Anda di halaman 1dari 17

Jumat, 22 Maret 2013

Sejarah Keperawatan di Dunia dan di Indonesia

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai
pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.

Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan


peradaban manusia.

Perkembangan keperawatan diawali pada :

1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Perkembangan keperawatan di dunia dapat diawali pertama, sejak zaman manusia itu
diciptakan (manusia itu ada). Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri
(tercermin pada seorang ibu). Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini
adalah menyusui anaknya sehingga pada  harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah
perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian
bergeser ke zaman purba dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan
mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama
Animisme, dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh
kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa jahat akan menimbulkan kesakitan dan
jiwa sehat akan menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai

ibu yang merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta
mengobatipenyakit dengan menghilangakan pengaruh jahat. Mereka meyakini bahwa sakitnya
seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar
dan gunung-gunung tinggi.

Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu
mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil
didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut
dengan bantuan priest physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan
adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu
pendeta dalam merawat orang sakit serta anggota kasih saying yang anggotanya menjauhkan diri
dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada perawatan orang yang sakit sehingga
akhirnya berkembanglah rumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan
ilmu keperawatan.

2. Zaman Keagamaan

Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-
tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati
pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada
waktu itu perawat dianggap sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.

3. Zaman Masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu
banyak terbentuk Diakones (deaconesses) yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk
mengubur bagi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti
Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan sebagai tempat perawatan orang sakit,
orang cacat, miskin, dan yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia, khususnya di
Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju seiring dengan perkembangan agama
Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diikuti dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan, dan obat-
obatan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dituliskan pentingnya menjaga kebersihan diri,makanan,
lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan
yang dikenal dengan nama  Rufaidah.

4. Permulaan abad XVI


Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan
adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga
perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang
bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :

a. Mulai dikenal konsep P3K

b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi     perawat
dibidang sosial.

Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :

1. Hotel Dieu di Lion

Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.

2. Hotel Dieu di Paris

Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini
adalah Genevieve Bouquet.

3. ST. Thomas Hospital (1123 M)

Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai
dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris
untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi
Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence
dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.

6. Zaman Sebelum Perang Dunia Kedua

Zaman sebelum perang dunia kedua,pada masa perang dunia ke dua ini timbul prinsip rasa
cinta sesama manusia dimana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa
sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari
adanya pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale
mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu disiapkan pendidikan
bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat, dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha
Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar dipendidikan perawat diantaranya mendirikan
sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat  serta menetapkan pengetahuan yang
harus dimiliki oleh calon perawat. Florence dalam merintis keperawatan diawali dengan
membantu para korban akibat perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang dirawat
disebuah barak rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan dengan
nama Nightingale Nursing School.

7. Masa Selama Perang Dunia Kedua

Selama masa perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi
akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat
mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam

 8. Masa Pasca Perang Dunia Dua

Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akibat
perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin
pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keperawatan pada masa itu diawali
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relative tinggi
sehingga menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang
mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara
untuk member penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan
seperti pelayanan kuratif, preventif, dan promotif, dan juga terdapat kebijakan Negara tentang
peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perkembangan perawat dimulai adanya sifat pekerjaan
yang semula bersifat individu bergeser kea rah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948,
perawat diakui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian
penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam tugas.

            9. Periode Tahun 1950

Pada masa itu perawat sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada
system pendidikan. Hal tersebut terbbukti di Negara Amerika sudah dimulai pendidikan
setingkat master dan doctoral. Dan penerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan
dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses, yang dimulai.

Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di


Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda

Pada masa ini, Negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari
Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang
sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di
Jakarta pada tahun 1799 yang bertugas untuk memelihara kesehatan staf dan tentara
Belanda,sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara ddan dinas
kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda,
maka tidak diikuti perkembangan tentang keperawatan.

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah
diadakan saha dalam memelihara kesehatan diantaranya, usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan memperbaiki kesehatan
pada para tawanan.

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih


maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri
rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus
Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu
berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia


keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh
orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi
kekurangan obat sehingga timbul wabah.

4. Zaman Kemerdekaan
            Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan
dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah
perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan
diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat
dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama program studi Ilmu
Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya ilmu keperawatan, maka menjadi sebuah
Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan
keperawatan setingkat S1 di berbaagi universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta,
Surabaya, dan lain-lain.
Profesionalisasi merupakan suatu proses menuju kea rah professional. Dalam
keperawatan proses tersebut diawali dari presepsi pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke
pekerjaan yang  provisional, demikian juga pendidikan yang dulunya bersifat vokasional
kemudian bergeser kearah pendidikan professional melalui pendidikan tinggi keperawatan.
            Setelah lokakarya pada tahun 1983, proses menjadikan diri profesionalsudah mulai
dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan
tersebut diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi.

SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA

Mempelajari sejarah keperawatan akan memberikan kebanggaan tersendiri,


karena bisa mengingatkan kita pada perawat di masa lalu yang telah bekerja
keras, hingga akhirnya kita bisa merasakan hasilnya seperti sekarang ini. Sejarah
keperawatan akan membuka mata kita tentang bagaimana perkembangan
keperawatan, bagaimana tantangan yang dihadapi dan apa yang akan dicapai
oleh keperawatan di masa datang. Mengetahui masa lalu dan memahami
keperawatan terdahulu akan memberzikan suatu kesempatan untuk
menggunakan pengalaman dan pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan
masa depan.
   Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan dengan penciptaan
manusia, yaitu penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan lahir sebagai bentuk
keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman,
pelayanan dan keamanan bagi orang yang sakit. Walaupun secara umum tujuan
keperawatan relatif sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi
oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan berkembang
secara bertahap. Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan
dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradapan
manusia.
          Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia serta
kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissanceserta
gerakan revolusi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia.
Pada awal sejarahnya, keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas
dan pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan
melindungi keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama tuanya dengan
kedokteran. Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran saling
bergantung satu sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran bekerja tanpa
perawat dan selama abad pertengahan, keperawatan bekerja tanpa dukungan
medis (Donahue, 1995; Deloughery, 1995). Menurut sejarah, laki-laki dan
perempuan telah memegang peran perawat, masuknya perempuan dalam
keperawatan dimulai sekitar 300 M (Shryock, 1959; Donahue, 1995). Pada abad
keenam jumlah laki-laki yang memasuki dunia keperawatan semakin meningkat.
B.  KEPERAWATAN ZAMAN PURBA
          Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal yang
sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa itu,
perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke
mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu, anak perempuan dan saudara
perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang
lainnya. Istilah perawat (nurse)  berasal dari perawatan yang diberikan ibu kepada
bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa yang ada
di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib
seperti batu-batu besar,  gunung-gunung  yang tinggi, pohon-pohon yang besar,
sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak berkembang,
masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk mengobatkan
anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih
mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang
yang sakit.
          Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada
masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini bisa
menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan
oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain
memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk
merawat orang yang sakit.

C. ZAMAN PERADAPAN KUNO


Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit masih mirip dengan
zaman primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis, sehingga
penyembuhan membutuhkan penyembuhan magis. Pendeta atau dokter penyihir
menikmati status dalam masyarakat kuno. Sejalan dengan perkembangan
peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul sebagai penyebab
penyakit non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua mengenai praktik
penyembuhan ada pada lembaran tanah liat berusia 4000 tahun yang
dihubungkan dengan peradapan Sumeria. Lembaran ini berisi tentang resep obat,
tetapi tidak dituliskan untuk mengatasi penyakit apa.
Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir. Lontar ini tertanggal
sekitar tahun 1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis tertua di dunia. Lontar
ini berisi uraian tentang banyak penyakit yang diketahui saat ini dan
mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga berisi 700 zat yang digunakan
untuk obat-obatan disertai cara penyiapan dan penggunaannya. Mumifikasi atau
pembalseman juga muncul pada masa ini, mumifikasi berasal dari keyakinan
bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan
untuk membuat larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan mayat. Hal ini
menunjukkan bahwa pada masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi, anatomi dan
patofisiologi.
Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code.  Kode ini
dianggap  sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi catatan pertama mengenai
syarat kesehatan masyarakat. Kode ini mencakup aspek individu, keluarga, dan
kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya membedakan antara yang bersih
dengan tidak bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh perawat
termasuk peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi perawatan untuk
anak dan lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan Herrmann, 1983). Budaya India kuno,
sudah mengenal adanya perawat laki-laki yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a.  Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan diberikan
b.  Pintar
c.  Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
d.  Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang disebutkan,
namun peran Cina kuno lebih banyak pada penemuan obat herbal, pemakaian
akupunktur sebagai metode pengobatan, dan publikasi Nei Ching (canon of
medicine), yang merinci empat langkah pemeriksaan: melihat, mendengar,
bertanya dan merasakan.
          Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih maju dalam
mitologi dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap sebagai  dewa penyembuh
adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah dewi penenang, Hygenia anak
perempuan Asklepios adalah dewi kesehatan dan diyakini sebagai perwujudan
perawat. Kuil yang dibangun untuk menghormati Asklepios menjadi pusat
penyembuhan, pendeta kuil Asklepios memberikan penyembuhan melalui
pengobatan natural dan supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani
kuno, Hipocrates, mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami.
Pernyataan Hipocrates ini sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di
kuil yang mengatakan bahwa penyebab penyakit adalah magis dan mistik.
Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan kesehatan adalah sanitasi
umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air, tempat pemandian
umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.

D. ZAMAN KEAGAMAAN
          Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.
Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia
sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Pada
permulaan Masehi, agama kristen mulai berkembang. Agama kristen cukup besar
mempengaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan di awal sejarah
digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk  perintah dari Diakonia,
suatu kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang
mengunjungi orang sakit. Dalam awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh
perempuan yang ditunjuk oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah
mengunjungi orang yang sedang sakit. Penunjukan dilakukan pada wanita yang
memiliki status sosial yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan mengalami
kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama kristen.
          Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord Constantine, ia
mendirikan xenodhoecim   atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan, terutama bagi orang-orang
sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan. Kemajuan profesi
keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit
terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital. Rumah Sakit ini dilengkapi
dengan fasilitas perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat,
miskin dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan institusi yang bergerak dalam
bidang sosial (1100 M sampai 1200 M) mulai bergerak merawat lansia, orang sakit
dan orang miskin (Deloughery, 1995).
          Seperti di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi, keperawatan juga
berkembang di benua Asia. Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah
seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap
perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW
dalam menyebarkan agama Islam. Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas
telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada
jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya
atau miskin(Elly Nurahmah, 2001). Sementara sejarah perawat di Eropa dan
Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern,
Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat
muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal
diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya
di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur
Tengah  (Miller Rosser, 2006)
          Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the
3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for
Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4
Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama
dimasa sejarah islam. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek
klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan
masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit.
Saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum
muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai . Dan
saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan
dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit
lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri
memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
          Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat
perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan
perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat
mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah
digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula.
Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga
perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang.
Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah
Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat
dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan
penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan
(health education)
          Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok
negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia Barat  dan Eropa (Turki dan
Spanyol). Pada masa itu di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar
perawatan kesehatan seperti menjaga kebersihan diri (personal hygiene),
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle
Ages (1000 – 1500 M), negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan
mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar
dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang,
yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita
merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki
(Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).

KEPERAWATAN ABAD PERTENGAHAN


          Permulaan abad XVI, struktur  dan orientasi masyarakat mengalami
perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibat dari
hal tersebut adalah banyak tempat ibadah (termasuk gereja) yang ditutup,
padahal tempat ini dijadikan tempat untuk merawat orang sakit.
          Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negatif. Penutupan tempat ibadah
menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya, tindakan
perawatan dilakukan oleh kelompok agama. Untuk memenuhi kebutuhan
perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila) atau wanita yang bertobat
setelah melakukan kejahatan diterima sebagai perawat. Kejadian ini
melatarbelakangi asumsi negatif terhadap perawat, masyarakat beranggapan
bahwa wanita terhormat tidak bekerja di luar rumah. Akibat reputasi ini perawat
diupah dengan gaji rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk
(Taylor. C.,dkk, 1989)
          Di sisi yang lain, adanya perang seperti perang Salib berdampak positif
terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban perang
dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang dipekerjakan sebagai perawat. Mereka
terdiri dari kelompok agama, wanita-wanita yang mengikuti suaminya ke medan
perang turut merawat orang sakit jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas
rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah
mulainya dikenal istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada masa
itu keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang
kerja bagi perawat di bidang sosial. Setelah perang Salib, kota-kota besar mulai
berdiri dan berkembang dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan
populasi penduduk yang luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya
masalah kesehatan, yang secara otomatis akan membutuhkan peran tenaga
kesehatan (termasuk di dalamnya perawat).
          Kurangnya pemeliharaan kesehatan dan sanitasi serta meningkatnya
kemiskinan di daerah pedesaan mengakibatkan munculnya masalah kesehatan
yang serius pada abad kelima belas sampai abad tuju belas. Faktor-faktor sosial,
seperti hukum yang menekan orang miskin dan pajak terhadap jendela rumah,
menyebabkan menurunnya ventilasi karena pemilik rumah menutup jendela guna
menghindari membayar pajak. Hal tersebut melahirkan suatu kondisi kesehatan
yang memerlukan respon dari perawat.
          Pada tahun 1633 dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent de paul.
Kelompok ini merawat orang-orang di rumah sakit, orang terlantar dan kaum
miskin. Selanjutnya kelompok ini terkenal luas sebagai perawat keliling karena
mereka merawat orang sakit di rumah-rumah. Pada masa ini juga mulai dirintis
pendidikan keperawatan yang dipelopori oleh Louise de Gras. Program pendidikan
yang diberikan saat itu adalah pengalaman merawat orang sakit di rumah sakit,
dan juga melakukan kunjungan rumah. (Donahue, 1995)
          Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat
diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap
perkembangan perawat pada zaman pertengahan. Pertama Hotel Dieu di Lion,
meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan Wanita
Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah sakit ini berperan besar
dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tidak lama kemudian
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pendidikan
keperawatan di rumah sakit tersebut. Kedua, Hotel Dieu di Paris, dirumah sakit
ini pekerjaan keperawatan dilakukan oleh kelompok agama, namun sesudah
revolusi Perancis, kelompok agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-
orang bebas yang tidak terikat agama. Ketiga, St. Thomas Hospital, didirikan
tahun 1123 M, di rumah sakit inilah tokoh keperawatan Florence
Nightingale memulai karirnya memperbarui keperawatan. Abad XVIII,
pengembangan kota yang lebih besar membawa penambahan jumlah rumah sakit
dan memperbesar peran perawat.
          Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi sosial
masyarakat meruba peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini
keperawatan mulai dipercaya orang dan pada saat ini juga nama Florence
Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820 dari keluarga kaya dan
terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris dengan pendidikan yang cukup.
Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus
pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War),
dan penunjukan dirinya oleh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada
sebuah rumah sakit Militer milik Turki memberi peluang baginya untuk meraih
prestasi (Taylor. C., 1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasil mengatasi
kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menepis anggapan negatif
terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.
          Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah
perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris
membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawat di mana kepeloporan
Florence Nightngale diikuti oleh Negara-negara lain. Tahun 1860, Nightingale
menulis Notes on Nursing: What it is and What it is not untuk masyarakat umum.
Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan refleksi dari perubahan
kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang
bertugas menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang
bagaimana menempatkan tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit
(Nightingale, 1860; Schuyler, 1992). Pada tahun yang sama, ia mengembangkan
program pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah pelatihan Nightingale
untuk perawat di St. Thomas’ Hospital di London. Konsep pendidikan inilah yang
mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
          Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah
menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan
keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran
perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit,
mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan
pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu
kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan
berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan
berlanjut bagi perawat (Taylor, C. 1989).
          Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan di
Amerika Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat pejuang di
medan pertempuran, membersihkan luka, memenuhi kebutuhan dasar, dan
menenangkan para pejuang dalam menghadapi kematian. (Donahue, 1995).
Setelah perang sipil, sekolah keperawatan di Amerika dan Kanada mulai
membentuk kurikulum sendiri mengikuti sekolah Nightngale. Sekolah pelatihan
yang pertama di Kanada, St. Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun
1908, Mary Agnes Snively membantu terbentuknya The Canadian National
Association of Trained Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The
Canadian Nurses Association (CNA) pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun
1899 afiliasi Amerika dan Kanada berhenti, organisasi baru dibentuk dengan
nama American Nurses Association  (ANA) pada tahun 1911.
          Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX, tetapi di
komunitas,  keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai
tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street
Settlement, yang berfokus pada kebutuhan kesehatan orang miskin yang tinggal di
rumah penampungan New York. Perawat yang bekerja di tempat ini memiliki
tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada mereka yang bekerja di
rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi situasi yang membutuhkan
tindakan mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati penyakit,
orang miskin mmebutuhkan terapi keperawatan yagn ditujukan untuk
memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan.
Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan pendidikan terjadi
pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu mulai dirintis pendidikan
keperawatan di tingkat universitas. Dengan berkembangnya pendidikan
keperawatan maka praktik keperawatan juga mengalami perluasan. Pada tahun
1901 didirika The Army Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses
Corps pada tahun 1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan.
Sekitar tahun 1920-an, dibentuk organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation
of Operating Room Nurses (1949),American Assosiation of Critical-Care
Nurses (1969) dan Oncology Nursing Society(1975).
         
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
          Tidak banyak literatur yang  mengungkapkan perkembangan keperawatan
di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya,
perkembangan keperawatan di Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi
yaitu penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi
pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Perkembangan keperawatan
di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan
masa setelah kemerdekaan (orde lama dan orde baru).
          Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari penduduk
pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda.
Usaha pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa itu antara
lain: Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary
Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke Gezondherds
Dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah
sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan
profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk
kepentingan tentara Belanda.
          Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816) sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya “Kesehatan
adalah milik manusia”, ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang dilakukan antara lain: pencacaran
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta
memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
          Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha
peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819
didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit
Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta Barat). Pada tahun 1919 rumah sakit
ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan nasional dan
pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa
rumah sakit swasta milik katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja
Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS
St. Boromeus di Bandung dan  RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan
berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun
1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudiam RSCM
menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
          Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945)
menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila
renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan Inggris, maka
penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia keperawatan di Indonesia.
Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat
yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang melakukan tugas perawat
bukan dari orang yang sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah
sakit juga diambil alih dari orang Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu obat-
obatan sangat minim, sehingga wabah penyakit muncul dimana-mana. Bahan
balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan
sebagai bahan balutan.
          Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan
balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan,
yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat SMP. Pendidikan
keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun 1962 dengan didirikannya
Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu
didirikan pula Amper milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
           Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat
bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini
bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional
Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai
pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai
pendidikan profesi (professional education). Dalam Lokakarya Keperawatan tahun
1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan
Tinggi Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan
D-III Keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan
Sarjana (S1) Keperawatan.
          Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan
dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi
merupakan pendidikan vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap
dan mampu melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada
masyarakat. Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat
Doktoral. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga
keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan
mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan
profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya
pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan
profesi keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.
          Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985
merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai
embrio Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh
keperawatan Indonesia, antara lain Achir Yani S, Hamid, DN.Sc; mendiang Dra.
Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah, MN dan Dewi Irawaty, MA, dibantu
beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar
keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia
(Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin,
Universitas Andalas dan Universitas Sumatra Utara).
          Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan
yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan
nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera
(PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat Sangat dihormati oleh
masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang
sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB
menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini
berkaitan dengan semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun 1942
berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
          Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh
organisasi profesi keperawatan. Tiga organisasi profesi yang ada antara tahun
1945-1954 adalah Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru
Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951
terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi
yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya
konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
          Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan mengubah
nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK) dengan
keanggotaan bukan hanya dari perawat. Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan
organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI),
Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun
1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali
Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat 
nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah
yang secara resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia
hingga kini.

Sejarah Perkembangan Perawat


A. Sejarah Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan terus berkembang
sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus
berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia :
1. Mother Instink
Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu naluri (instink). Setiap
manusia pada tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga kesehatan, menggurangi stimulus kurang
menyengkan, merawat anak, menyusui anak dan perilaku masih banyak perilaku lainnya.
2. Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah disebabkan oleh arwah/roh halus yang ada
pada manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang hidup atau pada alam ( batu besar, pohon, gunung,
sungai, api, dll). Untuk mengupayakan penyembuhan atau perawatan bagi manusia yang sakit maka roh jahat harus
di usir, para dukun mengupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari pengetahuan tentang roh dari
sesuatu yang mempengaruhi kesehatan orang yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan kemampuan, para dukun
berupaya mengusir roh dengan menggunakan mantra-mantra atau obat-obatan yang berasal dari alam.
3. Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa
Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia yang sakit disebabkan
oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang yang sakit dilakukan pemujaan kepada para dewa di
tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan kesehatan.
4. Ketabiban
Mulai berkembang kemungkinan sejak ± 14 abad SM, pada masa ini telah dikenal teknik pembidaian, hygiene
umum, anatomi manusia.
5. Diakones dan Philantrop
Berkembang sejak ± 400 SM, para diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke rumah,
tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pada masa ini merupakan
cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan masyarakat. Philantop adalah kelompok yang
mengasingkan diri dari keramaian dunia, dimana mereka merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan di
pusat pelayanan kesehatan (RS) pada masa itu.
6. Perkembangan ilmu kedokteran Islam
Pada tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya menyebarkan agama
Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan ajaran agama beliau juga menyebarkan ilmu pengetahuan
tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan terhadap penyakit (kedokteran).
7. Perawat terdidik ( 600 – 1583 )
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana program itu menghasilkan perawat-perawat terdidik.
Pendidikan keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion Prancis yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit
terbesar disana. Pada awalnya perawat terdidik diseleksi dari para pengikut agama dimana tenaga mereka
diperbantukan dalam kegiatan perawatan paska terjadinya perang salib. Tokoh perawat yang terkenal pada saat
(1182 – 1226) itu adalah St Fransiscas dari Asisi Italia.
8. Perawat Profesional (abad 18 – 19)
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan keperawatan. Florence
Nightingale (1820-1910) adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu keperawatan, beliau mendirikan
sekolah keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St. Thomas di London.
Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya dari tahap yang paling klasik sampai
dengan terciptanya tenaga keperawatan yang professional dan diakui oleh dunia internasional tentu dapat
dijadikan cerminan bagi perkembangan keperawatan di Indonesia. Mengikuti perkembangan keperawatan
di dunia, keperawatan di Indonesia juga terus berkembang, adapun perkembangannya adalah sebagai
berikut :
1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia pada awalnya pelayanan perawatan
masih didasarkan pada naluri, kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan orang bijak
beragama.
2. Penjaga orang sakit (POS/zieken oppasser)
Sejak masuknya Vereenigge oost Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan rumah sakit, Binnen
Hospital adalah RS pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani adalah para
dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan perawat pada saat itu bukan pekerjaan
dermawan atau intelektual, melainkan pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit yang bertugas
pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah memasak dan membersihkan bagsal (domestik work),
mengontol pasien, menjaga pasien agar tidak lari/pasien gangguan kejiwaan.
3. Model keperawatan Vokasional (abad 19)
Berkembangnya pendidikan keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui pelatihan-pelatihan
model vokasional dan dipadukan dengan latihan kerja.
4. Model keperawatan kuratif (1920)
Pelayanan pengobatan menyeluruh bagi masyarakat dilakukan oleh perawat seperti imunisasi/vaksinasi,
dan pengobatan penyakit seksual.
5. Keperawatan semi profesional
Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat, menjadikan
tenaga keperawatan dipacu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan.
Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama 4 tahun bagi lulusan sekolah
dasar mulai bermunculan.
6. Keperawatan preventif
Pemerintahan belana menganggap perlunya hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian wabah, pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya
berdampak minimal bagi masyarakat dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun 1937
didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto, pendidikan ini terfokus pada pelayanan kesehatan
lingkungan dan bukan merupakan pengobatan.
7. Menuju keperawatan profesional
sejak Indonesia merdeka (1945) perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya sekolah
pengatur rawat (SPR) dan sekolah bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka lulusan SLTP ditambah pendidikan
selama 3 tahun, disamping itu juga didirikan sekolah bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi guru di
SPR. Perkembangan keperawatan semakin nyata dengan didirikannya organisasi Persatuan Perawat
Nasional Indonesia tahun 1974.
8. Keperawatan profesional
Melalui lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP
PPNI, ditetapkan definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di Indonesia.
Diilhami dari hasil lokakarya itu maka didirikanlah akademi keperawatan, kemudian disusul pendirian
PSIK FK-UI (1985) dan kemudian didirikan pula program paska sarjana (1999).

Anda mungkin juga menyukai