Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas
utama dalam pengembangan bidang keperawatan di masa depan. Hal ini
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengolahan secara profesional,
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bertujuan
memberikan pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar
pasien dan keluarganya sehingga pasien dan keluarga merupakan subyek
penting dalam pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-sumber yang
memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan / standar praktik
keperawatan serta fasilitas. Sumber- sumber yang tersedia dimanfaatkan
sebaik-baiknya agar berdaya guna sehingga tercapai kualitas yang tinggi
dengan biaya seminimal mungkin.
Pengembangan model praktik keperawatan professional merupakan hal
yang sangat penting yang memberikan kontribusi terhadap profesi
keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan / asuhan keperawatan.
Melalui pengembangan model praktik keperawatan profesional masyarakat
dapat melihat secara nyata pemberian pelayanan secara profesional.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan manajemen keperawatan
karena dengan adanya faktor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi
wahana peningkatan keefektifan pemberian pelayanan keperawatan sekaligus
lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Di tempat praktik profesi keperawatan manajemen keperawatan, fasilitas
yang diberikan ini merupakan sarana dan sebagai wahana mahasiswa dalam
menerapkan konsep MAKP secara nyata dilapangan mulai dari pengumpulan

1
2

data, identifikasi masalah dengan menggunakan analisa SWOT, perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi hasil untuk mencapai kompetensi seorang NERS.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan konsep manajemen
keperawatan dalam bidang kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui sistem MAKP
2. Mampu mengetahui sistem timbang terima
3. Mampu mengetahui sistem ronde keperawatan
4. Mampu mengetahui sistem supervisi keperawatan
5. Mampu mengetahui sistem Discharge Planning (DC)
6. Mampu mengetahui sistem pengelolaan sentralisasi obat
7. Mampu mengetahui sistem dokumentasi keperawatan
8. Mampu mengetahui sistem penerimaan pasien baru
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pasien
1. Tercapainya kepuasan klien yang optimal
2. Klien merasa mempunyai perawat
3. Meningkatkan kesembuhan pasien secara holistik
1.3.2 Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang oprtimal
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi MAKP yang akan dilaksanakan.
2. Meningkatkan mutu pelayanaan
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
2.1.1 Pengertian MAKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat
unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentuakan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.
1. Standart kebijakan intitusi/ nasional
1) Proses Keperawatan:
(1) Pengkajian
(2) Perencanaan
(3) Intervensi
(4) Evaluasi
2) Pendidikan klien:
(1) Pencegahan penyakit
(2) Mempertahankan kesehahatan
(3) Informed consent
(4) Rencana pulang/ komunitas
3) Sistem MAKP :
(1) Fungsional
(2) Tim
(3) Primer
(4) Modifikasi
2.1.2 Tujuan MAKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan.

3
4

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan


keperawatan bagi setiap tim keperawatan
2.1.3 Pilar – pilar Dalam Model Asuhan Keperawatan Professional
(MAKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah:
1. Pilar I : Pendekatan manajemen keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang
pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi,
kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan
tahunan)
2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi,
jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan
4) Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi
efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
5) Pengawasan
6) Pengendalian
2. Pilar II: Sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik
keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi
kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
5

3. Pilar III: hubungan professional


Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim
kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara
interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional
secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
4. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan
2.1.4 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Fungsional
1) Kelebihannya:
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawatan pada pasien diserahkan kepada
perawat junior
2) Kelemahannya:
a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b) Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja
6

2. Keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien
1) Kelebihannya:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota
tim
2) Kelemahannya:
(1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk
3. Konsep metode tim
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepermimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang
5) Tanggung jawab anggota tim
(1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah
tanggung jawabnya
(2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
(3) Memberikan laporan
6) Tanggung jawab ketua tim
(1) Membuat rencana perencanaan
(2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
7

(3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai


tingkat kebutuhan pasien
(4) Mengembangkan kemampuan anggota
(5) Menyelenggarakan konferensi
7) Tanggung jawab kepala ruang
(1) Perencanaan
(2) Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing
(3) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
(4) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi, persiapan pulang bersama ketua tim
(5) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
(6) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(7) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
(8) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
(9) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
(10) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
askep
(11) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
(12) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
(13) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri
(14) Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan
8

(15) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan


rumah sakit
8) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Metode rincian tugas ketua tim dengan anggota tim
secara jelas
(4) Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2
katim dan 2 katim membawahi 2- 3 perawat
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari, dll
9) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim
(2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap
(4) Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien
(5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
(7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
10) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan katim maupun pelaksana mengenai
askep yang diberikan kepada pasien
(2) Melalui supervise
9

(3) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati


sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang
ada saat itu juga
(4) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan katim tentang
pelaksanaan tugas.
11) Evaluasi
(1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun ketua
tim
(2) Audit keperawatan
4. Keperawatan primer
1) Kelebihan:
(1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil akan memungkinkan pengembangan diri
(3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter
dan rumah sakit
(4) Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
infromasi dan advokasi. Dokter juga merasakan
kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang
selalu diperbarui dan komprehensif.
10

2) Kelemahan:
(1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin
3) Konsep dasar metode primer:
(1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
(2) Ada otonomi
(3) Ketertiban pasien dan keluarga
4) Tugas perawat primer
(1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
(2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
(3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
(4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan
yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
(5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
(6) Menerima dan menyesuaikan rencana
(7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
(8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
(9) Membuat jadwal perjanjian klinik
(10) Mengadakan kunjungan rumah
5) Modifikasi : tim – primer
(1) Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan :
11

(2) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,


karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar
belakang pendidikan S! Keperawatan atau setara
(3) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim
(4) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena
saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS,
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan
keperawatan

2.2 Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage.
Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan
oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang
definisi dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab
dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.

Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,


tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan. Nursalam (2008), menyatakan
timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi
perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke
perawat yang lain Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi
yang akura tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.
12

Prosedur dalam Timbang Terima:

1. Persiapan
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan
kepada perawat yang berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
d) Intervensi kolaborasi dan dependen.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
6) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
13

7) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku


laporan ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2002)

2.3 Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilaksanakan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2002).
Karakteristik dari Ronde Keperawatan:
1. Pasien dilibatkan secara langsung.
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP dan Konselor melakukan diskusi bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreativitas.
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2.3.1 Tujuan Ronde Keperawatan
1. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
14

2.3.2 Langkah-langkah Kegiatan Ronde Keperawatan


Keterangan
1. Pra Ronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literature
4) Membuat proporsal
5) Mempersiapkan pasien: Informed concernt dan pengkajian
6) Diskusi: Apakah diagnosis keperawatan?, Apa data yang
mendukung?, Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?, dan Apa
hambatan yang ditemukan selama perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
3. Pasca Ronde
1) Evaluasi, revisi dan perbaikan.
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.4 Supervisi
2.4.1 Definisi

Kron (1987), Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan,


membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta
15

bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan


baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan dari perawat.

Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil


keputusan melalui pengamalan dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih
baik guna melaksankan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu
memerlukan dukungan dari anggota kelompok. Walaupun supervisor
memperhatikan kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama ialah manusianya,
untuk itu harus mengenal tiap individu dan mampu merangsang agar tiap
pelaksana mau meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah
orientasi, latihan dan bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan
mengarah pada pemanfaatan kemampuan dan pengembangan ketrampilan yang
baru.

Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat suatu keputusan


tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan
melaksanakan. Untuk itu supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk
arahan kepada para pelaksana.

2.4.2 Sasaran Supervisi

Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanan tugas sesuai dengan pola


2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue/sistematis
4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objek/rational
7. Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan
dan keuangan
16

2.4.3 Tujuan Supervisi

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak


hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya, juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan
perawatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi
adalah :

1. Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan


2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan.
4. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.4.4 Fungsi Supervisi
1. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan
mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang
menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang
standar asuhan yang telah disepakati.
2. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki
factor-factor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan
keperawatan.
3. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan,
menstimuli, dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.
4. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support
(supporting) dan mangajak untuk diikutsertakan (sharing).
17

2.5 Discharge Planning


2.5.1 Definisi

Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses


terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam Rosyidi, 2013).

2.5.2 Tujuan Discharge Planning

Tujuan dari discharge planning menurut Jipp dan Siras adalah sebagai
berikut:

1) Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial


2) Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga
3) Meningkatkanperawatan yang berkelanjutan pada klien
4) Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain
5) Membantu klien dan keluarga memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan klien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar-rumah sakit dan masyarakat.

2.5.3 Prinsip Pemulangan Pasien

Adapun prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam perencanaan pulang


antara lain (Nursalam, 2008):

1) Pasien merupakan fokus dalam perencanan pulang dimana perawat perlu


mengkaji dan mengevaluasi nilai keinginan dan kebutuhan pasien
2) Identifikasi kebutuhan pasien dimana kebutuhan berkaitan dengan masalah
yang mungkin muncul pada saat pulang, sehingga dapat mengantisipasi
masalah yang mungkin muncul di rumah
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif dimana perencanaan
pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim saling bekerja
sama
18

4) Sesuai dengan sumber daya dan fasilitas dimana tindakan atau rencana
ketika pasien berada di rumah disesuaikan dengan keadaan yang ada di
lingkungan rumah
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan
Setiap pasien masuk pelayanan kesehatan maka perencanaan pulang
juga dilakukan

2.5.4 Komponen Perencanaan Pulang

Adapun komponen perencanaan pulang meliputi:

1) Pada saat pasien memasuki ruangan; menyambut kedatangan pasien,


memperkenalkan pasien pada teman sekamar perawat dokter dan tenaga
kesehatan lainnya, melakukan pengkajian keperawatan, menyampaikan
kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan, orientasi ruangan
peraturan dan denah ruangan
2) Selama masa perawatan: pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya,
melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul sampai
dengan evaluasi perkembangan pasien selama di rawat, penyuluhan
kesehatan tentang penyakit perawatan pengobatan dan diet.

2.5.5 Persiapan Discharge Planning

1) Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan mengenai


uturan diet, akivitas istirahat waktu dan tempat control. Pembelajaran di
laksanakan sesuai tingkat pemahaman klien dan keluarga mengenai
perawatan selama klien di rumah nanti
2) Penjelasan mengenai Obat– obatan yang masih di konsumsi klien seperti
dosis, cara pemberian, waktu yang tepat untuk minum obat dan efek
samping yang muncul
3) Penjelasan mengenai obat obatan yang di hentikan
4) Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan seperti hasil ronsen, surat-surat
seperti surat keterangan masuk rumah sakit, surat control, surat rujukan
dan lain.
19

2.5.6 Tindakan Keperawatan dalam Discharge Planning

Adapun tindakan keperawatan yang dapat di lakukan pada saat discharge


planning adalah:

1) Mengkaji kebutuhan klien (fisiologis, psikologis, sosial dan cultural)


2) Mengembangkan rencana keperawatan yang sudah di terapkan dan
mendokumentasikan strategi discharge planning
3) Memberikan pendidikan kepada keluarga dan klien (Patrice,1999)

2.5.7 Alur Discharge Planning

Adapun alur discharge planning dimulai dari pasien masuk rumah sakit,
perawat harus menyambut datangnya pasien dan langsung memberikan orientasi
tentang ruangan, peraturan, denah ruangan, setelah itu perawat memperkenalkan
teman sekamar, dokter ataupun tim kesehatan yang terkait dan yang terkahir
melakukan pengkajian keperawatan. Selama pasien di rawat perawat melakukan
pemeriksaan klinis dan penunjang, melakukan asuhan keperawatan dan
melakukan penyuluhan kesehatan (penyakit, perawatan, pengobatan, diet dan
aktivitas control). Pada saat pasien keluar, perawat harus melakukan program HE
(health education) yaitu pengobatan/ control nutrsi, aktivitas dan istirahat dan
perawatan di rumah. Tidak hanya itu perawat juga harus membantu pasien untuk
mengurus surat surat yang terkait proses pemulangan pasien. Semua alur
discharge planning tidak hanya di lakukan oleh perawat, tapi tim kesehatan yang
lainpun harus membantu proses discharge planning agar resiko kembalinya
pasien semakin menurun.

2.6 Sentralisasi Obat Modifikasi Unit Dose Dispending (UDD).


2.6.1 Latar Belakang
Obat merupakan salah satu program terapi yang sangat menunjang proses
kesembuhan pasien. Dalam pemberian obat diperlukan ketepatan waktu, dosis,
cara dan tempat pemberian obat. Salah satu upaya untuk memastikan pemberian
obat yang tepat dan efektif adalah sistem sentralisasi obat yang sekarang ini sudah
dikembangkan di berbagai ruangan di Rumah Sakit Y. Pada sentralisasi obat
20

perawat terlebih dahulu memberikan informed consent kepada pasien dan


keluarga kemudian perawat mengelola obat dan memberikan obat kepada pasien.
Sentralisasi obat sudah dilaksanakan di Ruang Bedah X. Adapun alurnya
alur sentralisasi obat dimulai saat obat diresepkan oleh dokter kemudian
diserahkan kepada keluarga untuk menyerahkan resep ke depo farmasi tanpa
melalui perawat, sehingga tidak ada penjelasan tentang sentralisasi obat dan
penandatanganan informed consent. Setelah depo farmasi menerima resep yang
diserahkan keluarga, keluarga menandatangani resep tanda serah terima obat.
Setelah itu berdasarkan resep, obat diserahkan depo farmasi ke perawat dengan
tanda bukti buku serah terima obat. Namun tidak terdapat format tanda serah
terima obat dari perawat ke pasien saat selesai pemberian obat oral/injeksi ke
pasien. Jumlah obat oral dan injeksi yang diserahkan adalah dosis obat untuk 2
atau 3 kali pemberian dalam waktu 24 jam berdasarkan kebutuhan pasien.
Berdasarkan hasil observasi dengan bagian farmasi didapatkan data bahwa depo
farmasi Ruang Bedah X RS Y telah terdapat buku yang berisikan daftar obat
untuk injeksi dan oral dan di ruangan juga tersedia buku injeksi dan buku obat
oral. Sementara itu untuk obat khusus (dengan harga yang mahal) misal obat
kemoterapi setelah resep ditebus oleh keluarga maka obat tersebut dibawa oleh
pasien dan hari itu juga langsung diberikan pada pasien. Sementara itu pasien
biaya sendiri (umum) sentralisasi obat dilaksanakan berdasarkan persetujuan
pasien, bila pasien tidak setuju maka obat dikelola oleh pasien.
Sentralisasi obat dapat meminimalkan risiko-risiko duplikasi obat,
menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat perlu
ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang Bedah X RS Y dapat dikontrol oleh
perawat. Sentralisasi obat dapat optimal bila pasien dan keluarga percaya penuh
kepada perawat dan kepercayaan pasien dan keluarga dapat diperoleh jika perawat
terbuka dan menjalin komunikasi baik dengan pasien dan keluarga.
21

2.6.2 Masalah
Sentralisasi obat yang belum optimal, di mana belum ada penjelasan
tentang sentralisasi obat, penandatangan informed consent, dan format tanda serah
terima setelah pemberian obat dari perawat kepada pasien membuat berkurangnya
kepercayaan pasien terhadap sentralisasi obat.
2.6.3 Tujuan
1. Tujuan Umum.
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus.
a) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan
perawat associate dalam penerapan prinsip 6T + 1W (tepat pasien,
tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, dan
waspada efek samping obat).
b) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat dan
benar sesuai dengan prinsip 6T + 1W (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, dan waspada efek
samping obat).
c) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
d) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat
dalam pengelolaan sentralisasi obat.
3. Target.
a) Seluruh obat pasien sudah tersentralisasi dengan baik.
b) Dokumentasi sentralisasi obat dapat terlaksana dengan optimal.
4. Kriteria Evaluasi.
a) Struktur.
b) Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.
c) Menyiapkan format sentralisasi obat.
5. Proses.
a) Melaksanakan sentralisasi obat pasien bersama-sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
22

b) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi


obat.
6. Hasil.
a) Klien menerima sistem sentralisasi obat.
b) Perawat mampu mengelola obat pasien.
c) Mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam pemberian obat
meningkat.
d) Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik secara
hukum maupun secara moral.
e) Pengelolaan obat efektif dan efisien.
7. Program Kerja.
a) Rencana strategi.
b) Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.
c) Menyusun proposal sentralisasi obat.
d) Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerja sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi
obat. Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerja sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
f) Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi
obat.
8. Pengorganisasian.
a) Penanggung jawab :
b) PP :
c) PA :
d) Waktu : Pelaksanaan aplikasi sentralisasi obat modifikasi Unit
Dose Dispending (UDD).
23

2.7 Dokumentasi Keperawatan


2.7.1 Definisi

Dokumentasi merupakan bagian integral proses keperawatan, bukan


sesuatu yang berbeda dari metode problem solving. Dokumentasi proses
keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi terhadap klien (Nursalam, 2009).

2.7.2 Tujuan Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan mempunyai tujuan yang sangat penting dalam


bidang keperawatan. Berikut ini, Anda dapat mempelajari beberapa pendapat
mengenai tujuan dokumentasi keperawatan.

Menurut Serri (2010), tujuan dokumentasi keperawatan adalah:

1. Sebagai bukti kualitas asuhan keperawatan bukti legal dokumentasi


2. Sebagai pertanggungjawaban perawat kepada klien.
3. Menjadi sumber informasi terhadap perlindungan individu.
4. Sebagai bukti aplikasi standar praktik keperawatan.
5. Sebagai sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan.
6. Dapat mengurangi biaya informasi terhadap pelayanan kesehatan.
7. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan dalam dokumen
keperawatan yang lain sesuai dengan data yang dibutuhkan.
8. Komunikasi konsep risiko asuhan keperawatan.
9. Informasi untuk peserta didik keperawatan.
10. Menjaga kerahasiaan informasi klien.
11. Sebagai sumber data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan
datang.
24

2.7.3 Prinsip-prinsip Dokumentasi Keperawatan


Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek
keakuratan data, breafity (ringkas), dan legality (mudah dibaca). Adapun prisip-
prinsip dalam melakukan dokumentasi yaitu:

1. Dokumen merupakan suatu bagian integral dari pemberian asuhan


keperawatan.
2. Praktik dokumentasi bersifat konsisten.
3. Tersedianya format dalam praktik dokumentasi.
4. Dokumentasi hanya dibuat oleh orang yang melakukan tindakan atau
mengobservasi langsung klien.
5. Dokumentasi harus dibuat sesegera mungkin.
6. Catatan harus dibuat secara kronologis.
7. Penulisan singkatan harus menggunakan istilah yang sudah berlaku umum
dan seragam.
8. Tuliskan tanggal, jam, tanda tangan, dan inisial penulis.
9. Catatan harus akurat, benar, komplit, jelas, ringkas, dapat dibaca, dan ditulis
dengan tinta.

Selanjutnya Potter dan Perry (1994) memberikan panduan sebagai petunjuk


cara mendokumentasikan yang benar, sebagai berikut:

1. Jangan menghapus dengan menggunakan cairan penghapus atau mencoret-


coret tulisan yang salah ketika mencatat, karena akan tampak perawat
seakan akan menyembunyikan informasi atau merusak catatan. Adapun cara
yang benar adalah dengan membuat garis lurus pada tulisan yang salah
(usahakan tulisan yang salah masih bisa dibaca), lalu diparaf pada bagian
terakhir kalimat yang salah kemudian diikuti dengan tulisan kata yang
benar.
25

2. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik pasien atau tenaga


kesehatan lainnya, karena pernyataan tersebut dapat dinilai sebagai perilaku
tidak professional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.
3. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin.
4. Bila kesalahan tidak segera diperbaiki maka dapat menyebabkan kesalahan
tindakan pula.
5. Catatan harus akurat, valid dan reliabel. Pastikan yang ditulis adalah fakta,
jangan berspekulasi atau menuliskan pikiran sendiri.
6. Jangan biarkan bagian kosong pada catatan perawat, karena orang lain dapat
menambah informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tersebut.
7. Semua catatan harus dapat dibaca dan ditulis dengan tinta.
8. Menulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggunggugat atas
informasi yang telah ditulisnya. Jangan menulis untuk orang lain.
9. Hindari penggunaan istilah yang bersifat tidak umum.
10. Memulai dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda tangan dan
nama jelas.

2.8 Penerimaan Pasien Baru


2.8.1 Penerimaan Pasien Baru
1. Definisi Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru merupakan suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Pada saat penerimaan pasien baru
disampaikan hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan. Prosedur penerimaan pasien adalah pelayanan pertama yang diberikan
oleh rumah sakit dan merupakan pengalaman yang selalu diingat oleh pasien (past
experience) yang akan menjadi salah satu penentu persepsi pasien terhadap
pelayanan di rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, kontak pertama antara perawat
dan pasien menjadi catatan yang sangat penting bagi pasien dalam memberikan
penilaian kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
26

2. Tujuan Penerimaan Pasien Baru


Ada beberapa tujuan dalam penerimaan pasien baru, antara lain sebagai
berikut:
a) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
b) Meningkatkan komunikasi antara perawat dan klien
c) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
d) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit
3. Prosedur Umum Penerimaan Pasien Baru
Prosedur umum yang terdapat dalam proses penerimaan pasien baru,
antara lain sebagai berikut:
a) Menempatkan pasien pada tempat penerimaan yang tepat
b) Mengkaji masalah kesehatan dan kebutuhan pasien
c) Menentukan sumber keuangan pasien untuk membiayai pelayanan
yang diberikan
d) Menjelaskan hak-hak pasien
e) Mengorientasikan kebijakan dan prosedur tempat pelayanan
f) Melakukan pemeriksaan dan skrining awal (spesifik untuk setiap
tempat pelayanan)
g) Mengembangkan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu
h) Membuat rencana pulang
4. Tahapan Penerimaan Pasien Baru
Berikut ini tahapan dalam penerimaan pasien baru:
1. Tahap penerimaan pasien baru
a) Menyiapkan kelengkapan administrasi
b) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c) Menyiapkan format penerimaan pasien baru12
d) Menyiapkan format pengkajian
e) Menyiapkan informed consent sentralisasi obat
f) Menyiapkan nursing kit
g) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
27

2. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru


a) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/perawat
primer perawat yang diberi delegasi
b) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya
c) Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur klien dan mengantar ke
tempat yang telah ditetapkan
d) Perawat bersama karyawan memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan berikan
posisi yang nyaman
e) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien dengan sesuai
format
f) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar
g) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab) dan tata tertib ruangan.
h) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang
telah disampaikan
i) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed consent sentralisasi obat
j) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat
kepuasan pasien
5. Peran Perawat dalam Penerimaan Pasien Baru
Peran perawat dalam penerimaan pasien baru adalah sebagai berikut:
1) Kepala ruang
Peran kepala ruang yaitu menerima pasien baru.
2) Perawat primer (PP)
Peran perawat primer antara lain sebagai berikut:
a) Menyampaikan lembar penerimaan pasien baru
b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
28

c) Melakukan pengkajian pada pasien baru


d) Mengorientasikan klien pada ruangan
e) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung
jawab
f) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
6. Perawat pelaksana
Peran perawat pelaksana adalah membantu PP dalam pelaksanaan
penerimaan pasien baru.
Berikut ini adalah alur penerimaan pasien baru
Pra Karu memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan:

1. Lembar pasien masuk RS


2. Buku status dan lembar format pengkajian pasien
3. Nursing kit
4. Informed consent sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien dan pengunjung
6. Lembar tingkat kepuasan pasien
7. Tempat tidur pasien baru

Karu, PP dan PA menyammbut pasien baru


Pelaksanaan

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dala lembar


penerimaan pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA

Post Terminasi

Evaluasi
BAB 3

PENGKAJIAN

3.1 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 - Methods)


3.1.1 Penerapan Pemberian Asuhan Keperawatan (MAKP)
Model yang diterapkan di ruang paviliun cempaka adalah metode asuhan
keperawatan profesional tim MAKP TIM sebagi berikut :
1. Ketua tim sebagai perawat profesioanal harus mampu menggunakan teknik
kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif, penting, agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimipinan ketua tim
4. Perawat ruangan dibagi menjadi 3 tim yang terdiri dari tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
3.1.2 Timbang Terima
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 05 dan 07 Januari 2015
timbang terima di Ruang Paviliun Cempaka sudah dilakukan secara sistematis
pada setiap pergantian shift jaga. Timbang terima dilaksanakan sesuai dengan
kondisi pasien dimana intervensi didokumentasikan dalam buku status pasien dan
buku timbang terima. Format timbang terima dibuku status menggunakan format
SBAR yaitu situation, background, assesment dan recommendation. Sedangkan
buku timbang terima berisi tanggal, nama, No kamar dan terapi yang didapat.

29
30

Pada prinsipnya timbang terima diruangan cempaka sudah dilaksanakan


sesuai prosedur, yaitu timbang terima diikuti oleh seluruh perawat jaga dan kepala
ruangan (kecuali sift sore ke malam) serta mahasiswa praktik. Saat operan pagi
dan sore timbang terima dibuka oleh kepala ruangan lalu kepala ruangan
mempersilahkan untuk perawat yang jaga sebelumnya untuk mengoperkan
keperawat yang jaga selanjutnya. Hal-hal yang dioperkan yaitu meliputi Nama,
No kamar, Dx medis, Dx Keperawatan, hari ke, keluhan pasien, data objektif
seperti TTV atau hasil pemeriksaan lainya serta terapi yang didapat, intervensi
yang sudah dan belum dilakasanakan. Setelah semua pasien selesai dioperkan
kepala ruangan menutup dengan do’a. Selanjutnya perawat berkeliling ke ruangan
dari pasien satu ke pasien lainnya untuk validasi, namun kepala ruangan terkadang
tidak mengikuti keliling dikarenakan kesibukan kepala ruangan.
3.1.3 Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan di Ruang Cempaka saat ini belum terlaksana. Ronde
keperawatan hanya dilakukan pada saat ada mahasiswa praktik manajemen dan
belum ada format maupun dokumentasi ronde keperawatan. Untuk
menggantikannya ruang cempaka biasanya menggunakan RDK (Refleksi Diskusi
Kasus) dimana untuk menyelesaikan masalah keperawatan, perawat melakukan
share dengan perawat lain termasuk kepala ruangan, namun jika dalam
pelaksanaan RDK perawat tidak dapat menyelesaikan masalah keperawatan maka
perawat biasanya mengkomunikasikan hal tersebut pada dokter yang merawat.
Untuk pelaksanaan RDK tidak pernah ditentukan jadwal yang tetap.
Beberapa kendala pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Cempaka
tidak dilakukan karena:
1. Mayoritas perawat belum memahami tentang ronde keperawatan dilihat
dari minimnya jumlah perawat yang telah mengikuti pelatihan manajemen
keperawatan.
2. Kesulitan dalam mengumpulkan ahli yang bersangkutan dalam ronde
keperawatan seperti: tim medis, gizi, terapis, farmasi, perawat dan lain-
lain.
3.1.4 Supervisi Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang di lakukan pada tanggal 05 – 07 Januari
2015 supervisi yang dilakukan di Ruang Cempaka yaitu Supervisi dilakukan
secara periodik setiap 1 minggu sekali oleh Kepala ruangan Cempaka yaitu untuk
menilai kinerja ketua tim , perawat ruangan saat melakukan tindakan keperawatan
31

apakah sudah sesuai dengan protap keperawatan yang ada atau belum. Selain oleh
kepala ruangan supervisi juga dilakukan oleh Komite keperawatan setiap 6 bulan
sekali. Dalam pelaksanaan supervisi komite keperawatan dibagi menjadi 3 yaitu
supervisi mutu yang dilakukan tiap 6 bulan sekali, sedangkan supervisi kredensial
dan mutu dilakukan tiap 1 bulan sekali. Selain itu juga terdapat pengamat setiap
shift pagi dan malam. Untuk supervisi sudah ada format yang baku dari komite
keperawatan sehingga didapatkan penilaian terhadap kinerja perawat di masing-
masing ruangan.
3.1.5 Discharge Planning
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 05-07 Januari 2015,
discharge planning di Ruang Cempaka sudah dilaksanakan hampir optimal pada
semua pasien yang akan pulang oleh perawat ruangan. Kartu discharge planning
sudah ada dengan isi sesuai dengan standart, yaitu: Identitas pasien, masalah
keperawatan yang perlu ditindak lanjuti, health education mengenai cara
pemberian makan dan minum, perawatan luka, cara batuk efektif, cara melakukan
aktifitas bertahap, pengaturan diet, cara pemberian obat : oral, injeksi, tetes,
suppositoria, cara melakukan teknik relaksasi, tanda kegawatan pada pasien dan
penatalaksanaan di rumah. Obat-obatan yang dibawa pulang (nama obat,dosis),
surat control hanya saja untuk pemberian leaflet belum dilaksanakan karena
menunggu bagian humas.
3.1.6 Sentralisasi Obat Modifikasi Unit Dose Dispending (UDD)
Di Ruang Paviliun Cempaka terdapat sentralisasi obat yang dapat
meminimalkan risiko-risiko duplikasi obat, menghindari penggunaan obat yang
salah sehingga sentralisasi obat perlu ditingkatkan agar obat semua pasien di
Ruang Paviliun Cempaka dapat dikontrol oleh perawat. Sentralisasi obat dapat
optimal bila pasien dan keluarga percaya penuh kepada perawat dan kepercayaan
pasien dan keluarga dapat diperoleh jika perawat terbuka dan menjalin
komunikasi baik dengan pasien dan keluarga.
3.1.7 Pendokumentasian Keperawatan
Sistem pendokumentasian di pavilium cempaka berdasarkan SOR (Source
Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari
berbagai sumber tenaga kesehatan misalnya dokter, perawat, asisten perawat, ahli
gizi dan lain-lain.
32

3.1.8 Penerimaan Pasien Baru


Pasien datang dari IGD, Poli atau ruangan lain kemudian masuk ke
ruangan Cempaka, berdasarkan diagnosa medis dan hasil operan perawat ruangan
sebelumnya pasien dikategorikan apakah masuk keruangan penyakit paru atau
penyakit interna. Penyakit paru terdiri dari penyakit infeksius dan non infeksius,
begitu juga penyakit interna. Selanjutnya perawat memberikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang letak ruang perawat dan menjelaskan tentang cara
memanggil perawat jika memerlukan bantuan dengan memencet bel yang telah
tersedia di kamar pasien. Setelah semua informasi tersampaikan, perawatan
menanyakan kejelasan tentang pemberian informasi kepada pasien atau keluarga.
Setelah masuk keruangan yang telah ditentukan, pasien di lakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik.

3.2 Analisa SWOT M-3 (Methode)


3.2.1 FORMAT PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS UMUM RUANGAN


a. Identitas Ruangan :
Nama Ruangan : Paviliun Cempaka

b. Pengorganisasian :
Kepala Ruangan : Suzana Rindhan, S.Kep.Ns
Perawat Primer : 1 Dewi Rahmawati, S.Kep. Ns
2 Esty Prasetyawati, S.Kep.Ns

Perawat Associate : 1 Agus Darmawan, S.Kep.Ns


2 Pujo Prasetio, S.Kep.Ns
3 Ika Prasetyowati, S.Kep.Ns

Tenaga Medis : 1 Dr. Rustam Efendi S,PP


2 Dr. Rosa
3 Dr. Tietiek Nur Indijah
4 Dr. Dahlia Prihandini
c. Visi : Menjadi Rumah Sakit rujukan terdepan dalam layanan pilihan
utama masyarakat di kabupaten Jombang dan sekitarnya.

d. Misi : Meningkatkan mutu pelayanan, sarana prasarana dan sumber daya


manusia sesuai standart serta mendukung pencapaian MDGs
33

e. Tujuan Umum : Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen


keperawatan di paviliun ruang cempaka, mahasiswa mampu menerapkan
pengelolahan MAKP pada klien di paviliun ruang cempaka RSUD
JOMBANG.
f. Tujuan Khusus :
9. Mampu mempraktekan MAKP dipaviliun cempaka.
10. Timbang terima diruang paviliun cempaka RSUD JOMBANG
11. Ronde keperawatan diruang paviliun cempaka RSUD
JOMBANG
12. Supervisi diruang paviliun cempaka RSUD JOMBANG
13. Discharge planning diruang paviliun cempaka RSUD
JOMBANG
14. Sentralisasi obat diruang paviliun cempaka RSUD JOMBANG
15. Dokumentasi keperawatan diruang paviliun cempaka RSUD
JOMBANG
16. Penerimaan pasien baru diruang paviliun cempaka RSUD
JOMBANG
17. Mengevaluasi pelaksanaan MAKP

II Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 / Metode)

1. Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan Profesional


(MAKP)
2. Timbang Terima
3. RondeKeperawatan
4. Supervisi Keperawatan
5. Discharge Planning (DP)
6. Pengelolaan Sentralisasi Obat
7. Dokumentasi Keperawatan
8. Penerimaan Pasien Baru

3.2.2 Penerapan Asuhan Keperawatan ( MAKP)


Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS


34

Strength = S-W

1) RS memiliki visi, misi dan 0,2 4 0,8 = 3,1 -3


motto sebagai acuan
= 0,1
melaksanakan kegiatan
pelayanan
2) Sudah ada Model MAKP 0,1 2 0,2
yang digunakan yaitu
MAKP TIM
3) Supervisi sudah dilakukan 0,1 3 0,3
Karu
4) Ada kemauan perawat 0,1 2 0,2
untuk berubah
5) Mempunyai Standar 0,1 3 0,3
Asuhan Keperawatan
6) Mempunyai Protap setiap 0,2 4 0,8
tindakan
7) Terlaksananya komunikasi 0,1 3 0,3
yang adekuat : Perawat dan
tim kesehatan lain
8) Ketenagaan keperawatan 0,1 2 0,2
sudah memenuhi syarat
untuk MAKP (S1
Keperawatan 5 orang)

TOTAL 1 3,1

Weakness

1) Pelaksanaan model MPKP 1 3 3


sudah dilaksanakan tetapi
belum maksimal
TOTAL 1 3,00

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS


35

Opportunity = O-T

a. Kebijakan pemerintah 0,4 4 1,60 = 4-3


tentang keprofesionalisme
=1
b. Adanya kesempatan bagi
perawat ruangan untuk 0,2 3 0,60
melanjutkan pendidikan
c. Adanya kebijakan RS
tentang pelaksanaan MAKP
d. Adanya kewenangan
0,3 3 0,9
tersendiri bagi masing
masing tenaga medis

0,3 3 0,9

TOTAL 1 4

Theatred

a. Persaingan dengan rumah 0,50 3 1,50


sakit lain
b. Tuntutan masyarakat yang
menginginkan pelayanan 0,50 3 1,50
yang optimal
TOTAL 1 3

3.2.3 Timbang terima


Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Dilakukan setiap pergantian 0,15 2 0,30 = 2,60-2


sift
0,20 2 0,40 = 0,60
b. Diikuti oleh semua perawat
c. Dipimpin langsung oleh 0,25 2 0,50
kepala ruangan
36

d. Adanya klarifikasi dan 0,20 4 0,80


validasi perkembangan
pasien
e. Timbang terima dilakukan 0,10 3 0,30
langsung dengan
menggunakan status pasien
f. Timbang terima 0,10 3 0,30
ditandatangani oleh perawat
pelaksana antar sift dan Karu
saat pergantian sift pagi
TOTAL 1 2,60

Weakness

1. Pelaksanaan timbang terima 1 2 2,00


masih belum optimal,
khususnya dari shift sore ke
malam
TOTAL 1 2,0

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-S

a. Adanya nurse station 0,50 3 1,50 = 3,00-2,00


b. Kemampuan merata pada
0,50 3 1,50 = 1,00
semua perawat dalam
melakukan timbang terima

TOTAL 1 3,00

Theatred

a. Adanya tuntutan lebih dalam 1,00 2 2,00


pemberian pelayanan
TOTAL 1 2,00
37

3.2.4 Ronde Keperawatan


Analisa Swot Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS)

Strength IFAS

a. Penerapan ronde sudah ada 0,45 3 1,35 = S-W


b. Ronde sudah disosialisasikan
0,55 3 1,65 = 3,00-2,00
ke seluruh perawat
TOTAL 1 3,00 =1,00

Weakness

a. Ronde jarang dilakukan 0,45 2 0,90


b. Jarang ada kasus yang
0,55 2 1,10
memerlukan ronde
TOTAL 1 2,00

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

a. Adanya mahasiswa praktika 0.2 2 0,4 = 2,60-3,00


manajemen keperawatan
= -0,40
b. Adanya pelatihan dan
seminar tentang managemen 0,6 3 1,8
keperawatan
c. Adanya kesempatan dari
Karu untuk mengadakan
ronde keperawatan pada
0,2 2 0,4
perawat dan mahasiswa
Praktik

TOTAL 1 2,60

Theatred

a. Adanya persaingan dengan


38

rumah sakit lain 1,00 3 3,00

TOTAL 1 3,00

3.2.5 Sentralisasi obat


Analisa Swot Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Sudah ada program 0,3 3 0,9 = 3,2 -2,55


sentralisasi obat untuk kelas I
= 0,75
b. Terpusat pada nurse station
c. Kepala ruangan mendukung 0,3 3 0,9
kegiatan sentralisasi obat
0,2 4 0,8
d. Ada lembar
pendokumentasian obat yang
diterima
0,2 3 0,6

TOTAL 1 3,2

Weakness

a. Sentralisasi obat hanya 0,55 3 1,65


dijalankan untuk kelas I
b. Kurangnya kesiapan perawat
untuk melakukan sentralisasi 0,45 2
obat.
0,90

TOTAL 1 2,55

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T
39

a. Adanya kerjasama yang baik 0,50 2 1,00 = 2,00-3,00


antara mahasiswa dan
= -1,00
perawat
b. Adanya komunikasi yang
baik antara perawatn dengan
0,50 2 1,00
pasien dan keluarga
TOTAL 1 2,00

Theatred

a. Tuntutan pelayanan yang 1,00 3 3,00


professional
TOTAL 1 3,00

3.2.6 Discharge planning


Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Sudah dilakukan saat pasien 0,55 3 1,65 = 3,00-2,2


pulang
= 0,8
b. Pasien diberikan motivasi,
HE, leaflet dan kontrol 0,45 3 1,35

TOTAL 1 3,00

Weakness

1. Keterbatasan waktu dan 0.4 1 0,4


tenaga perawat
0,6 0,3 1,8
2. Ada sebagian leaflet setelah
pasien dilakukan Discard
Planning

TOTAL 1 2,2
40

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

a. Kemauan pasien terhadap 0,55 3 1,65 = 3,00-1,00


anjuran perawat
= 2,00
b. Adanya komunikasi yang
dilakukan perawat dengan 0,45 3 1,35
baik
TOTAL 1 3,00

Theatred

a. Kesadaran pasien dan 1,00 1 1,00


keluarga kurang akan
pentingnya kesehatan
TOTAL 1 1,00

3.2.7 Supervisi
Analisa Swot Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Menjadi RS rujukan wilayah 0,45 2 0,90 = 2,55-2,00


sekitar
= 0.55
b. Supervisi dilakukan oleh
kepala ruangan dan 0,55 3 1,65
manajemen rumah skait
TOTAL 1 2,55

Weakness

a. Supervisi tidak terjadwal 1,00 2 2,00

TOTAL 1 2,00

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS


41

Opportunity = O-T

a. Supervisi dapat dilakukan 1,00 3 3,00 = 3,00-1,6


rutin
= 1,4
TOTAL 1 3,00

Theatred

1. Adanya persaingan 0,4 1 0,4


pemberian layanan
kesehatan antara tempat
pelayanan kesehatan.
2. Makin tingginya tuntutan 0,6 2 1,2
masyarakat akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
terhadap tenaga keperawatan
TOTAL 1 1,6

3.2.8 Dokumentasi

Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Sistem pendokumentasian 0,55 2 1,1 = 2,45-2,45


yang berlaku di Ruang
= 0,0
Cempaka saat ini adalah
SBAR
b. Rata-rata perawat mengerti
0,45 3 1,35
pengisian serta telah
melakukan dokumentasi
setelah melakukan tindakan
TOTAL 1 245

Weakness
42

a. Pendokumentasian masih 0,55 2 1,10


manual
0,45 3 1,35
b. Jam pendokumentasian
masih kurang tepat
TOTAL 1 2,45

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

1. Peluang perawat untuk 0,25 2 0,50 = 2,75-2,5


meningkatkan pendidikan
0,2 3 0,60 = 0,25
(pengembangan SDM)
2. Mahasiswa Praktik untuk
mengembangkan system
0,30 3 0,90
dokumentasi
3. Adanya sitem akreditasi RS 0,25 3 0,75
sehingga memotivasi untuk
mendokumentasikan asuhan
keperawatan
4. Adanya dukungan kepala
ruangan terhadap
dokumentasi keperawatan

TOTAL 1 2,75

Theatred

1. Tingkat kesadaran 0,5 3 1,5


masyarakat (pasien dan
keluarga) akan tanggung
jawab dan tanggung gugat 2 1
2. Persaingan RS dalam 0,5
memberikan pelayanan
keperawatan
43

TOTAL 1 2,5

3.2.9 Penerimaan Pasien Baru


Analisa Swot Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Di ruang Cempaka sudah 0,4 4 1,6 = 3,6-1,0


dilakukan penerimaan
= 0,6
pasien baru.
b. Adanya serah terima 0,2 4 0,8
pasien oleh perawat yang
mengantar dengan
perawat yang jaga. 0,4 3 1,2
c. Tersedianya format
lembar serah terima
pasien dari ruang lain,
OK atau IGD, adanya
lembar pasien masuk RS,
lembar pengkajian
pasien, lembar tata tertib
pasien, keluarga pasien,
dan lembar inform
consent sentralisasi obat.
Menjadi RS rujukan
TOTAL 1 3,6

Weakness

a. Perawat tidak melakukan 0,2 1 0,2


pengkajian pasien baru
b. Pasien tidak menjelaskan
segala sesuatu tercantum 0,4 1 0,4
dalam lembar penerimaan
44

pasien baru
c. Perawat tidak meminta
0,4 1 0,4
inforn consent sentralisasi
kepada keluarga pasien
TOTAL 1 1,0

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

1. Adanya mahasiswa 0,6 4 2,4 = 3,2-2,5


keperawatan praktik
= 0,7
manajemen keperawatan
2. Kerjasama antara 0,4 2 0,8
mahasiswa keperawatan
dengan perawat ruangan
TOTAL 1 3,2

Theatred

1. Adanya tuntutan lebih 0,5 3 1,5


tinggi dari masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan profesional
2. Meningkatnya kesadaran 0,5 2 1
masyarakat tentang
tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan
TOTAL 1 2,5

3.3 Identifikasi Masalah

Identifikasi
No Masalah Penyebab
Persistem

1. Metode (M3)
45

Sistem MAKP Model asuhan Sebagian perawat belum


keperawatan yang mendapat pelatihan mengenai
digunakan adalah MAKP MAKP dan 2 dari 7 perawat
TIM namun belum dengan jenjang pendidikan S1
optimal merupakan perawat yang sedang
menempuh jenjang pendidikan
S1 keperawatan

Timbang terima Timbang terima sudah Banyaknya pasien dan


dilakukan kemudian keterbatasan waktu
dilanjutkan dengan menyebabkan perawat tidak
keliling ruangan pasien melakukan validasi keliling
untuk validasi ruangan ke semua pasien

Sentralisasi obat  Selama ini belum ada Format dan perlengkapan


format persetujuan sentralisasi obat belum tersedia
sentralisasi obat untuk
pasien
 Pelaksanaan
sentralisasi obat belum
dilakukan sementara
ini

Penerimaan Penyampaian dan Komunikasi sudah dilakukan


pasien baru penerimaan informasi secara efektif
sudah dilakukan dengan
baik, pasien bisa
mendapatkan pengobatan
lanjut

Discharge Discharge planning belum Kurangnya sumber daya untuk


planning terlaksana sesuai standar melaksanakan
baku, diantaranya: pendokumentasian discharge
pemberian pendidikan
46

kesehatan dilakukan planning.


secara lisan kepada
pasien/keluarga, dan
belum semua diberikan
leaflet.

Ronde  Ronde keperawatan  Kurangnya sumber daya


keperawatan belum terlaksana dalam melakukan ronde
kecuali jika ada keperawatan.
mahasiswa praktik.  Ronde keperawatan jarang
 Kurangnya dilakukan sehingga para
pengetahuan perawat perawat kurang memahami
tentang ronde ronde keperawatan
keperawatan

Supervisi  Belum optimalnya Kesibukan kepala ruangan untuk


pelaksanaan supervisi melakukan supervisi sesuai
yang terjadwal jadwal
 Kurangnya program
pelatihan dan
sosialisasi tentang
supervise

Dokumentasi  Keterbatasan waktu  Rasio antara perawat dan


perawat dalam pasien membuat perawat
melakukan tidak mempunyai banyak
kelengkapan status waktu untuk melengkapi
pasien tentang rekam medis milik
pendokumentasian pasien.
asuhan keperawatan  Keterbatasan jumlah
 Pengisian lembar perawat dalam merawat
dokumentasi masih jumlah pasien yang
belum sesuai dengan begitu banyak, membuat
format dokumentasi perawat tidak sempat
yang telah tersedia melengkapi catatan
47

perkembangan pasien.

47

3.4 Prioritas Masalah

Penentuan Prioritas Masalah berdasarkan CARL (Capability, Accesibility,


Readness, Leverage)

Nilai
No. Masalah C A R L Prioritas
(CARL)

1. M3  Metode penugasan

perawat adalah

metode tim tetapi

perawat belum

melaksanakan

tugasnya secara

optimal

 Discharge planning

untuk pendidikan

kesehatan belum

terdokumentasi

secara optimal

 Supervisi terhadap

pendokumentasian

asuhan keperawatan

belum dilakukan

secara optimal

 Pelaksanaan
48

sentralisasi obat

belum dilakukan saat

ini.
49

3.5 Perencanaan

Tabel 4.1 Plan of Action

Masalah Program Aktivitas Target Keterangan


Tahun (Budget)
2017 2018 2019 2020
1) Metode penugasan  Merencanakan
kebutuhan
perawat adalah
tenaga
metode tim tetapi
perawat
perawat belum  Melakukan

melaksanakan pembagian
peran perawat
tugasnya secara
 Menentukan
optimal deskripsi tugas
dan tanggung
jawab perawat
 Melakukan
pembagian
jadwal serta
pembagian
tenaga
perawat
 Membantu
penerapan
model MAKP
yang sudah
ada

 Membuat alur
50

2) Discharge planning pelaksanaan


discharge
untuk pendidikan
planning
kesehatan belum
 Menentukan
terdokumentasi penyakit

secara optimal terbanyak


untuk
dilakukan
discharge
planning
 Merencanakan
sosialisasi dan
simulasi
discharge
planning di
ruangan
 Membagikan
media
sosialisasi
berupa leaflet
bagi pasien.
 Pembuatan dan
pemasangan
poster alur
discharge
planning di
ruangan
 Dokumentasi

3) Supervisi terhadap  Mengajukan


proposal
51

pendokumentasian pelaksanaan
alur supervisi
asuhan keperawatan
 Melaksanakan
belum dilakukan
supervisi
secara optimal keperawatan
bersama
perawat dan
kepala ruangan
 Mendokumenta
sikan hasil
pelaksanaan
supervisi
keperawatan
 Membuat
format
supervisi

4) Pelaksanaan  Mengusulkan
sentralisasi
sentralisasi obat
obat dengan
belum dilakukan menggunakan

saat ini program Unit


Day Dose
(UDD)
 Mengadakan
informed
consent untuk
pasien atau
keluarga dalam
menggunakan
sentralisasi
52

obat
 Melaksanakan
sentralisasi
obat pasien
bekerja sama
dengan
perawat, dokter
dan bagian
farmasi

3.6 Implementasi/ Inovasi

No Masalah Implementasi Tanggal


1. Metode penugasan 1. Kebutuhan tenaga perawat 5 Januari
telah direncanakan 2015
perawat adalah 2. Pembagian peran perawat
sudah dilakukan
metode tim tetapi 3. Tugas dan tanggung jawab
perawat sudah ditentukan
perawat belum 4. Pembagian jadwal serta
pembagian tenaga perawat
melaksanakan telah dilakukan
5. Menerapkan sistem MAKP
tugasnya secara yang sudah ada secara optimal

optimal

2. Discharge planning 1. Pembuatan alur pelaksanaan 6 Januari


discharge planning 2015
untuk pendidikan 2. Melakukan penentuan
penyakit terbanyak untuk
kesehatan belum dilakukan discharge planning
3. Melakukan sosialisasi dan
terdokumentasi simulasi discharge planning di
ruangan
secara optimal 4. Memberikan leaflet pada
pasien sebagai media
sosialisasi
5. Membuat dan memasang
poster alur discharge planning
53

di ruangan
6. Melakukan dokumentasi

3. Supervisi terhadap 1. Melakukan pengajuan 7 Januari


proposal pelaksanaan alur 2015
pendokumentasian supervisi
2. Pelaksanaan supervisi
asuhan keperawatan keperawatan bersama perawat
dan kepala ruangan
belum dilakukan 3. Pendokumentasian hasil
pelaksanaan supervisi
secara optimal keperawatan
4. Pembuatan format supervisi

4. Pelaksanaan 1. Memberikan usul tentang 7 Januari


sentralisasi obat dengan 2015
sentralisasi obat menggunakan program Unit
Day Dose (UDD)
belum dilakukan 2. Memberikan informed consent
untuk pasien atau keluarga
saat ini dalam menggunakan
sentralisasi obat
3. Pelaksanaan sentralisasi obat
pasien bekerja sama dengan
perawat, dokter dan bagian
farmasi

3.7 Evaluasi

No Masalah Implementasi Evaluasi Tanggal


1. Metode 6. Kebutuhan tenaga Perawat 5
perawat telah mnggunaan Januari
penugasan direncanakan metode tim 2015
7. Pembagian peran sudah
perawat adalah perawat sudah dilaksanakan
dilakukan secara optimal
metode tim 8. Tugas dan tanggung
jawab perawat
tetapi perawat sudah ditentukan
9. Pembagian jadwal
belum serta pembagian
tenaga perawat telah
dilakukan
54

melaksanakan 10. Menerapkan sistem


MAKP yang sudah
tugasnya secara ada secara optimal

optimal

2. Discharge 7. Pembuatan alur Dokumentasi 6


pelaksanaan discharge Januari
planning untuk discharge planning planning sudah 2015
8. Melakukan dilakukan
pendidikan penentuan penyakit dengan optimal
terbanyak untuk
kesehatan belum dilakukan discharge
planning
terdokumentasi 9. Melakukan
sosialisasi dan
secara optimal simulasi discharge
planning di ruangan
10. Memberikan leaflet
pada pasien sebagai
media sosialisasi
11. Membuat dan
memasang poster
alur discharge
planning di ruangan
12. Melakukan
dokumentasi

3. Supervisi 5. Melakukan Supervisi 7


pengajuan proposal terhadap Januari
terhadap pelaksanaan alur pendokumentasi 2015
supervisi an keperawatan
pendokumentasi 6. Pelaksanaan sudah dilakukan
supervisi secara optimal
an asuhan keperawatan
bersama perawat
keperawatan dan kepala ruangan
7. Pendokumentasian
belum dilakukan hasil pelaksanaan
supervisi
secara optimal keperawatan
8. Pembuatan format
supervisi

4. Pelaksanaan 4. Memberikan usul Pelaksanaan 7


tentang sentralisasi sentralisasi obat Januari
55

sentralisasi obat obat dengan sudah dilakukan 2015


menggunakan secara bertahap
belum dilakukan program Unit Day
Dose (UDD)
saat ini 5. Memberikan
informed consent
untuk pasien atau
keluarga dalam
menggunakan
sentralisasi obat
6. Pelaksanaan
sentralisasi obat
pasien bekerja sama
dengan perawat,
dokter dan bagian
farmasi
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari model asuhan keperawatan profesional


merupakan prioritas utama dalam pengembangan bidang keperawatan di masa
depan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolahan secara profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bertujuan memberikan
pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan
keluarganya. Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur yakni: standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan
sistem MAKP. Selain adanya kerangka kerja dalam MAKP juga banyak faktor-
faktor yang berhubungan dalam perubahnnya serta ada metode untuk pengelolaan
sistem MAKP tersebut.
Dengan demikian dalam manajemen keperawatan yang dibahas meliputi
(M3) yaitu, MAKP suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur:
standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP,
Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Supervisi Keperawatan, Discharge
Planning (DP), Pengelolaan Sentralisasi Obat, Dokumentasi Keperawatan,
Penerimaan Pasien Baru.
4.2 Saran
1. Bagi pihak manajemen Rumah Sakit
Disarankan kepada pihak manajement Rumah Sakit terutama kepla bidang
keperawatan agar memberikan dukungan kebijakan agar proses MAKP struktur

56
57

2. Bagi Perawat
Supaya perawat bekerja di Rumah Sakit dapat mmengaplikasikan MAKP yang
telah dipaparkan dalam makalah ini, untuk meningkatkan metode pelayanan
keperawatan yang lebih efektif.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat menjadi acuan untuk di kembangkan pada penelitian
yang lebih luas
58

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai