut memberikan 
konsep penting mengenai suatu pendekatan praktik. Mulai dari kegiatan penelitian, alur dan
ragam penelitian, penelitian evaluatif, cara mengadakan penelitian, memilih masalah, studi
pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar, merumuskan hipotesis,
memilih pendekatan, menentukan variabel, menentukan sumber data, menentukan dan menyusub
instrumen, pengumpulan data, analisis data, menarik kesimpulan dan menulis laporan.

Suharsimi Arikunto mengatakan munculnya penelitian kualitatif dapat dikatakan hampir


bersamaan. Jenis penelitian ini dapat dikatakan “meledak” dan menjadi populer ketika buku
Lexy Moleong terbit tahun 1998. Suharsimi Arikunto mengatakan setelah itu banyak sekali
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang sebetulnya belum terlalu menguasai materi
teori dan ciri-ciri penelitian tersebut secara mendalam. Akibatnya, banyak penelitian yang
disebut sebagai penelitian kualitatif tetapi sebetulnya dapat dikatakan hanya deskriptif saja.
Menurut Moleong (2008 ; hal 8-12), ada sebelas karakteristik penelitian kualitatif yang harus
dipenuhi, yaitu : (1) latar ilmiah, (2) manusia sebagai alat, (3) metode kualitatif, (4) analisis data
secara induktif, (5) teori dari dasar (grounded theory), (6) deskriptif, (7) lebih mementingkan
proses dari pada hasil, (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria khusus
untuk keabsahan data, (10) desain yang bersifat sementara, (11) hasil penelitian dirundingkan
dan disepakati bersama. Dari karakteristik yang cukup banyak tersebut, tidak banyak orang yang
memiliki kemampuan yang dipersyaratkan.

Suharsimi Arikunto mengatakan, jika kita mengikuti tulisan Sugiyono (2010 ; 291), judul-judul
penelitian kualitatif yang disarankan antara lain: (1) model perencanaan pendidikan di era
otonomi daerah, (2) makna menjadi guru bagi masyarakat, (3) model korupsi, kolusi dan
nepotisme dalam pengelolaan pendidikan, (4) profil guru yang efektif mendidik anak, (5) makna
gotong royong membangun sekolah. Suharsimi Arikunto mengatakan penelitiannya akan sangat
sulit karena menangkap makna dari fenomena yang sifatnya naturalistik. Dibandingkan  dengan
penelitian mahasiswa sebagai berikut dalam sajian judul-judul kelompok kedua berikut. (1)
pengelolaan sarana pendidikan di SMKN 1 Surakarta, (2) implementasi jam belajar masyarakat
di kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta, (3) pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler Bahasa
Daerah di SD sekecamatan X, (4) implementasi KTSP oleh guru-guru di SMP Lombok Barat, (5)
kualitas pembelajaran Seni Budaya di SMPN Ungaran Jawa Tengah. Judul-judul penelitian
kelompok kedua ini ruang lingkupnya sempit dan sudah dapat diantisipasi kira-kira datanya
seperti apa dan hasilnya juga seperti apa.

Berangkat dari berbagai kondisi-kondisi seperti yang dijelaskan di atas, maka penulis mengambil
posisi bahwa pemikiran Prof. Dr. Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut. Yang pertama,
penulis sangat sepakat bahwa apa yang dijelaskan oleh Suharsimi dalam bukunya yaitu tentang
“Prosedur Penelitian” sangat berpengaruh besar dalam melakukan penelitian karena dalam
pembahasannya sudah disertai dengan contoh-contoh sehingga, mahasiswa atau calon peneliti
dengan mudah melakukan penelitian tersebut.

Yang kedua, penulis dapat menilai isi buku yang di tulis oleh Suharsimi Arikunto, bahwa
penulisannya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu, sesuai dengan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan). Sistematika penulisannya sudah terstruktur dengan baik, sehingga setiap pokok
bahasan jelas apa yang akan di bahas dan dapat memudahkan pembaca untuk memahami materi
yang di bahas.

Yang ketiga, penulis menemukan keunggulan dalam buku legendarisnya Suharsimi Arikunto
yaitu : (1) Setiap pokok bahasan dan sub bab-sub babnya tersusun dengan format yang baik,
sehingga mudah untuk dipahami. (2) Terdapat  istilah asing yang disertai dengan artinya. Dengan
adanya istilah asing dapat membantu dan menambah kosakata pembaca tentang bahasa inggris.
Dan dengan ada arti dari istilah asing tersebut, memudahkan pembaca untuk memahami
artinya. Contoh : (1) Representative : mewakili populasi, (2) Description reseach : penelitian
deskriptif. Definisi mengenai prosedur penelitian disajikan dengan bahasa yang mudah untuk
dipahami. Selain itu juga ada penjelasan mengenai bagaimana prosedur itu diperoleh, fungsi  dan
disertai dengan ilustrasi dan contohnya.

Yang keempat, penulis menemukan kekurangan dalam buku legendarisnya Suharsimi


Arikunto. Dalam penulisan buku ini terutama pada materi “Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan
Ilmiah” terdapat beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan buku lain yang berjudul
“Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan” yaitu : (1) Tidak
dijelaskannya mengenai pengertian dari suatu pengetahuan secara detail. (2) Format penulisan
yang terkadang membuat pembaca terkecoh karena penjelasan dalam bentuk alinea bukan
numerik.
Contoh :
Ilmu dan “comon tense” berbeda tajam dalam beberapa hal. Perbedaan itu berkisar pada kata
“sistematik” dan “terkendali”. Perbedaan pertama, penggunaan pola. Kedua, tidak adanya
pembahasan singkat pada bagian yang dianggap penting. Ketiga, tidak dijelaskan bagaimana
keterkaitan antara Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah, dan Penelitian. Keempat, terdapat sumber
pustaka yang tidak terbaru atau last update seperti pada Ilmu Pengetahuan dan Pikiran Sehat
Whitehead (Kerlinger, 1998).

D.   PENUTUP
Dari hasil review buku tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang suatu
fenomena dan gejala-gejalanya sedangkan pendekatan ilmiah adalah cara untuk  mendapatkan
pengetahuan tentang fenomena yang terjadi. Pendekatan ilmiah merupakan suatu cara
memperoleh pengetahuan dan kerangka dasar dalam melakukan penelitian.
Metode ilmiah merupakan wujud dari pendekatan ilmiah. Metode ilmiah adalah langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam penemuan-penemuan ilmiah. Hasil penemuan ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah disebut ilmu.
E.   Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas presensi dapat menyarankan: Untuk memperoleh pengetahuan
dan melakukan penelitian memerlukan pendekatan ilmiah untuk menjelaskannya dan
mendapatkan jawaban atas fenomena tersebut. Dalam melakukan penelitian perlu
memperhatikan urutan kerja yang baik seperti yang diungkapkan dalam pembahasan diatas. Dan
yang terpenting adalah penelitian sebagai suatu proses telaah reflektif, saling ketergantungan
antara bagian-bagiannya.

DAFTAR REFERENSI
Arikunto Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan praktik, yogyakarta : Rineka
Cipta
Lexy Moleong 1998. Penelitian kualitatif
Moleong (2008 ; hal 8-12), karakteristik penelitian kualitatif
Sugiyono (2010 ; 291), judul-judul penelitian kualitatif
(Kerlinger, 1998). Ilmu Pengetahuan dan Pikiran Sehat
di September 29, 2014 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

lazarus

Anda mungkin juga menyukai