Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana peningkatan
usia dalam masyarakat berdampak terhadap perkembangan prevalensi
penyakit ini. Secara global stroke menempati urutan kedua penyebab kematian
(Pandian, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan di
tahun 2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di
Indonesia, dari 8,3 per 1000 penduduk (per mil) pada 2007 menjadi 12,1 per
1000 penduduk pada tahun 2013. Di Jawa Timur jumlah pasien yang
didiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan atau gejala stroke adalah sebesar
16,0%, dimana Jawa Timur merupakan daerah tertinggi ke empat di
Indonesia.
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke (Anies,
2006). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14% (Depkes,
2004).
Berdasarkan data Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementrian
Kesehatan di tahun 2013 menunjukkan di Jawa Timur jumlah pasien yang
didiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan atau gejala stroke adalah sebesar
16,0%, dimana Jawa Timur merupakan daerah tertinggi ke empat di
Indonesia. Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak
yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Motivasi yang
kuat yang berasal dari diri pasien hipertensi untuk sembuh akan memberikan
pelajaran yang berharga.

1
1.2 Rumusan Masalah

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jawa Timur

pasien yang didiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan atau gejala stroke adalah
sebesar 16,0%, dimana Jawa Timur merupakan daerah tertinggi ke empat di
Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Jawa
Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi penderita hipertensi
2. Mengidentifikasi penderita stroke
3. Menganalisa hipertensi dan stroke
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah yang muncul pada
pasien stroke.
1.4.2 Bagi peneliti
Diharapkan peneliti ini dapat meningkatkan dapat menjadi referensi
dalam penelitian dan analisis lanjut terkait hipertensi dan stroke .

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi stroke
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala
hilangnya fungsi sistim saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang
cepat (dalam detik atau menit) (Ginsberg, 2007). Stroke adalah sindrom
yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dengan awitan akut,
disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai
akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat (George dkk,
2009). Stroke adalah manisfestasi dari rusaknya struktur jaringan otak
sebagai akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak
dengan berbagai sebab (Mahendra dkk, 2004).
Dikatakan stroke apabila pernah didiagnosis menderita penyakit
stroke oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah
didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan tetapi pernah
mengalami secara mendadak keluhan kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau
kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan atau baal satu sisi
tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata atau bicara
pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti pembicaraan
(Kemenkes, 2013).
2.1.2 Jenis Stroke
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah bentuk ekstrim dari iskemik yang
menyebabkan kematian sel-sel otak yang tidak dapat pulih, yang disebut
infark otak. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
Transient Ischaemic Attack (TIA) adalah defisit neurologis membaik dalam
waktu kurang dari 30 menit. Reversible Ischeamic Neurological Deficit

3
(RIND) adalah defisit neurologis membaik kurang dari 1 minggu (George,
2009).
Stroke iskemik terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu dengan
mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah pada arteri koroner
saat serangan jantung atau angina sehingga otak menjadi kekurangan
oksigen dan nutrisi (Palmer dkk, 2007). Serangan stroke iskemik biasanya
terjadi pada golongan usia 50 tahun atau lebih dan serangan lebih sering
terjadi pada malam hari (Batticaca, 2008).
2. Stroke Hemorag
Stroke hemoragik atau stroke perdarahan disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Darah yang keluar akan masuk ke dalam jaringan
otak dan menyebabkan terjadinya pembengkakan otak atau hematom yang
akhirnya meningkatkan tekanan di dalam otak (Mahendra dkk, 2004).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Arif, 2008). Stroke
hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak atau dekat otak pecah. Hal
ini menyebabkan darah meresap ke ruang antara sel-sel otak (Palmer dkk,
2007). Serangan stroke hemoragik terjadi pada golongan usia 20-60 tahun
(Batticaca, 2008).
2.1.3 Gejala dan Tanda Stroke
Menurut (Mahendra dkk, 2004) gejala stroke dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam)
a. Tiba-tiba sakit kepala
b. Pusing bingung
c. Penglihatan atau kehingalan pada satu atau dua mata
d. Kehilangan keseimbangan
e. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh
4
2. Gejala stroke ringan
a. Beberapa atau semua gejala diatas
b. Kelemahan atau kelumpuhan kaki atau tangan
c. Bicara tidak jelas
3. Gejala stroke berat
a. Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan
b. Koma jangka pendek
c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki
d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara
e. Sukar menelan
f. Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases
g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi
h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak
menentu, mudah marah.
Sedangkan, menurut (Anies, 2006) gejala dan tanda stroke
bermacam-macam tergantung bagian otak yang terkena. Beberapa
gejala dan tanda stroke pada umumnya, antara lain:
a. Kesemutan pada satu sisi badan, mati rasa Lemas, salah
satu sisi badan lumpuh misalnya pada bagian tubuh kanan
atau kiri
b. Pada bagian mulut biasanya terjadi kemiringan pada
bagian lidah.
c. Terjadi gangguan saat menelan makanan atau minuman
biasanya sering tersedak
e. Gangguan bicara, atau saat bicara kata-katanya sulit
dimengerti atau kurang jelas
f. Tidak mampu membaca ataupun menulis
g. Kesulitan saat berjalan atau berjalan menjadi tidak seimbang
h. Kemampuan intelektual menjadi menurun

5
i. Gangguan pada fungsi indra misalnya gangguan mata
seperti pandangan menjadi tidak terlihat atau gelap, dan
gangguan pendengaran.
2.1.4 Faktor Risiko Stroke
Faktor risiko stroke dibedakan menjadi 2 yaitu faktor risiko yang
tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah :
1. Faktor Risiko Stroke yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah yatu faktor risiko yang
tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dilakukan pencegahan.
Beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu :

a. Usia

Usia merupakan faktor risiko stroke, semakin tua


usia maka risiko terkena stroke akan semakin tinggi.
Namun, sekarang usia produktif perlu waspada terhadap
ancaman stroke. Pada usia produktif, stroke dapat
menyerang terutama pada mereka yang gemar
mengkonsumsi makanan berlemak (Wulan, 2008).
Meskipun stroke dapat menyerang segala usia, diketahui
bahwa mereka yang berusia lanjut lebih berisiko terserang
penyakit yang berpontensi mematikan dan menimbulkan
kecacatan menetap (Genis, 2009).

b. Jenis Kelamin

Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke


3 kali berisiko dibanding dengan perempuan (Mahendra
dkk, 2004). Berdasarkan hasil penelitian di Mumbai
insiden stroke pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan sedangkan di Trivandrum insiden stroke pada

6
perempuan lebih tinggi di bandingkan laki-laki (Pandian,
2013). Hasil penelitian Sofyan (2015) bahwa pada kejadian
stroke lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki (52%)
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (48%).

c. Riwayat Keluarga Stroke

Risiko stroke meningkat pada seseorang dengan


riwayat keluarga stroke. Seseorang dengan riwayat
keluarga stroke cenderung menderita diabetes mellitus dan
hipertensi. Peningkatan kejadian stroke pada keluarga
penyandang stroke adalah akibat diturunkannya faktor
risiko stroke (Rizaldy, 2010).

1. Faktor Risiko Stroke yang Dapat Diubah

Faktor risiko yang dapat diubah yaitu faktor penyebab yang


dapat diubah melalui penangan tertentu. Beberapa faktor yang dapat
dikendalikan agar risiko terkena stroke menurun yaitu :

a. Hipertensi

Hasil penelitian Yenni (2011) yaitu individu


hipertensi, lebih banyak yang tidak stroke dibandingkan
yang terjadi stroke. Faktor risiko yang paling berkontribusi
terhadap kejadian stroke adalah hipertensi (Luecknotte dan
Meiner, 2006). Ada hubungan antara hipertensi dengan
kejadian stroke dan faktor dominan yang berhubungan
dengan stroke adalah hipertensi (Kristiyawati dkk, 2009).

1) Definisi hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole,


peningkatan sistole tergantung pada usia individu yang
7
terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu, tergantung posisi tubuh, usia, dan tingkat stres
yang dialami (Tambayong, 2000) seorang mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90
mmHg (Rizaldy, 2010).

2) Jenis Hipertensi

Ada dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer


dan hipertensi sekunder. Sebanyak 90% dari semua kasus
hipertensi adalah hipertensi primer. Penyebab hipertensi
primer tidak jelas, beberapa teori menunjukkan adanya
faktor genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis
(Baradero, 2008) sedangkan hipertensi sekunder
merupakan penyakit ikutan dari penyakit yang sebelumnya
diderita.

Menurut Rizaldy (2010) klasifikasi hipertensi


seperti dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2. 1

Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistole Diastole

Normal <120 <80

Pra Hipertensi 120-139 80-90

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

3) Penyebah Hipertensi

Menurut Tambayong (2000) penyebab hipertensi


yaitu obesitas, stres, diet tinggi garam, diabetes mellitus,
8
merokok, riwayat keluarga, kurang olahraga. Meskipun
hipertensi belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor keturunan, ciri perorangan
dan kebiasaan hidup (Gunawan, 2007).

a. Faktor Keturunan

Seseorang akan memiliki kemungkinan


lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi (Gunawan,
2007).

b. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi


timbulnya hipertensi adalah usia, jenis kelamin, dan
ras. Usia yang bertambah akan menyebabkan
terjadinya hipertensi. Tekanan darah pada laki-laki
umumnya lebih tinggi dibandingkan perempuan
(Gunawan, 2007).

c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering mneyebabkan


timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres,
dan pengaruh lain (Gunawan, 2007).

b. Status Merokok

Menurut Sorganvi dkk (2014) merokok berisiko 2


kali lebih besar terkena stroke. Berbagai penelitian
9
menghubungkan kebiasaan merokok dengan peningkatan
risiko penyakit pembuluh darah (termasuk stroke).
Merokok mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar terkena
stroke (Sorganvi dkk, 2014). Merokok memacu
peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding
pembuluh darah, dan penimbunan plak di dinding
pembuluh darah. Merokok meningkatkan risiko stroke
sampai 2 kali lipat (Rizaldy, 2010).

c. Diabetes Mellitus

Hyperinsulinemia adalah penyebab diabetes yaitu


adanya kelebihan kadar insulin dalam peredaran darah. Hal
tersebut mengakibatkan tubuh menyerap lebih banyak
garam yang menstimulasi sistem saraf simpatik. Hal ini
mempengaruhi struktur pembuluh darah yang tentu saja
berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan darah tinggi
yang berkaitan dengan nephropathy diabetes biasanya
ditunjukkan dengan adanya garam dan penahanan cairan.
Banyaknya cairan yang tertahan di tubuh ini akan
menyebabkan peningkatan volume darah dalam pembuluh
darah. Nephropathy diabetes biasanya menyebabkan
hipertensi (Deherba, 2012).

d. Kadar Kolestrol dalam Darah

Kolestrol dibentuk dalam tubuh, yang terdiri dari


dua bagian utama yaitu kolestrol HDL dan kolestrol LDL.
Kolestrol LDL disebut sebagai kolestrol jahat, yang
membawa kolestrol dari hati ke dalam sel. Jumlah kolestrol
LDL yang tinggi akan menyebabkan penimbunan kolestrol
di dalam sel. Hal ini akan memacu munculnya proses
10
aterosklerosis. Proses aterosklerosis akan menimbulkan
komplikasi pada organ. Proses tersebut pada otak akan
meningkatkan risiko terkena stroke (Rizaldy, 2010).

e. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit penyerta PJK salah satunya stroke karena


disebabkan oleh aterosklerosis. Penyakit stroke ditandai
dengan adanya perdarahan pada pembuluh darah yang
disebabkan tekanan darah tinggi dan aterosklerosis. Faktor
risiko stroke dan PJK disebabkan oleh faktor risiko yang
hampir sama seperti merokok dan hipertensi (WHO, 2011).

11
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Hipertensi akan meningkatkan risiko kejadian stroke. Oleh karena
itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan
kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013. Faktor risiko stroke
lainnya (usia, jenis kelamin, status merokok) diketahui berhubungan dan
meningkatkan risiko kejadian stroke.. Oleh karena itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui risiko dari individu hipertensi berdasarkan
karakteristik individu terhadap kejadian stroke. Kerangka konsep
penelitian berdasarkan variabel faktor risiko pada beberapa penelitian
sebelumnya oleh Kristiyawati dkk (2009), Gunawan (2007), Price dan
Wilson (2006), Kabo (2008), Sallika (2010), Wibowo (2005), Rizaldy
(2010)

HIPERTENSI
STROKE

USIA STATUS
JENIS KELAMIN
MEROKOK

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Teliti

12
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan


desain cross-sectional, dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013. Riskesdas adalah sebuah survei dengan desain cross sectional.
Riskesdas 2013 dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan
penduduk di seluruh pelosok Indonesia, yang terwakili oleh penduduk di
tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota (Kemenkes, 2013).

4.2 Identifikasi Variabel


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 38).
Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi: (1)
variabel independen (bebas),dan (2) variabel dependen (terikat)
4.2.1 Variabel Independen.
Variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2013: 39). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Hipertensi.
4.2.2 Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 39).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Stroke.
13
4.3 Definisi Operasional

ALAT SKALA
variabel DO INDIKATOR SKOR KODE
UKUR UKUR

Variabel Jika Sistolik Hipertensi Kuesioner Ordinal Hipertensi: 0. Ya


indipenden ≥140 (hasil pengukuran
: mmHg atau tekanan darah
Hipertensi diastolik ≥90 sistolik
mmHg. ≥140mmHg)
1. Tidak (hasil
pengukuran
tekanan darah
sistolik <140)

Variabel Apabila pernah Penderita stroke Kuesioner Ordinal Pernah


Dependen : didiagnosis didiagnosis stroke
penderita menderita :
stroke penyakit stroke 0. Ya
oleh tenaga 1. Tidak
kesehatan
(dokter/perawat/
bidan).

4.4 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang menjadi
responden dalam penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi
Jawa timur tahun 2013. Adapun populasi tersebut yang tercatat dalam
Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Jawa timur adalah 48.129 respoden.
4.5 Sampel
Sampel atau data individu yang dianalisis lanjut dalam penelitian ini
merupakan individu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.5.1 Teknik Sampling

Pasien stroke yang menjadi sampel di pilih secara purposive


sampling.

14
4.6 Pengumpulan Data

Sebelum pengumpulan data dilakukan oleh peneliti, kegiatan


pengelolaan data dan pembuatan dataset dilakukan oleh Litbangkes
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terlebih dahulu. Manajemen
dataset/baseline data Riskesdas tahun 2013.

4.7 Analisa Data


Analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari
analisis univariat dan bivariat.
4.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan proporsi


variabel penelitian pada individu yang hipertensi mengalami
stroke kemudian hasil analisis disajikan dalam tabel. Analisis
univariat juga dilakukan untuk melihat proporsi variabel stroke
berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status
merokok).

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk


membandingkan antara dua variabel penelitian untuk
menghasilkan odds ratio (OR) dan 95% confidence interval (CI).
Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji Chi-Square.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jajang Surya Mustofa, 2017, Tekno and Sains, Pengaruh Tekanan Darah Tinggi
Pada Penyakit Stroke, https://kumparan.com/jajang-surya-
mustofa/pengaruh-tekanan-darah-tinggi-pada-penyakit-stroke.

Agus Darmanto; Dyan Roshinta Laksmi Dewi; Virhan Novianry, 2011, Hubungan
Antara Hipertensi dengan Kejadian Strok Iskemik di Bangsal dan
Poliklinik Saraf RSUD dr. Soedarso Pontianak, Jurnal untan, hal. 4-
17 , http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/viewFile/4572/4663
Giri Udani , 2013, FAKTOR RESIKO KEJADIAN STROKE , Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-
469X
,https://ejurnal.poltekkestjk.ac.id/index.php/JKM/article/download/713
/pdf.

Ade Yonata, Arif Satria Putra Pratama, 2016 , Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke , Jurnal Utan
,http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download
/1030/824.

Feigin,Valery. 2009. Stroke. Jakarta : PT huana Ilmu Populer.Goldstein LB :


Guidelines for the Primary Prevention of Stroke. A Guideline for,
http://ipmgonline.com/index.php?modul=berita&cat=BMedia&textid=
315296805414.
http://moshitata.blogspot.com/2010/11/hiperkol esterolemia.html.
Palmer., William. 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta.

WHO. 2011. The Underlying Pathology of Ischaemic Heart Attacks and Stroke.

Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control.

16

Anda mungkin juga menyukai