Anda di halaman 1dari 16

LOGBOOK

KEGIATAN DOSEN
PRAKTIK KLINIK MK. PROMOSI KESEHATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

Disusun Oleh:

Koodinator Mata Ajar

POLITEKNIK KESEHATANTANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2020
IDENTITAS MAHASISWA

FOTO

NAMA MAHASISWA : SHEFIIA NOVERA ACHDIWATI HS


NIM : 1814401105
PRODI : D.III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PERGURUAN TINGGI : POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
TINGKAT : 2 REGULER 3
SEMESTER : 4
KELAS : REGULER 3

PRODI D.III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIKKESEHATAN TANJUNGKARANG
Kampus : Jl. Soekarno Hatta No. 1 Bandar Lampung Telp/Fax : (0721) 703580
================================================================
FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN PROMOSI KESEHATAN
(Promkes Individu Pasien/Keluarga Pasien )

A. Identitas Mahasiswa
Nama : Shefiia Novera Achdiwati HS
Tingkat/Semester/Kelas : Tingkat 2/ Semester 4/ Kelas Reguler 3
Tempat Pratik : RSAM Abdul moelok

B. Identitas Klien
Nama : Tn.H Tanggal masuk RS :2 April 2020
Umur :70 tahun Pukul: 11.45 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki

C. Keluhan Utama
Kesulitan dalam bergerak

D. Pengkajian Kebutuhan Promkes:


(Pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, keyakinan dan informasi yang dimiliki individu
pasien/keluarga pasiententangmasalah kesehatan yang sedang dialami sekarang)
1. Data Psikososial dan spiritual :
a. Pasien tidak senang dengan gangguan mobilitas fisik yang ia alami
b. Pasien merasa gelisah akan kesehatan nya berkaitan dengan gangguan mobilitas
fisik yang ia alami
c. Hubungan pasien dengan keluarga baik dan harmonis
d. Pasien beragama islam
2. Data pengetahuan, sikap , dan persepsi :
a. Pasien dan keluarga pasien kurang mengetahui cara mengatasi gangguan
mobilitas fisik yang ia alami
b. Pasien belummengetahui mencegah kegelisahan yang ia alami
c. Pasien terlihat sangat tertekan dengan penyakit yang ia alami
E. Diagnosis Kebutuhan Promkes

Data Diagnosis

Data Obyektif : Kurang pengetahuan tentang pencegahan


- Pasien terlihat sulit untuk menggerakan
gangguan mobilitas fisik berhubungan
badannya
- Segala aktifitas pasien dibantu seperti makan dengan kurang familiar diri/kurang
minum omilisasi berpakaian dll
terpapar informasi
- kekuatan skala otot
4 4
4 4
-
Data Subyektif :
- Keluarga pasien berkata bahwa pasien
sulit dalam menggerakan badannya
- Keluarga pasien berkata tidak
mengetahui tentang penyakit dan
pencegahan gangguan mobilitas fisik
pasien .
- Keluarga pasien berkata tidak mengerti
cara penanganan penyakitnya

Data Obyektif : Ketidakmampuan melakukan penanganan


- Pasien terlihat sulit untuk menggerakan
penyakit berhubungan dengan kurang
badannya
- Segala aktifitas pasien dibantu seperti makan familiar diri/kurang terpapar informasi
minum omilisasi berpakaian dll
- kekuatan skala otot
4 4
4 4

Data Subyektif :
- Keluarga pasien mengatakan tidak tau
cara melakukan rom kepada pasien
(suaminya)

Data Obyektif : Keengganan melakukan penanganan


Pasien terlihat sulit untuk menggerakan
kesehatan berhubungan dengan kurang
badannya
- Segala aktifitas pasien dibantu seperti makan familiar diri/kurang terpapar informasi
minum omilisasi berpakaian dll
- kekuatan skala otot
4 4
4 4
Data Subyektif
- Keluarga pasien mengatakan tidak tau
dan tidak cari tahu bagaimana cara rom
pasif yang dilakukan untuk pasien /
suaminya .

F. Diagnosis Kebutuhan Promosi Kesehatan


1. Kurang pengetahuan tentang pencegahan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kurang familiar diri/kurang terpapar informasi
2. Ketidakmampuan melakukan penanganan penyakit berhubungan dengan kurang familiar
diri/kurang terpapar informasi
3. Keengganan melakukan penanganan kesehatan berhubungan dengan kurang familiar
diri/kurang terpapar informasi
G. Rencana Promosi Kesehatan Yang diIntervensi
1. Melakukan tanya jawab dan wawancara mengenai penyakit yang dialami pasien termasuk
cara penanganan dan pencegahannya
2. Melakukan roleplay dan bimbingan mengenai cara penanganan dan pencegahan untuk
dilakukan klien

H. Rencana Pelaksanaan Promosi Kesehatan


1. Persiapan : Mempelajari materi dengan sistematik yang baik dengan menyiapkan
ceramah.
2. Pelaksanaan : Penceramah dapat menguasai sasaran, suara cukup jelas dan keras,
pandangan tertuju pada klien.

I. Rencana Evaluasi Promosi Kesehatan


(Sesuai Pelaksanaan Promosi Kesehatan dan dilanjutkan dengan Penyusunan Satuan Acara
Penyuluhan)
Evaluasi struktur :
a. Media edukasi berfungsi dengan baik (lembar balik dan leaflet)
b. Ruangan tempat penyuluhan kondusif
c. Keluarga pasien berada ditempat sesuai dengan waktu yang ditentukan
Evaluasi proses :
a. Penyuluh menguasai kegiatan penyuluhan dan melakukan penyuluhan dengan baik
b. Keluarga pasien mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir
c. Keluarga antusias dan proaktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
d. Anggota keluarga tidak meninggalkan tempat penyuluhan sampai kegiatan berakhir
e. Sasaran proaktif dalam menyampaikan pertanyaan dan menyimpulkan hasil
penyuluhan
Evaluasi hasil :
a. Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang gangguan mobilitas fisik

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


GANGGUAN MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN
NEUROMUSKULAR PADA PENYAKIT STROKE NON HEMORAGIK

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Satuan Acara Penyuluhan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah

Satu Tugas Promosi

Kesehatan Yang Dibimbing Oleh:

DWI AGUSTANTI S.KEP., SP.KOM.

Disusun Oleh:

SHEFIIA NOVERA ACHDIWATI HS

1814401105

TINGKAT 2/ REGULER 3
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANTANJUNG KARANG

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok pembahasan :Gangguan Mobilitas Fisik

Sub pokok bahasan :Gangguan Mobilitas Fisik b.d Gangguan Neuromuscular pada penyakit Stroke
Non Hemoragik

Sasaran :Pasien dan Keluarga

Hari/tanggal :Senin,06 April 2020

Jam/Waktu :09:00-09:30 WIB (30 Menit)

Tempat : Ruang Bougenvile RSAM

Penyuluh : Mahasiswa/i DIII Keperawatan Poltekes Tanjung karang

A. Analisa Situasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi)
didefinisikan oleh North American Nursing  Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu
kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik.

Gangguan mobilitas fisik terjadi pada berbagai kasus , salah satunya pada penyakit
stroke. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2015, secara global 15 juta orang
terkena stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Stroke merupakan penyebab
utama kecacatan yang dapat dicegah (American Heart Association,2014). Menurut Irfan (dalam
Rahmawati, Yurida Oliviani, dan Mahdalena, 2017), pasien stroke mengalami kelainan dari otak
sebagai susunan saraf pusat yang mengontrol dan mencetuskan gerak dari sistem
neuronmuskulukeletal. Secara klinis gejala yang sering muncul adalah adanya hemiparesis atau
hemiplegi yang menyebabkan hilangnya mekanisme refleks postural normal untuk keseimbangan
dan rotasi tubuh untuk gerak-gerak fungsional pada ektermitas. Gangguan sensoris dan motorik
post stroke mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot penurunan
fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan kontrol motorik pada pasien stroke mengakibatkan
hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan tubuh dan postur (kemampuan untuk
mempertahankan posisi tertentu) dan juga stroke dapat menimbulkan cacat fisik yang permanen.
Dampak Gangguan Mobilitas Fisik dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti
perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam
kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan
kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang
air besar dan kecil), dan perubahan perilaku (Widuri, 2010).
Dampak Gangguan Mobilitas Fisik diatas dapat diatasi dengan pendidikan kesehatan
berupa penyuluhan tentang gangguan mobilitas fisik dengan contoh Pengaturan posisi tubuh
sesuai kebutuhan pasien, ambulasi dini yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
serta meningkatkan fungsi kardiovakular, latihan isotonic dan isometric, latihan ROM pasif dan
aktif, latihan nafas dalam dan batuk efektif dan melakukan postural drainase.

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular pada penyakit stroke non
hemoragik

C. Diagnosa Promosi kesehatan


Kurang pengetahuan tentang gangguan mobilitas fisik dan cara mengatasi gangguan mobilitas
fisik pada pasien stroke non hemoragik b.d tidak familiarnya diri/kurang terpapar informasi .

D. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan gangguan mobilitas fisik pada penderita stroke non
hemoragik kepada pasien dan keluarga pasien selama 30 menit,diharapkan pasien dan keluarga
dapat memahami tentang gangguan mobilitas fisik .

2. Tujuan instuksional khusus


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular dapat:

a. Menjelaskan kembali tentang gangguan mobilitas fisik


b. Menyebutkan kembali faktor penyebab gangguan mobilitas fisik
c. Menjelaskan bagaimana manifestasi klinis mobilitas fisik
d. Menyebutkan komplikasi pada gangguan mobilitas fisik
e. Menjelaskan kembali penatalaksanaan mobilitas fisik

E. Isi materi
a. Pengertian Gangguan Mobilitas Fisik
b. Faktor Penyebab Gangguan Mobilitas Fisik
c. ManifestasiKlinis Gangguan Mobilitas Fisik
d. Komplikasi Gangguan Mobilitas Fisik
e. Penatalaksanaan Gangguan Mobilitas Fisik

F. Metode
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Penjelasan lembar balik

G. Kegiatan Penyuluhan dalam Promkes


Persiapan
a. Alat : Leaflet dan lembar balik
b. Bahan : Materi
c. Konsul kepada pembimbing
Pelaksanaan
No. Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta
1. Pembukaan 5 menit  Salam pembuka  Menjawabsalam
 Perkenalan  Menyimakperkena
lan
 Menyampaikantujuanpenyulu  Menyimaktujuan
han yang disampaikan
penyuluh
 Kontrakwaktu  Mendengarkan
kontrak waktu
2 Apersepsi 5 menit Menanyakan tentang  Menjawab
pengertian gangguan pertanyaan dari
mobilitas fisik pada stroke penyuluh
non hemoragik
3 Penyampaianma 15 menit  Menyampaikanmaterisecaragari  Menyimak,mende
teri sbesar ngarkanmateri

a. Pengertian gangguan mobilitas


fisik
b. Faktor Penyebab mobilitas fisik
c. Manifestasi klinis mobilitas
fisik
d. Komplikasi mobilitas fisik
e. Penatalaksanaan mobilitas fisik

4 Penutup 5 menit  Melakukan tanya jawab  Menjawab


pertanyaan penyuluh
 Memperagakan
 Menyimpulkan materi pemenuhan
kebutuhan nutrisi
dengan food model
maksimal 3 peserta
 Menjawab salam
penutup

 Salam penutup

H. Evaluasi
Evaluasi struktur :
d. Materi sesuai dengan tujuan
e. Ruangan yang dipakai kondsif
f. Sarana prasarana berfungsi dengan baik
g. Petugas memadai jumlah dan kemampuan
Evaluasi proses :
f. Peserta hadir tepat waktu dan dapat mengikuti kegiatan sampai akhir
g. Peserta proaktif dalm penyuluhan
h. Penyuluh atau mhasiswa dapat melakukan tugas sesuai dengan rencana
i. Suasana kegiatan kondusif dan sesuai dengan ynag diharapkan
Evaluasi hasil :
b. Peserta dapat memeragakan ulang cara penatalaksanaan dengan baik
c. 80% pasien dan keluarga klien dapat menjelaskan tentang materi yang diberikan oleh
penyuluh.

LAMPIRAN MATERI
GANGGUAN MOBILITAS FISIK

A. DEFINISI
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).
 Imobilisasi
adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya
secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak,
2008). Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing  Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau
beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi
anatomi akibat perubahan fisiologi (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien
penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan
gerakan volunteer (Potter, 2005).

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi yaitu :
1.   Gaya hidup, mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang
dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2.      Ketidakmampuan, kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya : paralisis
akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
b.      Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer
(misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan
berpengaruh terhadap mobilitas.
3.      Tingkat energi, energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini
cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4.      Usia, usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada
individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan
penuaan (Mubarak, 2008)

C. MANIFESTASI KLINIS
1.      Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuaikebutuhan.
2.      Keterbatasan menggerakan sendi.
3.      Adanya kerusakan aktivitas.
4.      Penurunan ADL dibantu orang lain.
5.      Malas untuk bergerak atau mobilitas

D. KOMPLIKASI
1.      Perubahan Metabolik 
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh.
Immobilisasi menggangu fungsi metabolic normal antara lain laju metabolic:
metabolisme karbohidarat, lemak, dan protein, keseimbangan cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan. Keberdaaan infeksius padaklien
immobilisasi meningkatkan BMR karena adanya demam dan penyembuhanluka yang
membutuhkan peningkatan kebutuhan oksgen selular.
2.      Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein
serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya
perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3.      Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan
protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel
menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme.
4.      Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi  gastrointestinal, karena
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.
5.      Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat
imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah
otot.
6.      Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
7.      Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a.       Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas, dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
b.      Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,
misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
8.      Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
9.      Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
10.  Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.

E. PENATALAKSANAAN
1. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, diberdayakan untuk
meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.
2. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi
duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.

3. Melakukan aktivitas sehari-hari


Secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar
mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

4. Latihan isotonik dan isometri


Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara
mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat
dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise)
dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.

5. Latihan ROM Pasif dan Aktif


Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi
kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
1)   ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi
sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan
sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
2)   ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau
alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klien pasif). Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008)

6. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif


Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak terjadinya
imobilitas.

7. Melakukan Postural Drainase


Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan
memanfaatkan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk
mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret
sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita
dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan
vibrasi dada.
DAFTAR ISI

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai