Anda di halaman 1dari 198

AGAMA ISLAM

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan
agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat
atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab
itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.

Allah ta’ala berfirman,

ً ‫َّما َكانَ ُم َح َّم ٌد أَبَا أَ َح ٍد ِّمن رِّ َجالِ ُك ْم َولَ ِكن َّرسُو َل هَّللا ِ َوخَاتَ َم النَّبِيِّينَ َو َكانَ هَّللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِيما‬

“Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian, akan tetapi
dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.” (QS. Al Ahzab: 40)

Allah ta’ala juga berfirman,

ً ‫اإل ْسالَ َم ِدينا‬


ِ ‫يت لَ ُك ُم‬
ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل‬

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan
nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al
Maa’idah: 3)

Allah ta’ala juga berfirman,

ِ ِ ‫إِ َّن ال ِّدينَ ِعن َد هّللا‬


‫اإل ْسالَ ُم‬

“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Allah ta’ala berfirman,

1
ِ ‫اآلخ َر ِة ِمنَ ْال َخ‬
َ‫اس ِرين‬ ِ ‫اإل ْسالَ ِم ِدينا ً فَلَن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو فِي‬
ِ ‫َو َمن يَ ْبت َِغ َغي َْر‬

“Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya
dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)

Allah ta’ala mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama demi Allah dengan
memeluk agama ini. Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ْ ُ‫آ ِمن‬qَ‫يت ف‬
‫وا‬ ُ ‫ َو يُحْ يِـي َويُ ِم‬qُ‫ض ال إِلَـهَ ِإالَّ ه‬ ِ ْ‫ت َواألَر‬ َّ ‫ك‬
ِ ‫ َما َوا‬q‫الس‬ ُ ‫قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي َرسُو ُل هّللا ِ إِلَ ْي ُك ْم َج ِميعا ً الَّ ِذي لَهُ ُم ْل‬
َ‫بِاهّلل ِ َو َرسُولِ ِه النَّبِ ِّي األُ ِّم ِّي الَّ ِذي ي ُْؤ ِمنُ بِاهّلل ِ َو َكلِ َماتِ ِه َواتَّبِعُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدون‬

“Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi kalian
semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang haq
selain Dia, Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah
dan Rasul-Nya seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah beriman kepada Allah serta
kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan hidayah.” (QS. Al A’raaf:
158)

Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur Abu


Hurairahradhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda yang
artinya,“Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya. Tidaklah ada seorang manusia
dari umat ini yang mendengar kenabianku, baik yang beragama Yahudi maupun Nasrani lantas
dia meninggal dalam keadaan tidak mau beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia
pasti termasuk salah seorang penghuni neraka.”

Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang beliau bawa dengan
disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar pembenaran saja. Oleh sebab itulah maka Abu
Thalib tidak bisa dianggap sebagai orang yang beriman terhadap Rasulshallallahu ‘alaihi wa
sallam walaupun dia membenarkan ajaran yang beliau bawa, bahkan dia berani bersaksi
bahwasanya Islam adalah agama yang terbaik.

2
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-
agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-
agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat
dan di masyarakat manapun. Allah ta’ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

ِ ‫صدِّقا ً لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِكتَا‬


ً ‫ب َو ُمهَ ْي ِمنا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫نزَلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬
ْ َ‫َوأ‬

“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai pembenar kitab-kitab
yang terdahulu serta batu ujian atasnya.” (QS. Al Maa’idah: 48)

Maksud dari pernyataan Islam itu cocok diterapkan di setiap masa, tempat dan masyarakat
adalah dengan berpegang teguh dengannya tidak akan pernah bertentangan dengan kebaikan
umat tersebut di masa kapan pun dan di tempat manapun. Bahkan dengan Islamlah keadaan umat
itu akan menjadi baik. Akan tetapi bukanlah yang dimaksud dengan pernyataan Islam itu cocok
bagi setiap masa, tempat dan masyarakat adalah Islam tunduk kepada kemauan setiap masa,
tempat dan masyarakat, sebagaimana yang diinginkan oleh sebagian orang.

Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah mendapatkan jaminan
pertolongan dan kemenangan dari Allah ta’ala bagi siapa saja yang berpegang teguh dengannya
dengan sebenar-benarnya. Allah ta’ala berfirman,

ْ ‫ق لِي‬
َ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون‬ ِّ ‫هُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُدَى َو ِدي ِن ْال َح‬

“Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk dan Agama yang
benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama yang ada, meskipun orang-orang
musyrik tidak menyukainya.” (QS. Ash Shaff: 9)

Allah ta’ala berfirman,

3
ِ ْ‫ت لَيَ ْست َْخلِفَنَّهُم فِي اأْل َر‬
‫ض َك َما ا ْست َْخلَفَ الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ِه ْم‬ ِ ‫َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِمن ُك ْم َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
ً ‫يْئا‬q ‫َضى لَهُ ْم َولَيُبَ ِّدلَنَّهُم ِّمن بَ ْع ِد َخوْ فِ ِه ْم أَ ْمنا ً يَ ْعبُ ُدونَنِي اَل يُ ْش ِر ُكونَ بِي َش‬
َ ‫َولَيُ َم ِّكن ََّن لَهُ ْم ِدينَهُ ُم الَّ ِذي ارْ ت‬
َ ِ‫ك فَأُوْ لَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْالفَا ِسقُون‬ َ ِ‫َو َمن َكفَ َر بَ ْع َد َذل‬

“Allah benar-benar telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman serta beramal salih
diantara kalian untuk menjadikan mereka berkuasa di atas muka bumi sebagaimana orang-
orang sebelum mereka telah dijadikan berkuasa di atasnya. Dan Allah pasti akan meneguhkan
bagi mereka agama mereka, sebuah agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka peluk. Dan
Allah pasti akan menggantikan rasa takut yang sebelumnya menghinggapi mereka dengan rasa
tenteram, mereka menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Dan
barangsiapa yang ingkar sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An
Nuur: 55)

Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum. Islam adalah
ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat yang diajarkannya:

1. Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.


2. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
6. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang perbuatan
durhaka kepada mereka.
7. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus)
dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.
8. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap
buruk kepada mereka.
Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan
melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan
melarang segala amal yang jelek. Allah ta’ala berfirman,

4
‫ر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم‬q ِ q ‫ ْد ِل َوا ِإلحْ َس‬q‫أْ ُم ُر بِ ْال َع‬qqَ‫إِ َّن هّللا َ ي‬
ِ q‫اء َو ْال ُمن َك‬q ‫رْ بَى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َش‬qqُ‫اء ِذي ْالق‬qqَ‫ان َوإِيت‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah kepada sanak
kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta tindakan
melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil pelajaran.” (QS. An
Nahl: 90)

5
SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

Para pakar hukum Islam berpendapat bahwa sumber-sumber hukum Islam ada empat,
yaitu: Al-Qur'an, Sunah (Hadis), Ijma', Qiyas. Keempat sumber hukum tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

A. AL-QUR'AN

1.  Pengertian Al-Qur'an

Al-Qur'an ialah kalam Allah swt.yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui
malaikat Jibril, sebagai mukjizat dan sumber hukum sertasebagai pedoman hidup bagi pemeluk
Islam, membacanya sebagai ibadah kepada Allah.
Dari keterangan tersebut di atas, maka firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa
as.dan Nabi Isa as. serta nabi-nabi yang lain tidak dinamakan Al-Qur'an. Dengan demikian,
firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.melalui ilham ataupun mimpi
seperti hadis Qudsi,maka tidak pula dinamakan Al-Qur'an, dan membacanyapun belum tentu
bernilai ibadah.
Al-Qur'an mempunyai nama-nama lain seperti: Al-Kitab, Kitabullah, Al-Furqan artinya
yang membedakan antara yang haq dan yang batil, dan Az-Zikru artinyaperingatan. Dan masih
banyak lagi nama-nama Al-Qur'an.

2. Sebab-sebab Turunnya Al-Qur’an

Mengetahui sebab-sebab turunnya Al-Qur'an adalah sangat penting sekali, yaitu bagi
orang yang ingin mengetahui hukum-hukum atau ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Al-
Qur'an.Hal tersebut didasarkan pada dua sebab yaitu:

6
a.     Untuk mengetahui kemukjizatan Al-Qur'an. Perlu diketahui suasana ketika ayat-ayat Al-Qur'an
diturunkan, baik keadaan ayatnya, keadaan Nabi Muhammad saw. yang menerima dan membawa
ayat-ayat itu, maupun keadaan seluruhnya.
b.     Tidak mengetahui sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur'an dapat mendatangkan keragu-
raguan.Dan dapat pula menyebabkan ayat-ayat yang terang dan jelas maksudnya terkadang
menjadi samar, sehingga dikhawatirkan akan timbul perselisihan.

Ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah saw. ialahsebagai penerangatau


penjelas terhadap suatu perkara yang pada waktu itu Rasulullah saw. belum mengetahui
hukumnya. Maka ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan karena ada suatu kejadian atau pertanyaan dari
para sahabat nabi, yang mana nabi sendiri belum mengetahui hukumnya.Sedikit sekali ayat-ayat
Al-Qur'an yang diturunkan tanpa adanya suatu sebab yang melatarbelakanginya atau tanpa ada
pertanyaan yang mendahuluinya.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang turun karena ada pertanyaan dari sahabat nabi antara lain
terdapat pada ayat-ayat yang memiliki ciri atau didahului oleh lafal "Yas'alùnaka (mereka
bertanya kepadamu)." Dan ayat-ayat semacam ini banyak sekali kita jumpai, misalnya:

)٢١٩ :‫ (البقرة‬.‫َويَ ْسئَلُوْ نَكَ َما َذا يُ ْنفِقُوْ نَ قُ ِل ْال َع ْف َو‬

"Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah,
'Kelebihan (dari apa yang diperlukan) '."(QS. Al-Baqarah/2: 219) 

)٢٢٠ :‫ (البقرة‬.ٌ‫َويَ ْسئَلُوْ نَكَ َع ِن ْاليَ ٰتمٰ ى قُلْ اِصْ اَل ٌح لَّهُ ْم خَ ْير‬

"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah,


'Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!'"  (QS. Al-Baqarah/2: 220)

ِ ‫َويَ ْسئَلُوْ نَكَ َع ِن ْال َم ِحي‬


)٢٢٢ q:‫ (البقرة‬.‫ْض قُلْ هُ َو اَ ًذى‬

7
"Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, 'Itu adalah
sesuatu yang kotor) .(QS. Al-Baqarah/2: 222)

)٨٥ :‫ (االسراء‬. ‫ح قُ ِل الرُّ وْ ُح ِم ْن اَ ْم ِر َرب ِّْي َو َم ۤا اُوْ تِ ْيتُ ْم ِّمنَ ْال ِع ْل ِم اِاَّل قَلِ ْياًل‬
ِ ْ‫َويَ ْسئَلُوْ نَكَ َع ِن الرُّ و‬
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu termasuk
urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit'." (QS. Al-
Isrã'/17: 85)
Ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan karena ada suatu kejadian, misalnya pada suatu
ketika salah seorang sahabat yang bernama Mursyidan Al-Ghanawi mencintai seorang wanita
musyrik bernama Inaq yang mana keduanya ingin mengikat dalam suatu perkawinan.Ia mohon
izin kepada Rasulullah untuk beristri dengan perempuan musyrik yang dicintainya itu. Ketika itu,
Rasulullah saw. tidak dapat memberikan jawabannya karena belum ada hukum yang menetapkan
tentang hal itu. Maka turunlah ayat sebagai berikut:

‫وا‬qq‫وْ اَ ْع َجبَ ْت ُك ْم َواَل تُ ْن ِك ُح‬qqَ‫ ِر َك ٍة َّول‬q ‫ ٌر ِّم ْن ُّم ْش‬q ‫ةٌ خَ ْي‬q َ‫ ةٌ ُّم ْؤ ِمن‬q‫ؤ ِم َّن َواَل َ َم‬qْ qُ‫ت َح ٰتّى ي‬
ِ ‫ ِر ٰك‬q ‫وا ْال ُم ْش‬qq‫َواَل تَ ْن ِك ُح‬
)٢٢١ :‫ (البقرة‬.‫ك َّولَوْ اَ ْع َجبَ ُك ْم‬ ٍ ‫ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َح ٰتّى ي ُْؤ ِمنُوْ ا َولَ َع ْب ٌد ُّم ْؤ ِم ٌن خَ ْي ٌر ِم ْن ُّم ْش ِر‬
"Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba
sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik
hatimu.Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang
beriman) sebelum mereka beriman.Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik
daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu."(QS. Al-Baqarah/2: 221)

3.  Garis-garis Besar Isi Al-Qur'an

Pokok-pokok isi Al-Qur'an ada lima, yaitu:

a.  Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya,


hari kemudian, qadha dan qadar yang baik dan yang buruk.

8
b.  Tuntunan ibadah sebagai perbuatan yang menghidupkan jiwa tauhid.

c.   Janji dan ancaman; Al-Qur'an menjanjikan pahala bagi orang yang mau menerima dan
mengamalkan isi Al-Qur'an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksa.

d.  Hukum yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

e.  Inti sejarah orang-orang yang tunduk kepada Allah, yaitu orang-orang yang shaleh seperti nabi-
nabi dan rasul-rasul, juga sejarah mereka yang mengingkari agama Allah dan hukum-hukum-
Nya. Maksud sejarah ini ialah sebagai tuntunan dan teladan bagi orang-orang yang hendak
mencari kebahagiaan dan meliputi tuntunan akhlak.

4.  Al-Qur’an Sebagai Dasar Hukum

Allah swt.menurunkan Al-Qur'an tiada lain supaya dijadikan dasar hukum dan
disampaikan kepada umat manusia untuk diamalkan segala perintah-Nya dan ditinggalkan segala
larangan-Nya, sebagaimana firman Allah:

)۴۳ q:‫ (الزخرف‬.َ‫فَا ْستَ ْم ِس ْك بِالَّ ِذ ۤيْ اُوْ ِح َي اِلَ ْيك‬

"Maka berpegangteguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu."  (QS.
Az-Zukhruf/43: 43)

)٦٧ :‫ (المائدة‬. َ‫ٰۤياَيُّهَا ال َّرسُوْ ُل بَلِّ ْغ َم ۤا اُ ْن ِز َل اِلَ ْيكَ ِم ْن َّربِّك‬

"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu."(QS. Al-Mã'idah/5: 67)

)١٥٥ :‫ (االنعام‬. َ‫ك فَاتَّبِعُوْ هُ َواتَّقُوْ ا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬ ْ ‫َو ٰه َذا ِك ٰتبٌ اَ ْن‬
ٌ ‫زَل ٰنهُ ُم ٰب َر‬

"Dan ini adalah Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan
bertakwalah agar kamu mendapat rahmat."(QS. Al-An‘ãm/6: 155)

9
a.  Prinsip Dasar Al-Qur’an dalam Menerapkan Hukum

Al-Qur'an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk dan pengalaran bagi
seluruh umat manusia.Dalam menetapkan perintah dan larangan Al-Qur'an selalu berpedoman
pada dua hal, yaitu:

1).   Tidak memberatkan, sebagaimana firman Allah:

)٢٨٦ q:‫ (البقرة‬.‫ف هللاُ نَ ْفسًا اِاَّل ُو ْس َعهَا‬


ُ ِّ‫اَل يُ َكل‬

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."  (QS. Al-
Baqarah/2: 286)

)١٨٥ :‫ (البقرة‬.‫ي ُِر ْي ُد هللاُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu."  (QS. Al-
Baqarah/2: 185)

Dengan dasar itulah, maka kita diperbolehkan:

a)  Mengqashar salat (dari empat menjadi dua rakaat) dan menjamak (mengumpulkan dua salat),
yang masing-masing apabila dalam bepergian sesuai dengan syarat-syaratnya.
b)    Boleh tidak berpuasa apabila sedang bepergian jauh.
c)     Boleh bertayamum sebagai ganti wudhu.
d)     Boleh makan makanan yang diharamkan, jika dalam keadaan terpaksa.

2). Dalam menetapkan dan merubah suatu hukum tidak dilakukan sekaligus, melainkan dengan cara
berangsur-angsur, seperti pada penetapan larangan minum minuman keras dan perjudian,
sebagaimana firman Allah:swt.:

:‫ره‬qq‫ (البق‬.‫ا‬qq‫ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم‬qَ‫اس َواِ ْث ُمهُ َم ۤا اَ ْكب‬ ۤ


ِ َّ‫ك َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر قُلْ فِ ْي ِه َما اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ َ‫يَ ْسئَلُوْ ن‬
)٢١٩

"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang minuman yang memabukkan dan tentang
perjudian. Katakanlah olehmu, bahwa minuman yang memabukkan dan perjudian itu dosa

10
besar dan ada manfaatnya bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya." 
(QS. Al-Baqarah/2: 219)

Setelah ayat di atas diturunkan, kemudiandatanglah fase yang kedua sebagaimana firman
Allahswt.:

ٰ ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم ُس َك‬
)٤٣ :‫ (النساء‬.‫ارى‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat, ketika kamu dalam
keadaan mabuk."(QS. An-Nisã'/4: 43)

Kemudian datanglah fase ketigayang menjelaskan larangan keras terhadap arak dan judi.
Larangan ini diterapkan karenasudah banyak orang yang meninggalkan kebiasaan minum
minuman keras dan berjudi, disisi lain yaitu, karena sebelumnya sudah pernah diturunkan ayat
yang mengindikasikan keharamannya, yaitu ayat yang pertama dan kedua, sebagaimana firman
Allahswt.:

ُ‫اجْ تَنِبُوْ ه‬qqَ‫ي ْٰط ِن ف‬q‫الش‬ َ ‫ ُر َوااْل َ ْن‬q‫ ُر َو ْال َمي ِْس‬q‫ا ْالخَ ْم‬qq‫ياۤاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ۤوْ ا اِنَّ َم‬
َّ ‫ ِل‬q‫ابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم‬q‫ص‬
)٩٠ :‫ (المائدة‬. َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk)
berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung."(QS. Al-
Mã'idah/5: 90)

Demikianlah Allah membuat dan menetapkan hukum secara berangsur-angsur dan


sebaliknya dalam pembinaan hukumpun secara berangsur-angsur pula, misalnya pengumumandasar
peperangan dan jihad di masa permulaan Islam di kota Madinah. Misalnya firman Allah:

)٣٩ :‫ (الحج‬.ٌ‫اُ ِذنَ لِلَّ ِذ ْينَ يُقَاتَلُوْ نَ بِاَنَّهُ ْم ظُلِ ُموْ ا َواِ َّن هللاَ ع َٰلى نَصْ ِر ِه ْم لَقَ ِد ْير‬

"Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka


dizalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu."(QS. Al-Hajj/22: 39)

11
Kemudian diperluas keterangan tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan
peperangan, seperti perintah persiapan dengan segala perbekalan, hukum-hukum orang yang di
tawan dan ghanimah(harta rampasan) serta lain-lainnya.
Di antara firman Allah swt.yang menjelaska perbekalan dan peralatan perang, adalah
sebagai berikut:

)٦٠ :‫ (االنفال‬.‫اط ْال َخ ْي ِل‬


ِ َ‫َواَ ِع ُّدوْ ا لَهُ ْم َّما ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن قُ َّو ٍة َّو ِم ْن ِّرب‬
"Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan
yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda."  (QS. Al-Anfãl/8: 60)

Sedangkan ayat yang menjelaskan tentang tawanan perang, diatur sebagaimana firman
Allah swt. berikut ini:

َ ‫ ُد ااْل ٰ ِخ‬qْ‫ض ال ُّد ْنيَا َوهللاُ ي ُِري‬ ٰ ۤ


.َ‫رة‬q ِ ْ‫َما َكانَ لِنَبِ ٍّي اَ ْن يَّ ُكوْ نَ لَهُ اَس ْٰرى َحتّى ي ُْـث ِخنَ فِى ااْل َر‬
َ ‫ض تُ ِر ْي ُدوْ نَ َع َر‬
)٦٧ :‫(االنفال‬

"Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan
musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki
(pahala) akhirat (untukmu) ."(QS. Al-Anfãl/8: 67|)

Adapun ayat yang menerangkan tentang ghanimah(harta rampasan perang)


danpembagiannya diatur sebagaimana firman Allah:

ُ ‫هٗ َولِلر‬q‫ا َ َّن هلِل ِ ُخ ُم َس‬qَ‫ ْي ٍء ف‬q‫ا َغنِ ْمتُ ْم ِّم ْن َش‬qq‫َوا ْعلَ ُم ۤوْ ا اَنَّ َم‬
‫ ِك ْي ِن َوا ْب ِن‬q‫رْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس‬qqُ‫ ِذى ْالق‬qِ‫وْ ِل َول‬q‫َّس‬
)٤١ :‫ (االنفال‬.‫ال َّسبِ ْي ِل‬

"Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil."(QS. Al-
Anfãl/8: 41)

b.  Memetik Pelajaran dari Al-Qur’an

12
Selain mengetahui sebab-sebab turunnya Al-Qur'an, kita dituntut pula mengetahui cara
mengambil pelajaran yang terdapat di dalamnya, terutama hal-hal yang berhubungan dengan
hukum. Kita mempelajari ushul fiqih gunanya tiada lain untuk mengetahui bagaimana cara kita
mengambil hukum dari ayat-ayat Al-Qur'an.

Dalam Al-Qur'an terdapat beberapa macam ayat yang menunjukkan suatu hukum, akan
tetapi masing-masing dalalahnya berbeda. Adapun dalalah yang menunjukkan suatu hukum di
dalam Al-Qur'an dapat dibedakan menjadi:

1).   Ada yang perintahnya jelas, akan tetapi caranya tidak jelas, seperti ayat:

)٤۳ :‫ (البقرة‬q.َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوة‬

"Dan laksanakanlah salat." (QS. Al-Baqarah/2: 43)

Dalam di atas perintah salat jelas, tetapi carapelaksanakannya tidak disebutkan.

2).   Ada yang perintahnya jelas, tetapi ukurannya tidak jelas, misalnya:

)٤٣ q:‫ (البقرة‬.َ‫َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوة‬

"Tunaikanlah zakat."(QS. Al-Baqarah/2: 43)

Ayat di atas jelas perintahnya yaitu tentang zakat, tetapi ukurandan batasan nishabnya tidak
diterangkan di dalam ayat ini.

3).  Adapula ayat yang dalalahnya jelas, misalnya tentang menyapu muka dan tangan dalam
tayamum, tetapi batasnya tidak jelas, sampai di mana yang disapu, seperti firman Allah:

)٤٣ :‫ (النساء‬.‫فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم‬

"Usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu." (QS. An-Nisã'/4: 43)

Kalau kita menjumpai ayat-ayat semacam ini, maka perlu sekali adanya penjelasan lebih
lanjut.Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang berhak menjelaskannya, kecuali hanya Nabi
Mukhammad saw. seorang, sebagaimana firman Allah:

ۤ
ِ َّ‫َواَ ْنز َْلنَا اِلَ ْيكَ ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬
)٤٤ :‫ (النحل‬.‫اس‬

13
"Dan Kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada
manusia."(QS. An-Nahl/16: 44)

Az-Zikru oleh sebagian ulama diartikan dengan segala sesuatu yang datang dari
Rasulullah, baik itu berupa sabdanya, perbuatannya dan sebagainya yang menjadi tafsir bagi Al-
Qur'an, atau yang dinamakandengan "Sunah".

IBADAH

A. Definisi Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut
syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-
Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini
adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah
(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta
masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

14
ْ ‫ق َو َما أُ ِري ُد أَن ي‬
‫ُط ِع ُمو ِن إِ َّن هَّللا َ هُ َو‬ ْ ‫ون َما أُ ِري ُد ِم ْنهُم ِّمن‬
ٍ ‫رِّز‬ َ ِ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل‬
ِ ‫نس إِاَّل لِيَ ْعبُ ُد‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
ُ ِ‫ق ُذو ْالقُ َّو ِة ْال َمت‬
‫ين‬ ُ ‫ال َّر َّزا‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar
mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak
membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah,
ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang
mengesakan Allah).

B. Pilar-Pilar Ubudiyyah Yang Benar

Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut),
raja’ (harapan).

Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’.
Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-
hamba-Nya yang mukmin:

ُ‫ي ُِحبُّهُ ْم َوي ُِحبُّونَه‬

“Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” [Al-Maa-idah: 54]

ِ ‫َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد ُحبًّا هَّلِّل‬

“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]

15
ِ ‫ار ُعونَ فِي ْال َخ ْي َرا‬
َ‫ت َويَ ْد ُعونَنَا َر َغبًا َو َرهَبًا ۖ َو َكانُوا لَنَا خَا ِش ِعين‬ ِ ‫إِنَّهُ ْم َكانُوا يُ َس‬
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan
dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-
orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiya’: 90]

Sebagian Salaf berkata [2], “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia
adalah zindiq [3], siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’[4].
Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy [5].
Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin
muwahhid.”

C. Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali
berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah
(bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ْس َعلَ ْي ِه أَ ْم ُرنَا فَه َُو َر ٌّد‬


َ ‫ َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي‬.

“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [6]

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar
kecuali dengan adanya dua syarat:

a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.

b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia
mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan
syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut
wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah
yang diada-adakan.

16
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ٌ ْ‫بَلَ ٰى َم ْن أَ ْسلَ َم َوجْ هَهُ هَّلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن فَلَهُ أَجْ ُرهُ ِعن َد َربِّ ِه َواَل خَ و‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُون‬

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112]

Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin
(berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya
kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, tidak dengan
bid’ah.”

Sebagaimana Allah berfirman:

‫صالِحًا َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا‬


َ ‫فَ َمن َكانَ يَرْ جُو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬

“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan


amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.”
[Al-Kahfi: 110]

Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha
illallaah, Muhammad Rasulullah.

Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya.
Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat.[7]

Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?”

17
Jawabnya adalah sebagai berikut:

1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka,


beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫فَا ْعبُ ِد هَّللا َ ُم ْخلِصًا لَّهُ ال ِّدين‬

“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar: 2]

2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ (memerintah dan melarang). Hak
Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara
yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.

3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita [8]. Maka, orang yang membuat
tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh
bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).

4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya
sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian
halnya, maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya
karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan
kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut
syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.

D. Keutamaan Ibadah

Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya.
Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab
suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

18
ِ ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْد ُعونِي أَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم ۚ إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د‬
َ‫َاخ ِرين‬

“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min: 60]

Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan
tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan
untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya.
Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.

Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan
mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.

Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi
segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah
lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan
minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan
kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada
makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan
ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan
beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan
dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan
selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama,
bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.

Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang
tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan
yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni
ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang
merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.

19
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan
kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati
melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah
hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang
lain.

Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan
berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika
dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit,
semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.

Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya
dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap
dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia
berharap dan takut hanya kepada Allah saja.

Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih
keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.

[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke
3

[1]. Pembahasan ini dinukil dari kitab ath-Thariiq ilal Islaam (cet. Darul Wathan, th. 1421 H)
oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, al-‘Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan ‘Abdul Hamid, dan Mawaaridul Amaan al-Muntaqa
min Ighaatsatul Lahafan oleh Syaikh ‘Ali bin Hasan ‘Abdul Hamid.

[2]. lihat al-‘Ubuudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin
‘Ali ‘Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary (hal. 161-162), Maktabah Darul Ashaalah 1416 H

[3]. Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid.

20
[4]. Murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian
dari iman, iman hanya dalam hati.

[5]. Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura’, dekat
Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir.

[6]. HR. Muslim (no. 1718 (18)) dan Ahmad (VI/146; 180; 256), dari hadits ‘Aisyah
Radhiyallahu anhuma

[7]. Lihat al-‘Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul
Hamid (hal. 221-222).

[8]. Lihat surat Al-Maa-idah ayat 3.

[9]. Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan (hal. 67), oleh Syaikh ‘Ali Hasan
‘Ali ‘Abdul Hamid.

21
DENDA ( Gharaman/ Diyadh )

1. Pengertian

Kata diyat (ٌ‫ ) ِديَة‬secara etimologi berasal dari kata “wadâ – yadî – wadyan wa diyatan”(
ً‫)ودَى يَ ِدى َو ْديًا َو ِديَة‬.
َ Bila yang digunakan mashdar wadyan (‫ ) َو ْديًا‬berarti sâla ( ‫ = َسا َل‬mengalir) yang
sering dikaitkan dengan lembah, seperti di dalam firman Allah Azza wa Jalla :

ِ ‫ك بِ ْال َوا ِد ْال ُمقَ َّد‬


‫س طُ ًوى‬ ْ َ‫إِنِّي أَنَا َربُّكَ ف‬
َ َّ‫اخلَ ْع نَ ْعلَ ْيكَ ۖ إِن‬

Sesungguhnya Aku inilah rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu.


Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. [Thâhâ/20: 12].

Akan tetapi, jika yang digunakan adalah mashdar diyatan ( ً‫) ِديَة‬, berarti ‘membayar harta
tebusan yang diberikan kepada korban atau walinya dengan sebab tindak pidana penganiyaan
(jinâyat).

Bentuk asli kata diyat ( ٌ‫ ) ِديَة‬adalah widyat ( ‫)و ْديَة‬


ِ yang dibuang huruf wau-nya, seperti
kata ‫عدَة‬dan
ِ ِ dari kata ‫ ْل َو ْع ُد‬dan.1[ ‫ال َوصْ ُل‬
‫صلَة‬

Sedangkan diyat secara terminologi syariat adalah harta yang wajib dibayar dan diberikan
oleh pelaku jinâyat kepada korban atau walinya sebagai ganti rugi, disebabkan jinâyat yang
dilakukan oleh si pelaku kepada korban.

22
Definisi ini mencakup diyat pembunuhan dan diyat anggota tubuh yang dicederai, sebab
harta ganti rugi ini diberikan kepada korban bila jinâyatnya tidak sampai membunuhnya dan
diberikan kepada walinya bila korban terbunuh.

Istilah Arab yang digunakan untuk denda adalah gharamah. Secara


bahasa gharamah berarti denda. Sedangkan dalam bahasa Indonesia denda
mempunyai arti (1) hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk
uang: oleh hakim dijatuhkan hukuman kurungan sebulan atau...sepuluh juta
rupiah; (2) uang yang harus dibayarkan sebagai hukuman (karena melanggar
aturan, undang-undang, dan sebagainya): lebih baik membayar....dapat
dipenjarakan.
Denda merupakan salah satu jenis dari hukuman ta’zir. Ta’zir menurut
bahasa adalah ta’dib, artinya memberi pelajaran. Ta’zir juga diartikan dengan
Ar-Raddu Wal Man’u, yang artinya menolak dan mencegah.23 At-ta’zir adalah
larangan, pencegahan, menegur, menghukum, mencela dan memukul.
Hukuman yang tidak ditentukan (bentuk dan jumlahnya), yang wajib
dilaksanakan terhadap segala bentuk maksiat yang tidak termasuk hudud dan
kafarat, baik pelanggaran itu menyangkut hak Allah SWT maupun hak
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hlm. Xii.
pribadi.24 Sadangkan pengertian ta’zir menurut istilah, sebagai mana
dikemukakan oleh Al-Mawardi yaitu: “Ta’zir adalah hukuman pendidikan atas dosa (maksiat) yang
belum belum ditentukan hukumannya oleh syara’”. S e dangkan Unais dan kawan-kawan memberikan
definisi ta’zir menurut syara’ sebagai berikut:

“Ta’zir menurut syara’ adalah hukuman pendidikan yang tidak mencapai


hukuman had syar’i”. Fathi ad-Duraini, guru besar fikih di Universitas Damaskus, Suriah,
mengemukakan definisi ta’zir: “Hukuman yang diserahkan kepada penguasa untuk menentukan bentukm
dan kadarnya sesuai dengan kemaslahatan yang menghendaki dan tujuan syarak dalam menetapkan
hukum, yang ditetapkan pada seluruh bentuk maksiat, berupa meninggalkan perbuatan yang wajib, atau
mengerjakan perbuatan yang dilarang, yang semuanya iti tidak termasuk dalam kategori hudud dan
kafarat, baik yang berhubungan dengan hak Allah SWT berupa
gangguan terhadap masyarakat umum, keamanan mereka, serta
perundang-undangan yang berlaku, maupun yang terkait dengan hak

23
pribadi”.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa ta’zir
adalah suatu istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya
belum ditetapkan oleh syara’. Dari definisi tersebut, juga dapat dipahami
bahwa jarimah ta’zir terdiri atas perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak
dikenakan hukuman had dan tidak pula kifarat. Dengan demikian inti dari
jarimah ta’zir adalah perbuatan maksiat. Adapun yang dimaksud maksiat
adalah meninggalkan perbuatan yang diwajibkan dan melakukan perbuatan
yang diharamkan (dilarang). Para fuqaha memberikan contoh meninggalkan
kewajiban seperti menolak membayar zakat, meninggalkan shalat fardhu,
enggan membayar hutang padahal ia mampu, mengkhianati amanat, seperti
menggelapkan titipan, memanipulasi harta anak yatim, hasil waqaf dan lain
sebagainya.
Dalam ta’zir, hukuman itu tidak ditetapkan dengan ketentuan (dari
Allah dan Rasulnya), dan Qadhi diperkenankan untuk mempertimbangkan
baik bentuk hukuman yang akan dikenakan maupun kadarnya. Pelanggaran
yang dapat dihukum dengan metode ini adalah yang mengganggu kehidupan
dan harta orang serta kedamaian dan ketentraman masyarakat. Hukuman itu
dapat berupa cambukan, kurungan penjara, denda, peringatan dan lain-lain.28
Ta’zir (hukuman yang tidak ada aturannya dalam Syara’) adalah
hukuman yang bersifat mendidik seperti memenjara dan memukul yang tidak
sampai melukai, tidak boleh melakukan ta’zir dengan mencukur jenggot
ataupun memungut uang (denda). Kaum muslimin yang harus melaksanakan
ta’zir dengan memungut uang, mengikuti pendapat Imam Malik yang
membolehkan. Sedangkan Imam Syafi’i dan ulama pengikut Imam Syafi’i
tidak ada satupun yang membolehkan memungut denda uang. Dalam sebagian
fatwa Ibnu ‘Alan bahwa pendapat yang membolehkan pemungutan uang
tersebut sesuai dengan pendapat Imam Malik. Sebagian dasarnya adalah
pengerusakan Khalifah Umar terhadap rumah Sa’ad, ketika ia lari
bersembunyi dari pengawasannya dan juga pembakaran olehnya terhadap
rumah-rumah penjual minuman keras.29 Dalam fiqih jinayah hukuman diyat adalah denda. Diyat yakni
hukum denda atas orang yang melakukan bunuh dengan tidak sengaja (khatha’) atau atas pembunuhan
yang serupa sengaja (syabah amad) atau berbuat sesuatu pelanggaran yang memperkosa hak manusia
seperti zina, melukai dan

24
sebagainya.30 Pelanggaran jinayah yang mewajibkan hukuman denda, adalah
dua macam yaitu melukai dan merusak salah satu anggota badan.31
Namun denda keterlambatan pembayaran adalah sebagai ta’zir bukan
diyat, karena denda keterlambatan pembayaran utang tidak berasal dari
pelanggaran yang melukai atau merusak anggota badan seseorang.

Secara garis besar hukuman ta’zir dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok .
1. Hukuman ta’zir yang mengenai badan, seperti hukuman mati dan jilid (dera).
2. Hukuman yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang, seperti hukuman penjara dan pengasingan.

3. Hukuman ta’zir yang berkaitan dengan harta, seperti denda, penyitaan/perampasan


harta, dan penghancuran barang.

4.Hukuman-hukuman lain yang ditentukan oleh ulil amri demi


kemaslahatan umum.

2. Hukum Denda dalam Islam

Mengenai pemberlakuan denda, terdapat perbedaan pendapat ulama


fiqih. Sebagian berpendapat bahwa hukuman denda tidak boleh digunakan,
dan sebagian lagi berpendapat boleh digunakan. Ulama Mazhab Hambali,
termasuk Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziah, mayoritas ulama
Mazhab Maliki, ulama Mazhab Hanafi, dan sebagian ulama dari kalangan
mazhab Syafi’i berpendapat bahwa seorang hakim boleh menetapkan
hukuman denda terhadap suatu tindak pidana ta’zir. Alasan yang mereka
kemukakan adalah sebuah riwayat dari Bahz bin Hukaim yang berbicara
tentang zakat unta. Dalam hadits itu Rasulullah SAW bersabda:
”Siapa yang membayar zakat untanya dengan patuh, akan menerima
imbalan pahalanya, dan siapa yang enggan membayarnya, saya akan
mengambilnya, serta mengambil sebagian dari hartanya sebagai denda
dan sebagai hukuman dari tuhan kami....”. (HR. an-Nasa’i).

Menurut mereka hadits ini secara tegas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW
mengenakan denda pada orang yang enggan membayar zakat.35 Dalam

25
riwayat dari Amr bin Syu’aib diceritakan bahwa:
“Jika seseorang mengambil buah-buahan di kebun sekedar untuk dimakan
(karena lapar), maka dia tidak dikenakan hukuman. Tetapi jika ia
mengambil buah-buahan itu untuk dibawa keluar dari kebun, ia dikenakan
denda seharga buah yang diambil, dan dikenakan juga hukuman lain”.
(HR. an-Nasa’i).

Imam asy Syafi’i al-qoul ql-jadid, Imam Abu Hanifah dan


sahabatnya, Muhammad bin Hasan Asy Syaibani, serta sebagian ulama dari
Mazhab Maliki berpendapat bahwa hukuman denda tidak boleh dikenakan
dalam tindak pidana ta’zir. Alasan mereka adalah bahwa hukuman denda yang
berlaku diawal Islam telah dinasakhkan (dibatalkan) oleh hadis Rasullah
SAW, diantaranya hadits yang mengatakan:
“Dalam harta seseorang tidak ada harta orang lain selain zakat.”
(HR. Ibnu Majah).

Di samping itu mereka juga beralasan pada keumuman ayat-ayat Allah SWT
yang melarang bersikap sewenang-wenang terhadap harta orang lain, seperti
dalam surat al-Baqarah ayat 188 yang artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim…”
Menurut mereka, campur tangan hakim dalam soal harta seseorang, seperti
mengenakan hukuman denda disebabkan melakukan tindak pidana ta’zir,
termasuk kedalam larangan Allah SWT dalam ayat di atas, karena dasar
hukum denda itu tidak ada.39 Ini adalah perbedaan pendapat para ulama
tentang hukuman denda. Ulama yang melarangnya berpendapat bahwa
hukuman denda yang pernah ada telah dihapus dengan hadis Rasulullah di
atas.

3. Syarat Penggunaan Hukuman Denda

Denda keterlambatan ini dimaksudkan sebagai sanksi atau hukuman,


supaya tidak mengulangi perbuatan maksiat kembali. Dalam Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah, sanksi dapat diberikan kepada orang yang inkar

26
janji, dan ketentuan seseorang disebut ingkar janji dijelaskan dalam Pasal 36,
yang menyebutkan bahwa:

“Pihak dapat dianggap melakukan ingkar janji, apabila karena


kesalahannya:
a. Tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk melakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

c. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan”.

Sedangkan mengenai jenis sanksinya disebutkan dalam Pasal 38, yaitu:


“Pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi:
a. Membayar ganti rugi

b. Pembatalan akad

c. Peralihan resiko

d. Denda, dan/atau

e. Membayar biaya perkara”.

PENSYARIATAN HUKUMAN DIYAT

Hukuman diyat disyari’atkan dalam syariat Islam berdasarkan dalil dari al-Qur‘ân,
Sunnah dan ijmâ’. Di antara dalil dari al-Qur‘ân adalah firman Allah Azza wa Jalla :

ٍ ‫ُوف َوأَدَا ٌء إِلَ ْي ِه بِإِحْ َس‬


‫ان‬ ِ ‫ع بِ ْال َم ْعر‬
ٌ ‫فَ َم ْن ُعفِ َي لَهُ ِم ْن أَ ِخي ِه َش ْي ٌء فَاتِّبَا‬

Maka barangsiapa yang mendapat suatu permaafan dari saudaranya, hendaklah yang
memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. [al-Baqarah/2:178]

27
Ini berlaku untuk pembunuhan disengaja Juga firman Allah Azza wa Jalla :

ٌ‫لَّ َمة‬q‫ةٌ ُّم َس‬qَ‫ ٍة َو ِدي‬qَ‫ ٍة ُّم ْؤ ِمن‬qَ‫َو َما َكانَ لِ ُم ْؤ ِم ٍن أَن يَ ْقتُ َل ُم ْؤ ِمنًا إِاَّل َخطَأ ً ۚ َو َمن قَت ََل ُم ْؤ ِمنًا َخطَأ ً فَتَحْ ِري ُر َرقَب‬
‫ص َّدقُوا ۚ فَإِن َكانَ ِمن قَوْ ٍم َع ُد ٍّو لَّ ُك ْم َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُّم ْؤ ِمنَ ٍة ۖ َوإِن َكانَ ِمن‬ َّ َ‫إِلَ ٰى أَ ْهلِ ِه إِاَّل أَن ي‬
ِ َ‫ ْد ف‬q‫ ٍة ۖ فَ َمن لَّ ْم يَ ِج‬q َ‫ ٍة ُّم ْؤ ِمن‬q َ‫ق فَ ِديَةٌ ُّم َسلَّ َمةٌ إِلَ ٰى أَ ْهلِ ِه َوتَحْ ِري ُر َرقَب‬
‫ ْه َر ْي ِن‬q ‫يَا ُم َش‬q ‫ص‬ ٌ ‫قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُم ِّميثَا‬
‫ُمتَتَابِ َعي ِْن تَوْ بَةً ِّمنَ هَّللا ِ ۗ َو َكانَ هَّللا ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬

Dan tidak pantas bagi seorang Mukmin membunuh seorang Mukmin yang lain, kecuali
karena tersalah tidak sengaja. Dan barangsiapa membunuh seorang Mukmin karena tersalah,
hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka
dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang
tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[an-
Nisâ‘/4:92]

Hal ini berhubungan dengan pembunuhan tidak disengaja dan mirip sengaja.

Sedangkan dari Sunnah di antaranya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫َم ْن قُتِ َل لَهُ قَتِ ْي ٌل فَه َُو بِ َخي ِْر النَّظَ َري ِْن إِ َّما أَ ْن يُ ْفدَى َوإِ َّما أَ ْن يُ ْقتَل‬

Barangsiapa yang keluarganya terbunuh maka ia bisa memilih dua pilihan, bisa memilih
diyat dan bisa juga memilih pelakunya dibunuh (qishâsh). [HR al-Jamâ’ah].

Demikian juga kaum Muslimin telah bersepakat tentang pensyariatan diyat pada jinâyat
pembunuhan.

KAPAN DITERAPKAN HUKUMAN DIYAT?

28
Diyat merupakan sebagian dari hukuman yang dijatuhkan oleh hakim atas:
1. Orang yang telah terbukti secara sah menurut hukum membunuh orang Mukmin, secara tidak
di sengaja atau mirip sengaja. Namun, apabila ahli waris korban merelakan diyat tersebut,
terhukum dan keluarganya tidak wajib membayar diyat tersebut.

2. Orang yang telah terbukti secara sah menurut hukum membunuh kafir dzimmi (orang kafir
yang mengadakan perjanjian untuk tidak saling memerangi dengan orang Islam).

3. Orang yang dijatuhi hukuman karena qishâsh (pembunuhan atau pelukaan dengan
sengaja),tetapi dimaafkan oleh ahli waris korban.

UKURAN DIYAT PEMBUNUHAN

Diyat sebagai satu hukuman memiliki ukuran tertentu yang telah ditetapkan syari’at, tergantung
kepada korban pembunuhan. Hal ini dapat diringkas sebagai berikut:

1. Muslim Laki-Laki Merdeka

Para Ulama sepakat menjadikan diyat Muslim merdeka seratus onta, [3] tidak ada bedanya
dalam hal ini antara pembunuhan sengaja, tidak sengaja dan mirip sengaja. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫صا فِ ْي ِه ِمائَةٌ ِم ْن ْا ِإلبِل‬


َ ‫أَالَ إِ َّن قَتِي َل ْالخَ طَا ِء قَتِ ْي َل ال َّسوْ ِط َو ْال َع‬

Ketahuilah, sesungguhnya dalam korban pembunuhan mirip sengaja, korban terbunuh


oleh cambuk dan tongkat, diyatnya 100 onta [HR Ibnu Mâjah no 2618 dan dishahîhkan al-Albâni
dalam kitab Shahîhul-Jâmi’ no 2638]

Namun diyat ketiga jenis pembunuhan ini berbeda dari sisi ringan dan beratnya diyat.
Diyat pembunuhan sengaja diperberat dari tiga sisi dan diyat pembunuhan mirip sengaja
diperberat dari satu sisi dan mendapat keringanan dari dua sisi. Sedangkan diyat pembunuhan
tidak sengaja mendapat keringanan dari tiga sisi sekaligus. Perinciannya sebagai berikut:

29
a). Sisi pemberatan hukuman diyat pembunuhan disengaja adalah:
Pertama: Pembayarannya ditanggung sendiri oleh pelaku pembunuhan, tidak dibebankan kepada
keluarga besarnya. Ini sudah menjadi ijmâ’ sebagaimana disampaikan Ibnu Qudâmah. [4]

Kedua: Diwajibkan kontan dan tidak dibayar tempo karena disamakan dengan qishâsh dan ganti
rugi jinâyât. Inilah pendapat yang râjih menurut jumhur Ulama.

Ketiga: Diperberat dari sisi usia onta. Onta yang harus diserahkan yaitu 30 ekor onta hiqqah, 30
onta Jaza’ah, 40 onta hamil yang mengandung janin diperutnya (khalifah) menurut pendapat
yang rajah dengan dasar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ً‫وْ نَ ِحقَّة‬qqُ‫ةَ َو ِه َي ثَالَث‬qَ‫ ُدوْ ا ال ِّدي‬q‫َم ْن قَت ََل ُمتَ َع ِّمدًا ُدفِ َع إِلَى أَوْ لِيَا ِء ْال َم ْقتُوْ ِل فَإ ِ ْن َشاءُوْ ا قَتَلُوْ هُ َوإِ ْن َشا ُءا أَ َخ‬
‫َوثَالَثُوْ نَ َج َذ َعةً َوأَرْ بَعُوْ نَ َخلِفَةً َو َما صُوْ لِحُوْ ا َعلَ ْي ِه فَهُ َو لَهُ ْم‬

Siapa yang membunuh dengan sengaja maka diserahkan kepada para wali korban, apabila
mereka ingin maka mereka membunuhnya dan bila ingin (lainnya) maka mengambil diyat yaitu
30 hiqqah (onta berusia 3 tahun), 30 jaza’ah (onta berusia 4 tahun) dan 40 khalifah (onta yang
sedang mangandung janin). Semua yang mereka terima dengan damai maka itu hak mereka. [HR
Ibnu Mâjah no 2626 dan dihasankan al-Albâni dalam Irwâ’ 2199 dan Shahîhul-Jâmi’ no. 6455.]

b). Sisi pemberatan dan keringanan dalam diyat pembunuhan mirip sengaja. Diyat pembunuhan
semacam ini diperberat dalam satu sisi saja yaitu usia ontanya sama dengan diyat pembunuhan
disengaja. Hal ini didasarkan kepada hadits ‘Abdullâh bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ا‬q‫وْ نِ ِه‬qqُ‫وْ نَ فِ ْي بُط‬qq‫ا أَرْ بَ ُع‬qqَ‫ل ِم ْنه‬q َّ ِ‫ا ب‬qqَ‫أَالَ إِ َّن ِديَةَ ْالخَ طَأ ِ ِش ْب ِه ْال َع ْم ِد َما َكن‬
َ ‫وْ ِط َو ْال َع‬q‫الس‬
ِ qِ‫ةٌ ِمنَا ِإلب‬qَ‫ا ئ‬qq‫ا ِم‬q‫ص‬
‫أَوْ الَ ُدهَا‬

Ketahuilah bahwa diyat pembunuhan yang mirip dengan sengaja yaitu yang dilakukan
dengan cambuk dan tongkat adalah seratus ekor onta. Di antaranya empat puluh ekor yang sedang
hamil.

Namun mendapat keringanan dari dua sisi yaitu:


30
Pertama : Kewajiban ini dibebankan kepada keluarga besar pembunuh (al’-‘Aqilah),
sebagaimana ditetapkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi:

‫ ُموا إِلَى‬q‫َص‬ ْ َ‫ا ف‬qqَ‫طنِه‬


َ ‫اخت‬ ٍ q‫ت إِحْ دَا هُ َما األُ ْخ َرى بِ َح َج‬
ْ َ‫ا فِى ي‬qq‫ا َو َم‬qqَ‫ر فَقَتَلَ ْته‬q ِ ‫ت ام َرأَت‬
ْ ‫َان ِم ْن هُ َذ ْي ِل فَِ َر َم‬ ِ َ‫ا ْقتَتَل‬
‫ ٌد‬q‫ َّرةٌ َع ْب‬q‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ َّن ِديَةَ َجنِ ْيبِهَا ُغ‬
َ ِ ‫ضى َرسُوْ ُل هَّللا‬ َ َ‫َرسُو ِل هَّللا ِ صًلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬
‫ضى بِ ِديَ ِة ْال َمرْ اَ ِة َعلَى عَا قِلَتِهَا َو َو َّرثَهَا َولَ َدهَا َو َم ْن َم َعهُ ْم‬ َ َ‫أَوْ َواِلِ ْي َدةٌ ٌَوق‬

Dua orang wanita dari suku Hudzail saling berperang, lalu salah seorang dari mereka
melempar batu kepada yang satunya, lalu membunuhnya dan membunuh juga janin isi
kandungannya. Lalu kaum mereka memperadilkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memutuskan kewajiban membayar diyat janinnya
ghurrah budak laki-laki atau wanita dan menetapkan diyat korban wanita tersebut atas kerabat
wanita pembunuhnya. Kemudian anak korban dan kerabat yang bersamanya mewarisi diyat
tersebut. [Muttafaq ‘alaihi]

Kedua: Diyat boleh diangsur selama tiga tahun menurut ijmâ’ sebagaimana dikatakan Ibnu
Qudâmah rahimahullah, “Diriwayatkan dari Umar Radhiyallahu ‘anhu dan Ali Radhiyallahu
‘anhu bahwa keduanya menetapkan diyat kepada al-Aqilah (keluarga pembunuh) selama tiga
tahun dan tidak ada yang menyelisihi keduanya di zaman mereka sehingga itu menjadi ijmâ’. [6]

c). Sisi keringanan dalam diyat pembunuhan tidak sengaja dari tiga sisi

Pertama: Kewajiban ini dibebankan kepada al-Aqilah menurut ijmâ’ umat ini [7]. Ibnu Qudâmah
rahimahullah menyatakan, “Kami tidak mengetahui adanya khilâf di antara para Ulama bahwa
diyat pembunuhan tidak sengaja diambil dari al-‘Aqilah (keluarga).[8]

Kedua: Dibayar dalam tiga tahun sebagaimana diyat pembunuhan mirip sengaja. Ibnu Qudâmah
rahimahullah menyatakan: “Tidak ada khilaf di antara mereka bahwa diyatnya tidak kontan
(dibayar) tiga tahun”.[9]

31
Ketiga: Mendapatkan keringan dari sisi usia ontanya menjadi lima jenis, yaitu 20 bintu makhâdh
(onta betina berusia setahun), 20 ibnu makhâdh (onta jantan berumur setahun) , 20 onta bintu
labûn (onta betina usia dua tahun), 20 onta hiqqah dan 20 onta jaza’ah. [10]

STANDAR PEMBAYARAN DIYAT

Standar pembayaran diyat pembunuhan adalah onta menurut pendapat mayoritas Ulama
dan pendapat yang dirâjihkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [11] dan Ibnul-Qayyim
rahimahullah serta Syaikh Prof. DR. Shâlih bin ‘Abdillâh al-Fauzân [12], dengan dasar :

– Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkannya pada diyat pembunuhan mirip sengaja,
seperti dalam hadits ‘Abdullâh bin ‘Amru di atas.

– Riwayat shahîh dari Umar bin al-Khaththâb Radhiyallahu ‘anhu ketika berbicara di atas
mimbar:

َ ‫ق ْاثن َْي ع‬
‫ َر‬q ‫َش‬ ِ ‫ َو ِر‬q ‫َار َو َعلَى أَ ْه ِل ْال‬
ٍ ‫ب أَ ْلفَ ِد ْين‬
ٍ َ‫ضهَا ُع َم ُر َعلَى أَ ْه ِل ال َّده‬
َ ‫ال فَفَ َر‬ ْ َ‫أَالَ إِ َّن ْا ِإلبِ َل ٌَ ْد َغل‬
َ َ‫ت ق‬
‫أَ ْلفًا َو َعلَى أَ ْه ِل ال َّشا ِء أَ ْلفَ ْي َشا ٍة‬

Ketahuilah bahwa harga onta telah naik (menjadi mahal). Lalu Umar mewajibkan diyat kepada
orang yang punya emas sebanyak 1000 dinar, kepada pemilik perak 12000 dirham, pemilik sapi
200 sapi dan pemilik kambing 2000 kambing. [HR Abu Dâwud no. 4542 dan dihasankan al-
Albâni dalam kitab al-Irwâ’ no. 2247]

Dalam hal ini nampak Umar Radhiyallahu ‘anhu menaikkan jumlah diyat selain onta
disebabkan mahalnya harga onta, sehingga jadilah onta sebagai standar pembayaran diyat,
sedangkan yang lain mengikuti nilai onta.

– Seluruh diyat anggota tubuh dibayar dan diukur dengan onta. Syariat selalu menentukan
ukuran bagian diyat dengan onta, sehingga menunjukkan onta adalah standar (asal) pembayaran
diyat. Syaikh Ibnu Utsaimîn rahimahullah menyatakan: “Orang-orang dari zaman dulu
senantiasa menghukumi bahwa standar dalam diyat adalah onta. Diyat bagi kami sekarang ini
32
dinilai dengan 1000 riyal, seandainya perak dijadikan sebagai standar maka diyat orang bernilai
3360 riyal”.

– Ditambah adanya perbedaan antara diyat pembunuhan sengaja dengan yang tidak sengaja. Hal
ini tidak dapat diwujudkan menurut ijmâ’ dengan selain onta. Wallâhu a’lam.

2. Diyat Orang Kafir Ahli Kitab Yang Merdeka

Diyat lelaki ahli kitab yang merdeka baik sebagai seorang Mu’âhad, musta’man atau dzimmi
adalah separuh diyat Muslim berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

َ‫ف َغ ْق ِل ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬ ِ ‫ضى أَ َّن َع ْق َل أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬


ُ ْ‫ب نِص‬ َ ُ ‫أَ َّن َرسُوْ َل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan bahwa diyat ahli


kitab separuh diyat Muslimin. [HR Ahmad 6795 dan dihasankan al-Albâni dalam kitab al-Irwâ’
no 2251]

3. Diyat Orang Kafir Non Ahli Kitab

Mereka ini seperti majusi, baik ahli dzimmah atau musta’man atau mu’âhad dan orang kafir
musyrik namun mu’âhad atau musta’man, maka diyatnya adalah 800 dirham islami sebagaimana
dijelaskan dalam pernyataan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu :

ُ ‫َو ِديَةُ ْال َمجُو ِس ِّي ثَ َم‬


‫ان ِمائَ ِة ِدرْ ه ٍَم‬

Diyat al-Majusi 800 dirham. [HR at-Tirmidzi no, 1417] Ini adalah pendapat mayoritas Ulama.
[14]

4. Diyat Wanita Muslimah

Diyat wanita Muslimah separuh diyat lelaki Muslim, sebagaimana dijelaskan dalam surat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan kepada ‘Amru bin Hazm yang di antara
isinya adalah:

33
‫صف ِم ْن ِديَ ِة ال َّر ُج ِل‬
ِ ِّ‫ِديَةُ ْال َمرْ أَ ِة َعلَى الن‬

Diyat wanita itu separuh dari diyat lelaki. [HR al-Baihaqi dalam Sunanul-Kubra no. 16344 dan
didhaîfkan al-Albâni dalam Irwâ‘ul-Ghalîl no. 2250]

Hal ini telah menjadi ijmâ’ sebagaimana disampaikan Ibnul-Mundzir rahimahullah : “Para
Ulama berijmâ` bahwa diyat wanita separuh diyat lelaki”

Ibnul-Qayyim rahimahullah menjelaskan hal ini dengan menyatakan: “Karena wanita


lebih lemah dibandingkan laki-laki dan laki-laki lebih memiliki potensi darinya, lelaki bisa
menduduki sesuatu yang tidak dapat diduduki oleh wanita berupa jabatan keagamaan, perwalian,
menjaga perbatasan, jihad, membangun negeri, mengerjakan industri yang menjadi
kesempurnaan maslahat dunia dan membela dunia dan agama. Maka nilai diyat keduanya tidak
sama dalam diyat, karena diyat diberlakukan sebagaimana nilai harga budak dan selainnya
berupa harta benda. Sehingga hikmah pembuat syari’at menuntut adanya penentuan separuh nilai
diyat lelaki, karena perbedaan yang ada pada keduanya.

5. Diyat Wanita Ahli Kitab

Diyat wanita ahli kitab dan majusi serta kaum musyrikin adalah separuh dari diyat laki-laki
mereka, sebagaimana diyat wanita Muslimah adalah separuh dari laki-laki Muslim.[17]

6. Diyat Budak

Diyat budak, baik lelaki atau perempuan, kecil atau dewasa adalah sesuai harga budak itu
sendiri selama harganya tidak mencapai nilai diyat lelaki merdeka. Ini sudah menjadi ijmâ’ di
kalangan kaum Muslimin [18] karena budak adalah harta yang bernilai jual sehingga diganti
seharga nilai budak tersebut.

7. Diyat Janin

Diyat janin baik laki-laki atau perempuan apabila keguguran atau mati dengan sebab akibat
jinâyat atas ibunya baik pada pembunuhan sengaja atau tidak sengaja adalah ghurrah budak.
Nilai ghurrah ini adalah 5 ekor onta berdasarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu :

34
‫ ُموا إِلَى‬q‫َص‬ ْ َ‫ا ف‬qqَ‫طنِه‬
َ ‫اخت‬ ٍ q‫ت إِحْ دَا هُ َما األُ ْخ َرى بِ َح َج‬
ْ َ‫ا فِى ي‬qq‫ا َو َم‬qqَ‫ر فَقَتَلَ ْته‬q ِ ‫ت ام َرأَت‬
ْ ‫َان ِم ْن هُ َذ ْي ِل فَِ َر َم‬ ِ َ‫ا ْقتَتَل‬
‫ ٌد‬q‫ َّرةٌ َع ْب‬q‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ َّن ِديَةَ َجنِ ْيبِهَا ُغ‬
َ ِ ‫ضى َرسُوْ ُل هَّللا‬ َ َ‫َرسُو ِل هَّللا ِ صًلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬
‫ضى بِ ِديَ ِة ْال َمرْ اَ ِة َعلَى عَا قِلَتِهَا َو َو َّرثَهَا َولَ َدهَا َو َم ْن َم َعهُ ْم‬ َ َ‫أَوْ َواِلِ ْي َدةٌ ٌَوق‬

Dua orang wanita dari suku Hudzail saling berperang,lalu salah seorang dari mereka
melempar batu kepada yang satunya, lalu membunuhnya dan membunuh juga janin isi
kandungannya. Lalu kaum mereka memperadilkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan kewajiban membayar diyat
janinnya ghurrah budak laki-laki atau wanita dan menetapkan diyat korban wanita tersebut atas
kerabat wanita pembunuhnya. Kemudian anak korban dan kerabat yang bersamanya mewarisi
diyat tersebut.[Muttafaq ‘alaihi]

35
HUDUD

A. Pengertian Hudud

1. Bahasa

Secara bahasa, kata hudud adalah bentuk jamak dari had, yang bermakna al-man’u (‫)المنع‬,
yaitu pencegahan. Karena itu penjaga pintu gerbang di depan gedung sering disebut haddad,
karena tugasnya mencegah orang masuk.

Selain bermakna al-man’u di atas, hudud juga bermakna batas-batas. Maksudnya batas-


batas ketetapan dari Allah SWT tentang hal-hal yang telah diharamkannya. Sehingga hal-hal
yang diharamkan oleh Allah juga disebut dengan istilah hudud, sebagaimana disebutkan di
dalam ayat berikut :

‫تِ ْلكَ ُح ُدو ُد هَّللا ِ فَالَ تَ ْق َربُوهَا‬

Itulah hudud Allah dan janganlah kamu melanggarnya. (QS. Al-Baqarah : 187)

2. Istilah

Sedangkan makna hudud secara istilah cukup banyak didefinisikan oleh para ulama,
sesuai dengan kriteria tentang hukum hudud dalam pandangan mereka.

Intinya para ulama sepakat bahwa makna hudud adalah hukuman yang sifatnya ketetapan
dari Allah atas pelanggaran dosa, dimana bentuk, tata cara dan teknis hukumannya bukan

36
ditentukan oleh manusia, seperti nabi, shahabat atau para ulama, namun semua telah ditentukan
langsung oleh Allah SWT.

Dan istilah hudud pada makna aslinya sebenarnya mengacu kepada bentuk hukuman
yang Allah SWT tetapkan, namun terkadang juga dipakai untuk menamakan perbuatannya juga.

a. Hukuman Yang Bentuknya Ditetapkan Allah

Sebagian ulama yang lain memandang hudud adalah apapun jenis hukuman atas dosa,
tanpa memandang apa yang dilanggar, apakah hak Allah ataukah hak hamba atau hak keduanya.

Dalam pandangan mereka, yang penting bila hukuman itu telah ditetapkan oleh Allah
SWT, maka hukuman itu termasuk di dalam kategori hukum hudud.

Karena itu definisi yang mereka kemukakan adalah :

‫ع‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫هُ َو ُعقُوبَةٌ ُمقَ َّد َرةٌ بِتَ ْق ِد‬
ِ ‫ير ال َّش‬

Hukuman yang ditetapkan dengan ketetapan dari pembuat syariat yaitu Allah SWT.

b. Hukuman Atas Pelanggaran Hak Allah

Sebagian ulama memberi batasan bahwa hudud adalah hukuman atas pelanggaran dosa
besar yang terkait hak Allah saja, seperti definisi berikut ini :

‫ت َحقًّا هَّلِل ِ تَ َعالَى‬


ْ َ‫ُعقُوبَةٌ ُمقَ َّد َرةٌ َو َجب‬

”Hukuman yang ditetapkan Allah dan diwajibkan untuk memenuhi hak Allah”

Maksudnya hudud adalah jenis hukuman atas pelanggaran dari dosa-dosa tertentu,
dimana jenis, kadar, ukuran dan tata caranya telah ditetapkan langsung oleh Allah, bukan oleh
Nabi atau qadhi. Dan disebutkan sebagai hak Allah, karena dalam hal ini hukuman bukan
dijatuhkan karena faktor kehendak dari hakim, atau dari pihak korban, melainkan sudah menjadi
ketetapan yang baku dari Allah SWT, tanpa bisa diubah atau dihilangkan.

37
c. Hukuman Atas Pelanggaran Hak Allah dan Hak Hamba

Sedangkan mazhab Asy-syafi’iyah dan Al-Hanabilah, keduanya tidak membatasi


hukuman atas dosa yang merupakan pelanggaran itu hanya sebatas hak Allah saja, tetapi juga
hukuman atas dosa yang di dalamnya ada pelanggaran atas hak Allah SWT dan hak hamba
sekaligus. Sehingga definisi yang mereka susun adalah :

‫ ِد‬q‫ق ْال َع ْب‬ ُّ q‫ا َح‬qqَ‫ أَ ِو اجْ تَ َم َع فِيه‬، ‫ت َحقًّا هَّلِل ِ تَ َعالَى َك َما فِي ال ِّزنَى‬
ُّ q‫ق هَّللا ِ َو َح‬ ْ َ‫ب َو َجب‬ ٍ ‫ُعقُوبَةٌ ُمقَ َّد َرةٌ َعلَى َذ ْن‬
. ‫ق خَ الِصٌ ِآل َد ِم ٍّي‬ ٌّ ‫َنَّهُ َح‬q‫صاصُ َِِأل‬
َ ِ‫ َوالَ ْالق‬، ‫ير ِه‬
ِ ‫ْزي ُر لِ َعد َِم تَ ْق ِد‬
ِ ‫ْس ِم ْنهُ التَّع‬
َ ‫ف فَلَي‬ ِ ‫َك ْالقَ ْذ‬

“Hukuman yang telah ditetapkan atas seorang yang berdosa yang diwajibkan atas dasar
hak Allah SWT seperti zina, atau campuran antara hak Allah dan hak hamba seperti qadzaf, dan
bukan yang hanya demi kepentingan hak seorang hamba seperti qishash pembunuhan”

Dengan definisi ini, kedua mazhab di atas hanya membatasi hudud pada dosa yang terkait
dengan hak Allah saja atau yang merupakan hak Allah dan hak hamba. Namun bila hanya
menyangkut hak hamba saja tanpa ada hak Allah di dalammnya, dikeluarkan dari wilayah hudud.

Dosa zina dan hukumannya dimasukkan ke dalam wilayah hudud, karena dianggap
merupakan pelanggaran atas hak Allah. Maksudnya, bisa saja pasangan zina itu melakukannya
dengan suka sama suka, rela sama rela dan saling ikhlas.

Dalam hal ini tentu tidak ada hak manusia yang dirugikan. Namun karena Allah SWT
mengharamkan zina, maka orang yang berzina itu melanggar hak-hak Allah.

Dosa qadzaf dan hukumannya melanggar dua hak sekaligus, yaitu hak Allah dan hak
hamba. Qadzaf adalah menuduh orang berzina tanpa saksi yang mencukupi syarat. Hak Allah
yang dilanggar adalah ketika Allah melarang menuduh orang berzina.

Dan hak hamba yang dilanggar dalam dosa qadzaf adalah pencemaran nama baik
seseorang, serta tuduhan palsu yang bukan hanya mencemarkan pelaku, tetapi juga anak, istri,
keluarga dan kedudukan mereka di tengah masyarakat.

38
Tetapi dosa membunuh nyawa manusia, oleh kedua madzhab tidak dimasukkan ke dalam
wilayah hudud. Alasannya, karena di dalam kasus pembunuhan, yang lebih berperang adalah
sikap dari keluarga korban. Bila mereka menuntut qishash, dimana pembunuhnya harus dibunuh
juga, maka wajib dilaksanakan.

Tetapi bila mereka memaafkan dan meminta diyat (uang tebusan), maka Allah SWT
membolehkannya. Bahkan bila mereka memaafkan dan sama sekali tidak meminta tebusan apa
pun, maka Allah SWT pun tiak berkeberatan. Sehingga dalam hal ini dianggap bahwa qishash itu
sepenuhnya adalah hak hamba, yang dalam hal ini hak dari keluarga korban.

B. Masyru’iyah Hudud

Melaksanakan hukuman yang nilainya hukuman hudud disyariatkan dalam agama Islam.
Baik qadhi yang mewakili pemerintah atau pun pelaku dari dosa, sama-sama diwajibkan untuk
menegakkannya.

Dan perintah untuk menegakkannya didasarkan pada perintah Allah SWT baik yang
terdapat di dalam Al-Quran atau pun yang ada di dalam sunnah Rasulullah SAW, dan juga
termasuk di dalamnya apa yang telah menjadi ijma’ para ulama.

1. Al-Quran

Di antara bentuk hukum hudud adalah hukuman yang berlaku buat orang yang berzina,
dimana Allah SWT telah mewajibkan qadhi untuk menjatuhkan hukum cambuk buat orang yang
berzina, sesuai firman-Nya :

ِ ‫ةٌ فِي ِد‬qَ‫ا َر ْأف‬qq‫ذ ُكم بِ ِه َم‬q


‫ين هَّللا ِ إِن ُكنتُ ْم‬ ْ ‫ َد ٍة َوالَ تَأْ ُخ‬q‫ةَ َج ْل‬qَ‫ا ِمئ‬qq‫ ٍد ِّم ْنهُ َم‬q‫ َّل َوا ِح‬q‫ ُدوا ُك‬qِ‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ ل‬
َ‫اآلخ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَائِفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
ِ ‫تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬

“Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing mereka 100 kali. Dan
janganlah belas kasihan kepada mereka mencegah kamu dari menjalankan agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman”. (QS. An-Nuur : 2)

39
Dan Allah SWT juga menetapkan hukum hudud, berupa pemotongan tangan, buat orang
yang mencuri harta milik orang lain yang telah memenuhi semua ketentuan dan syarat
pemotongan tangan.

ِ ‫ُوا أَ ْي ِديَهُ َما َج َزاء بِ َما َك َسبَا نَ َكاالً ِّمنَ هّللا ِ َوهّللا ُ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬ ْ ‫َّارقَةُ فَا ْقطَع‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan
itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Maidah : 38)

Dan Allah SWT juga menetapkan hukuman hudud buat mereka yang menuduh orang lain
berzina tanpa bukti atau saksi, dengan dasar firman Allah SWT :

ً‫هَا َدة‬q‫وا لَهُ ْم َش‬qqُ‫ َدةً َوالَ تَ ْقبَل‬q‫ت ثُ َّم لَ ْم يَأْتُوا بِأَرْ بَ َع ِة ُشهَدَا َء فَاجْ لِ ُدوهُ ْم ثَ َمانِينَ َج ْل‬ َ ْ‫َوالَّ ِذينَ يَرْ ُمونَ ْال ُمح‬
ِ ‫صنَا‬
َ ِ‫أَبَدًا َوأُولَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS. An-Nur : 4)

Dan Allah SWT telah menetapkan jenis hukuman hudud buat mereka yang melakukan
dosa hirabah, yaitu gabungan dari perampasan, penteroran, pembunuhan dan juga merusak di
muka bumi.

‫لَّبُوا أَوْ تُقَطَّ َع‬q‫ُص‬


َ ‫وا أَوْ ي‬qqُ‫ادًا أَ ْن يُقَتَّل‬q‫ض فَ َس‬ِ ْ‫اربُونَ هَّللا َ َو َرسُولَهُ َويَ ْس َعوْ نَ فِي األَر‬
ِ ‫إِنَّ َما َجزَا ُء الَّ ِذينَ ي َُح‬
ٌ‫ َذاب‬qَ‫ َر ِة ع‬q‫ ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِي اآل ِخ‬q‫ي فِي ال‬ ِ ْ‫الف أَوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ األَر‬
ٌ ‫ض َذلِكَ لَهُ ْم ِخ ْز‬ ٍ ‫أَ ْي ِدي ِه ْم َوأَرْ ُجلُهُ ْم ِم ْن ِخ‬
‫َظي ٌم إِالَّ الَّ ِذينَ تَابُوا ِم ْن قَب ِْل أَ ْن تَ ْق ِدرُوا َعلَ ْي ِه ْم فَا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
ِ ‫ع‬

40
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik , atau dibuang dari negeri . Yang demikian itu
suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
kecuali orang-orang yang taubat sebelum kamu dapat menguasai mereka; maka ketahuilah
bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Maidah : 33-34)

2. Sunnah

Sedangkan dari hadits nabawi, Allah SWT telah menetapkan hukum hudud buat orang
berzina dalam keadaan muhshan, yaitu muslim, aqil, baligh dan sudah pernah menikah dan
berhubungan suami istri yang halal dalam pernikahan yang sah. Hukumannya adalah rajam
sampai mati, bentuknya dilempari dengan batu hingga ajal menjemput.

‫ ِه‬qِ‫أ َ َم َر ب‬qَ‫ت ف‬
ٍ ‫هَادَا‬q‫ َع َش‬qَ‫ ِه أَرْ ب‬q‫ ِه َد َعلَى نَ ْف ِس‬q‫ ْد زَ نَى فَ َش‬qَ‫ فَ َح َّدثَهُ أَنَّهُ ق‬r ِ‫أَ َّن َر ُجالً ِم ْن أَ ْسلَ َم أَتَى َرسُو ُل هللا‬
َ ْ‫ فَ ُر ِج َم َو َكانَ قَ ْد أَح‬r ِ‫َرسُو َل هللا‬
َ‫صن‬

“Ada seorang laki-laki dari Bani Aslam mendatangi Rasululllah SAW. Dia berikrar
bahwa dirinya telah berzina dan dia bersaksi empat kali. Maka Rasulullah SAW memerintahkan
untuk merajamnya, maka dia pun dirajam, karena dia telah menikah (muhshan). (HR. Bukhari)

‫ت أَ َّن َعلَى ا ْبنِى‬ ُ ْ‫ر‬qqِ‫ ِه َوإِنِّ ْي أُ ْخب‬qِ‫ َزنَى بِا ْم َرأَت‬qَ‫ أَ ِجيرًا َعلَى هَ َذا ف‬: ‫يَا َرسُوْ َل هللاِ إِ َّن ا ْبنِى َكانَ ع َِسيفًا أي‬
‫أ َ ْخبَرُوْ نِ ْي أَ َّن َعلَى ا ْبنِى‬qqَ‫ َل ْال ِع ْل ِم ف‬q ‫ت أَ ْه‬
ُ ‫أ َ ْل‬q ‫ فَ َس‬.) ‫اريَ ٍة‬
ِ ‫ْت ِم ْنهُ بِ ِمائَ ٍة ِمنَ ْال َغن َِم َو َولِي َد ٍة ( َج‬
ُ ‫ فَا ْفتَ َدي‬.‫الرَّجْ َم‬
.‫َام َوأَ َّن َعلَى ا ْم َرأَ ِة ال َّرج ُِل الرَّجْ َم‬
ٍ ‫َج ْل ُد ِمائَ ٍة َوتَ ْغ ِريبُ ع‬

“Wahai Rasulullah! Sesungguhnya anak lelakiku bekerja kepada si fulan, lalu ia berzina
dengan istrinya. Diberitakan kepadaku bahwa anak lelakiku harus dirajam. Maka aku membayar
fidyah darinya dengan seratus ekor kambing dan seorang budak wanita. Kemudian, aku bertanya
kepada ulama dan mereka memberitahukan kepadaku bahwa anak lelakiku harus dicambuk
seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Adapun istri si fulan itu harus dirajam.“

3. Ijma’

41
Kewajiban untuk menjalankan hukuman hudud bukan termasuk masalah khilayafiyah
seperti yang dikatakan para orientalis, sekuleris atau kalangan liberalis. Kewajiban dan
masyru’iyah hukuman hudud ini adalah masalah yang sudah qath’i secara dalilnya, karena bukan
hanya ditetapkan di dalam Al-Quran dan sunnah, namun juga sudah menjadi ijma’ di kalangan
ulama.Para ulama dalam jumlah yang besar sudah sampai pada level sepakat bulat untuk
menyimpulkan bahwa hukuman hudud adalah sesuatu yang telah disyariatkan oleh Allah SWT di
dalam sistem syariat Islam.

C. Pembagian Hukuman Hudud

Hukuman hudud adalah hukuman yang telah ditetapkan Allah SWT bagi pelaku jenis
dosa-dosa hudud. Namun para ulama tidak sepakat sepenuhnya tentang jenis dosa apa saja yang
termasuk di dalamnya, dan yang tidak temasuk di dalamkanya.

Hukuman hudud telah disepakati oleh para ulama pada beberapa dosa tertentu, dan
mereka berbeda pendapat pada beberapa kesalahan dan pelanggaran yang lainnya.

Di antara pelanggaran atas dosa-dosa yang telah disepakati untuk dijatuhkan hukuman
hudud adalah zina, qadzaf, mabuk, pencurian, dan pembegalan. Sisanya seperti hudud minum
khamar, murtad, baghyi, qishash, meninggalkan shalat dan murtad.

Mazhab Al-Hanafiyah berpendapat bahwa perkara yang termasuk hukum hudud ada
enam macam, yaitu [1] zina, [2] qadzaf, [3] mabuk, [4] pencurian, [5] pembegalan, dan [6]
minum khamar.

Mazhab Al-Malikiyah berpendapat bahwa perkara yang termasuk hukum hudud ada tujuh
macam, yaitu : [1] zina, [2] qadzaf, [3] mabuk, [4] pencurian, [5] pembegalan, dan [6] murtad
dan [7] Baghyu.

Sedangkan mazhab Asy-Syafi’iyah berpendapat bahwa perkara yang termasuk hukum


hudud ada delapan macam, yaitu : [1] zina, [2] qadzaf, [3] mabuk, [4] pencurian, [5]
pembegalan, dan [6] murtad, [7] baghyu, dan [8] meninggalkan shalat.

42
D. Bentuk Hukuman Hudud

Bentuk hukuman hudud secara syariah ada lima macam, yaitu :

1. Rajam

Rajam adalah bentuk hukuman yang langsung Allah SWT tetapkan bagi pelaku zina
muhshan. Nanti akan dijelaskan secara lebih mendalam pada bab hukuman perzinaan.

2. Cambuk

Hukum cambuk berlaku untuk beberapa tiga jenis dosa, yaitu :

a. Zina , hukuman buat perzinaan ghairu muhshan,

b. Qadzaf, juga untuk orang yang menuduh orang lain berzina tanpa saksi yang bisa diterima.

c. Minum Khamar, peminum khamar,

3. Taghrib

Yang dimaksud dengan hukuman taghrib (‫ريب‬q ِ q‫ )الت ْغ‬adalah pengasingan. Hukuman ini
diberlakukan buat orang yang berzina ghairu muhshan.

4. Pemotongan

Yang dimaksud dengan pemotongan disini adalah pemotongan tangan bagi pencuri yang
mencukupi syarat pemotongan, sebagai hukuman atas perbuatannya.

5. Bunuh

Hukum bunuh diberlakukan buat orang yang telah melakukan pembunuhan atau
penghilangan nyawa orang lain secara sengaja, dengan alat yang lazim atau memungkinkan
digunakan untuk membunuh, setelah terbukti di pengadilan semua ketentuan dan syaratnya.

43
QISAS

(a) Dan segi bahasa qisas bermaksud memotong.

(b) Dan segi syarak bererti hukuman yang ditetapkan oleh syarak melalui nas-nas A1-Quran
dan Hadis-hadis Nabi saw. kerana kesalahan-kesalahan yang melibatkan hak individu.

Qisas (bahasa arab: ‫قصاص‬ Qishâsh) adalah istilah dalam hukum islam yang berarti


pembalasan (memberi hukuman yang setimpal), mirip dengan istilah "hutang nyawa dibayar
nyawa". Dalam kasus pembunuhan, hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban
untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh.

Sedangkan Syaikh Prof.DR. Shâlih bin Fauzân mendefiniskannya dengan: ‘al-

Qishâsh adalah perbuatan (pembalasan) korban atau walinya terhadap pelaku kejahatan


sama atau seperti perbuatan pelaku tadi.

Menurut Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.


Qisas yang selama ini kita ketahui terkadang masih dianggap sebagai sesuatu yang
sangat angker, menakutkan, dan tidak manusiawi, sehingga timbul sikap yang dinamakan
“Islam phobia“. Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifatkan qisas dalam
firman-Nya:

ِ ‫اص َحيَاةٌ يَاْ أُولِ ْي األَ ْلبَا‬


َ‫ب لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫ص‬َ ِ‫َولَ ُك ْم فِي ْالق‬

44
Artinya : “Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-
orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 179).
Imam asy-Syaukani menjelaskan ayat ini dengan menyatakan, “Maknanya, kalian
memiliki jaminan kelangsungan hidup dalam hukum yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala syariatkan ini, karena bila seseorang tahu akan dibunuh secara qisas apabila ia
membunuh orang lain, tentulah ia tidak akan membunuh dan menahan diri dari
mempermudah dan terjerumus padanya.
Dengan demikian, hal itu seperti kedudukan jaminan kelangsungan hidup bagi jiwa
manusia. Ini adalah satu bentuk sastra (balaghah) yang tinggi dan kefasihan yang sempurna.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan qisas yang sebenarnya adalah kematian sebagai
jaminan kelangsungan hidup, ditinjau dari akibat yang ditimbulkannya, berupa tercegahnya
manusia saling bunuh di antara mereka. Hal ini dalam rangka menjaga keberadaan jiwa
mereka dan keberlangsungan khidupan mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyampaikan ayat ini untuk ulil albab (orang
yang berakal), karena merekalah orang yang memandang jauh ke depan dan berlindung dari
bahaya yang munculnya menyusul nanti. Adapun orang yang pandir, dia berpikiran pendek
dan gampang emosi, ketika amarah dan emosinya bergejolak dia tidak memandang akibat
yang muncul nantinya dan dia pun tidak memikirkan masa depannya.
Dikarenakan bersikap terburu-buru dan tidak mengerti hakikat syariat yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan, banyak orang bahkan kaum muslimin yang belum
mau menerima atau simpati atas penegakan qisas ini. Padahal, pensyariatan qisas akan
membawa kemaslahatan bagi manusia.
Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan menyatakan, “Pensyariatan qisas berisi rahmat
bagi manusia dan penjagaan atas darah mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala
ٌ‫اص َحيَاة‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫َولَ ُك ْم فِي ْالق‬
Artinya: ‘Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu.‘ (Qs. al-Baqarah:
179).
Sehingga, betapa jelek orang yang menyatakan bahwa qisas itu sesuatu yang tidak
berprikemanusiaan (biadab) dan keras. Mereka tidak melihat kepada kebiadaban pelaku
pembunuhan ketika membunuh orang tak berdosa, ketika menebar rasa takut di daerah

45
tersebut, dan ketika menjadikan para wanita janda, anak-anak menjadi yatim, serta
hancurnya rumah tangga.
Mereka ini hanya merahmati pelaku kejahatan dan tidak merahmati korban yang tak
berdosa. Sungguh jelek akal dan kedangkalan mereka. Allah berfirman:

َ‫أَفَ ُح ْك َم ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغونَ َو َم ْن أَحْ َس ُن ِمنَ هّللا ِ ُح ْكما ً لِّقَوْ ٍم يُوقِنُون‬
Artinya : “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?‘ (Qs. al-Ma`idah: 50)”.
Dapat disimpulkan bahwa qisas adalah mengambil pembalasan yang sama atau
serupa, mirip dengan istilah “utang nyawa dibayar dengan nyawa”.

A. Dasar Pensyariatan Qisas


Qisas disyariatkan dalam al-Quran dan as-sunnah, serta ijma‘. Di antara dalil dari al-
Quran adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Wahai orang-orang yang beriman, qisas diwajibkan atasmu berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka, barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabbmu dan
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih. Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 178-179).
Sedangkan dalil dari as-Sunnah di antaranya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan,
bisa memilih diyat dan bisa juga dibunuh (qisas).” (HR. al-Jama’ah).
Sedangkan dalam riwayat at-Tirmidzi adalah dengan lafal,
“Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan,
bisa memilih memaafkannya dan bisa membunuhnya.”
Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa wali (keluarga) korban pembunuhan
dengan sengaja memiliki pilihan untuk membunuh pelaku tersebut (qisas) bila

46
menghendakinya, bila tidak bisa memilih diyat dan pengampunan. Pada asalnya,
pengampunan lebih utama, selama tidak mengantar kepada mafsadat (kerusakan) atau
ada kemashlahatan lainnya.
Sedangkan Ibnu al-Qayyim rahimahullah, ketika menyampaikan kisah
al-’Urayinin, menyatakan, “Qatlu al-ghilah mengharuskan pembunuhan pelaku dilakukan
secara had (hukuman), sehingga hukuman baginya tidak gugur dengan adanya
pengampunan dan tidak dilihat kembali kesetaraan (mukafah). Inilah mazhab ahli
Madinah dan salah satu dari dua pendapat dalam Mazhab Ahmad, serta yang dirajihkan
asy-Syaikh (Ibnu Taimiyah, pen) dan beliau rahimahullah berfatwa dengan pendapat ini.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah me-rajih-kan, bahwa pengampunan
tidak boleh diberikan pada qatlu al-ghilah (pembunuhan dengan memperdaya korban).

B. Kesalahan Yang Meajibkan Terjadinya Qishas


        Antara kesalahan yang boleh diwajibkan qisas ialah:
   a.  Membunuh orang dengan sengaja.
   b.  Membunuh orang dengan menyerupai sengaja.
   c.  Membunuh orang dengan tersalah.
   d  Membunuh orang dengan sengaja tetapi tidak membawa kepada kematian.
  e. Membunuh orang dengan menyerupai sengaja dan tidak membawa kepada
kematian.
Firman Allah:
Artinya:  “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan ke atas kamu melaksanakan
hukuman qisas (balasan yang seimbang) di dalam perkara orang-orang yang mati
dibunuh.”(al-Baqarah:  178)

C.  Pembunuhan Dengan Sengaja


       Membunuh dengan sengaja ialah melakukan pemukulan, penikaman terhadap orang
lain dengan sengaja sehingga orang yang kita bunuh membawa kepada kematian yaitu
dengan alat yang kebiasaannya membunuh, hukuman jika sebab kesalahan maka
dihukum bunuh. Ahli waris yang terbunuh boleh memaafkan hukuman qisas dengan

47
menuntut Si pembunuh membayar diat (gantirugi) dan Si pembunuh wajib membayar
ganti rugi.

D.  Syarat – Syarat Qishas


       Syarat-syarat boleh dilakukan hukum qisas dengan dua syarat ;
       a.  Pembunuh itu baligh dan berakal. Pembunuh yang belum baligh dan berakal
tidak dihukum qisas.
      b.  Pembunuh, bukan bapa, ibu, datuk dan nenek. Mereka ini tidak dikenakan
qisas.

E. Pembunuhan Yang Menyerupai Sengaja


       Pembunuhan yang menyerupai sengaja ialah melakukan pemukulan, penikaman dan
sebagainya terhadap orang lain dengan sengaja yang dilakukan dengan suatu alat yang
biasanya tidak mematikan, tetapi ketika itu orang yang dipukul itu mati. berdasarkan
hukum, Hukumnya tidak dilakukan qisas tetapi pembunuh hendaklah membayar
gantirugi (diat yang berat). Di dalam masalah ini pembunuh boleh membayar dengan cara
bertangguh dalam masa tiga tahun. Pembayaran pada akhir tiap-tiap tahun dibayar
sepertiga. Pembayar dibebankan kepada saudara lelaki pembunuh, anak lelaki bagi
saudara lelaki pembunuh, saudara lelaki bagi bapak dan anaknya.

F.  Pembunuhan Dengan Tersalah


        Membunuh dengan tersalah ialah memukul, menembak dan sebagainya terhadap
sesuatu lalu terkena manusia sehingga mati, hukumnya tidak dilakukan "qisas" tetapi
pembunuhan seperti ini hendaklah membayar gantirugi (diat) yang ringan di dalam
tempoh tiga tahun, pada akhir tahun dibayar sepertiga dan dibebankan kepada aqilah.
Maksud "Aqilah" ialah pewaris yang ditetapkan syarak. ataupun bisa di artikan
juga pembunuhan karena kesalahan tanpa direncanakan dan tidak ada maksud membunuh
sama sekali. Misalnya, seseorang menembak burung, akan tetapi terkena orang.
Kemudian orang itu mati. Hukuman bagi pelaku pembunuhan ini adalah keluarganya
wajib membayar denda ringan berupa 100 ekor unta atau seharga unta itu kepada
keluarga terbunuh, dan dibayar secara angsur selama tiga tahun.

48
G.  Melukai Dengan Sengaja
  Firman Allah:
        Artinya:  “Dan kami tetapkan atas mereka di dalam kitab itu, bahawasanya jiwa
dibalas jiwa dan mata dibalas dengan mata dan hidung dibalas dengan hidung dan
telinga dibalas dengan telinga dan gigi dibalas dengan gigi dan luka-luka juga
hendaklah dibalas (seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan membalasnya, maka
menjadilah ia penebus dosa baginya dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa
yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itu orang-orang yang zalim.(al-Maidah: 
45)
   Melukai dengan sengaja dan tidak mematikan hukumnya adalah qisas iaitu orang
yang melukai hendaklah dilukainya juga.

H. Hikmah Pensyariatan Qisas
Allah al-Hakim menetapkan satu ketetapan syariat dengan hikmah yang agung. Hikmah-
hikmah tersebut ada yang diketahui manusia dan ada yang hanya menjadi rahasia
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga, dalam qisasterdapat banyak hikmah, di
antaranya:
1. Menjaga masyarakat dari kejahatan dan menahan setiap orang yang akan
menumpahkan darah orang lain. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam
firman-Nya:

ِ ‫اص َحيَاةٌ يَاْ أُولِ ْي األَ ْلبَا‬


َ‫ب لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫ص‬َ ِ‫َولَ ُك ْم فِي ْالق‬

Artinya :“Dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 179).

49
2. Mewujudkan keadilan dan menolong orang yang terzalimi, dengan memberikan
kemudahan bagi wali korban untuk membalas kepada pelaku seperti yang dilakukan
kepada korban. Karena itulah.
Allah berfirman:

ً‫ْرف فِّي ْالقَ ْت ِل إِنَّهُ َكانَ َم ْنصُورا‬ ْ ‫َو َمن قُتِ َل َم‬
ِ ‫ظلُوما ً فَقَ ْد َج َع ْلنَا لِ َولِيِّ ِه س ُْلطَانا ً فَالَ يُس‬

Artinya :“Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.”
(Qs. al-Isra`: 33).

3. Menjadi sarana taubat dan penyucian dari dosa yang telah dilanggarnya, karena qisas
menjadi kafarah(penghapus dosa) bagi pelakunya.

I. Syarat Kewajiban Qisas
Secara umum, wali (keluarga) korban berhak menuntut qisas, apabila telah syarat-
syarat berikut ini telah terpenuhi:
1. Jinayat (kejahatan)-nya termasuk yang disengaja. Ini merupakan ijma’ para ulama,
sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah, “Para ulama ber-
ijma’ bahwa qisas tidak wajib, kecuali pada pembunuhan yang disengaja, dan kami tidak
mengetahui adanya silang pendapat di antara mereka dalam kewajibannya (sebagai
hukuman pada) pembunuhan dengan sengaja, apabila terpenuhi syarat-syaratnya.
2. Korban termasuk orang yang terlindungi darahnya (‘ishmat al-maqtul) dan bukan orang
yang dihalalkan darahnya, seperti orang kafir harbi dan pezina yang telah menikah. Hal
ini karena qisas disyariatkan untuk menjaga dan melindungi jiwa.
3. Pembunuh atau pelaku kejahatan adalah seseorang yang mukalaf, yaitu berakal
dan baligh. Ibnu Qudamahrahimahullah menyatakan, “Tidak ada silang pendapat di
antara para ulama bahwa tidak ada qisas terhadap anak kecil dan orang gila. Demikian
juga orang yang hilang akal dengan sebab uzur, seperti tidur dan pingsan.

50
J. Syarat Pelaksanaan Qisas
Apabila syarat-syarat kewajiban qisas terpenuhi seluruhnya, maka syarat-syarat
pelaksanaannya masih perlu dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah:
1. Semua wali (keluarga) korban yang berhak menuntut qisas adalah mukalaf. Apabila
yang berhak menuntutqisas atau sebagiannya adalah anak kecil atau gila, maka hak
penuntutan qisas tidak bisa diwakilkan oleh walinya, sebab pada qisas terdapat tujuan
memuaskan (keluarga korban) dan pembalasan.
2. Kesepakatan para wali korban terbunuh dan yang terlibat dalam qisas dalam
pelaksanaannya. Apabila sebagian mereka -walaupun hanya seorang- memaafkan si
pembunuh dari qisas, maka gugurlah qisas tersebut.
3. Aman dalam pelaksanaannya dari melampaui batas kepada selain pelaku
pembunuhan.

Siapakah Yang Berhak Melakukan Qisas?


Yang berhak melakukannya adalah yang memiliki hak, yaitu para wali korban,
dengan syarat mampu melakukanqisas dengan baik sesuai syariat. Apabila tidak mampu,
maka diserahkan kepada pemerintah atau wakilnya. Hal ini tentunya dengan pengawasan
dan naungan pemerintah atau wakilnya, agar dapat mencegah sikap melampai batas
dalam pelaksanaannya, serta untuk memaksa pelaksana menunaikannya sesuai syariat.

K. Jenis jenayah qisas

      Kesalahan-kesalahan yang diwajibkan hukuman qisas ialah membunuh dengan sengaja dan
mencederakan anggota tubuh badan seperti mencederakan mata, hidung dan telinga.

L. Hukuman terhadap kesalahan qisas;

  Mengikut hukum qisas seseorang penjenayah mesti diikuti dengan hukuman yang sama
sepertimana dia lakukan ke atas mangsanya. Kalau ia membunuh maka dia mesti dihukum
bunuh.

Maksudnya;

51
“Dan Kami telah tetapkan atas mereka di dalam Kitab Taurat itu, bahawa jiwa dibalas
dengan jiwa, dan mata dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga
dibalas dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi dan luka-luka hendaklah dibalas
(seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan hak membalasnya maka menjadilah ia penebus
dosa baginya” (Surah al-Maidah ayat 45)

M. Halangan Pelaksnaan Hukum Qishas


 a.  Para wali telah memberi kemaafan. Firman Allah:
Artinya:  “Dan pemaafan itu lebih mendekatkan kepada taqwa dan janganlah kamu
melupakan kepada keutamaan di antara kamu sekelian.”
 b.  Pembunuh telah kembali ke rahmatullah terlebih dahulu tetapi masih wajib membayar
gantirugi (diat) dari harta sepeninggalan.

52
RAJAM

Hukuman buat orang yang berzina adalah rajam, yaitu hukuman mati dengan cara
dilempari batu. Namun walaupun demikian, perlu diketahui bahwa rajam bukan satu-satunya
hukuman. Selain rajam, juga ada hukuman cambuk 100 kali buat pezina. Bahkan hukum cambuk
malah didasari langsung dengan ayat Al-Quran :

ْ ْ
ِ ‫الزانِي َفاجْ لِ ُدوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِّم ْن ُه َما ِم َئ َة َج ْلدَ ٍة َوالَ َتأ ُخ ْذ ُكم ِب ِه َما َرأ َف ٌة فِي د‬
‫ِين هَّللا ِ إِن ُكن ُت ْم‬ َّ ‫الزا ِن َي ُة َو‬
َّ
َ ‫ون ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآلخ ِِر َو ْل َي ْش َه ْد َع َذا َب ُه َما َطا ِئ َف ٌة م َِّن ْالم ُْؤ ِمن‬
‫ِين‬ َ ‫ُت ْؤ ِم ُن‬

Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing mereka 100 kali. Dan janganlah
belas kasihan kepada mereka mencegah kamu dari menjalankan agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan dari orang-orang beriman. (QS. An-Nuur : 2).

Sedangkan dasar masyru'iyah rajam kita dapati pada hadits Nabi :

‫ت َفارْ جُمْ َها‬ َ ‫اغ ُد َيا أ ُ َنيْس َع‬


ْ ‫لى ام َْرأَ ِة َه َذا َفإِ ِن اعْ َت َر َف‬ ْ ‫َو‬

“Wahai Unais, datangi wanita itu dan bila dia mengaku zina maka rajamlah”.

Lalu kapan orang yang berzina itu dihukum rajam dan kapan dihukum cambuk? 
Rajam adalah hukuman khusus buat orang yang berzina dengan status muhshan, yaitu sudah
menikah. Sedangkan cambuk 100 kali adalah hukuman buat yang belum menikah.  

53
Baik rajam atau pun cambuk 100 kali, sama-sama disepakati oleh para ulama sebagai
hukum hudud, yaitu hukuman yang cara dan bentuknya 100% ditetapkan oleh Allah SWT secara
langsung.

Syarat Diterapkannya Hukum Rajam

Orang yang terlanjur berzina, dia harus menjalani hukuman sesuai dengan ketentuan dari Allah
SWT, yaitu dihukum rajam atau cambuk. Namun untuk menjalankan hukum rajam dan cambuk
itu, Allah SWT. juga telah mengatur dan membuat syarat serta ketetapan yang wajib
dilaksanakan. Salah satunya adalah mengharuskan hakim untuk menghindari keduanya, selama
masih ada syubuhat. Rasulullah SAW bersabda :

ِ ‫ا ِْد َرؤُ وا ال ُح ُدودَ باِل ُّش ُب َها‬


‫ت‬

“Hindarilah hukum hudud dengan masih adanya syubuhat”. 

Ada beberapa syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud lainnya,
antara lain :

1. Wilayah Hukum Resmi


Hukum rajam dan hukum-hukum syariah lainnya harus diberlakukan secara resmi
terlebih dahulu sebuah wilayah hukum yang resmi menjalankan hukum Islam.
Di dalam wilayah hukum itu harus ada masyarakat yang melek hukum syariah, sadar, paham,
mengerti dan tahu persis segala ketentuan dan jenis hukuman yang berlaku. Ditambahkan lagi
mereka setuju dan ridha atas keberlakuan hukum itu.

2. Adanya Mahkamah Syar'iyah


Pelaksanaan hukum rajam itu hanya boleh dijalankan oleh perangkat mahkamah syar'iyah
yang resmi dan sah. Mahkamah ini hanya boleh dipimpin oleh qadhi yang ahli di bidang syariah

54
Islam. Qadhi ini harus ditunjuk dan diangkat secara sah dan resmi oleh negara, bukan sekedar
pemimpin non formal.

3. Peristiwa Terjadi di Dalam Wilayah Hukum


Kasus zina dan kasus-kasus jarimah lainnya hanya bisa diproses hukumnya bila
kejadiannya terjadi di dalam wilayah hukum yang sudah menerapkan syariah Islam di atas.
Sebagai ilustrasi, bila ada orang Saudi berzina di Indonesia, tidak bisa diproses
hukumnya di wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia. Dan sebaliknya, meski berkebangsaan
Indonesia, tetapi kalau berzina di wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia, harus dijatuhi hukum
rajam.

4. Terpenuhi Semua Syarat Bagi Pelaku Zina


Tidak semua pelaku zina bisa dijatuhi hukum rajam. Setidaknya-tidaknya dia harus
seorang muhshan yang memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu beragama Islam, usianya sudah
mencapai usia baligh, sehat akalnya alias berakal, berstatus orang merdeka dan bukan budak,
iffah dan sudah menikah (tazwij).
Bila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka hukum rajam batal demi hukum, tidak bisa
dilaksanakan, malah hukumnya terlarang berdasarkan syariat Islam.

5. Kesaksian 4 Orang Atau Pengakuan Sendiri


Untuk bisa diproses di dalam mahkamah syar'iyah, kasus zina itu harus diajukan ke meja
hijau. Hanya ada dua pintu, yaitu lewat kesaksian dan pengakuan diri sendiri pelaku zina.
Bila lewat kesaksian, syaratnya para saksi itu harus minimal berjumlah 4 orang,
semuanya laki-laki, akil, baligh, beragama Islam, dan semuanya melihat langsung peristiwa
masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan yang berzina, secara langsung dan
bukan dengan rekaman, di waktu yang bersamaan. Saking susahnya syarat kesaksian ini, maka
dalam kenyataannya Rasulullah SAW sendiri belum pernah menjatuhkan hukum rajam pada
kasus-kasus zina yang didasarkan pada kesaksian orang lain. Selama tiga kali kasus pezina
dijatuhi hukuman rajam, semuanya didasarkan hanya pada pengakuan yang bersangkutan.
Maka kalau kita simpulkan, betapa sulitnya penerapan hukum rajam ini, bahkan
Rasulullah SAW tidak bisa menerapkan hukuman ini seenaknya saja. Beliau pernah menolak

55
wanita yang menyerahkan dirinya untuk dirajam, lantaran masih banyak syarat yang tidak
terpenuhi.

Apakah Rajam Menjadi Syarat Diterimanya Taubat?


Maka kalau rajam ini dijadikan syarat diterimanya taubat, rasanya agak berlebihan. Agak
kurang tepat kalau dikatakan bahwa dilaksanakannya hukuman ini menjadi syarat  diampuninya
dosa. Masalahnya meski yang berzina rela dirajam, belum tentu hukum rajamnya bisa
diterapkan. Lantas apakah pelaku zina itu jadi tidak bisa diterima taubatnya, cuma gara-gara
secara prosedur tidak dimungkinkan pelaksanaan hukuman rajam?
Jawabannya tentu tidak. Urusan ampunan itu tidak ada kaitannya langsung dengan
pelaksanaan hukum rajam. Urusan ampunan itu ditentukan dari apakah pelakunya bertaubat atau
tidak. 
Jadi walaupun seorang pezina dijatuhi hukum rajam, tetapi bila di dalam dirinya sendiri
dia tidak bertaubat, maka tidak akan diampuni. Sebaliknya, meski tidak diterapkan hukum rajam
dengan berbagai problematikanya, asalkan seorang pezina sudah bertaubat, tentu Allah SWT.
Maha Pengampun. Kita tidak bilang pasti diterima taubatnya, namun kita tahu Allah SWT. Maha
Penerima taubat.
Tentu kita tetap wajib menegakkan hukum syariat, termasuk di dalamnya hukum rajam.
Namun langkahnya harus runtut, yaitu mulai dari pendidikan hukum Islam di semua lini
kehidupan. Kalau bangsa ini bisa kita cerdaskan, sehingga melek hukum syariah, amatlah mudah
mendirikan wilayah hukum yang secara resmi menerapkan hukum Islam.

Dalil Tentang Kewajiban Merajam Pezina

Para ulama sepakat menyatakan bahwa pelaku zina muhshan dihukum dengan hukuman
rajam, yaitu dilempari dengan batu hingga mati. Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW secara
umum yaitu :

Dari Masruq dari Abdillah ra. berakta bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak halal
darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal : orang yang berzina, orang yang
membunuh dan orang yang murtad dan keluar dari jamaah.

56
Selain itu, sesungguhnya hukuman rajam ini pun pernah diperintahkan di dalam Al-
Quran, namun lafadznya dihapus tapi perintahnya tetap berlaku. Adalah khalifah Umar bin Al-
Khattab yang menyatakan bahwa dahulu ada ayat Al-Quran yang pernah diturunkandan isinya
adalah :

‫الشيخ والشيخة إذا زنيا فارجموهما البتة‬

“Orang yang sudah menikah laki-laki dan perempuan bila mereka berzina, maka rajamlah…”

Namun lafadznya kemudian dinasakh , tetapi hukumnya tetap berlaku hingga hari kamat.
Sehingga bisa kita katakan bahwa syariat rajam itu dilandasi bukan hanya dengan dalil sunnah,
melainkan dengan dalil Al-Quran juga.

Zina Adalah Kejahatan Berat dan Sangat Berbahaya

Berbeda dengan pandangan para penganut hedonisme dan pelaku pola hidup permisif
sekarang ini, di mana mereka beranggapan bahwa zina merupakan kebutuhan biologis biasa,
sehingga boleh-boleh saja dilakukan asal tidak ketahuan, Allah Tuhan Yang Menciptakan
manusia justru menegaskan bahwa zina adalah kejahatan tingkat tinggi dan sangat berat
ancamannya. Sehingga hukumannya pun harus dibunuh, yaitu bagi mereka yang pernah menikah
sebelumnya, atau dicambuk 100 kali bagi mereka yang belum pernah menikah sebelumnya.

Dan hak untuk mengatakan suatu tindakan itu adalah kejahatan adalah hak preogratif
Sang Maha Pencipta. Bukan hak para seniman, atau ahli hukum, atau pun manusia lainnya. Hak
itu adalah hak Tuhan sepenuhnya. Persis sebagaimana ketika Tuhan melarang Adam dan istrinya
mendekati pohon. Pelangaran atas larangan itu berakibat fatal sehingga Adam as. dikeluarkan ke
bumi.

Maka meski 6 milyar manusia mengatakan bahwa zina itu bukan pelanggaran berat,
tetapi Tuhan Sang Maha Pencipta justru mengatakan sebaliknya. Bahwa zina adalah sebuah
kekejian yang nyata, terkutuk dan terlaknat. Pelakunya berhak untuk dihukum seberat-beratnya,
yaitu dengan cara dirajam. Berartidiakhiri ajalnya dan harus segera bertemu kembali kepada
Pencipta-Nya, untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya.

57
Semua itu adalah isi kitab suci buat semua umat manusia, baik Zabur, Taurat, Injil
maupun Al-Quran. Semua kitab suci yang turun dari langit sepakat bulat mengatakan bahwa zina
adalah kejahatan tingkat tinggi dan pelakunya wajib dihukum mati .

MUAMALAH

A. Pengertian Muamalah
Menurut bahasa, muamalah berasal dari kata :
(‫ يعامل – معاملة‬-‫ )عامل‬sama dengan wazan : (‫ )فاعل – يفاعل – مفاعلة‬, artinya saling bertindak, saling
berbuat, dan saling mengamalkan.
Dalam arti sempit muamalah adalah aturan-aturan(hukum) Allah swt, yang ditujukan
untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan
urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan. Menurut pengertian di atas, manusia, kapanpun dan
di mana pun, harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.,sekalipun
dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktivitas manusia akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Dengan kata lain, dalam islam, tidak ada pemisahan
antara amal dunia dan amal akhirat, sebab sekecil apapun aktivitas manusia di dunia harus
didasarkan pada ketetapan Allah SWT.agar kelak selamat di akhirat.
Dari arti luas, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan fiqh muamalah
dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta
benda. Persamaan pengertian muamalah dalam arti sempit dan muamalah dalam arti luas adalah
sama-sama mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan pemutaran
harta.
Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti
sosial, ekonomi, politik hukum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih sering disebut
dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu cara bagaimana manusia
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat pilihan di antara berbagai pemakaian atas

58
alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat
dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Sumber-sumber fiqih secara umum berasal
dari dua sumber utama, yaitu dalil naqly yang berupa Al-Quran dan Al-Hadits, dan dalil Aqly
yang berupa akal (ijtihad). Penerapan sumber fiqih islam ke dalam tiga sumber, yaitu Al-Quran,
Al-Hadits,dan ijtihad.
 Al-Quran
Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan bahasa arab
yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia, yang berlaku di dunia dan akhirat. Al-
Quran merupakan referensi utama umat islam, termasuk di dalamnya masalah hokum dan
perundang- undangan.sebagai sumber hukum yang utama, Al-Quran dijadikan patokan  pertama
oleh umat islam dalam menemukan dan menarik hukum suatu  perkara dalam kehidupan.
 Al-Hadits
Al-Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan,perbuatan,maupun ketetapan. Al-Hadits merupakan sumber fiqih kedua setelah Al-
Quran yang berlaku dan mengikat bagi umat islam.
 Ijma’ dan Qiyas
Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap suatu hukum syar’i dalam suatu masa setelah
wafatnya Rasulullah SAW. Suatu hukum syar’i agar bisa dikatakan sebagai ijma’, maka
penetapan kesepakatan tersebut harus dilakukan oleh semua mujtahid, walau ada pendapat lain
yang menyatakan bahwa ijma’ bisa dibentuk hanya dengan kesepakatan mayoritas mujtahid saja.
Sedangkan qiyas adalah kiat untuk menetapkan hukum pada kasus baru yang tidak terdapat
dalam nash (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), dengan cara menyamakan pada kasus baru yang
sudah terdapat dalam nash.
          Prinsip Dasar Fiqih Muamalah, Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna
dalam setiap dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini
berusaha mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah atau pun etika. Artinya,
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan dialektika nilai materialisme
dan spiritualisme. Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan
tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah. Selain itu,
konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah (ekonomi) juga sangat konsen terhadap nilai-nilai
humanisme. Di antara kaidah dasar fiqh muamalah adalah sebagai berikut :

59
 Hukum asal dalam muamalat adalah mubah
 Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
 Menetapkan harga yang kompetitif
 Meninggalkan intervensi yang dilarang
 Menghindari eksploitasi
 Memberikan toleransi

Masduki mengemukakan pendapat Al Fikri dalam kitab Al Mua’malah Al madiyyah wal


Adabiyyah, membagi fiqih muamalah menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:

a. Al Muamalah Al Maddiyyah

Adalah muamalah yang mengkaji segi objeknya, yaitu benda. Sebagian ulama berpendapat
bahwa al muamalah al maddiyyah bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan
syubhat untuk dimiliki, diperjual belikan atau diusahakan, benda yang menimbulkan
kemudharatan dan mendatangkan kemashlahatan bagi manusia dan lainnya.

b. Al Muamalah Al Adabiyyah

Adalah muamalah yang ditinjau dari cara tukar-menukar benda, yang sumbernya dari pancera
indera manusia, sedangkan unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur,
hasud, iri, dendam, dan lain-lain.

Menurut Syafe’i dan Suhendi menyebutkan lingkup fiqih muamalah adabiyah adalah ijab dan
kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban,
kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari
indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.

Sedangkan lingkup cakupan al muamalah al madiyyah, yaitu berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:

60
– Jual beli (al bai’ at tijaroh)

– Gadai (rahn)

– Jaminan dan Tanggungan (kafalah dan dhaman)

– Pemindahan Hutang (hiwalah)

– Jatuh Bangkit (taflis)

– Batas berindak (al hajru)

– Perseroan atau Perkongsian (asy syirkah)

– Perseroan harta atau tenaga (al mudhorobah)

– Sewa-menyewa tanah (al musaqoh al mukhobaroh)

– Upah (Ujroh al amah)

– Gugatan (Asy Syuf’ah)

– Sayembara (Jua’lah)

– Pembagian kekayaan bersama (al qismah)

– Pemberian (Hibah)

– Pembebasan (al ibra’)

– Damai (ash shulhu)

61
Beberapa masalah mu’asiroh, muhadisah, seperti masalah bunga bank, asuransi, kredit, dan
masalah lainnya.

B. Macam-Macam Jual Beli

Dalam fikih muamalah, telah diidentifikasi dan diuraikan macam-macam jual-beli dalam


Islam, termasuk jenis-jenis jual-beli yang dilarang oleh Islam. Macam atau jenisjual-beli dalam
Islam itu antara lain:
1. Bai’ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga keuangan yang
didasarkan atas prinsip jual-beli.
2. Bai’ al muqayyadah, yaitu jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan barang
(barter). Aplikasi jual-beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi
ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan pertukaran
barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi semacam ini lazim disebut
counter trade.
3. Bai’ al sharf; yaitu jual-beli atau pertukaran antara saw mata uang asing dengan mata uang
asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya. Mata uang asing
yang diperjualbelikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun dalam bentuk uang giral
(telegrafic transfer atau mail transfer).
4. Bai’ al murabahah adalah akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan
keuntungan yang diambil.
5. Bai’ al musawamah adalah jual-beli biasa, di mana penjual tidak memberitahukan harga
pokok dan keuntungan yang didapatnya.
6. Bai’ al muwadha’ah yaitu jual-beli di mana penjual melakukan penjualan dengan harga yang
lebih rendah daripada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan semacam ini
biasanya hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai bukunya sudah sangat
rendah.
7. Bai’ as salam adalah akad jual-beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan

62
diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan
untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
8. Bai’ al istishna’ hampir sama dengan bai’ as salam, yaitu kontrak jual-beli di mana harga atas
barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat
yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian.

Di antara jenis-jenis jual-beli dalam Islam tersebut, ada yang lazim digunakan sebagai


model pembiayaan syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bai’ al murabahah, bai’ as
salam dan bai’ al istishna’.
 Al-Murabahah
Murabahah adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat amanah. Bentuk jual-beli ini
berlandaskan pada sabda Rasulullah saw dari Syuaib ar rumy r.a.: “Tiga hal yang di dalamnya
terdapat keberkahan: pertama, menjual dengan pembayaran tangguh (murabahah), kedua,
mugarradhah (nama lain dari mudharabah) dan ketiga, mencampuri tepung dengan gandum
untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjualbelikan.”
AI Murabahah adalah kontrak jual-beli atas barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut
penjual harus menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak termasuk barang
haram. Demikian juga harga pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya
harus disebutkan dengan jelas.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara bank selaku penyedia barang
(penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan
jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah adalah sama dengan rukun dan
syarat dalam fikih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan cara pembayaran
adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari
pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan
yang diambil oleh bank.
Selama akad belum berakhir maka harga jual-beli tidak boleh berubah. Apabila terjadi perubahan
maka akad tersebut menjadi batal. Cara pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama,
bisa secara lumsum ataupun secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran secara angsuran
ini disebut juga bai’ bi tsaman ajil. Dalam praktiknya nasabah yang memesan untuk membeli
barang menunjuk pemasok yang telah diketahuinya menyediakan barang dengan spesifikasi dan

63
harga yang sesuai dengan keinginannya. Atas dasar itu bank melakukan pembelian secara tunai
dari pemasok yang dikehendaki oleh nasabahnya, kemudian menjualnya secara tangguh kepada
nasabah yang bersangkutan.
Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan
memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu. Dengan kata
lain nasabah telah memperoleh pembiayaan dad bank untuk pengadaan barang tersebut.
 Bai’ as salam
Secara etimologi salam berarti salaf (pendahuluan). Bai’ as salam adalah akad jual-beli suatu
barang di mana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan
kemudian dalam jangka waktu yang disepakati.
 Bai’ at lstishna’
Bai’al Istishna’ adalah akad jual-beli antara pemesan/pembeli (mustashni’) dengan
produsen/penjual (shani’) di mana barang yang akan diperjualbelikan harus dibuat lebih dulu
dengan kriteria yang jelas. Istishna’ hampir sama dengan bai’ as salam. Bedanya hanya terletak
pada cara pembayarannya. Pada salam pembayarannya harus dimuka dan segera, sedang pada
istishna’ pembayarannya boleh di awal, di tengah atau di akhir, baik sekaligus ataupun secara
bertahap.
Dalam praktiknya bank bertindak sebagai penjual (shani’ ke-1) kepada pemesan/pembeli dan
mensubkannya kepada produsen (shani’ ke-2).

C. Riba dan macam-macamnya

Kata riba’(ar riba’) menurut bahasa yaitu tambahan (az ziyadah) atau kelebihan.Riba menurut
istilah syara’ialah suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar-menukar sesuatu barang yang
tidak diketahui sama sekali menurut syara’, atau dalam tukar-menukar itu disyaratkan menerima
salah satu dari dua barang apabila terlambat.Riba dapat terjadi pada hutang-piutang , pinjaman ,
gadai , atau sewa-menyewa.

Contohnya : Fauzi meminjam uang sebesar Rp.10.000 pada hari senin , disepakati dalam setiap
satu hari keterlambatan , fauzi harus mengembalikan uang tersebut dengan tambahan 2%.Jadi,

64
hari berikutnya Fauzi harus mengembalikan hutangnya menjadi Rp.10.200.Kelebihan atau
Tambahan ini dinamakan Riba’.

Ulama’Fiqh membagi riba’ menjadi 4 bagian , yaitu sebagai berikut :

1.      Riba’ Fadal
Riba’ fadal yaitu tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya , namun tidak sama
ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang menukarnya.Contohnya tukar-menukar emas
dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh orang yang
menukarkan.Supaya tukar-menukar seperti ini tidak termasuk riba’, maka harus memenuhi tiga
syarat yaitu sebagai berikut :
a)      Barang yang ditukarkan tersebut harus sama
b)      Timbangan atau takarannya harus sama
c)      Serah terima pada saat itu juga.

Hadits Nabi Muhammad SAW.

‫ الذ هب با الذهب و الفضة با لفضة‬:‫عن عبا دة بن الضا مت قا ل النبي صلى هللا عليه و سلم‬
‫و البر باابر و الشعير باالشعير والتمر باالتمر والملح باالملح مثال بمثل سواء بسواء يدا بيد‬
)‫واحمد‬ ‫فاذااختلف هده االصناف فبيعواكيف شئتم اذا كان يدا بيد (رواه مسلم‬

Artinya : “Dari Ubadah bin As Samit r.a.,Nabi SAW telah bersabda , “Emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum,syair dengan syair, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, hendaklah sama banyaknya, tunai dan timbang terima. Apabila berlainan
jenisnya, maka boleh kamu menjual sekehendakmu, asalkan dengan tunai.”(HR.Muslim dan
Ahmad).
2.      Riba’ Nasiah
Riba’ Nasiah yaitu tukar-menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis atau jual beli
yang pembayarannya disyaratkan lebih oleh penjual dengan waktu yang dilambatkan.Contohnya,

65
Salim membeli arloji seharga Rp.500.00.Oleh penjualnya disyaratkan membayarnya tahun depan
dengan harga Rp.525.000
3.      Riba’ Qardi
Riba’ Qardi yaitu Meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan dari orang
yang meminjami.Contohnya Yahya meminjam uang kepada Bakar sebesar Rp.5.000 dan Bakar
mengharuskan kepada Yahya mengembalikan uang itu sebesar Rp.5.500.Tambahan lima ratus
rupiah adalah Riba’Qardi
4.      Riba’ Yad
Riba’ Yad yaitu berpisah dari tempat aqad jual beli sebelum serah terima.Misalnya, orang yang
membeli suatu barang sebelum ia menerima barang tersebut dari penjual, penjual dan pembeli
tersebut telah berpisah sebelum serah terima barang itu.Jual beli ini dinamakan riba’ yad.

Berikut ini syarat-syarat jual beli agar tidak menjadi riba’:


1.      Menjual sesuatu yang sejenis ada 3 syarat, yaitu :
a)      Serupa timbangan dan banyaknya
b)      Tunai, dan
c)      Timbang terima dalam akad (ijab qabul) sebelum meninggalkan majelis aqad
2.      Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada 2 syarat, yaitu :
a)      Tunai
b)      Timbang terima dalam aqad (ijab qabul) sebelum meninggalkan majelis aqad

Riba’ diharamkan oleh semua agama samawi.Adapun sebab diharamkannya karena memiliki
bahaya yang sangat besar antara lain sebagai berikut.
 Riba’ dapat menimbulkan permusuhan antarpribadi dan mengikis habis semangat kerja
sama atau saling menolong sesama manusia.Padahal, semua agama,terutama islam
menyeru kepada manusia untuk saling tolong-menolong,membenci orang yang
mengutamakan kepentingan diri sendiri atau egois, serta orang yang mengeksploitasi
orang lain.
 Riba’ dapat menimbulkan tumbuh suburnya mental pemboros yang tidak mau bekerja
keras dan penimbunan harta di tangan satu pihak.Islam menghargai kerja keras dan
menghormati orang yang suka bekerja keras sebagai sarana mencari nafkah.

66
 Riba’ merupakan salah satu bentuk penjajahan atau perbudakan dimana satu pihak
mengeksploitasi pihak yang lain.
 Sifat Riba’sangat buruk sehingga islam menyerukan agar manusia suka mendermakan
harta kepada saudaranya dengan baik jika saudaranya membutuhkan harta.

NIKAH

A.    Pengertian Pernikahan


Perkahwinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur. Menurut istilah
syarak pula ialah ijab dan qabul (‘aqad) yang menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan
perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang
ditentukan oleh Islam. Perkataan zawaj digunakan di dalam al-Quran bermaksud pasangan dalam
penggunaannya perkataan ini bermaksud perkahwinan Allah s.w.t. menjadikan manusia itu
berpasang-pasangan, menghalalkan perkahwinan dan mengharamkan zina.
Pernikahan adalah sunnah karuniah yang apabila dilaksanakan akan mendapat pahala
tetapi apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan dosa tetapi dimakruhkan karna tidak mengikuti
sunnah rosul.
Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda yaitu
laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad.
Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga yang sakinah
mawaddah warohmah serta ingin mendapatkan keturunan yang solihah. Keturunan inilah yang
selalu didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah karena keturunan merupakan generasi
bagi orang tuanya.

B.     Hikmah Pernikahan

67
Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :
a)      Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan.
b)      Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu mengekang syahwat
seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
c)      Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan bencrengkramah
dengan pacarannya.
d)     Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan yang
diciptakan.

D. Tujuan Pernikahan dalam Islam

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi


Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini
yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor
menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
Sasaran utama dari disyari’atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan
meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan
keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan
melindungi masyarakat dari kekacauan.
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari’at Islam
dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam adalah
wajib.
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik
kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur

68
bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih yang lain, sampai-
sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah).
5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani
Adam.Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi
berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan
bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan
pendidikan Islam yang benar.
E. Hukum Nikah

      Wajib kepada orang yang mempunyai nafsu yang kuat sehingga bias menjerumuskannya ke
lembah maksiat (zina dan sebagainya) sedangkan ia seorang yang mampu.disini mampu
bermaksud ia mampu membayar mahar (mas berkahminan/dower) dan mampu nafkah kepada
calon istrinya.
      Sunat kepada orang yang mampu tetapi dapat mengawal nafsunya.
      Harus kepada orang yang tidak ada padanya larangan untuk berkahwin dan ini merupakan
hukum asal perkawinan
      Makruh kepada orang yang tidak berkemampuan dari segi nafkah batin dan lahir tetapi
sekadar tidak memberi kemudaratan kepada isteri.
      Haram kepada orang yang tidak berkempuan untuk memberi nafkah batin dan lahir dan ia
sendiri tidak berkuasa (lemah), tidak punya keinginan menikah serta akan menganiaya isteri jika
dia menikah.

F. Memilih Jodoh Menurut Islam

Dalam memilih istri hendaknya menjaga sifat-sifat wajib. Syeh jalaluddin Al-qosimi
Addimasya’i dalam kitab Al-mauidotul Mukminin menyebutkan ada kriteria bagi laki-laki dalam
memilih jodoh :
a)      Baik agamanya : hendaknya ketika memilih istri itu harus memperhatikan agama dari sisi istri
tersebut.

69
b)      Luhur budi pekertinya : seorang istri yang luhur budi pekertinya selalu sabar dan tabah
menghadapi ujian apapun yang akan dihadapi dalam perjalanan hidupnya.
c)      Cantik wajahnya : setiap orang laki-laki cenderung menyukai kecantikan begitu pula
sebaliknya. Kecantikan wajah yang disertai kesolehahhan prilaku membuat pasangan tentram
dan cenderung melipahkan kasih sayangnya kepadanya, untuk sebelum menikah kita disunahkan
untuk melihat pasangan kita masing-masing.
d)     Ringan maharnya : Rasullullah bersabda : “salah satu tanda keberkahan perempuan adalah
cepat kawinnya, cepat melahirkannya, dan murah maharnya.
e)      Subur : artinya cepat memperoleh keturunan dan wanita itu tidak berpenyakitan.
f)       Masih perawan : jodoh yang terbaik bagi seorang laki-laki perjaka adalah seorang gadis.
Rasullullah pernah mengikatkan Jabbir RA yang akan menikahi seorang janda : “alangkah
baiknya kalau istrimu itu seorang gadis, engkau dapat bermain-main dengannya dan ia dapat
bermain-main denganmu.”
g)       Keturunan keluarga baik-baik : dengan sebuah hadist Rasullallah besabda : “jauhilah dan
hindarkan olehmu rumput mudah tumbuh ditahi kerbau”. Maksudnya : seorang yang cantik dari
keturunan orang-orang jahat.
h)       Bukan termasuk muhrim : kedekatan hubungan darah membuat sebuah pernikahan menjadi
hambar, disamping itu menurut ahli kesehatan hubungan darah yang sangat dekat dapat
menimbulkan problem genetika bagi keturunannya.
Dalam memilih calon suami bagi anak perempuan hendaknya memilih orang yang
memiliki akhlak, kehormatan dan nama baik. Dengan demikian jika ia menggauli istrinya maka
istrinya maka ia menggaulinya dengan baik, jika menceraikan maka ia menceraikan dengan baik.

G. Hukum Pernikahan

1. Hukum Pernikahan Yang Wajib


Menikah itu wjib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial dan juga
sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Hal itu disebabkan bahwa menjaga diri dari zina
adalah wajib. Maka bila jalan keluarnya hanyalah dengan cara menikah, tentu saja menikah bagi
seseorang yang hampir jatuh ke dalam jurang zina wajib hukumnya.

70
Imam Al-qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya
seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko zina pada
dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan membuatnya cukup dalam
masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya:
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
lagi Maha Mengetahui."(QS. An-Nur: 32).

2. Hukum Pernikahan Yang Sunnah


Sedangkan yang tidak sampai diwajibkan untuk menikah adalah mereka yang sudah
mampu namun masih tidak merasa takut jatuh kepada zina. Barangkali karena memang usianya
yang masih muda atau pun lingkungannya yang cukup baik dan kondusif.
Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah, namun tidak
sampai wajib. Sebab masih ada jarak tertentu yang menghalanginya untuk bisa jatuh ke dalam
zina yang diharamkan Allah SWT.
Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan
dia diam tidak menikahi wanita. Paling tidak, dia telah melaksanakan anjuran Rasulullah SAW
untuk memperbanyak jumlah kuantitas umat Islam.
Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Nikahilah wanita yang banyak
anak, karena Aku berlomba dengan nabi lain pada hari kiamat." (HR. Ahmad dan dishahihkan
oleh Ibnu Hibbam).
Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Menikahlah, karena aku berlomba dengan
umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti para rahib nasrani." (HR.
Al-Baihaqi 7/78).
Bahkan Ibnu Abbas ra pernah berkomentar tentang orang yang tidak mau menikah sebab orang
yang tidak sempurna ibadahnya.

3. Hukum Pernikahan Yang Haram


Secara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk menikah.
Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan hubungan seksual.

71
Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon istrinya itu mengetahui dan
menerima keadaannya.
Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak akan
diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan menikah, haruslah
sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada persetujuan dari calon
pasangannya.Seperti orang yang terkena penyakit menular dimana bila dia menikah dengan
seseorng akan beresiko menulari pasangannya itu dengan penyakit. Maka hukumnya haram
baginya untuk menikah kecuali pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima resikonya.
Selain dua hal di atas, masih ada lagi sebab-sebab tertentu yang mengharamkan untuk
menikah. Misalnya wanita muslimah yang menikah dengan laki-laki yang berlainan agama atau
atheis. Juga menikahi wanita pezina dan pelacur. Termasuk menikahi wanita yang haram
dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita yang berada dalam masa iddah.
Ada juga pernikahan yang haram dari sisi lain lagi seperti pernikahan yang tidak memenuhi
syarat dan rukun. Seperti menikah tanpa wali atau tanpa saksi. Atau menikah dengan niat untuk
mentalak, sehingga menjadi nikah untuk sementara waktu yang kita kenal dengan nikah kontrak.

4. Hukum Pernikahan Yang Makruh


Orang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak sempurna kemampuan untuk
berhubungan seksual, hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya
harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah
meski dengan karahiyah.
Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan nafkah suami, melainkan
menjadi tanggung jawab pihak suami. Maka pernikahan itu makruh hukumnya sebab berdampak
dharar bagi pihak wanita. Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan
ketundukan istri kepada suami, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.

5. Hukum Pernikahan Yang Mubah


Orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong
keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah, maka bagi
hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera menikah namun
juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya. Pada kondisi tengah-tengah seperti

72
ini, maka hukum nikah baginya adalah mubah. Sumber: Ebook Fiqih Nikah Oleh H. Ahmad
Sarwat, Lc.
Tags yang terkait dengan hukum nikah: syarat nikah, dasar hukum nikah, rukun nikah, hukum
nikah dalam islam, hukum nikah beda agama, hukum nikah siri, makalah hukum nikah siri,
hukum nikah siri dalam islam.

G. Hikmah dan Tujuan Perkawinan

Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia
karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia.
Dengan pernikahan tali keturunan bisa diketahui dan hal ini sangat berdampak besar bagi
perkembangan generasi selanjutnya.  Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar pada
batas pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-tujuan
penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi dan agama. 
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah,
dan rahmah.  Kita bisa mengatakan bahwa tujuan dari ditetapkannya pernikahan pada umumnya
adalah untuk menghindarkan manusia dari praktik perzinaan dan seks bebas.
Adapun hikmah-hikmah perkawinan adalah dengan pernikahan maka akan memelihara gen
manusia, menjaga diri dari terjatuh pada kerusakan seksual, sebagai tiang keluarga yang tegus
dan kokoh serta dorongan untuk bekerja keras.

A. Rukun-rukun Pernikahan

Hal-hal yang mesti ada dalam upacara pernikahan disyari’atkan dalam sebuah hadist
sebagai berikut : ”Tidak sah pernikahan kecuali dengan hadirnya wali (pihak wanita) dan dua
orang saksi serta mahar (mas kawin) sedikit maupun banyak.” (HR. Athabarani). Berdasarkan
hadist tsb maka ada beberapa rukun pernikahan dii antaranya adalah :

 Hadirnya wali (pihak wanita)


 Dua orang saksi
 Mahar

73
 Khutbahnikah

B. Hukum Perkawinan
Nikah ditinjau dari segi hukum syar’i ada lima macam, secara rinci jumhur ulama
menyatakan hukum perkawinan itu dengan melihat keadaan orang-orang tertentu:
a. Sunnah bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk menikah, telah pantas untuk menikah
dan dia telah mempunyai perlrngkapan untuk melangsungkan perkawinan.
b. Makruh bagi orang-orang yang belum pantas untuk menikah, belum berkeinginan untuk
menikah, sedangkan perbekalan untuk perkawinan juga belum ada. Begitu pula ia telah
mempunyai perlengkapan untuk perkawinan, namun fisiknya mengalami cacat impoten,
berpenyakitan tetap, tua Bangka dan kekurangan fisik lainnya.
c. Wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk menikah, berkeinginan untuk menikah dan
memiliki perlengkapan untuk menikah.
d. Haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi ketentuan syara’ untuk melakukan
perkawinan atau ia yakin perkawinan itu tidak akan memcapai tujuan syara’, sedangkan dia
meyakini perkawinan itu akan merusak kehidupan pasangannya.
e. Mubah bagi orang-orang yang pada dasarnya belum ada dorongan untuk menikah dan
perkawinan itu tidak akan mendatangkan kemudaratan apa-apa kepada siapapun.

F. Bentuk Perkawinan yang Telah Dihapus Oleh Islam


Tujuan perkawinan bisa dicapai dengan adanya prinsip bahwa perkawinan adalah untuk
selamanya, bukan hanya dalam waktu tertentu saja. Karena prinsip perkawinan dalam Islam
seperti itu, maka islam tidak membenarkan :

a. Nikah Mut’ah
b. Muhallil Nikah
c. Nikah Syigar

Rukun nikah

 Pengantin lelaki (Suami)


 Pengantin perempuan (Isteri)

74
 Wali
 Dua orang saksi lelaki
 Ijab dan kabul (akad nikah)

Syarat Sah Nikah


Syarat bakal suami

 Islam
 Lelaki yang tertentu
 Bukan lelaki mahram dengan bakal isteri
 Mengetahui wali yang sebenar bagi akad nikah tersebut
 Bukan dalam ihram haji atau umrah
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Tidak mempunyai empat orang isteri yang sah dalam satu masa
 Mengetahui bahawa perempuan yang hendak dikahwini adalah sah dijadikan isteri

Syarat bakal isteri

 Islam
 Perempuan yang tertentu
 Bukan perempuan mahram dengan bakal suami
 Bukan seorang khunsa
 Bukan dalam ihram haji atau umrah
 Tidak dalam idah
 Bukan isteri orang

Syarat wali

 Islam, bukan kafir dan murtad


 Lelaki dan bukannya perempuan
 Baligh
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

75
 Bukan dalam ihram haji atau umrah
 Tidak fasik
 Tidak cacat akal fikiran,gila, terlalu tua dan sebagainya
 Merdeka
 Tidak ditahan kuasanya daripada membelanjakan hartanya

Syarat-syarat saksi

 Sekurang-kurangya dua orang


 Islam
 Berakal
 Baligh
 Lelaki
 Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul
 Dapat mendengar, melihat dan bercakap
 Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak berterusan melakukan dosa-dosa kecil)
 Merdeka

Syarat ijab

 Pernikahan nikah ini hendaklah tepat


 Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
 Diucapkan oleh wali atau wakilnya
 Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(nikah kontrak
e.g.perkahwinan(ikatan suami isteri) yang sah dalam tempoh tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
 Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafazkan)

Syarat qabul

 Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab


 Tiada perkataan sindiran

76
 Dilafazkan oleh bakal suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
 Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
 Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu qabul dilafazkan)
 Menyebut nama bakal isteri
 Tidak diselangi dengan perkataan lain

RUJUK

Pengertian Rujuk Dalam Islam


Dalam Fikih Islam Rujuk artinya kembali. Menurut syara’ adalah kembalinya seorang
suami kepada mantan istrinya dengan perkawinan dalam masa iddah sesudah ditalak raj’iy.
Dalam pengertian yang lain Rujuk ialah mengembalikan istri yang telah di talak pada
pernikahan asal sebelum di ceraikan.
Firman Allah :

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’[1]. tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. akan tetapi para suami, mempunyai
satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Baqarah:  228)

77
Bila seorang suami telah menceraikan istrinya, maka ia boleh  bahkan dianjurkan untuk rujuk
kembali dengan syarat bila keduanya betul-betul hendak berbaikan kembali (islah). Dengan arti
bahwa keduanya benar-benar sama-sama saling mengerti dan penuh rasa tanggung jawab antara
satu dengan lainnya. Akan tetapi bila suami mempergunakan kesempatan rujuk itu bukan untuk
berbuat islah, bahkan bertujuan untuk menganiaya tanpa memberi nafkah, atau semata-mata
untuk menahan istri agar jangan menikah dengan orang lain, maka suami tersebut tidak berhak
untuk merujuk istrinya itu, malah haram hukumnya.

Macam-Macam Rujuk

Rujuk dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Rujuk untuk talak 1 dan 2 (talak raj’iy)

Dalam suatu hadist disebutkan : dari Ibnu Umar r.a. waktu itu ia ditanya oleh seseorang, ia
berkata, “Adapun engkau yang telah menceraikan ( istri) baru sekali atau dua kali, maka
sesungguhnya Rasulullah SAW telah menyuruhku merujuk istriku kembali” (H.R. Muslim)
Karena besarnya hikmah yang terkandung dalam ikatan perkawinan, maka bila seorang suami
telah menceraikan istrinya, ia telah diperintahkan oleh Allah SWT agar merujukinya kembali.

Firman  Allah SWT :

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah
mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula).
janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, Karena dengan demikian kamu
menganiaya mereka. barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh ia Telah berbuat zalim
terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah
nikmat Allah padamu, dan apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al
hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya
itu. dan bertakwalah kepada Allah serta Ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.  (Q.S. Al-Baqarah : 231)

2. Rujuk untuk talak 3 (talak ba’in)

78
Hukum rujuk pada talak ba’in sama dengan pernikahan baru, yaitu tentang persyaratan adanya
mahar, wali, dan persetujuan. Hanya saja jumhur berpendapat bahwa utuk perkawinan ini
tidak dipertimbangkan berakhirnya masa iddah.

3. Talak tebus dinamakan juga “ bain sugra” dalam talak ini suami tidak sah rujuk lagi, tetapi
boleh menikah kembali, baik dalam iddah maupun sesudah iddah-nya.

Syarat-Syarat Rujuk

1. Saksi untuk rujuk


Fuqaha berbeda pendapat tentang adanya saksi dalam rujuk, apakah menjadi syarat sahnya
rujuk atau tidak. Imam Malik berpendapat bahwa saksi dalam rujuk adalah disunahkan
sedangkan Imam Syafi’i mewajibkan.

1. Rujuk dengan kata-kata atau pergaulan istri


 Terdapat perbedaan pendapat pula dalam hal ini, sebagai berikut:
Menurut pendapat Imam Malik mengatakan bahwa rujuk dengan pergaulan, istri hanya
dianggap sah apabila diniatkan untuk merujuk. Karena bagi golongan ini, perbuatan
disamakan dengan kata-kata dan niat.
 Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, yang mempersoalkan rujuk dengan pergaulan,
jika ia bermaksud merujuk dan ini tanpa niat.
 Menurut pendapat Imam Syafi’i, bahwa rujuk itu disamakan dengan perkawinan dan
Allah SWT memerintahkan untuk diadakan persaksian, sedang persaksian hanya terdapat
dalam kata-kata.
2. Kedua belah pihak yakin dapat hidup bersama kembali dengan baik
3. Istri telah dicampuri
Jika istri yang dicerai belumpernah dicampuri, maka tidak sah rujuk, tetapi harus dengan
perkawinan baru lagi.

4. istri baru dicerai dua kali


Jika istri telah ditalak tiga maka tidak sah rujuk lagi, melainkan harus telah menikah dengan
orang lain kemudian bercerai, barulah boleh rujuk kembali dengan akad yang baru.

79
Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak
lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk
kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) Mengetahui.(Q.S. Al-Baqarah :
230)
5. Istri yang dicerai dalam masa iddah raj’iy Jika bercerainya dari istri karena fasakh atau
khulu’ atau talak ba’in atau istri yang dicerai belum pernah dicampuri, maka rujuknya tidak
sah.

Rukun Rujuk

Rukun rujuk di bagi 4 poin :


1. Istri , keadaan istri diisyaratkan :
a. Sudah di campuri, karena istri yang belum di campuri apabila di talak, si istri tdk mempunyai
iddah

b. Istri yang tertentu. Klo suami mempunyai banyak istri, kemudian ia rujuk kpd seorang dari
mereka dngn tdak ditentukan siapa yang di rujuk maka rujuknya tidak sah

c. Talak nya adalah talak raj’i

d. Rujuk masih dalam kaktu iddah QS. Al-baqara : 228

Artinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.
Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi
para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya [143]. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2. Suami atas kehendak sendiri bukan di paksa
3. Saksi, artinya dalam rujuk terdapat saksi

80
4. Lafaz, ucapan yang dilakukan suami secara terang-terangan Misalnya, “Aku rujuk
engkau pada hari ini” atau “Telah kurujuk istriku yang bernama ………… pada hari ini” dan
lain sebagainya yang semakna. Maupun dengan sindiran misalnya “ saya pegang engkau /
saya kawin engkau “ dn sebagainya.

Prosedur Rujuk

Pasangan mantan suami istri yang akan melakukan rujuk harus datang menghadap PPN
(Pegawai Pencatat Nikah) atau Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) yang mewilayahi tempat
tinggal istri dengan membawa surat keterangan untuk rujuk dari Kepala Desa/Lurah serta
Kutipan dari Buku Pendaftaran Talak/Cerai atau Akta Talak/Cerai.

Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :

1. Di hadapan PPn suami mengikrarkan rujuknya kepada istri disaksikan minimal dua orang
saksi
2. PPN mencatatnya dalam Buku Pendaftaran Rujuk, kemudian membacanya dihadapan
suami-istri tersebut terhadap saksi-saksi, dan selanjutnya masing-masing membubuhkan tanda
tangan.
3. PPN membuatkan kutipan Buku Pendaftaran Rujuk rangkap dua dengan nomor dan kode
yang sama
4. Kutipan diberikan kepada suami-istri yang rujuk
5. PPN membuat surat keterangan tentang terjadinya rujuk dan mengirimnya ke Pengadilan
Agama yang mengeluarkan akta talak yang bersangkutan
6. Suami-istri dengan membawa Kutipan Buku Pendaftaran Rujuk datang ke Pengadilan
Agama tempat terjadinya talak untuk mendapatkan kembali Akta Nikahnya masing-masing
7. Pengadilan Agama memberikan Kutipan Akta Nikah yang bersangkutan dengan menahan
Kutipan Buku Pendaftaran Rujuk.

Cara Melakukan Rujuk

Cara melakukannya ada dua cara, secara tertulis atau dengan ucapan (sighat).

81
1. Dengan surat yang ditulis suaminya sendiri tetapi tidak dibaca dianggap sebagai kategori
kinayah, artinya harus ada niat suami pada saat menulis surat tersebut.
2. Dengan ucapan ( sighat ), rujuk dengan cara ini ada dua macam :
1. Ucapan sharih, ialah ucapan yang tegas dan jelas maksudnya, misalnya : “aku
kembalikan kau pada nikahku”, “aku rujuk engkau”, “aku terima kembali engkau”.
2. Ucapan kinayah, ucapan yang tidak tegas maksudnya, misalnya : “aku nikahi engkau”, “
aku pegang engkau”. Pada yang bersifat kinayah ini disyaratkan memiliki niat dari suami.
Disyaratkan ucapan tersebut tidak berta’liq ( menggantung) seperti ucapan : “ kurujuk
engkau jika engkau mau”, hal semacam ini tidak sah walaupun istrinya mau, begitupula
merujuk berbatas waktu seperti ucapan : “ kurujuk engkau sebulan”.

KHULU’

Tuntutan cerai, dalam bahasa Arab disebut Al-Khulu. Kata Al-Khulu dengan didhommahkan
hurup kha’nya dan disukunkan huruf Lam-nya, berasal dari kata ‘khul’u ats-tsauwbi. Maknanya
melepas pakaian. Lalu digunakan untuk istilah wanita yang meminta kepada suaminya untuk
melepas dirinya dari ikatan pernikahan yang dijelaskan Allah sebagai pakaian. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman

“Mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka”(Al-Baqarah : 187)

HUKUM AL-KHULU’

Al-Khulu disyariatkan dalam syari’at Islam berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khuatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika

82
kamu khuatir bahawa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus
dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim’ (Al-Baqarah : 229).

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.

“Isteri Tsabit bin Qais bin Syammas mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berkata ; “Wahai Rasulullah, aku tidak membenci Tsabit dalam agama dan akhlaknya. Aku
hanya takut kufur”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah kamu
mengembalikan kepadanya kebunnya?”. Dia menjawab, “Ya”, maka dia mengembalikan
kepadanya dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya, dan Tsabit pun
menceraikannya” (HR Al-Bukhari)

Demikian juga kaum muslimin telah berijma’ pada masalah tersebut, sebagaimana dinukilkan
Ibnu Qudamah (3), Ibnu Taimiyyah (4), Al-Hafizh Ibnu Hajar (5), Asy-Syaukani (6), dan Syaikh
Abdullah Al-Basam (7), Muhammad bin Ali Asy-Syaukani menyatakan, para ulama berijma
tentang syari’at Al-Khulu, kecuali seorang tabi’in bernama Bakr bin Abdillah Al-Muzani… dan
telah terjadi ijma’ setelah beliau tentang pensyariatannya. (8).

HUKUM AL-KHULU

Menurut tinjauan fikih, dalam memandang masalah Al-Khulu terdapat hukum-hukum taklifi
sebagai berikut.

(1). Mubah (Diperbolehkan).

Ketentuannya, si wanta sudah benci tinggal bersama suaminya kerana kebencian dan takut tidak
dapat menunaikan hak suaminya tersebut dan tidak dapat menegakkan batasan-batasan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam ketaatan kepadanya, dengan dasar firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

83
“Jika kamu khuatir bahawa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk
menebus dirinya” (Al-Baqarah : 229)

Al-Hafizh Ibnu Hajar memberikan ketentuan dalam masalah Al-Khulu ini dengan
pernyataannya, bahawasanya Al-Khulu, ialah seorang suami menceraikan isterinya dengan
penyerahan pembayaran ganti kepada suami. Ini dilarang, kecuali jika keduanya atau salah
satunya merasa khuatir tidak dapat melaksanakan apa yang diperintahkan Allah. Hal ini boleh
muncul kerana adanya ketidaksukaan dalam pergaulan rumah tangga, boleh jadi kerana jeleknya
akhlak atau bentuk fiziknya. Demikian juga larangan ini hilang, kecuali jika keduanya
memmerlukan penceraian, kerana khuatir dosa yang menyebabkan timbulnya Al-Bainunah Al-
Kubra (Perceraian besar atau Talak Tiga)

Syaikh Al-Bassam mengatakan, diperbolehkan Al-Khulu (mintak cerai) bagi wanita, apabila si
isteri membenci akhlak suaminya atau khuatir berbuat dosa kerana tidak dapat menunaikan
haknya. Apabila si suami mencintainya, maka disunnahkan bagi si isteri untuk bersabar dan tidak
memilih perceraian.

(2). Diharamkan Khulu’, Hal Ini Kerana Dua Keadaan

a). Dari Sisi Suami.

Apabila suami menyusahkan isteri dan memutus hubungan komunikasi dengannya, atau dengan
sengaja tidak memberikan hak-haknya dan sejenisnya agar si isteri membayar tebusan kepadanya
dengan jalan tuntutan cerai, maka Al-Khulu itu batil, dan tebusannya dikembalikan kepada
wanita. Sedangkan status wanita itu tetap seperti asalnya jika Al-Khulu tidak dilakukan dengan
lafazh thalak, kerana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Janganlah kamu menyusahkan mereka kerana hendak mengambil kembali sebahagian kecil dari
apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang
nyata” (An-Nisa : 19) (12)

Apabila suami menceraikannya, maka dia tidak memiliki hak mengambil tebusan tersebut.
Namun, bila isteri berzina lalu suami membuatnya susah agar isteri tersebut membayar terbusan

84
dengan Al-Khulu, maka diperbolehkan berdasarkan ayat di atas”

b). Dari Sisi Isteri

Apabila seorang isteri meminta cerai padahal hubungan rumah tangganya baik dan tidak terjadi
perselisihan maupun pertengkaran di antara pasian suami isteri tersebut. Serta tidak ada alasan
syar’i yang membenarkan adanya Al-Khulu, maka ini dilarang, berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Semua wanita yang minta cerai (mintak cerai) kepada suaminya tanpa alasan, maka haram
baginya bau syurga” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dan dishahihkan
Syaikh Al-Albani dalam kitab Irwa’ul Ghalil, no. 2035)
(3). Mustahabbah (Sunnah) Wanita Minta Cerai (Al-Khulu).

Apabila suami berlaku mufarrith (meremehkan) hak-hak Allah, maka si isteri disunnahkan Al-
Khulu. Demikian menurut madzhab Ahmad bin Hanbal

(4). Wajib.

Terkadang Al-Khulu hukumnya menjadi wajib pada sebagiaan keadaan. Misalnya terhadap
orang yang tidak pernah melakukan shalat, padahal telah diingatkan

Demikian juga seandainya si suami memiliki keyakinan atau perbuatan yang dapat menyebabkan
keyakinan si isteri keluar dari Islam dan menjadikannya murtad. Si wanita tidak mampu
membuktikannya di hadapan hakim peradilan untuk dihukumi berpisah atau mampu
membuktikannya, namun hakim peradilan tidak menghukuminya murtad dan tidak juga
kewajipan bepisah, maka dalam keadaan seperti itu, seorang wanita wajib untuk meminta dari
suaminya tersebut Al-Khulu walaupun terpaksa menyerahkan harta. Kerana seorang muslimah
tidak patut menjadi isteri seorang yang memiliki keyakinan dan perbuatan kufur.

85
IDDAH

Pengertian Iddah

Iddah (Arab: ‫" ;عدة‬waktu menunggu") di dalam agama Islam adalah sebuah masa di mana


seorang perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya, baik diceraikan karena suaminya mati
atau karena dicerai ketika suaminya hidup, untuk menunggu dan menahan diri dari menikahi
laki-laki lain.

Seorang perempuan yang sedang dalam masa iddah disebut mu’taddah. Iddah sendiri


menjadi 2, yaitu perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya (mutawaffa ‘anha) dan
perempuan yang tidak ditinggal mati oleh suaminya (ghair mutawaffa ‘anha).

Iddah diwajibkan untuk memastikan apakah perempuan tersebut rahimnya sedang


mengandung atau tidak, hal tersebut adalah penyebab kenapa seorang perempuan harus
menunggu dalam masa yang telah ditentukan. Apabila ia menikah dalam masa iddah, sedangkan
kita tidak mengetahui apakah perempuan tersebut sedang hamil atau tidak dan ternyata dia hamil
maka akan timbul sebuah pertanyaan “Siapa bapak dari anak ini?” dan ketika anak tersebut lahir

86
maka dinamakan “anak syubhat”, yakni anak yang tidak jelas siapa bapaknya dan apabila
anaknya adalah perempuan maka ia tidak sah, karena ia tidak dinikahkan oleh walinya.

Setelah datangnya Islam, ‘iddah tetap diakui sebagai salah satu dari ajaran syari‘at karena
banyak mengandung manfaat. Para ulama telah sepakat mewajibkan iddah ini yang didasarkan
pada firman Allah Ta‘ala:
Wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan dini (menunggu) selama tiga masa quru’ (Al
—Baqarah: 228)

Lama masa quru` ada dua pendapat. Pertama, masa suci dari haidh. Kedua, masa haid
sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW
“Dia (isteri) ber’iddah (menunggu) selama tiga kali masa haid. “(HR Ibnu Majah)

Demikian pula sabda beliau yang lain:


“Dia menunggu selama hari-hari quru’nya. “(HR Abu Dawud dan Nasa’i)

“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru.
Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa
menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak
yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Al Baqarah(2):228)

 “Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita
dari Aslam bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu
Sanâbil bin Ba’kak melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata,
“Demi Allâh, dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling
panjang dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah!” (HR al-
Bukhâri no. 4906)

Hukum Iddah

87
‘Iddah wajib bagi seorang isteri yang dicerai oleh suaminya, baik cerai karena kernatian
maupun cerai karena faktor lain. Dalil yang menjadi landasan nya adalah firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:

“Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan mening galkan isteri-isteri, maka
hendaklah para isteri itu menangguhkan diri nya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari.“(Al-
Baqarah: 234)

Dan firman-Nya yang lain:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian menikahi wanita- wanita yang beriman,
kemudian kalian hendak menceraikan mereka sebelum kalian mencampurinya, maka sekali-kali
tidak Wajib atas mere ka ‘iddah bagi kalian yang kalian minta menyempurnakannya. Maka
berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.“ (A1-
Ahzab: 49)

Yang dimaksud dengan “mut’ah” di sini adalah pemberian untuk menyenangkan hati isteri
yang diceraikan sebelum dicampuri.

Hikmah Iddah

1. Penghargaan terhadap hubungan suami-isteri, sehingga dia tidak langsung berpindah


kecuali setelah menunggu dan diakhirkan. Memberikan kesempatan kepada suami isteri
untuk kembali kepada kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih melihat adanya
kebaikan di dalam hal itu.
2. Untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada isteri yang dicerai kan. Untuk
selanjutnya memelihara jika terdapat bayi di dalam kandungannya, agar menjadi jelas siapa
ayah dan bayi tersebut.
3. Agar isteri yang diceraikan dapat ikut merasakan kesedihan yang dialami keluarga
suaminya dan juga anak-anak mereka serta menepati permintaan suami. Hal ini jika ‘iddah
tersebut di karenakan oleh kematian suami.
4. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis
keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.

88
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad
pernikahan.
6. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak
memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
7. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila
wanita yang dicerai sedang hamil.

Hak – Hak Wanita Yang Sedang Menjalani Masa Iddah

Seorang perempuan yang sedang dalam masa iddah masih menjadi tanggungan
suami. Maka sang suami wajib memenuhi hak-hak istrinya sampai masa iddahnya seleasai, dan
berikut adalah hak-hak nya :

1. Istri yang menjalani masa iddah karena ditalak raji’ (dapat dirujuk kembali) atau istrinya
terkena talak ba’in (tidak dapat rujuk kembali) yang sedang hamil, apabila terjadi salah satu
hal tersebut maka ia berhak mendapatkan tempat tinggal, pakaian, dan nafkah dari suami
yang menceraikannya selama masa iddahnya.
2. Istri yang dalam masa iddah dikarenakan suaminya wafat, maka ia hanya mendapat hak
waris, walaupun sedang hamil.
3. Wanita yang dicerai dengan talak ba’in (tidak dapat rujuk kembali) atau talak tebus
(khulu’), maka baginya hanya mempunyai hak tempat tinggal saja dan tidak yang lainnya.

Larangan Bagi Wanita Yang Sedang Menjalani Masa ‘Iddah.

Di antara yang tidak boleh dilakukan oleh wanita yang sedang ber`iddah adalah:

1. Tidak boleh menerima khitbah (lamaran) dari laki-laki lain kecuali dalam bentuk sindiran.
2. Tidak boleh menikah
3. Tidak boleh keluar rumah
4. Tidak Berhias (Al-Hidad/Al-Ihtidad)

Seorang wanita yang sedang dalam masa iddah dilarang untuk berhias atau bercantik-
cantik. Dan di antara kategori berhias itu antara lain adalah:

89
o Menggunakan alat perhiasan seperti emas, perak atau sutera
o Menggunakan parfum atau wewangian
o Menggunakan celak mata, kecuali ada sebagian ulama yang membolehkannya memakai
untuk malam hari karena darurat.
o Memakai pewarna kuku seperti pacar kuku (hinna‘) dan bentuk-bentuk pewarna
lainnya.
o Memakai pakaian yang berparfum atau dicelup dengan warna-warna seperti merah dan
kuning.

Di dalam kitab Fiqhus-Sunnah, As-Sayyid Sabiq mengatakan:

“Isteri yang sedang menjalani masa ‘iddah berkewajiban untuk menetap di rumahyang ia
dahulu tinggal bersama sang suami, hingga selesai masa ‘iddahnya. Dan tidak diperbolehkan
baginya keluar dan rumah tensebut. Sedangkan suaminya juga tidak diperbolehkan untuk
mengeluarkannya dari rumahnya. Seandainya terjadi perceraian di antara mereka berdua, sedang
isterlnya tidak berada di rumah di mana mereka berdua menjalani kehidupan rumah tangga,
maka si isteri wajib kembali kepada suaminya untuk sekedar suaminya mengetahuinya di mana
ia berada.”

Apabila isteri yang dithalak itu melakukan perbuatan keji secara terang- terangan
memperlihatkan sesuatu yang tidak baik bagi keluarga suaminya, maka dibolehkan bagi suami
untuk mengusirnya dari rumah tersebut, demikian menurut Ibnu Abbas.

Pendapat Sayyid Sabiq di atas juga ditentang oleh Aisyah Radhiyallahu Anha, Ibnu Abbas,
Jabir bin Zaid, Hasan, Atha’, dan diriwayatkan dan Ali dan Jabir; di mana Aisyah sendiri pernah
mengeluarkan fatwa kepada isteri yang ditinggal mati suaminya untuk keluar dan rumah pada
saat menjalani masa ‘iddahnya. Lalu isteri tersebut keluar rumah bersama dengan saudara
perempuannya, Ummu Kultsum berangkat ke Makkah untuk menjalankan ibadah umrah, yaitu
ketika Thalhah bin Ubaid terbunuh.

Dasar Persyariatnya

90
Masa iddah sebenarnya sudah dikenal dimasa jahiliyah. Ketika Islam datang, masalah ini
tetap diakui dan dipertahankan. Oleh karena itu para Ulama sepakat bahwa ‘iddah itu wajib,
berdasarkan al-Qur`ân dan Sunnah.

Dalil dari al-Qur`ân yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-
Baqarah/2:228]

Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya :

Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari
Aslam bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil
bin Ba’kak melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi
Allâh, dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang
dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no.
4906].

Aturan – Aturan Dalam Iddah

Masa iddah diwajibkan pada semua wanita yang berpisah dari suaminya dengan sebab
talak, khulu’ (gugat cerai), faskh (penggagalan akad pernikahan) atau ditinggal mati, dengan
syarat sang suami telah melakukan hubungan suami istri dengannya atau telah diberikan
kesempatan dan kemampuan yang cukup untuk melakukannya. Berdasarkan ini, berarti wanita
yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya sebelum digauli atau belum ada kesempatan
untuk itu, maka dia tidak memiliki masa iddah. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang
beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali
tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya.” [al-
Ahzâb/33:49]

Berdasarkan keterangan di atas dan berdasarkan penyebab perpisahannya, masalah ‘iddah ini
dapat dirinci sebagai berikut :

91
1. Jika perempuan yang ditinggalkan mati suaminya tidak hamil, maka masa iddahnya 4
bulan 10 hari. Adapun apabila ia dalam keadaan hami, maka masa iddahnya adalah
sampai perempuan tersebut melahirkan.
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga
bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan
yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan
barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya.” (Ath-Thalaq(65):4)
2. Apabila bercerai, dibagi menjadi cerai yg bisa rujuk (talak 1& talak 2) serta cerai yg tidak bisa
rujuk (talak 3). Inipun dibagi lagi menjadi yg masih haid ataupun sudah tidak haid (tua).
a. Untuk kasus bisa rujuk dan masih haid, masa iddahnya = 3 kali haid.
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak
boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi
para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (Al Baqarah(2):228)
b. Kasus bisa rujuk dan tidak haid, masa iddah = 3 bulan.
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah
tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan
perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq(65):4)
c. Bisa rujuk dan sedang hamil, masa iddah sampai melahirkan bayi.
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga
bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan
perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq(65):4)
d. Tidak bisa rujuk (talak 3), maka masa iddahnya hanya 1 kali haid (~ 1 bulan).

92
e. Jika istri yg menggugat cerai, maka masa iddahnya = 1 bulan (~ 1 bulan).
“Dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa istri Tsabit bin Qais menggugat cerai dari
suaminya pada zaman Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Rasululloh Shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menunggu sekali haidh. (HR Abu Dâud dan at
Tirmidzi dan dishahihkan oleh syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dâud no.1 950).

3. Jika perempuan itu masih kecil atau sudah tidak memilki siklus haid (menopause),
iddahnya 3 bulan.
4. Adapun untuk perempuan yang belum pernah disetubuhi, ia tidak memiliki masa iddah.
5. Iddah bagi istri yang sedang hamil, yaitu sampai ia melahirkan.
6. Adapun apabila ia menyetubuhi perempuan budak, maka budak tersebut tidak memiliki
masa iddah. Apabila ia sedang hamil maka iddahnya sama dengan perempuan yang
merdeka yang sedang hamil, yakni hingga melahirkan. Jika ia tidak hamil, maka masa
iddahnya adalah 2 kali menstruasi.

Perubahan Standar Masa Iddah Dari Haid Ke Hitungan Bulan

Pada asalnya masa iddah seorang itu menggunakan satu standar dari sejak mulai sampai
akhir. Namun terkadang karena suatu sebab terjadi perubahan standar. Misalnya, apabila seorang
suami mentalak istrinya yang masih aktif haidh, kemudian sebelum masa ‘iddahnya selesai, sang
suami meninggal dunia. Wanita seperti ini memiliki dua keadaan :
a. Apabila talak tersebut masih talak raj’i (talak satu dan dua), maka masa ‘iddah yang wajib
diselesaikan oleh wanita ini bukan lagi dengan hitungan tiga kali haidh tapi sudah berpindah ke
‘iddah wanita yang ditinggal mati oleh suaminya yaitu empat bulan sepuluh hari. Karena
statusnya masih tetap sebagai istri. Talak raj’i tidak menghilangkan status istri pada seorang
wanita. Oleh karena itu, wanita yang ditalak dengan talak raj’i masih saling mewarisi dengan
suaminya, jika salah satunya meninggal sementara sang istri masih dalam masa ‘iddah.

b. Apabila talak tersebut talak tiga (talak bâ`in), maka ia tetap hanya menyempurnakan sekali
haidh saja dan tidak berubah ke ‘iddah wanita yang ditinggal mati suaminya. Karena hubungan
sebagai suami istri telah terputus sejak talak tiga itu sah. Talak tiga menyebabkan status istri

93
pada seorang wanita hilang. Sehingga pada kejadian di atas kematian sang suami terjadi setelah
si wanita bukan sebagai istrinya lagi.

Perubahan Standard Masa Iddah Dari Hitungan Bulan Ke Hitungan Haid

Apabila seorang wanita memulai iddahnya dengan hitungan bulan karena tidak haidh, baik
karena masih kecil atau telah memasuki masa menopause, namun jika disaat menjalani masa
‘iddah ini mengeluarkan haidh, maka wajib baginya untuk pindah dari hitungan bulan ke
hitungan haidh. Karena hitungan bulan adalah pengganti dari haidh. Oleh karena itu, menghitung
dengan bulan tidak boleh dipakai selama masih ada haidh yang merupakan standar pokok.

Apabila masa ‘iddah dengan hitungan bulan tersebut telah tuntas, kemudian baru
mengalami haidh , maka tidak wajib memulai masa iddah dari awal lagi dengan hitungan haidh.
Karena haidh ada setelah selesai masa iddahnya berlalu.

Apabila seorang wanita memulai hitungan masa ‘iddahnya dengan haidh atau bulan
kemudian ternyata dia hamil dari suaminya tersebut, maka ‘iddahnya berubah menjadi ‘iddah
wanita hamil yaitu sampai melahirkan.

THALAK (THALAQ)

A. Pengertian Talak Dalam Islam

Talak secara bahasa berarti melepaskan ikatan. Dalam hukum Islam, kata talak dimaknai
sebagai memutuskan hubungan antara suami istri dari ikatan tali pernikahan yang sah menurut
syariat agama. Talak bukanlah sesuatu yang menyenangkan, dan dampaknya akan ditanggung
seluruh keluarga sepanjang hidup mereka. Oleh karena itu, sebisa mungkin kata talak dihindari,
karena akan berdampak negatif terhadap seluruh keluarga terutama bagi anak-anak. Dimanapun,
anak-anak yang selalu menjadi korban dalam berbagai kasus perceraian. Ucapan Talak yang
keluar ketika bersenda gurau atau bercanda tetap jatuh selagi yang dipakai adalah kata talak yang
jelas. Seumpama “TALAK atau CERAI” bisa jatuh talak bila ada niat dari suami.

94
‫َصرُّ فَاتِ ِه ظَا ِهرًا َوبَا ِطنًا فَاَل يُ َدي َُّن َكأ َ ْن قالت له‬ ِ َ‫ق ْاله‬
َ ‫از ِل َو ِع ْتقُهُ َو َك َذا نِ َكا ُحهُ َو َسائِ ُر ت‬ ُ ‫فَصْ ٌل يَقَ ُع طَاَل‬
‫ار‬ ْ ‫ك أِل َنَّهُ أتى بِاللَّ ْف ِظ عن قَصْ ٍد َو‬
ٍ َ‫اختِي‬ َ ِ‫ض الدَّاَل ِل أو ااِل ْستِ ْهزَا ِء طَلِّ ْقنِي فقال طَلَّ ْقتُك َو َذل‬ ِ ‫ْر‬ِ ‫في ُمع‬
‫ق بِشَرْ ِط‬ َ ‫وع ِه لِظَنِّ ِه أَنَّهُ اَل يَقَ ُع اَل أَثَ َر له لِ َخطَأ ِ ظَنِّ ِه كما اَل أَثَ َر له فِي َما لو‬
َ َّ‫طل‬ ِ ُ‫ضاهُ بِ ُوق‬
َ ‫َو َع َد ُم ِر‬
ُ ‫ث َج ُّدهُ َّن َج ٌّد َوه َْزلُه َُّن َج ٌّد النِّ َكا ُح َوالطَّاَل‬
‫ق َوالرَّجْ َعةُ َر َواهُ أبو دَا ُود‬ ِ َ‫ْال ِخي‬
ٌ ‫ار له َولِ َخبَ ِر ثَاَل‬

“Dan jatuhlah talak orang yang bersenda gurau begitu juga dengan nikah dan setiap ‘akad
pengelolaan hartanya secara lahir dan bathin maka tidak menjadi miliknya kembali, seperti sa’at
istrinya yang bertujuan bercanda berkata “Talaklah aku..!!!” Kemudian suami menanggapi
candaannya dengan berkata “Kutalak dirimu” maka jatuhlah talaknya.Yang demikian itu
dikarenakan suami memakai bentuk kata “TALAK” yang tidak diperlukan lagi adanya niat dan
juga keadaan ikhtiyarnya (kemauannya sendiri). Tiadalah kerelaan menjatuhkannya sesuai
dengan yang dia duga tidak berpengaruh karena dugaanya dianggap salah. Dan karena
berdasarkan hadits Rasululullah SAW “Tiga (3) hal yang apabila dikatakan dengan sungguh-
sungguh, maka dia menjadi serius dan bila dikatakan dengan main-main, akan jadi serius pula,
yaitu nikah, talak, dan rujuk.” (H.R. Abu daud). (Rujukan PISS-KTB/Asnaa al-Mathaalib
III/281)

B. Macam-macam talak (Thalaq)

1. Talak Menurut Jenisnya

a) Talak mati yaitu talak yang disebabkan karena suaminya meninggal dunia
b) Talak hidup yaitu yang dikarenakan oleh suatu sebab
c) Talak Raj’i Yaitu jenis talak dimana sang suami menjatuhkan atau melafazkan kata talak
satu atau pun talak dua. Sang suami boleh untuk rujuk kembali dengan sang istri, asalkan
sang istri masih di dalam masa iddah. Namun bila masa iddah sudah terlampaui, maka
sudah tidak diperbolehkan rujuk kembali. Jika ingin bersatu lagi, maka harus diikat
dengan akad nikah yang baru.

95
d) Talak ba’in Talak ba’in merupakan Jenis talak yang tidak diperbolehkan untuk rujuk
kembali, jika menginginkan untuk dikawini harus dengan jalan akad nikah baru. Talak
bain ada 2 macam :
1. Ba’in Shughraa (ba’in kecil) adalah talak yang suami tidak dapat untuk rujuk kembali
pada mantan istrinya, melainkan dengan akad dan mahar baru. Talak ba’in shughraa
terjadi bagi istri yang belum didukhul, istri yang berkhuluk dengan menyerahkan
‘iwad (ganti rugi), talak yang dijatuhkan oleh Hakim, dan talak sebab ila’.
2. Ba’in Kubraa (ba’in besar) Yaitu jenis talak dimana sang suami telah menjatuhkan
atau melafazkan ucapan talak yang ketiga kepada sang istri. Apabila sudah sampai
pada pengucapan talak ketiga, maka sang istri tidak bisa untuk dirujuk lagi oleh sang
suami. Sang suami bisa menikahi istrinya kembali dengan syarat sang istri sudah
menikah lagi dengan orang lain, kemudian bercerai. Jika masa iddah dari perceraian
dengan suami yang kedua telah usai, maka sang suami boleh menikahinya kembali
dengan akad nikah yang baru.

2. Talak Menurut Lafadznya

a) Talak dengan lafal shorih (jelas) yaitu kata talak yang tidak harus disertai niat. Contoh:
Seorang suami berkata kepada isterinya; “kamu saya talak” perkataan seperti ini adalah
jelas. Maka tidaklah diperlukan niat. Ucapan seorang suami yang seperti ini baik
bergurau, niat atau tidak ada niat tetap jatuh talak.
b) Talak dengan lafal kinayah (sindiran) yaitu kata talak yang bisa jatuh jika disertai niat.
Contoh: Seoarang suami berkata kepada Isterinya: “pulanglah engkau kerumah orang
tuamu.” Jika suami berkata dengan sindiran, dan disertai niat, maka jatuhlah talak, tetapi
jika tidak disertai niat maka tidak jatuh talak.

3. Talak Menurut Waktunya

a) Talak Sunni
Yaitu jenis talak yang dilakukan dengan mengikuti atau berdasarkan pada petunjuk yang
terdapat pada Al Qur’an dan sunnah Nabi. Sang suami melakukan talak pada saat sang

96
istri dalam kondisi suci dan belum disetubuhi. Apabila sang istri sedang dalam masa haid,
maka harus menunggu sampai istrinya suci dan dalam masa suci tersebut mereka tidak
melakukan hubungan suami istri.
b) Talak Bid’iy
Yaitu talak yang dilakukan sang suami tidak mendasarkan pada petunjuk yang terdapat
pada Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Sang suami menjatuhkan atau
mengucapkan kata talak pada saat istri dalam keadaan haid, atau dalam keadaan suci
namun sebelumnya mereka pernah melakukan jima’, atau melakukan talak pada istri
langsung talak tiga. Talak semacam ini tidak dibenarkan dalam Islam dan pelakunya
berdosa.

Mayoritas ulama berpendapat, talak bid’ah/bid’iy ini statusnya sah, dan dihitung sebagai
talak satu. Namun suami diperintahkan untuk merujuk kembali istrinya dan menahannya sampai
suci dari haid, kemudian haid lagi yang ke-2, sampai suci. Selanjutnya terserah suami, apakah
dia mau menahannya ataupun mentalaknya. Inilah pendapat mayoritas ulama.

Syarh an Nawawiy ala Muslim juz 10 hal. 60 

‫ؤمر‬qq‫أجمعت األمة على تحريم طالق الحائض الحائل بغير رضاها فلو طلقها أثم ووقع طالقه وي‬
‫ير‬qq‫بالرجعة لحديث بن عمر المذكور في الباب وشذ بعض أهل الظاهر فقال ال يقع طالقه ألنه غ‬
‫ره‬qq‫ة ودليلهم أم‬qq‫اء كاف‬qq‫ال العلم‬qq‫ه ق‬qq‫األول وب‬ ‫واب‬qq‫ة والص‬qq‫به طالق األجنبي‬qq‫ه فأش‬qq‫ه في‬qq‫أذون ل‬qq‫م‬
‫بمراجعتها ولو لم يقع لم تكن رجعة فإن قيل المراد بالرجعة الرجعة اللغوية وهي الرد إلى حالها‬
‫األول ال أنه تحسب عليه طلقة قلنا هذا غلط لوجهين أحدهما أن حمل اللفظ على الحقيقة الشرعية‬
‫رح في‬qq‫ر ص‬qq‫اني ان بن عم‬qq‫ه الث‬qq‫ول الفق‬qq‫رر في أص‬qq‫ا تق‬qq‫ة كم‬qq‫يقدم على حمله على الحقيقة اللغوي‬
‫روايات مسلم وغيره بأنه حسبها عليه طلقة وهللا أعلم وأجمعوا على أنه إذا طلقها يؤمر برجعتها‬
‫ة‬qq‫و حنيف‬qq‫ال األوزاعي وأب‬qq‫ه ق‬qq‫ذهبنا وب‬qq‫كما ذكرنا وهذه الرجعة مستحبة ال واجبة وآخرون هذا م‬
‫ل ففي‬q‫إن قي‬q‫ة ف‬qq‫وسائر الكوفيين وأحمد وفقهاء المحدثين وآخرون وقال مالك وأصحابه هي واجب‬
‫ذا‬qq‫ذي يلي ه‬qq‫ر ال‬qq‫د الطه‬qq‫ر بع‬qq‫أخير الطالق إلى طه‬qq‫ة ثم بت‬qq‫ر بالرجع‬qq‫ه أم‬qq‫ذا أن‬qq‫ر ه‬qq‫حديث بن عم‬
  ‫التأخير‬ ‫الحيض فما فائدة‬
97
‫‪Kifayatul Akhyar juz 1 hal. 392 ‬‬

‫وأما طالق البدعة فهو أن يطلقها في الحيض مختارا وهي ممن تعت‪qq‬د ب‪qq‬األقراء من غ‪qq‬ير ع‪qq‬وض‬
‫من جهتها أو يطلقها في طهر جامعها فيه بال عوض منها وهي ممن يجوز أن تحب‪qq‬ل ولم يتحق‪qq‬ق‬
‫حمله‪qq‬ا ودليل‪qq‬ه ح‪qq‬ديث ابن عم‪qq‬ر وادعى اإلم‪qq‬ام اإلجم‪qq‬اع علي‪qq‬ه والحكم‪qq‬ة في ذل‪qq‬ك أن الطالق في‬
‫الحيض يطول عليها العدة ألن بقية الحيض ال يحسب من العدة وفيه إضرار بها وأما الطالق في‬
‫الطهر الذي جامعها فيه فألنه ربما يعقبه ندم عند ظهور الحمل فإن اإلنسان قد يطلق الحائل دون‬
‫الحامل وإذا ندم فقد ال يتيسر التدارك فيتضرر الولد وهللا أعلم‬

‫‪Hasyiyah al Jamal juz 4 hal. 360 ‬‬

‫والبدعي حرام) للنهي عنه والعبرة في الطالق المنجز بوقته وفي المعلق بوقت وجود الص‪qq‬فة إال‬
‫إذا جهل وقوعه في زمن البدعة فالطالق وإن كان بدعيا ال إثم فيه (وسن لفاعل‪qq‬ه) إذا لم يس‪qq‬توف‬
‫عدد الطالق (رجعة) لخبر ابن عمر السابق وفي رواية فيه «م‪q‬ره فليراجعه‪q‬ا ثم ليطلقه‪q‬ا ط‪qq‬اهرا‬
‫قبل أن يمسها إن أراد» ‪ ،‬ويقاس بما في‪qq‬ه بقي‪q‬ة ص‪qq‬ور الب‪qq‬دعي وس‪q‬ن الرجع‪qq‬ة ينتهي ب‪q‬زوال زمن‬
‫البدعة‬

‫‪Jadi, perbedaan di antara dua jenis talak di atas bisa dilihat dengan sangat jelas. Talak sunni‬‬
‫‪proses talak yang dilakukan berdasarkan pada petunjuk yang diberikan Allah melalui Al Qur’an‬‬
‫‪dan Rasul-Nya, sedangkan talak bid’iy justru menyelisihi petunjuk tersebut. Talak yang‬‬
‫‪diucapkan atau dilafalkan sang suami dilakukan tanpa mengikuti petunjuk dari Allah SWT.‬‬

‫‪4.‬‬ ‫‪Rukun Talak‬‬

‫‪Adapun rukunnya ada tiga yaitu :‬‬


‫‪1. Suami yang mentalak dengan syarat akil baligh‬‬
‫‪2. Istri yang ditalak‬‬
‫‪3. Ucapan yang digunakan untuk mentalak‬‬

‫‪5.‬‬ ‫‪Tentang Hukum Talak‬‬

‫‪98‬‬
1. Makruh, ini merupakan asal hukum talak
2. Sunnah, apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya (nafkah) atau si
perempuan tidak mau menjaga kehormatannya.
3. Wajib, apabila perselisihan antara suami istri, sementara hakim memandang perlu
keduanya bercerai.
4. Haram, apabila menceraikan istri dalam keadaan haid atau menceraikan istri setelah
mencampurinya.

6. Bilangan Talak

a) Talak Satu, suami telah menjatuhkan talak satu pada istrinya, talak pertama ini suami
masih boleh kembali kepada istrinya (talak raj’iy).

b) Talak Dua, yaitu suami telah menjatuhkan talak dua kali pada si istri, talak ini juga
disebut talak raj’iy dan suami masih boleh kembali kepada istrinya.

c) Talak Tiga, yaitu jika suami telah menjatuhkan tlak tiga kali pada istrinya. Talak ini
disebut dengan talak ba’in. Jika suami telah menjatuhkan talak tiga, maka ia tidak boleh
kembali kepada istrinya kecuali istrinya telah dinikahi orang lain dan telah diceraikannya
hingga habis masa iddahnya.

UKHUWAH

A. Pengertian Ukhuwah 
Kata ukhuwah berasal dari bahasa arab yang kata dasarnya adalah akh yang berarti saudara,
sementara kata ukhuwah berarti persaudaraan. Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah
kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya yang beriman dan
bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling
percaya terhadap saudara seakidah. Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling
menolong,saling pengertian dan tidak menzhalimi harta maupun kehormatan orang lain yang
semua itu muncul karena Allah semata.

99
B. Macam-macam ukhuwah 

1. Ukhuwah Islamiyah 
Yaitu persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau persaudaraan yang diikat oleh
aqidah/keimanan, tanpa membedakan golongan selama aqidahnya sama maka itu adalah saudara
kita dan harus kita jalin dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam
Alqur’an surat Al Hujarat : 10, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah saudara, oleh karena itu peralatlah simpul persaudaraan diantara kamu, dan bertaqwalah
kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmatnya “.
Dari ayat di atas jelas bahwa kita sesama umat islam ini adalah saudara, dan wajib menjalin
terus persaudaraan di antara sesama umat Islam dan marilah yang mana saudara kita jadikan
saudara dan janganlah saudara kita anggap sebagai musuh,hanya karna masalah masalah-
masalah sepele yang tidak berarti.yang pada akhirnya mengancam ukhuwah Islamiyah yang pada
akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa. 

2. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah 
Yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan
ras, agama, suku dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa
kemanusiaan, maksudnya kita sebagai manusia harus dapat memposisikan atau memandang
orang lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya.
Ukhuwah Insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran bahwa semua orang umat manusia adalah
makhluk Allah, sekalipun Allah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih
jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya. Jika ukhuwah insyaniyah tidak dilandasi
dengan ajaran agama keimanan dan ketaqwaan, maka yang akan muncul adalah jiwa
kebinatangan yang penuh keserakahan dan tak kenal halal dan haram bahkan dapat bersikap
kanibal terhadap sesama. 

3. Ukhuwah Wathoniyah 
Yaitu persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku,
warna kulit, adat istiadat dan budaya dan aspek-aspek yang lainnya. Semua itu perlu untuk

100
dijalin karena kita sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Mengingat pentingnya menjalin
hubungan kebangsaan ini Rosulullah bersabda “Hubbui wathon minal iman”, artinya: Cinta
sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.
Sebagai seorang muslim, harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengaktualisasikan
ketiga macam ukhuwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ketiganya terjadi secara
bersama, maka ukhuwah yang harus kita prioritaskan adalah ukhwah Islamiyah, karena ukhuwah
ini menyangkut kehidupan dunia dan akherat.

C. Urgensi Ukhuwah

Di tengah-tengah kehidupan Zaman modern, yang cenderung individulis dan materilis ini,
persaudaraan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat urgen untuk dibangun demi terciptanya
tatanan masyarakat yang rukun dan damai. Urgensi ukhuwah itu diantaranya: 
1. Ukhuwah menjadi pilar kekuatan islam. 
Rosulullah SAW bersabda: “Al Islamu ya’lu wala yu’la alaih”, artinya Islam itu agama yang
tinggi tidak ada yang lebih tinggi dari Agama Islam. Ketinggian dan kehebatan Islam itu akan
menjadi realita manakala umat Islam mampu menegakkan ukhuwah terhadap sesamanya,
memperbanyak persmaan dan memperkecil perbedaan. Jika umat Isam sering bermusuhan maka
Islam akan lemah dan tidak mempunyai kekuatan. 
2. Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari iman. 
Iman tidak akan sempurna tanpa disertai dengan ukhuwah dan ukhuwah tidak akan bermakna
tanpa dilandasi keimanan. Manakala ukhuwah lepas kendali iman, maka yang menjadi
perekatnya adalah kepentingan pribadi, kelompok kesukuan, maupun hal-hal lain yang bersifat
materi yang semuanya itu bersifat semu dan sementara. 
3. Ukhuwah merupakan benteng dalam menghadapi musuh Islam. 
Orang-orang non Islam mempunyai misi yang sama yaitu memusuhi dan menghancurkan
Islam,dan mereka selalu bersama-sama antara yang satu dengan yang lain. Realitanya seperti
sekarang ini Islam selalu “diobok obok” dan selalu di kambing hitamkan oleh mereka. Oleh
karena itu umat Islam jangan mudah terpengaruh dan jangan mudah terprofokasi dengan mereka
kita harus menghadapi dengan barisan ukhuwah yang rapi dan teratur, jika kita bermusuhan
maka mereka akan mudah memecah belah dan menghancurkan Islam. 

101
4. Ukhuwah yang solid,dapat memudahkan membangun masyarakat madani. 
Masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal yang memiliki karakteristik dan mejujung
tinggi kedamaian, kerukunan, dan saling tolong menolong. Nilai-nilai tersebut akan mudah
terwujud manakala manusia memiliki ketulusan dan kemauan yang tinggi untuk merajut dan
membangun simpul ukhuwah yang sudah terpoyak.

D. Hal-hal yang Dapat Menghancurkan Ukhuwah Islam

Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, menjalin ukuwah memang tidaklah semudah
membalikkan kedua telapak tangan, mengingat banyak masalah yang dapat menghancurkan
ukhuwah Islam tentunya membutuhkan perjuangan dan proses yang panjang di bawah ini adalah
contoh masalah yang dapat menghacurkan ukhuwah Islam diantaranya: 
1. Pemahaman Islam yang tidak komperehensif dan kaffah. 
Berbagai pertentangan atau permusuhan diantara sesama yang sering terjadi adalah
dikarenakan oleh pemahaman umat Islam sendiri yang masih dangkal. Umat Islam masih parsial
dalam mengkaji Islam belum integral, belum kaffah, sehingga mereka cenderung untuk mencari
perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip dari kesamaannya. Karena pemahaman Islam yang
masih sempit inilah yang menjadi salah satu embrio atau bibit munculnya permusuhan terhadap
sesama umat beragama. 
2. Ta’asub atau fanatisme yang berlebihan. 
Sikap fanatik yang berlebihan dengan mengagung-agungkan kelompokya, menganggap
kelompoknya paling benar, paling baik dan meremehkan kelompok lain, padahal masih satu
agama itu pun merupakan perbuatan tidak terpuji dan tidak dibenarkan dalam islam, karena dapat
merusak tali ukhuwah. 
3. Suka bermusuhan antar umat beragama. 
Ini adalah merupakan masalah yang dapat menghancurkan ukhuwah Islam yang sangat
berbahaya, jika dala hati manusia sudah dirasuki sifat hasut, dengki, iri hati maka yang ada
dalam hatinya hanyalah dendam dan permusuhan. Jika hal ini kita akhiri maka ukhuwah akan
damai dan tentram. 
4. Kurangnya toleransi atau tasamuh. 

102
Kurangnya sikap toleransi atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap
peredaan-perbedaan pendapat yang terjadi, sehingga menutup pintu dialog secara terbuka dan
kreatif, juga dapat penghalang dalam merajut kembali ukhuwah. Oleh karena itu perlu kita
optimalkan secara terus menerus untuk mengembangkan sikap toleransi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Upaya dalam Mewujudkan Ukhuwah
Ukhuwah sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT, harus terus menerus di upayakan
penerapannya dalam kehidupan umat maanusia dalam rangka mewujudkan kerukunan dan
perdamaian di muka bumi. Hal ini akan dapat tercipta manakala ukhuwah atau persaudaraan
dapat di wujudkan.
Adapun langkah-langkah konkret yang harus kita lakukan dalam mewujudkan ukhuwah
atau persaudaraan adalah sebagai berikut:
1. Secara terus-menerus melakukan kegiatan dakwah Islamiah terhadap umat Islam, tentang
pentingnya menjalin ukhuwah terhadap sesamanya dan menjelaskan pada mereka tentang
bahayanya jika kita saling bermusuhan. Tentunya dengan metode yang teratur dan
sistematis, baik melalui dakwal bil lisan, dakwal bil hal dan dakwal bil qolam.
2. Berusaha meningkatkan frekuensi silaturrahmi, saling mengunjungi, saling bertegur sapa
baik dalam forum formal maupun informal terutama kepada mereka yang memutuskan
hubungan baik dengan kita. Silaturrahmi ini di samping dapat merajut ukhuwah, juga
banyak segi manfaatnya bagi pelaku silaturahm, sebagaimana di sabdakan oleh rosulullah
SAW yang artinya: “Barang siapa yang ingi dilapangkan rizqinya dan di panjangkan
umumnya maka yang senang silaturahmi”.
3. Memperbanyak dialog internal maupun antar umat beragama untuk menyamakan
persepsi terhadap setiap permasalahan yang fundamental dalam arti mencari persamaan
bukan perbedaa, untuk mengantisipasi terhadap perbedaan pendapat yang mengarah pada
konflik kontroversial, menahan diri dari komentar-komentar yang belum jelas, tidak
mudah emosional dan senantiasa mengedepankan rasional dan pertimbangan akal sehat
dan pada akhirnya tercipta budaya dialog yang sehat yang mengarah mempererat tali
ukhuwah dan terciptanya kerukunan.
4. Meningkatkan lembaga-lembaga lintas organisasi dan lembaga-lembaga pemerintahan
untuk terus menerus melakukan berbagai macam kegiatan yang berorientasi pada upaya

103
merajut simpul ukhuwah agar tercapai tatanan masyarakat penuh kerukunan dan
kedamaian sebagaimana yang kita cita-citakan bersama.
5. Menghimbau kepada semua umat manusia terutama umat Islam untuk berupaya
semaksimal mungkin meningkatkan kualitas iman dan takwanya, karena iman dan
takwanya berkulitas dan sempurna, maka mereka mempunyai kecenderungan untuk
melakukan kebaikan dan kebenaran termasuk dalam hal mengaktualisasi ukhuwah dalam
kehidupan sehari-hari.

E. Syarat syarat untuk menciptakan rasa ukhuwah:

1. Melakukan dengan ikhlas karena allah SWT dan sesuai dengan kaidah isi alqur’an dan
sunnah rasul
2. Melakukan dengan ikhlas karena iman dan taqwa kita yang tak bisa tergantikan oleh
apapun
3. Melakukan segala perbuatan sesuai dengan kaidah islam yang baik dan benar
Banyak cara untuk bisa kita lakukan dengan besar hati bahwa menebarkan rasa ukhuwah
dalam kehidupan sehari hari adalah menyenangkan:

1) Menjalankan sholat bersama sama (berjamaah) ; dengan hati yang ikhlas dan
memahami bahwa kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain
tanpa harus melihat siapa dan bagaimana status sosialnya.  Kebersamaan dalam menjalin
rasa kasih sayang dengan kemurnian batin adalah mutlak kita perlukan. kesombongan
tidak ada artinya satu persenpun ketika kita mengalami musibah yang maha dasyat ,
ketika sakit keras hingga ajal menjemput atau ketika agama dan keyakinan kita
dipermalukan bangsa lain.
2) Ikhlas membantu kesusahan sesama muslim ; dan sesama umat beragama tanpa ada 
rasa pamrih atau menolong hanya karena menginginkan sesuatu (memamerkan kekayaan
atau meningkatkan gengsinya agar dihormati orang lain)
3) Ikhlas memaafkan kesalahan orang lain ; dan memahami bahwa didunia ini tak ada
satu manusiapun yang bisa lolos dari yang namanya kesalahan, kekurangan dan
kelemahan.

104
4) Saling bertegur sapa ; dan menebarkan salam dengan wajah yang damai dan
menciptakan rasa saling sayang.
5) Melupakan perbedaan dan merajut kebersamaan ; untuk menciptakan masyarakat
yang  bersatu , rukun, saling menghargai dan mau menerima kekurangan masing masing.
6) Memperkuat dan meningkatkan rasa silahturahim ; dengan cara misalnya
mengadakan pengajian bersama, atau ketika bulan ramadan bisa mengadakan acara buka
bersama dan sholat tarawih berjamaah.

Rasulullah WAS pernah ditanya oleh seorang sahabat,


“Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga”.
Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala
sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi.”  (HR.
Bukhari)

1) Menjauhi perbuatan yang dibenci allah ; dan memberi pemahaman pada semua orang
tentang perbuatan apa saja yang tidak disukai allah dan mengandung azab yang pedih,
misalnya melakukan pembunuhan, perbuatan maksiat dan lain lain.
2) Mendoakan ; orang yanag baik atau yang jahat dengan doa kebaikan.
3) Berlomba berbuat kebaikan karena Allah SWT ; dalam bentuk apapun tetapi
perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
4) Ikhlas dan menerima kritikan ; yang positif dari sesama muslim demi perbaikan ahklak
kita dimasa yang akan datang.

 Tidak merasa diri selalu benar ; karena tidak ada manusia yang sempurna. Apa yang
baik untuk kita, apa yang kita anggap baik pada kenyataannya belum tentu orang lain
merasakan hal yang sama. Saling menghargai pendapat orang lain adalah kunci
terbentuknya rasa saling rukun.

105
TASAMUH

Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang berarti toleransi yang mempunyai arti bermurah hati,
kata lain dari tasamuh adalah 'tasahul' yang memiliki arti bermudah-mudahan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata toleransi adalah suatu sikap menghargai pendirian orang lain
(sepertin pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian diri sendiri. 

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa toleransi mengandung sifat-sifat seperti
lapang dada, tenggang rasa, menahan diri, dan tidak memaksakan kehendak orang lain. Sikap
tasamuh juga dapat kita tunjukan dengan sikap sabar menghadapai keyakinan-keyakinan orang

106
lain, pendapat-pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan
keyakinan dengan keyakinan kita dan tidak sesuai dengan syariat Islam. Kita juga dilarang untuk
menyerang, menyakiti dan mencela orang lain yang tidak sependapat dengan kita.

Dasar dari sikap toleransi adalah kasih sayang. Adanya kasih sayang dari sesama akan
mendorong seseorang untuk menghargai dan menghormati orang lain. Adapun tujuan dan sikap
toleransi adalah menghindari kekerasan dan menciptakan kerukunan dan kedamaian hidup
bersama orang lain.

Islam mengajarkan bahwa sesama muslim harus bersatu serta tidak boleh bercerai-berai,
bertengkar, dan bermusuhan. Karena sesama muslim adalah saudara. Terhadap pemeluk agama
lain, kita diperintahkan agar bersikap tasamuh. Sikap tasamuh terhadap non muslim itu hanya
terbatas pada urusan yang bersifat duniawi, tidak menyangkut masalah akidah, syari’ah dan
ubudiyah. Firman Allah SWT :

1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. 4). Dan Aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, 5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang Aku sembah. 6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." ( QS. Al-
Kaafirun : 1-6 )

Dalil Sikap Tasamuh

Rasulullah saw bersabda :

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, saling belas kasih dan
saling cinta itu bagaikan satu jasad (tubuh). Apabila salah satu anggota tubuh ada yang mengelu,
maka seluruh anggota (tubuh) yang lain gelisah dan panas demam. (H.R. Bukhari)
Dalam kehidupan sehari-ari hendaknya kita membiasakan diri untuk saling bekerja sama dalam
kebaikan, saling menghargai orang lain, dan sikap tenggang rasa. Allah swt berfirman dalam
Q.S. Al-Maidah ayat 2 yang artinya :

107
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat doa dan penlanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
 Dalam hal agama tasamuh telah disampaikan jelas dalam Q.S. Al-Kafirun ayat 1-
6,dalam urusan ibadah masing-masing agama memiliki cara yang berbeda-beda, dan kita
tidak boleh memaksakan kehendak mereka dalam hal yang berkaitan dengan agama atau
keyakinan.
Contoh perilaku tasamuh

Berikut beberapa contoh perilaku tasamuh :

1. Berlapang dada dalam menerima semua perbedaan, karena perbedaan adalah

Rahmat Allah swt.

2. Tidak membeda-bedakan (mendiskriminasi) teman yang berbeda keyakinan.

3. Tidak memaksakan orang lain dalam hal keyakinan (agama).

4. Memberikan kebebasan orang lain untuk memilih keyakinan (agama).

5. Tidak mengganggu orang lain yang berbeda keyakinan ketika mereka

beribadah.

6. Tetap bergaul dan bersikap baik dengan orang yang berbeda keyakinan dalam

hal duniawi.

7. Menghormati orang lain yang sedang beribadah.

8. Tidak membenci dan menyakiti perasaan seseorang yang berbeda keyakinan

atau pendapat dengan

kita.

Ciri-ciri dan contoh sikap tasamuh

108
Orang yang berjiwa tasamuh itu memiliki ciri-ciri diantaranya tidak sombong, tidak egois,
tidak memaksakan kehendak, tidak pernah meremehkan orang lain, mau menghormati (sikap,
pendapat, dan saran) orang lain, mau berbagi ilmu dan pengalaman, saling pengertian, berjiwa
besar, terbuka menerima saran dan kritik, senang menerima nasehat orang lain, dan sebagainya.

Contoh sikap tasamuh di tengah kehidupan bermasyarakat misalnya seperti yang pernah
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika membangun masyarakat Madinah yang pada
waktu itu di Madinah terdapat tiga golongan pemeluk agama, yaitu Islam, Yahudi, dan Nasrani.
Mereka saling bekerja sama dan bergotong royong dalam membangun Kota Madinah, tetapi
hanya dalam hal-hal yang bersifat urusan duniawi, tidak menyangkut urusan agama. Contoh
sikap tasamuh antar umat beragama (umat Islam dengan non muslim) adalah dengan cara tidak
ikut campur dalam masalah peribadatan masing-masing pemeluk agama. Cukup dengan cara
menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan beragama masing-masing dan tidak saling
mengganggu. Tasamuh antar sesama umat Islam ( antar interen umat beragama) misalnya
dengan cara menghormati perbedaan kelompok, madzhab, jama’ah, organisasi keagamaan, dan
perbedaan furu’iyah lainnya.

Fungsi berperilaku / bersikap tasamuh (toleransi)


Berikut ini beberapa fungsi bersikap tasamuh (toleransi)

 Berlapang dada dalam segala perbedaan

 Menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama

 Menghindarkan dari tindakan kekerasan dan kekacauan

 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap sesama


manusia

 Mempererat persatuan dan kesatuan serta persaudaraan di antara manusia

 Meningkatkan derajat manusia, baik di hadapan orang lain ataupun di hadapan Allah swt

 Menjaga dan menghormati kewajiban dan hak orang lain

 Menjaga norma-norma agama, sosial, dan adat istiadat

Menumbuhkan sikap bertanggung jawab terhadap kehidupan di lingkungan

109
masyarakat

Manfaat dan hikmah sikap tasamuh

a. Menjalin ukhuwah, persatuan, dan kesatuan dalam bermasyarakat

b. Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat

c. Terwujudnya kerukunan dan terhindar dari perpecahan

d. Terwujudnya ketenangan dan terhindar dari ketegangan dan konflik

e. Menghilangkan hasud, fitnah, kebencian, dendam dan permusuhan

f. Menciptakan rasa aman, tenang, tenteram, dan damai di masyarakat

g. Menimbulkan sikap saling menghormati antar sesama.

Dalam mengamalkan tasamuh kita dianjurkan supaya melakukan hal-hal diantaranya:

cara mengamalkan tasamuh di lingkungan masyarakat setempat :

1. Mengembangkan sikap tenggang rasa

Sebagai makhluk sosial kita harus mengembangan sikap tenggang rasa dengan sesama manusia.
Tidak diperbolehkan saling berburuk sangka, saling menjelekan dan lain sebagainya.

2. Gemar Melakukan kegiatan Sosial

Barang siapa yang melapangkan kehidupan dunia orang mukim, maka Allah akan melapangkan
kehidupan orang itu di hari kiamat Dan barang siapa yang meringankan kesusahan orang yang
dalam kesusahan, Allah akan menghilangkan kesusahan orang itu di dunia dan akhirat. (HR
Muslim) .

Dalam lingkungan tangga kita tidak bisa hidup sendiri, kita juga saling membutuhkan, tolong-
menolong sesama tetangga misalnya  kerja bhakti, membuat pos ronda, arisan, menengok orang
sakit, itu adalah salah satu kegiatan sosial yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

110
3. Saling Menghormati

Setiap manusia haruslah saling menghargai dan menghormati sesama manusia memberikan
senyum, sapa itu adalah sebagian kecil kita  menghormati sesama manusial.

“Bukan termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi orang muda diantara kami dan tidak
menghormati orang yang tua”. (Hadits riwayat At-Tirmidzy, dishahihkan Syeikh Al-Albany).

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain

Sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah tengah masyarakat, kita juga tidak dibenarkan
berbuat semena-mena terhadap orang lain      sekalipun kita dapat melakukannya.

” Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhdap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil (semena-mena). Berlaku adillah,     karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
taqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al
Maidah 8)

5. Toleransi terhadap warga non muslim.

toleransi ini artinya kita harus saling menghormati, menolong, dan melakukan kegiatan sosial di
lingkungan masyarakat bersama.

Hikmah Sikap Tasamuh

1. Dapat menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam pergaulan.


2. Memperluas pergaulan.
3. Menunjukkan sikap jiwa besar.
4. Menghilangkan kesulitan diri sendiri maupun orang lain.
5. Menjaga keamanan lingkungan masyarakat.

111
TRANSPLANTASI ORGAN

Transplantasi adalah perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ dari satu
individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik yang sama maupun berbeda
spesies. Saat ini yang lazim di kerjakan di Indonesia saat ini adalah pemindahan suatu jaringan
atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan pengertian
bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh
yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima dengan organ lain
yang masih berfungsi dari pendonor.

112
Berikut terdapat ada 4 jenis Transplantasi

1. Transplantasi Autograft, yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh
itu sendiri,yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.
2. Transplantasi Alogenik, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama
spesiesnya,baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
3. Transplantasi Isograf, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang
identik,misalnya pada gambar identik.
4. Transplantasi Xenograft, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama
spesiesnya.

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau dari
jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang
otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal sumsum tulang dan darah
(transfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah
jantung,hati,ginjal,kornea,pancreas,paru-paru dan sel otak. Semua upaya dalam bidang
transplantasi tubuh tentu memerlukan peninjauan dari sudut hokum dan etik kedokteran

Menurut Cholil Uman (1994), Pencangkokan adalah pemindahan organ tubuh yang mempunyai
daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik, yang apabila apabila diobati dengan prosedur medis biasa. Harapan klien untuk
bertahan hidupnya tidak ada lagi.

Ada 3 tipe donor organ tubuh :

1. Donor dalam keadaan hidup sehat : tipe ini memerlukan seleksi yang cermat dan
pemeriksaan kesahatan yang lengkap, baik terhadap donor maupun resipien untuk
menghindari kegagalan karena penolakan tubuh oleh resipien dan untk mencegah resiko
bagi donor.
2. Donor dalam keadaan koma atau diduga akan meninggal dengan sege. Untuk tipe ini
pengambilan organ donor memrlukan alat control kehidupan misalnya alat bantu
pernafasan khusus . Alat Bantu akan dicabut setelah pengambilan organ selesai. itu.

113
3. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal , sebab secara medis
tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan yuridis.

Hukum-hukum Transplantasi

Sampai saat ini transplantasi organ tubuh yang banyak dibicarakan di kalangan ilmuwan dan
para ahli hukum adalah mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu mata, ginjal dan jantung. Hal
ini dapat dimaklumi, karena dari segi anatomis manusia, ketiga organ tubuh manusia tersebut
sangatlah vital bagi kehidupan manusia. Demikian juga transplantasi organ-organ tubuh lainnya.
Hal ini berkat perkembangan ilmu pengetahuan modern dan tekhnologi yang makin canggih.
Munculnya rekayasa tekhnologi di berbagai bidang cepat atau lambat pasti akan berinteraksi
dengan seoran muslim, yang tentunya harus diketahui hukumnya.
1.      Hukum pencangkokan organ tubuh dari tubuhnya sendiri yang lain (Ototansplantasi)
adalah “boleh. Demikian dapat kita temukan dalam Keputusan Muktamar Majlis Tarjih
Muhammadiyah tanggal 6-11 April 1980 di Klaten, yaitu butir ke 4, “Ototransplantasi
yang donor resipiennya satu individu hukumnya mubah”, demikian juga dalam buku 200
masalah Agama yang memuat keputusan-keputusan Syuriah NU, yang dihimpun oleh M.
Abdu Mujib AS. (1998: 68) menetapkan: “apabila diambil dari dirinya sendiri, maka
hukumnya “boleh”, dengan syarat; bahaya pengambilan lebih ringan daripada bahaya
anggota tubuh yang membutuhkan penambalan dan itupun tidak dapat ditemukan bahan
lain yang patut untuk menambal.
2.      Hukum pencangkokan organ tubuh manusia kepada manusia yang lainnya.
a.      Hukum pencangkokan organ tubuh donor yang masih hidup.

Para ahli hukum Islam berbeda pendapat mengenai maslah ini, di antaranya:
1.      Pendapat pertama mengatakan “haram”
Pendapat yang demikian ini dapat kita temukan dalam buku kumpulan Keputusan Syuriah
NU (1998:68) mengatakan: “ apabila diambil dari orang lain yang masih hidup, maka
hukumnya “haram”. Demikian juga sebagian ulama terdahulu mengharamkan transplantasi
organ tubuh dari manusia yang masih hidup dengan alasan sederhana sekali, yaitu khawatir
bila resipien tertolong dengan organ si donor akan berbuat anormatif, sehingga akan

114
berakibat pada si donor”. (Syaichul Hadi Permono dalam Jurnal IAIN Sunan Ampel, edisi
VIII, 1990:90). Masyfuk Zuhdi dalam bukunya (1989:83) jga mengharamkan transplantasi
(mata, ginjal dan jantung) dari donor yang masih hidup, dengan pertimbangan:
a. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 195:

‫َوالَتُ ْلقُوا بِا َء ْي ِد ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة‬

Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirmu sendiri ke dalam kebinasaan”


Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah dalam berbuat sesuatu yang bisa
berakibat fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai tujuan kemanusiaan yang luhur. Sebab
selain ia mengubah ciptaan Allah, ia juga menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami
ketidaknormalan dari pasangan organ tubuh yang tinggal sebelah itu.
b. Kaidah hukum Islam

‫ح‬
ِ ِ‫صال‬ ِ ‫اس ِد ُمقَ َّد ُم َعلَى َج ْل‬
َ ‫ب ال َم‬ ِ َ‫َدرْ ُء ال َمف‬

Artinya: “Menghindari kerusakan (resiko) di dahulukan atas menarik kemaslahatan”.


Dan kaidah: 
     

                                               ‫ر‬
ِ ‫بِالض ََّر‬ ‫اَلض ََّر ُر الَ يُزَا ُل‬

Artinya: “Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya”.


c.       Kita diwajibkan menjaga diri sendiri dan badan kita sendiri, sedangkan bagian badan, tidak
ada hak kita untuk memberikannya kepada orang lain. Ia tidaklah seperti harta benda, yang
memang di anjurkan sekali untuk diberikan kepada fakir miskin. Namun demikian juga ada
batasnya, yakni jangan berlebih-lebihan. (Majlis Mudzakarah Panjimas, 1983: 370).

2.      Pendapat yang kedua mengatakan “boleh”, dengan syarat:


a.      Merupakan jalan terakhir.

115
b.      Dengan adanya pencangkokan itu diduga kuat menurut team medis si pasien dapat
disembuhkan.
c.       Adanya kerelaan si donor. (Syaichul Hadi Permono. 1990: 99).
Dmikian juga keputusan Muktamar Majlis Tarjih Muhammdiyah ke 21, 6-11 April 1990,
menetapkan keputusan yang dalam butir ke lima mengatakan : “Homotransplantasi baik
living donor maupun cadever donor, karena darurat menurut medis hukumnya “mubah”.
(Azhar Basyir, 1993: 157).
Hal ini sesuai dengan kaidah:

ِ ‫ات تُبِ ْي ُح ْال َمحْ ظُوْ َرا‬


‫ت‬ ُ ‫ضرُوْ َر‬
َّ ‫ال‬

Artinya: “kondisi darurat itu dapat membolehkan Sesuatu yang diharamkan”.


dan juga sesuai hadist Nabi SAW:

َ ‫ض ْع دَا ًء إِالَّ َو‬


‫ض َع لَهُ د ََوا ًء َغي َْر دَا ٍء‬ َ َ‫هللا فَإ ِ َّن هللا َلَ ْم ي‬
ِ ‫تَدَاوُوْ ا ِعبَا َد‬
‫اح ٍد ْالهَ َر ُم‬
ِ ‫ َو‬ 

Artinya: “ berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menciptakansuatu


penyakit melainkan diciptakan pula obat penyakit tersebut, kecuali penyakit tua”. (HR.
Ahmad, ash-Habus Sunan, al-Hakim dan Ibnu Majah).
Banyak ayat-ayat al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi SAW, yang sejiwa dengan hadist
tersebut di atas, atau yang berisi agar kita selalu menjaga diri. Asy-syathibi dalam kitabnya
“al-Muwafaqat” menyeimpulkan, bahwa tujuan syariat (hukum islam) adalah untuk
memelihara agama, nyawa (diri), akal, kehormatan dan harta.
Diakui, bahwa pencangkokan anggota tubuh dari seorang donor kepada orang lain yang
menerima (resipien) merusak si donor dan dalam keadaan normal (ketika si resipien tidak
membutuhkan sekali) hukumnya haram, tetapi jikalau si resipien kritis, sehingga jika tidak
ditolong dengan pencangkokan akan meninggal, maka hukumnya dapatah dikiaskan dengan
memakan makanan  haram, seperti daging babi, bangkai dan lain sebgainya, di saat tidak ada

116
makanan lain untuk menyelamatkan jiwa dan sama-sama haramnya dalam keadaan normal,
seperti yang diungkapkan oleh ayat 3 surat al-Maidah. (Majlis Mudzakarah Panjimas, 1983:
370-371).
Perlu diingat, walaupun si donor telah rela melepaskan sebagian organ tubuhnya kepada
resipien, masih memerlukan keputusan team medis, apakah bias dilaksanakan atau tidak.
Sebelum pelaksanaan transplantasi, diperlukan adanya seleksi yang cermat dan general
check up (pemeriksaan kesehatan yang lengkap), baik terhadap donor maupun terhadap si
penerima (resipien), demi menghindari kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh
penolakan tubuh resiien dan sekaligus untuk mencegah resiko bagi donor. (Masfuk zuhdi,
1989: 81).
b.    Pencangkokan organ tubuh dari donor yang dalam keadaan hidup koma atau diduga kuat
akan meninggal.
Apabila pencangkokan organ tubuh (mata, ginjal, jantung dan sebaginnya) dari donor dalam
keadaan koma atau hampir meninggal, maka islam pun tidak mengizinkan, karena:
1. Hadist Nabi saw. Riwayat Malik dan Amir bin Yahya, riwayat al-Hakim, al- Baihaki
dan Daruquthni dari Abu Sa’id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan
Ubadah bin Shamit, Nabi saw, bersabda:

‫ار‬ ِ َ‫ض َر َر َوال‬


َ ‫ض َر‬ َ َ‫ال‬

Artinya: “Tidak boleh membuat mudlarat kepada dirinya dan tidak boleh pula membuat
mudlarat kepada orang lain”.
Misalnya, orang yang mengambil organ tubuh dari seorang donor yang belum mati secara klinis
dan yuridis untuk transplantasi, berarti ia membuat mudlarat kepada donor yang berakibat
mempercepat kematiannya.
2.    Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi mempertahankan
hidupnya, tetapi hidup dan mai itu di tangan Allah. Karena itu, manusia tidak boleh
mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri) atau empercepat kematian orang lain, sekalipun
dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk mengurangi (menghentkan) penderitaan si
pasien (Masyfuk Zuhdi, 1989:84)

117
c.     Hukum transplantasi (pencangkokan organ tubuh) dari donor yang telah meninggal.
Pencangkokan organ tubuh dari mayat kepada orang yang masih hidup, menurut kajian
ulama terdahulu ada yang mutlak “mengharamkan”, walaupun mayat itu tidak terhormat
seperi mayatnya orang murtad. Menurt pendapat ini, bahayanya si pasien tidak melebihi
bahayanya merusak kehormatan mayat, atau lebih mengutamakan penghormayan mayat,
sehingga tidak dibenarkan mengaambil atau mempreteli organ tubuhnya. (Akhkamul
fuqaha’, III: 59, al-Majmu’, Nawawi, IX:45, Hasyiyah ar-Rasyid ala Ibnil Imat:26),
walaupun si mayat ketika masih hidup merelakan ataupun melalui wasiat. Sebab maslah
anggota badan, bukanlah sesuatu yang ada wewenang kita untuk memberikannya ataupun
mewasiatkannya kepa orang laun. Yang diberikan dan diwasiatkan hanyalah harta benda,
akan tetapi bukan kornea, bukan ginjal, bukan jantung dan bukan organ-organ tubuh yang
lain juga. ( Majlis Mudzakarah Panjimas, 1983:362). Pengharaman tersebut juga didasrkan
pada hadist:

ْ ‫ْر ع‬
)‫( رواه احمد و ابو داود وابن ماجه عن عا ئشة‬ ‫َظ ِم ِه َحيًّا‬ ٍ ‫ت ِم ْث ُل َكس‬ ِ ‫ْا َّن َكس َْر ع‬
ِ ّ‫َظم ال َمي‬

Artinya: “ sesungguhnya memecahkan tulang mayat itu seperti memecahkannya di waktu ia


masih hidup”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Aisyah).
Jika transplantasi organ tubuh dari mayat itu diperbolehkan, maka akan lebih pragmatis lagi,
semua bagian tubuh akan dapat dihadiahkan/ diwasiatkan melalui “Bank Onderdil
Manusia”, daripada dikubrkan yang nantinya akan dimakan cacing dan ulat-ulattanah,
sehingga hancur tanpa guna.
Jika sudah demikan, maka syari’at yang harus dilaksanakan terhadap orang yang sudah
meninggal, seperti memandikannya, mengkafaninya, menshlatkannya dan
mengkuburkannya akan tidak perlu lagi. Sedangkan syri’at yang menyangkut mayat
manusia dalam islam erat hubungannya dengan pelaksaan dari menjaga kehormatan yang
telah diperintahkan oleh Allah swt. Untuk manusia, sebagimana disebutkan dalam surat al-
Isyra’ ayat 70:

‫ولقد َكرَّمنَا بَنِى ا َء َد َم‬

118
Artinya:” dan sesungguhnya kami memuliakan bani Adam (manusia)”.
Maka agar tidak terjadi kemungkinan, cepat atau lambat, berhubungan dengan kemajuan
ilmu kedokteran yang merusak kemulyaan manusia, dan terhapusnya syri’at yang
menyangkut dengan penyelenggaraan mayit, maka perlu diadakan tindakan prefentif, yaitu
dengan ditetapkannya hukum “haram” terhadap transplantasi bagian-bagian tubuh manusia.
(Majlis Mudzakarah Panjimas, 1983:364).

Pendapat yang lain adalah “boleh”, dengan syarat:


1.      Karena sangat membutuhkan
2.      Tidak ditemukan (pengobatan) yang lain selain dari anggota tubuh manusia.
3.      Antara resipien dan donor ada kesamaan agama.
4.      Orang yang diambil organ ditubuhnya benar-benar telah meninggal (secara yuridis dan
klinis), bukan di saat dia sedang sakaratul maut (dalam keadaan koma)
5.      Proses pengambilan organ tubuh harus dilakukan dengan cara halus, demi menjaga
kehormatan mayat.
6.      Harus mendapat izin dari yang punya organ tubuh atau walinya (ahli warisnya) demi
menjaga perasaan mereka. (Fathul Jawad: 26,; Bujaermi Iqna’, IV: 251; al-Qliyubi, I: 182;
Bujaerami wahab, I:239; syaichul Hadi Permono, Jurnal IAIN Sunan Ampel, 1990: 100).
7.      Resipien (penerima sumbangan donor) berada dalam keadaan darurat yang mengancam
jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tetapi tidak
berhasil.
8.    Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih gawat bagi resipien
dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.
d.      Pencangkokan organ tubuh binatang kepada manusia.
Tentang transplantasi dari organ tubuh binatang (heterotransplantasi), masalah donor juga
muncul, apakah dari binatang yang halal/suci atau dri binatang yang haram/najis? Demikian
juga motivasinya.
Sebuah penelitian Ilmiah berhasil dipertahankan dalam forum ujian desertasi doctor di
Universitas Airlangga. Hasil penelitian itu adalah bahwa tulang rawan babi efektif untuk
mengganti gigi manusia. Sementara hasil pengujian team klinis RS. DR. Sardjito

119
Yogyakarta membuktikan, bahwa katup jantung babi paling sesuai sebagai pengganti katup
jantung manusia.
Timbul pertanyaan, bagaimana hukum transplantasi organ babi untuk menggantikan organ
sejenis/lainnya pada manusia?
Menanggapi permasalahan ini, tentunya akan muncul perbedaan pendapat. Karena persoalan
ini adalah persoalan baru dan termasuk masalah ijtihadiyah.
Muktamar ke 29 NU, dalam masalah ini memberikan jawaban, “bahwa transplantasi babi
untuk mengganti organ/sejenis lainnya pada manusia hukumnya tidak boleh, kecuali sangat
diperlukan dan tidak ada yang ebih efektif, maka hukumnya boleh (diberikan dispensasi
hukum/ dima’fu).
Dari jawaban tersebut bisa diambil pengertian, bahwa dalam kondisi transplantasi yang bisa
diambilkan dari hewan yang suci/halal atau alat buatan masih dimungkinkan dan efektif,
maka penggunaan transplantasi dengan babi (hewan najis/haram lainnya)tidak
diperbolehkan karena babi itu najis mugahladhah dan binatang yang haram dimakan.
Golongan terbesar dari para Imam Mujtahid berpendapat, bahwa haram berobat dengan
barang najis atau yang diharamkan”. Hal ini didasarkan kepada hadist yang diriwayatkan
oleh Abi Darda’ yang menerangkan bahwa Rasuullah saw, bersabda:

َ ‫اِ َّن هللا اَ ْن َز َل ال َّدا ِء َد َوا ٌء َو َج َع َل لِ ُك ِّل دَا ٍء د ََوا ٌء فَد‬          


)‫ابو داود‬  ‫(( رواه‬ ‫َاووا َوالَ تَتَدَا َووْ ا بِ َح َر ٍام‬

Artinya: “sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya. Dan Ia menjadikan bagi


tiap-tiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi janganlah kamu berobat
dengan yang haram”. (HR. Abu Dawud).
Dengan penjelasan hadist tersebut hukumnya telah di tafsil (dianalisis) oleh sebagian ahli fiqh
yaitu imam Hanafi dan imam Syafi’i:
1.     Imam Hanafi dan Imam Syafi’i mengharamkan dalam keadaan yang tidak memaksa
mempergunakannya, karena masih ada obat lan yang suci sebagai penggantinya.
2.     Imam Hanafi dan Imam Syafi’i membolehkan dalam keadaan yang sangat diperlukan
karena tidak ada obat lain yang dipakai untuk gantinya, menurut nasehat seorang dokter
muslim yang ahli.

120
Jadi diperbolehkannya menggunakan transplantasi organ babi/hewan najis lainnya dalam kondisi
darurat atau hajat, bisa dimasukkan dalam kaidah fiqh:

ِ ‫ات تُبِ ْي ُح ْال َمحْ ظُوْ َرا‬


‫ت‬ ُ ‫ضرُوْ َر‬
َّ ‫ال‬
Artinya: “ keadaan darurat membolehkan hal-hal yang dilarang”.
Sedangkan darurat/ bahaya itu sendiri menurut kaidah Islam harus dilenyapkan. Dalam konteks
penyakit yang membutuhkan transplantasi dari organ babi/hewan najis, karena tidak ada obat
lain yang dapat menyembuhkan, maka pengobatan dengan transplantasi dengan organ binatang
yang najis/harampun dibolehkan, demi hilangnya bahaya yang mengancam si penderita.
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai permasalahan sendiri—sendiri,
yaitu;
a.      Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi cermat dan general check
up, baik terhadap donor maupun terhadap penerima (resepient), demi menghindari kegagalan
transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh resepien, dan sekaligus mencegah
resiko bagi donor.
b.     Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera. Untuk tipe ini, pengambilan
organ tubuh donor memerlukan alat control dan penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan
alat pernapasan khusus. Kemudian alat-alat tersebut di cabut setelah pengambilan organ tersebut
selesai.
c.      Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara medis tinggal
menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan yudiris dan harus
diperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau di transplantasi.

Donor Mata dalam hukum islam

Donor mata diartikan dengan pemberian kornea mata kepada orang yang
membutuhkannya. Kornea mata tersebut berasal dari mayat yang telah diupayakan oleh dokter
ahli, sehingga dapat digunakan oleh orang yang sangat membutuhkannya.
Masalah donor mata, termasuk salah satu keberhasilan teknologi dalam ilmu
kedokteran, yang dapat mengatasi salah satu kesulitan yang dialami oleh orang buta. Dan yang
terjadi masalah dalam hokum islam, karena kornea mata yang dipindahkan kepada orang buta,
adalah berasal dari mayat, sehingga terjadi dua pendapat di kalangan Fuqaha. Ada yang

121
mengharamkan dan ada pula yang membolehkannya dengan mengemukakan alas an masing-
masing. Misalnya:
1.     Bagi ulama yang mengharamkannya; mendasarkan pendapatnya pada hadits yang berbunyi:
“seseungguhnya pecahnya tulang mayat (bila dikoyak-koyak), seperti (sakitnya dirasakan mayat)
ketika pecahnya tulangnya diwaktu ia masih hidup. H. R. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah
yang bersumber dari Aisyah.

2.     Bagi ulama yang membolehkannya; mendasarkan pendapatnya pada hajat (kebutuhan)
orang yang buta untuk melihat, maka perlu ditolong agar dapat terhindar dari kesulitan yang
dialaminya, dengan cara mendapatkan donor mata dari mayat.
Dalam ayat alqur’an Artinya : …… dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan suatu
kesulitan untuk kamu dalam agama…….( Q.S. Al-Hajj: 78 )

Dalam hadits juga terdapat petunjuk umum yang berbunyi:

“bersikap mudahlah (dalam menjalankan agama), dan janganlah engkau mempersulit”

Pencangkokan Jantung jantung dalam hukum islam

Jantung adalah organ utama sirkulasi darah; karena dialah yang memompa darah
dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriola dan kapiler, lalu kembali ke atrium kanan melalui vena
yang disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistematik. Dan aliran dari ventrikel kanan
melalui paru-paru, ke atrium kiri yang disebut peredaran darah kecil atas sirkulasi pulmonal.
Maka apabila terjadi kelainan-kelainan jantung dapat mengganggu sirkulasi darah yang
mengakibatkan maut.
Pada dasarnya hukum islam membolehkan pencangkokan jantung pada pasien
sebagai salah satu upaya pengobatan suatu penyakit, yang sebenarnya sangat di anjurkan dalam
islam. Hanya yang menjadi persoalan, karena katup jantung yang dipindahkan kedalam jantung
pasien, berasal dari mayat atau bianatang yang sudah mati.
Penulis cenderung mengikuti pendapat hokum islam yang membolehkannya,
meskipun dengan melalui pembedahan mayat sebagai donaturnya, atau pun mengambil dari
binatang yang sesuai dengan bentuk anatomi katub jantung yang dibutuhkan oleh pasien. Hal ini
di bolehkan karena dimaksudkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasien, yang

122
dasarnya ada pada beberapa kaidah fiqhiyah di muka. Baik dimaksudkan sebagai hajat, maupun
darurat.

Pencangkokan Ginjal dalam hukum islam

Ginjal adalah salah satu organ tubuh yang terletak pada dinding posterior
abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, yang berfungsi
untuk mengatur keseimbangan air didalam tubuh, mengantur konsentrasi garam dalam darah,
mengatur keseimbangan asam-basa darah, mengatur eksktesi bahan buangan dan kelebihan
garam dalam tubuh. Dan apabila terjadi gangguan pada organ tersebut, maka organ-organ
lainnya juga akan ikut terganggu.
Pencangkokan ginjal adalah pengoperasian dan pemindahan ginjal dari orang lain
atau binatang yang sesuai dengan struktur anatominya, kepadapasien yang membutuhkan.
Pengoperasian tersebut dilakukan oleh tim dokter ahli, yang dilengkapi dengan peralatan medis
yang memadai untuk upaya tersebut yang didahului oleh berbagai macam pemeriksaan dan
pengobatan serta cuci darah.
Selanjutnya berkenaan dengan hokum antara donor dan resepien yang se-agama
atau tidak se-agama serta hokum organ tubuh yang di cangkokan itu berasal dari hewan yang
diharamkan seperti babi, juga dapat menimbulkan masalah pertanyaan. Apakah donor organ
tubuh yang dicangkokan itu bisa mendapatkan pahala bila resepien itu orang ayng shalih? Atau
apakah donor akan menanggung.

Donor Organ Yang di Perbolehkan

Hadis Nabi SAW :”Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena


sesungguhya Allah tidak meletakkan suatu pentakit, kecuali dia juga meletakkan obat
penyembuhnya,selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.”(H.R. Ahmad, Ibnu Hibban dan 
Al-Hakim dari Usamah Ibnu Syuraih)

Hadist  tersebut menunjukkan, bahwa wajib hukumnya berobat bila sakit, apapun
jenis dan macam penyakitnya, kecuali penyakit tua. Oleh sebab itu, melakukan transplantasi

123
sebagai upaya untuk menghilangkan penyakit hukumnya mubah, asalkan tidak melanggar norma
ajaran islam.

Dari dalil-dalil diatas maka dapat diambil hukum mengenai transplantasi organ
yaitu:

Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata, ginjal) yang sudah meninggal
secara yuridis dan medis hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan islam, dengan
syarat bahwa resipien dalam keadaan darurat yang mengancam jiwanya bila tidak dilakukan
transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal, tetapi tidak berhasil.

Hingga kini, tidak ada ulama yang mengajukan  argumen tertulis  yang secara
terang-terangan mendukung transplantasi organ. Namun demikian,  ulama di berbagai belahan
dunia telah menulis  argumen-argumen yang mendukung maupun mengeluarkan fatwa-fatwa
keagamaan tengtang transplantasi organ.

Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat  bahwa


transplantasi organ harus dipahami sebagai satu bentuk layanan altruistik bagi sesama muslim.
Pendirian mereka tentang transplantasi organ dapat diringkas sebagai berikut:

a)   Kesejahteraan publik (al-Mashlahah)


Kebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan berikut:
1.     Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya bentuk (cara) penyembuhan yang bisa
ditempuh.
2.     Derajat keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.
3.     Ada persetujuan dari pemilik organ yang akan ditransplantasikan  atau dari ahli warisnya.
4.     Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar diakui oleh dokter yang
reputasinya terjamin, sebelum diadakan operasi pengambilan organ.
5.     Resipien organ tersebut sudah diberitahu tentang operasi  transplantasi berikut implikasnya.
b)   Altruisme (al-Itsar)

Dalam surat Al-maidah ayat 2 telah  menganjurkan bahwa umat islam untuk
bekerja sama satu sama lain dan memperkuat  ikatan persaudaraan mereka. Dengan demikian,
berdasarkan ajaran diatas, tindakan seseorang yang masih  hidup untuk mendonorka salah satu

124
organ tubuhnya  kepada saudara kandungnya atau orang lain yang sangat membutuhkan harus
dipandang sebagai  tindakan  altruisme dari orang-orang yang menyadari bahwa mereka
memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. 

c)   Organ Tubuh Non muslim

Kebolehan bagi seorang muslim untuk menerima organ tubuh nonmuslim


didasarkan pada dua syarat  berikut ;

1.   Organ yang dibutuhkan tidak  bisa diperoleh dari tubuh seorang muslim.
2.   Nyawa muslim  itu bisa melayang jika transplantasi tidak segera dilakukan.

Donor Organ Yang di Haramkan

Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila :

1.   Transplantasi organ tubuh diambil dari orang  yang masih dalam keadaan hidup  sehat,
dengan alasan :
Firman Allah dalam Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut mengingatkan
, agar jangan  gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi harus memperhatikan
akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri donor, meskipun perbuatan itu
mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur. Melakukan transplantasi dalam keadaan
dalam keadaan koma.
Walaupun  menurut dokter bahwa si donor itu akan segera meninggal maka transplantasi
tetap haram hukumnya karena hal itu dapat  mempercepat kematiannya dan mendahului
kehendak Allah. Dalam hadis nabi dikatakan :
“ Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
madharat pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)
2.     Penjualan Organ Tubuh Sejauh  mengenai  praktik  penjualan organ tubuh  manusia, ulama
sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
berikut
Seseorang tidak boleh  menjual benda-benda yang bukan  miliknya.

125
Sebuah hadis menyatakan, “ Diantara orang-orang yang akan dimintai pertanggungjawaban di
akhirat adalah mereka yang menjual manusia merdeka dan memakan  hasilnya.”
Dengan demikian , jika seseorang menjual manusia merdeka, maka selamanya si pembeli
tidak memiliki hak apapun atas diri manusia itu, karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri
adalah haram. Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan, dalam arti bahwa hal
tersebut dapat mengakibatkan diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran
layaknya komoditi lain.

VASEKTOMI

Definisi Vasektomi
Vasektomi atau dalam bahasa KB sering disebut kontap-pria (kontrasepsi mantap pria)
adalah operasi kecil (bedah minor) yang dilakukan untuk mencegah transportasi sperma pada
testikel dan penis.
Vasektomi merupakan prosedur yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan
karena bersifat permanen. Dalam kondisi normal, sperma diproduksi dalam testis. Pada saat
ejakulasi, sperma mengalir melalui 2 buah saluran berbentuk pipa (vas deferens), bercampur
dengan cairan semen (cairan pembawa sperma), dan keluar melalui penis. Bila sperma masuk
126
dan bergabung dengan sel telur wanita, maka terjadilah kehamilan, saluran (vas deferens)
tersebut dipotong dan kedua ujung saluran diikat, sehingga sperma tidak dapat mengalir dan
bercampur dengan cairan semen.
Dengan kata lain vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas pria
dengan jalan melakukan okulasi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Ada beberapa macam metode untuk menutup vas deferens, yang pada waktu ini masih
dinilai kemantapannya, antara lain:
1.     Menjepit vas deferens dengan klip (jepitan) dari tantalum.
2.     Mengadakan kauterisasi/fulturasi kedua ujung.
3.     Menyuntik vas deferens dengan sclerotizing agent (zat yang menyebabkan sklerosis),
sehingga jadi buntu, misalnya dengan formalin, fenol dan lain-lain Dilakukan bisa tanpa
operasi.
4.     Menutup vas deferens dengan tutp semacam jarum.
5.     Hanya mengikat vas deferens.
6.     Kombinasi antara dua metode, misalnya mengikat dan kauterisa

Bentuk-bentuk pembedahan Vasektomi

1. Vasektomi Dengan Pisau.


Vasektomi konvensional seperti yang telah dijelaskan diatas.
2.     Vasektomi Tanpa Pisau (No Scalpel Vasectomy Contraseptive for mens)
Seiring perkembangan teknologi, vasektomi sekarang lebih mudah dan cepat dilakukan, yaitu
dengan vasektomi tanpa pisau (VTP). Untuk menghindari atau rasa takut calon ekseptor
ontapp-pria akan tindakan opresi (yang pada umumnya dengan menggunakan pisau operasi)
dan juga untuk lebih menggalakan penerimaan/pelaksanaan kontap-pria, di Indonesia
sekarang telah dieperkenalkan dan dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau (VTP).
Prosedur VTP :
a.      Persiapan pra-operasi
  Cukur rambut pubis,untuk lebih menjamin sterislisasi
  Tidak perlu puasa sebelumnya

127
b.     Mencari, mengenal, dan filsasi vas deferens kemudian dicepit dengan klem khusus yang
ujungnya berbentuk tang catut, lalu disuntikan anastesi lokal.
c.      Dilakukan penususkan pada garis tengah skrotum dengna alat berujung bengkok dan tajam
untuk membuat luka kecil yang kemudian diperlebar sekitar 0,5 cm. Kemudian akan terlihat
vas deferens yang liat dan keras seperti kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens dibuka
secara hati-hati. Setelah pembungkus disisihkan ditepi, akan tampak jelas saluran serma (vas
deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai mutiara.
d.     Selanjutnya dilakukan okulisi vas deferens dengan ligasi+reseksi suatu segmen vas deferens
e.      Penutup luka operasi

Persyaratan Prosedur Vasektomi

-        Harus secara sukarela.


-        Mendapat persetujuan istri.
-        Jumlah anak cukup.
-        Mengetahui akibat-akibat vasektomi.
-        Umur calon tidak kurang dari 30 tahun.
-        Umur istri tidak kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun
-        Pasangan suami-istri telah mempunyai anak minimal dua orang, dan anak paling kecil harus
sudah berumur diatas dua tahun
-        Sukarela

Kentungan dan Kerugian Vasektomi.

1.     Keuntungan Vasektomi:


  Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual, produksi hormon.
  Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi.
  Dapat digunakan seumur hidup.
  Tidak menggangugu kehidupan seksual suami istri.
  Tidak mengganggu produksi ASI (untuk kontap wanita).
  Lebih aman (keluhan lebih sedikit)

128
  Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan)
  Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil)
  Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan)
  Tidak ada mortalitas/kematian.
  Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
  Tidak ada resiko kesehatan.
  Sifatnya permanen.

2. Kerugian vasektomi:

  Memerlukan operasi bedah


  Prosedur ini hanya untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan punya anak lagi.
  Harus dengan tindakan pembedahan.
  Harus memakai kontrasepsi lain (kondom) selama beberapa hari atau minggu sampai sel mani
menjadi negatif.
  Tidak dapat dilakukan dengan orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.

Resiko Operasi Vasektomi Untuk Kesehatan Pria

Lelaki yang telah melakukan vasektomi pada umumnya mengeluhkan terjadi rasa nyeri
pada wilayah kulit yang baru saja dijahit dalam kurun waktu beberapa hari pasca oprasi kecil
ini. Namun Anda jangan khawatir karena rasa nyeri ini akan berangsur-angsur hilang dalam
waktu beberapa hari.

Ada tips khusus yang bisa Anda coba untuk mengurangi rasa nyeri pasca vasektomi.
Yaitu dengan cara mengompres daerah sekitar kantong buah zakar dengan es batu setelah 24
jam masa operasi. Cara ini terbilang klasik namun bisa meredakan efek nyeri yang

129
ditimbulkan vasektomi. Bila nyeri pasca vasektomi masih berlanjut sampai beberapa minggu,
anda sebaiknya menghubungi dokter untuk memeriksa apakah ada masalah serius pada
saluran sel sperma Anda.

Selama ini tidak ada efek buruk vasektomi yang mempengaruhi kehidupan seks seorang
pria. Jadi tidak menimbulkan impotent pada penis, karena yang diputus salurannya hanyalah sel
sperma penyebab wanita hamil, bukan cairan seminal dan getah prostat. Dalam paragraf di atas
sudah dijelaskan bahwa air mani hanya berkurang 5 persen dari kondisi biasanya. Pengurangan
sedikit air mani tidak akan mempengaruhi kepuasan seks secara menyeluruh.

Terputusnya saluran sel sperma pria berarti tidak semua air mani dikeluarkan. Ini artinya
dalam tubuh pria masih mengandung lebih banyak hormon adrenalin yang mempengaruhi sifat
jantan. Dengan volume adrenalin yang lebih banyak dari biasanya, maka bisa dipastikan seorang
pria akan memiliki daya dorong seks yang lebih kuat dari kondisi normal.

Resiko Melakukan Vasektomi

Sejauh ini belum ada laporan resmi mengenai dampak buruk vasektomi pada pria. Seperti
telah dijelaskan dalam paragraf di atas, keluhan terjadinya pembengkakan bisa diatasi dengan
jalan mengompres 24 jam pasca operasi. Vasektomi merupakan operasi kecil layaknya sunat,
sehingga resiko yang terjadi sangat kecil. Kalaupun terjadi pembengkakan dalam waktu lama,
hal tersebut biasanya terjadi akibat pria telah memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa vasektomi mengakibatkan pria tidak bisa
menghamili wanita untuk selamanya. Ada kalanya pasangan suami isteri muda salah
memprogram membuat anak sehingga suami terlanjur vasektomi dan tidak bisa memiliki anak
lagi. Oleh karena itu, keputusan vasektomi harus benar-benar dipertimbangan dengan matang
karena menyangkut kelestarian anggota keluarga.

Bagaimana dengan sel sperma yang tidak disalurkan selama berhubungan badan? Apakah
sel sperma tersebut akan merusak kesehatan badan? Tim medis menjelaskan bahwa sel sperma
yang tidak keluarkan sebagian besar akan diserap kembali oleh tubuh dalam bentuk energi. Jadi
dalam hal ini sel sperma tidak akan membahayakan kesehatan pria dan pria tetap bisa menikmati
seks

130
Tujuan Vasektomi

Pria yang melakukan vasektomi adalah ayah yang memiliki kesadaran untuk terlibat langsung
dalam hal mengatur kelahiran anak. Lebih dari itu, hal ini adalah sebagai bentuk kepedulian
seorang pria untuk aktif memilih kontrasepsi selain partisipasi dari pihak wanita. Alasan yang
umum diambil mengapa pria vasektomi adalah karena isteri mengalami alergi terhadap metode
kontrasepsi tertentu sehingga pria mengambil alih tugas kontrasepsi.

Operasi vasektomi dilakukan dengan tujuan agar pria tidak bisa menghamili wanita secara
permanen. Secara permanen? Benar sekali. Jika Anda seorang pria dan memutuskan untuk
melakukan vasektomi, maka harus dipertimbangkan terlebih dulu untung ruginya.

Benarkah sudah tidak ingin memiliki anak? Apakah isteri sudah tidak ingin hamil. Jika masih
ingin punya anak lagi, sebaiknya memilih metode kontrasepsi lainnya yang memungkinkan
kehamilan terjadi bila menghentikan pemakaian.

Metode vasektomi

Ada beberapa macam metode untuk menutup vas deferens yang pada waktu ini masih dinilai
kemantapannya, antara lain:

 Menjepit vas deferens dengan klip (jepitan) dari tantalum.


 Mengadakan kauterisasi/fulturasi kedua ujung.
 Menyuntik vas deferens dengan sclerotizing agent (zat yang menyebabkan sklerosis),
sehingga jadi buntu, misalnya dengan formalin, fenol dan lain-lain Dilakukan bisa tanpa
operasi.
 Menutup vas deferens dengan tutp semacam jarum.
 Hanya mengikat vas deferens.
 Kombinasi antara dua metode, misalnya mengikat dan kauterisa

Persyaratan vasektomi

 Harus secara sukarela.

131
 Mendapat persetujuan istri.
 Jumlah anak cukup.
 Mengetahui akibat-akibat vasektomi.
 Umur calon tidak kurang dari 30 tahun.
 Umur istri tidak kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun.
 Pasangan suami-istri telah mempunyai anak minimal dua orang, dan anak paling kecil
harus sudah berumur di atas dua tahun..

Cara Operasi Vasektomi

Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh tim medis dalam melakukan operasi vasektomi
terhadap seorang pria. Cara tersebut adalah:

1. Vasektomi dengan cara konvensional.

Vasektomi dengan cara konvensional dilakukan dengan memotong pipa saluran sperma yang
berada di bagian kiri dan kanan pria. Pertama-tama, pria tersebut dibius lokal melalui injeksi
pada kulit sekitar skrotum (kantong buah zakar). Setelah itu tim medis meraba kulit tersebut
untuk menemukan keberadaan pipa kecil yang disebut dengan saluran sperma.

Kalau sudah ketemu lalu kulit disobek dan pipa tersebut ditarik keluar untuk diikat pada kedua
ujungnya. Ingat, saluran ini ada dua, yaitu bagian kiri dan kanan. Oleh karena itu, pengikatan
harus pada kedua bagian. Setelah saluran sperma diikat, lalu dimasukkan kembali ke lokasi awal
dan dijahit. Oke, selesai! Tidak begitu rumit kan? Operasi vasektomi ini membutuhkan waktu
sekitar 20 menit.

2. Vasektomi dengan cara pembakaran.

Dibakar? Benarkah saluran sperma pria akan dibakar layaknya orang membakar sate? Jangan
keburu takut dulu. Itu hanya sebutan untuk operasi medis vasektomi yang satu ini. Vasektomi
dengan cara pembakaran dalam bahasa medis disebut cauterisasi. Dalam hal ini dokter tidak
perlu melakukan operasi pembedahan pada kulit sekitar kantong buah zakar.

132
Vasektomi dengan cara cauterisasi dilakukan dengan cara menempatkan jarum tertentu langsung
mengarah kepada saluran sperma pria yang berada di balik kulit sekitar buah zakar. Setelah
saluran sperma ditemukan, maka dilakukan cauterisasi. Selesai. Hasil vasektomi dengan cara ini
sama dengan vasektomi secara konvensional, yaitu mengakibatkan saluran sperma buntu dan
tidak dapat menghamili wanita.

3. Vasektomi dengan bantuan Vasclip.

Perkembangan teknologi terkini menghadirkan cara vasektomi terbaru dengan menggunakan clip
atau alat penjepit. Cara ini telah dipraktekkan di negara Amerika Serikat mulai tahun 2002
melalui persetujuan badan kesehatan Amerika. Karena vasektomi dilakukan dengan bantuan klip,
maka cara ini disebut sebagai vasclip. Sayangnya, metode vasektomi yang satu ini hanya berlaku
di Amerika saja dan belum masuk ke Indonesia.

Vasclip bekerja dengan cara menjepit saluran sperma pada kedua sisi sehingga tidak bisa
mengalirkan benih laki-laki. Klip yang dibuat khusus berukuran sebutir telur dijepitkan ke pipa
saluran lelaki dan sifatnya permanen, sama seperti dua cara vasektomi di atas.

Tips Setelah Melakukan Operasi Vasektomi

Setelah seorang pria melakukan vasektomi, disarankan agar tidak melakukan aktifitas yang berat
beberapa hari pasca operasi. Hindari mengangkat beban berat berlebihan sampai kurun waktu
seminggu sesudah vasektomi. Hal ini untuk mencegah pembengkakan pada jahitan sekitar
wilayah kantong buah zakar.

Oh ya, jangan lupa mengompres kulit sekitar daerah jahitan dengan es batu agar rasa nyeri yang
ditimbulkan tidak terlalu hebat. Setelah melakukan operasi vasektomi juga disarankan agar pria
memakai celana khusus agar pergerakan tubuh tidak terlalu mengganggu proses penyembuhan
luka bedah.

Dan satu hal yang utama adalah hindari melakukan hubungan seksual dengan isteri tanpa
pengaman selama beberapa minggu. Lama atau tidaknya waktu tersebut tergantung volume sel
sperma yang dihasilkan sebelum vasektomi. Namun, sebagian besar dokter menyarankan tetap

133
menjalankan kontrasepsi lain (kondom, pil KB, suntik KB dan lain-lain) minimal 8 minggu
setelah masa operasi vasektomi.

Jadi buat bapak-bapak, mohon menahan diri untuk tidak segera mengajak isteri berhubungan
badan tanpa memakai kondom sebelum cairan sperma dinyatakan bersih secara tes medis dari
kandungan sel sperma. Karena kalau cairan air mani masih mengandung sel sperma, maka masih
ada kemungkinan untuk menghamili seorang wanita.

Praktek Vasektomi di Indonesia

Praktek penggunaan vasektomi di Indonesia belum begitu populer dibanding metode kontrasepsi
lainnya. Partisipasi pengendalian laju penduduk masih didominasi oleh kaum wanita. Alat
kontrasepsi yang banyak dipilih orang Indonesia masih berkisar antara pil KB, suntik KB dan
susuk KB.Hanya sebagian sedikit pria yang memakai alat kontrasepsi kondom karena mereka
mengaku tidak nyaman saat memakai kondom ketika berhubungan badan dengan isteri..

Meski vasektomi bukan pilihan populer dalam mencegah kehamilan, saat ini di Indonesia telah
banyak rumah sakit dan klinik kesehatan yang melayani vasektomi. Tantangan terbesarnya
adalah kendala psikologis pada kaum wanita. Karena pria yang menjalani vasektomi sudah tidak
mungkin menghamiliki wanita lain, maka para wanita khawatir jika hal ini dimanfaatkan oleh
pria untuk melakukan perselingkuhan tanpa khawatir resiko hamil di luar nikah. Sehingga yang
mengalami keberatan pengajuan vasektomi umumnya berasal dari pihak isteri karena takut
suaminya macam-macam di luaran sana.

Diluar faktor penyalahgunaan vasektomi dan pro-kontra yang diakibatkan, vasektomi


adalah salah satu pilihan tepat bagi pria dalam upaya berperan aktif mengendalikan laju
penduduk di negara berkembang. Ledakan jumlah penduduk bukan saja melahirkan beragam
masalah pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya, tetapi juga menurunkan kualitas hidup warga
Indonesia karena tingkat pendapatan perkapita penduduk yang masih rendah. Hendaknya kita
tidak menyerahkan masalah kontrasepsi hanya kepada wanita. Pria juga bisa memberi peran
dalam pembangunan bangsa ini.

Vasektomi dianggap gagal bila:

134
Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20 kali ejakulasi masih
dijumpai spermatozoa. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma Istri
( pasangan ) hamil.

Efek Samping Vasektomi

Vasektomi tidak memiliki efek yang bersifat merugikan. Sperma yang diproduksi tubuh pria
namun tidak bisa disalurkan karena prows vasektomi tersebut, akan kembali diserap tubuh tanpa
menyebabkan gangguan metabolisme. Beberapa orang yang menggunakan vasektomi mengeluh
tentang gangguan terhadap gairah seksual mereka, tetapi itu hanya bersifat psikologis bukan
gejala fisiologis. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya
berlangsung beberapa hari. Pembentukan granuloma relatif jarang dan merupakan keluhan yang
nantinya hilang sendiri Efek sampingnya Vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi apabila
perawatan pasca operasinya tidak bagus dapat menimbulkan abses pada bekas luka dan juga
dapat menyebabkan hematoma atau membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.
Vasektomi juga tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan pria untuk melakukan hubungan
badan malah beberapa kasus disebutkan potensi pria lebih baik karena pengaruh dari psikologis
terhindar dari kecemasan terjadinya kehamilan dari istri. Oleh karena itu, seseorang untuk
memutuskan divasektomi harus ada persiapan baik itu fisik maupun mental dan tentunya
konsultasi karena yg dipotong/diikat adalah saluran yg mengeluarkan sel sperma bukan cairan
semennya. Waktu pembedahan juga singkat hanya sekitar 1 - 2 jam , setelah pembedahan akan
terasa sedikit membengkak sekitar 3-5 hari. Selain itu komplikasi dari vasektomi yakni
perdarahan dan dapat juga peradangan bila sterilisasi atau alat proses kurang. 

Indikasi Dan Kontraindikasi Vasektomi

Indikasi Vasektomi Indikasi vasektomi adalah :

o Menunda kehamilan

o Mengakhiri kesuburan

o Membatasi kehamilan

135
o Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup dan
tidak ingin menambah anak.

Kontra Indikasi Vasektomi Kontraindikasi vasektomi adalah :

o Peradangan dalam rongga panggul

o Peradangan liang senggama akut (vaginatis-servisitis akut)

o Obesitas berlebihan

o Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit paru lain.

o Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.

o Peradangan pada alat kelamin pria.

o Penyakit kencing manis.

o Kelainan mekanisme pembekuan darah.

o Infeksi didaerah testis (buah zakar) dan penis

o Hernia (turun bero)

o Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar)

o Buah zakar membesar karena tumor

o Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)

o Buah zakar tidak turun (kriptokismus)

o Penyakit kelainan pembuluh darah

Beberapa hal yang dapat menimbulkan kontra indikasi dan cara penanganannya:

136
1. Perdarahan Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja. Bila banyak,
hendaknya dirujuk segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilkukan
operasi kembali dengan anestesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan
kemudian mencari sumber perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan
pembengkakan isi skrotum pascavasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan
dilakukan pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan
akan mengundang kuman-kuman dan menimbulkan infeksi.

2. Hematoma Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, misal naik
sepeda, duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya.

3. Infeksi Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka
kulit. Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila kering
dengan salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulit skrotum di tempat vasektomi
sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring,
kompres es pemberian antibiotika, dan analgetika.

4. Granuloma sperma Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau rpidemilis. Gejalanya
merupakan benjolan kenyal dengan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat
terjadi 1 – 2 minggu setelah vasektomi. Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan
mengikat kembali vas deferens. Terjadi pada 0.1 – 30 % kasus.

5. Antibody sperma Separuh sampai dua per tiga akseptor vasektomi akan membentuk antibodi
terhadap sperma. Sampai kini tidak pernah terbukti adanya penyulit yangt disebabkan adanya
antibodi tersebut  Resiko operasi vasektomi pada pria Lelaki yang telah melakukan vasektomi
pada umumnya mengeluhkan terjadi rasa nyeri pada wilayah kulit yang baru saja dijahit dalam
kurun waktu beberapa hari pasca oprasi kecil ini. Namun Anda jangan khawatir karena rasa nyeri
ini akan berangsur-angsur hilang dalam waktu beberapa hari. Ada tips khusus yang bisa Anda
coba untuk mengurangi rasa nyeri pasca vasektomi. Yaitu dengan cara mengompres daerah
sekitar kantong buah zakar dengan es batu setelah 24 jam masa operasi. Cara ini terbilang klasik
namun bisa meredakan efek nyeri yang ditimbulkan vasektomi. Bila nyeri pasca vasektomi
masih berlanjut sampai beberapa minggu, anda sebaiknya menghubungi dokter untuk memeriksa

137
apakah ada masalah serius pada saluran sel sperma Anda. Selama ini tidak ada efek buruk
vasektomi yang mempengaruhi kehidupan seks seorang pria. Jadi tidak menimbulkan impotent
pada penis, karena yang diputus salurannya hanyalah sel sperma penyebab wanita hamil, bukan
cairan seminal dan getah prostat. Dalam paragraf di atas sudah dijelaskan bahwa air mani hanya
berkurang 5 persen dari kondisi biasanya. Pengurangan sedikit air mani tidak akan
mempengaruhi kepuasan seks secara menyeluruh. Terputusnya saluran sel sperma pria berarti
tidak semua air mani dikeluarkan. Ini artinya dalam tubuh pria masih mengandung lebih banyak
hormon adrenalin yang mempengaruhi sifat jantan. Dengan volume adrenalin yang lebih banyak
dari biasanya, maka bisa dipastikan seorang pria akan memiliki daya dorong seks yang lebih kuat
dari kondisi normal.

Praktek Vasektomi di Indonesia

Praktek penggunaan vasektomi di Indonesia belum begitu populer dibanding metode kontrasepsi
lainnya. Partisipasi pengendalian laju penduduk masih didominasi oleh kaum wanita. Alat
kontrasepsi yang banyak dipilih orang Indonesia masih berkisar antara pil KB, suntik KB dan
susuk KB. Hanya sebagian sedikit pria yang memakai alat kontrasepsi kondom karena mereka
mengaku tidak nyaman saat memakai kondom ketika berhubungan badan dengan isteri. Meski
vasektomi bukan pilihan populer dalam mencegah kehamilan, saat ini di Indonesia telah banyak
rumah sakit dan klinik kesehatan yang melayani vasektomi. Tantangan terbesarnya adalah
kendala psikologis pada kaum wanita. Karena pria yang menjalani vasektomi sudah tidak
mungkin menghamili wanita lain, maka para wanita khawatir jika hal ini dimanfaatkan oleh pria
untuk melakukan perselingkuhan tanpa khawatir resiko hamil di luar nikah. Sehingga yang
mengalami keberatan pengajuan vasektomi umumnya berasal dari pihak isteri karena takut
suaminya macam-macam di luaran sana,

Pendapat Para Ulama Tentang Vasektomi

Adapun pendapat para ulama tentang vasektomi dalam rangka pelaksanaan program
kependudukan dan KB antara lain:
1.      Prof. Dr. Syeikh Muhammad Syalthout, dalam bukunya Fatwa-fatwa mengatakan:

138
Bahwa pembatasan kelahiran dengan secara mutlak itu tidak dikehendaki oleh siapa pun, apalagi
oleh sesuatu bangsa yang dengan usahanya mempertahankan kehidupan dan kelangsungan
dengan rencana-rencana produksi yang dapat memberikan kehidupan kepada warganya serta
dapat menyaingi bangsa-bangsa lain. Maka pembatasan kelahiran dengan cara demikian
bertentangan dengan tabiat alam yang menuntut perkembangan yang kontinue. Juga berlawanan
dengan hikmah Allah yang Maha Bijaksana yang telah menciptakan dalam bumi dan makhluk
lainnya kekuatan produksi yang berlimpah-limpah. Persediaan yang disimpan oleh Allah baik di
atas bumi maupun di dalamnya tidak mungkin kurang untuk kebutuhan hambaNya dan
keturunan anak manusia berapa saja banyaknya mereka dan kapan saja mereka hidup.
2.      Abul A'la al-Maududi yang disitir oleh Drs. Kafrawi MA dalam buku, KB Ditinjau Dari Segi
Agama-agama Besar di Dunia mengatakan : Bahwa agama Islam adalah agama yang berjalan
sesuai dengan fitrah manusia. Barang siapa yang mencoba mengubah perbuatan Tuhan dan
menyalahi undang-undang fitrah adalah menuruti perintah setan, sedang setan itu musuh
manusia. Karena beranak dan berketurunan adalah sebagian dari fitrah tersebut menurut
pandangan Islam. Salah satu tujuan dari perkawinan itu ialah mengekalkan adanya jenis manusia
dan mendirikan suatu kehidupan yang beradab.
3.      Drs. Masyfuk Zuhdi dalam buku Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia mengatakan.
Bahwa Islam tidak membenarkan vasektomi dipakai sebagai cara/usaha kontrasepsi, karena ada
beberapa hal yang prinsipil ialah: vasektomi berakibat pemandulan tetap, hal ini bertentangan
dengan tujuan perkawinan menurut syariat Islam, ialah perkawinan laki-laki dan perempuan
selain bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan suami/istri dalam kehidupan di dunia dan
akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan, yang sah serta mendidiknya. Mengubah ciptaan
Tuhan dengan memotong dan menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi. Serta
melihat aurat orang lain (aurat besar), Prinsipnya Islam melarang orang melihat aurat orang
meskipun sama jenis kelaminnya.
4.      Di kalangan ahli medis, Dr. H. Ali Akbar dalam buku Mera-, Chita Kasib mengatakan:
Bahwa vasektomi itu adalah menentang dan merusak ciptaan Tuhan. Perbuatan yang dilakukan
kemudian merusak ciptaan Tuhan atau menentang hak Tuhan adalah buatan orang yang tidak
beragama, maka cara tersebut adalah perbuatan setan.
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi atau Vas Ligation. Caranya ialah dengan
memotong saluran sperma (vas deverens) kemudian kedua ujungnya diikat, sehingga sel sperma

139
tidak dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi laki-laki termasuk operasi ringan, tidak
melakukan perawatan di rumah sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual. Nafsu seks dan
potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi, tetapi yang terpancar
hanya semacam lendir yang tidak mengandung sperma.
Sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau Tubal Ligation. Caranya ialah dengan
memotong kedua saluran sel telur (tuba pallopi) dan menutup kedua-duanya sehingga sel telur
tidak dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur, sehingga
tidak terjadi kehamilan.
Ulama’ berpendapat bahwa alasan jumlah anak yang dimiliki telah sampai pada jumlah
yang dianjurkan dalam program KB tidak cukup kuat untuk membenarkan pelaksanaan
vasektomi dan tubektomi. Tidak mustahil seseorang merasakan adanya kebutuhan untuk
memperoleh anak kembali karena alasan-alasan tertentu. Ulama’ berpendapat ada keadaan-
keadaan darurat tertentu yang membenarkan seseorang melakukan operasi vasektomi dan
tubektomi.
Hingga saat ini vasektomi dan tubektomi sebagai alat pengendali penduduk masih
menjadi perdebatan di kalangan ulama’ Indonesia karena sifatnya yang membuat sterilisasi pada
pria dan wanita. Dalam kaitannya dengan vasektomi dan tubektomi Majelis Ulama’ Indonesia
(MUI) pada tanggal 13 Juli 1977, setelah membahas mengenai vasektomi dan tubektomi, maka
Majelis ulama’ mengutarakan pendapat-pendapatnya, yaitu; Pertama, pemandulan dilarang oleh
agama. Kedua, vasektomi dan tubektomi adalah salah satu usaha pemandulan. Ketiga, di
Indonesia belum dapat dibuktikan bahwa vasektomi dan tubektomi, dapat disambung lagi.
Kemudian MUI mengeluarkan fatwa pada tahun 1979, bahwa dalam penggunaan vasektomi dan
tubektomi adalah haram. Fatwa ini kemudian diperkuat lagi pada tahun 1983 dalam sebuah
sidang Muktamar Nasional Ulama’ tentang Kependudukan dan Pembangunan. Dari hasil sidang
tersebut menghasilkan keputusan fatwa yang menyatakan bahwa vasektomi dan tubektomi
dilarang dalam Islam karena berakibat kemandulan yang abadi.
Setelah para ahli bidang medis telah berhasil menyambung kembali yang mashur dengan
rekanalisasi, maka kehamilan dapat berfungsi kembali. Dengan ditemukannya upaya ini, maka
keputusan Fatwa MUI 1979 ditinjau kembali melalui Seminar Nasional dan Peningkatan Peran
Ulama’ Dalam Gerakan KB Nasional, yang terselenggara pada tanggal 17 s/d 19 Februari 1990
di Jakarta. Setelah seminar memperhatikan keberhasilan rekanaliasi, maka MUI dalam fatwanya

140
tahun 1990 menyepakati bahwa penggunaan kontrasepsi vasektomi dan tubektomi dibolehkan
karena akibat kemandulan dapat diatasi melalui rekanalisasi, dalam hal ini berlaku hukum
darurat.
Dalam kaidah yang mengatur hukum Islam (Fiqh) perubahan fatwa semacam itu sangat
mungkin terjadi jika alasan yang menjadi dasar hukum berubah karena adanya perubahan zaman,
waktu, situasi dan kondisi.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut hukum Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan, bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat di pasang sendiri oleh yang
bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau orang lain yang
pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya, tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan.
Selain itu, bahan pembuatannya yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak
menimbulkan implikasi yang membahayakan bagi kesehatan.
Terhadap perbedaan pendapat ulama’ (ijtihad) dalam masalah vasektomi dan tubektomi.
umat Islam dapat memilih diantara kedua pendapat tersebut, yaitu yang membolehkan atau
mengharamkan yang menurut mereka lebih kuat dan lebih maslahat. Kedua pendapat yang
berbeda itu tidaklah saling membatalkan karena kaidah fiqh (hukum Islam) menyatakan bahwa
“sebuah ijtihad tidak dapat dibatalkan oleh ijtihad yang lain”.

STERILISASI

Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain) dari
mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen.
Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme
dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.

141
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Steralisasi
juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta
spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat,
sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.
Sedangkan menurut islam, hukum sterilisasi pada dasarnya haram(dilarang), karena ada
beberapa hal yang prinsipal, yaitu:
1.    Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat pemandulan tetap. Hal ini bertentangan dengan
tujuan pokok perkawinan menurut Islam, yakni: perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan
untuk mendapatkan kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia dan di akhirat, juga untuk
mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan kelak menjadi anak yang saleh sebagai
penerus cita-citanya.
2.    Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan menghilangkan sebagian tubuh yang
sehat dan berfungsi(saluran mani/telur).
3.    Melihat aurat orang lain (aurat besar)
Pada prinsipnya Islam melarang orang melihat aurat orang lain, meskipun sama jenis kelaminya.
Akan tetapi apabila suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa (darurat), seperti untuk
menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya. Yang bakal lahir,
atau terancamnya jiwa si ibu bila ia mengandung atau melahirkan bayi, maka sterilisasi
diperbolehkan oleh Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam yang menyatakan:

ِ ‫ضرُوْ َرةُ تُبِ ْي ُح ْال َمحْ ضُوْ َرا‬


.‫ت‬ َّ َ‫ال‬

Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:


a.       Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b.       Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan  sterilisasi.
c.        Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d.       Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e.        Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril

142
f.        Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.

Macam-Macam Sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi:

1.      Sterilisai secara mekanik (filtrasi)


Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik
2.      Sterilisasi secara fisik
Dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
         Pemanasan
a.       Pemijaran (dengan api langsung)
Membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L,
dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaanya.
b.      Panas kering:
Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang
terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam.
Kesterilaln tergnatung dengan waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu dan suhu tidak
sesuai dengan ketentuan maka sterilisasipun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
c.       Uap air panas
Konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik disinfeksi termurah Waktu 15
menit setelah air mendidih Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini: Clostridium
perfingens dan Cl. Botulinum
d.      Uap air panas bertekanan
Menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs, apabila sedang
bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf berfungsi dengan baik

143
digunakan Bacillus stearothermophilus Bila media yang telah distrerilkan.diinkubasi selama 7
hari berturut-turut apabila selama 7 hari: Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih maka
otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf
         Pasteurisasi
Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh kuman: tbc,
brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari
sapi/pemerah) dengan Suhu 65 C/ 30 menit
         Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari
lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
a.       Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
b.       absorbsi as. NukleatDaya kerja
c.        Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
d.       penetrasi lemah

Kelemahan
         Sinar ion bersifat hiperaktif
Sering digunakan padaGamma Daya kerjanya sterilisasi bahan makanan, terutama bila
panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan  Bahan disposable: alat suntikan
cawan petri dpt distrelkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga
“sterilisasi dingin”

3.       Sterilisasi dengan Cara Kimia


a.       Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
1.      Rongga (space)
2.      Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
3.      Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat

144
4.      Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
5.      Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah
menguap
6.      Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan disinfekstan

b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia


1.Jenis bahan yang digunakan
2.Konsentrasi bahan kimia
3.Sifat Kuman
4.pH
5.Suhu

c.       Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi


1.Alkohol
a)      Paling efektif untuk sterilisasi dan desinfeksi membran sel rusak
b)      Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi & enzim tdk aktif

2.Halogen
a)      Mengoksidasi protein kuman
3.Yodium
a)      Konsentrasi yg tepat tidak mengganggu kulit
b)      Efektif terhadap berbagai protozoa

4.Klorin
a)      Memiliki warna khas dan bau tajam
b)      Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah

5.Fenol (as. Karbol)


a)      Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan
permukaan
b)      Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan

145
6.Peroksida (H2O2)
a)      Efektif dan nontoksid
b)      Molekulnya tidak stabil
c)      Menginaktif enzim mikroba

7.Gas Etilen Oksida


a)      Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik

Tujuan Sterilisasi

1.     Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai


2.     Mencegah peralatan cepat rusak
3.     Mencegah terjadnya infeksi silang
4.     Menjamin kebersihan alat
5.     Menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien.

Cara Sterilisasi

Cara sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:


1.Terminal Sterlization (sterilisasi akhir). Menurut PDA Technical Monograph dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Overkill Method ,y a i t u metode sterilisasi menggunakanpemanasan
d e n g a n u a p p a n a s p a d a s u h u 1 2 1 C s e l a m a 1 5 m e n i t . Penggunaan metode ini
biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan
metode ini adalah karenalebih efisien, cepat, dan aman.

b. Bioburden Sterilitation, merupakan suatu metode sterilisasi yang dilakukan dengan monitoring
terkontrol dan ketat terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur
produksi sebelum m e n j a l a n i proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat
s t e r i l i t a s y a n g dipersyaratkan SAL 10 -6. Dalam metode ini digunakan suatu zat

146
yangdapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yangsangat tinggi.
Sebagai contoh adalah penggunaan Dextrose yang bila dipanaskan dapat menghasilkan
senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang merupakan suatu senyawa hepatotoksik.

2.Aseptic Processing 
Metode ini merupakan metode pembuatan produk steril
menggunakansaringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau
b a h a n b a k u steril yang diformulasi dan dimasukkan kedalam kontainer steril
dalamlingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telahterkontrol
sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada levelyang dapat diterima  dalam clear
zone.

Pelaksanaan 
(1)Sterilisasi dengan cara rebus
Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu
antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet.

(2)Sterilisasi dengan cara stoom


Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan
tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain
(3)Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang
tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu

(4)Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia


Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap
formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas. Misalnya sarung tangan,
kateter, dan lain-lain.

(5) Sterilisasi dengan radiasi

147
Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk mensterilkan jaringan yang
telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang dikeringkan secara
liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan pada temperatur kamar (proses dingin) dan tidak
mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk membunuh
mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku dilakukan pada suhu -40
derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk diaplikasikan pada jaringan biologi.

(6) Sterilisasi dengan penyaringan


Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika
terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu
saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter
yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.

(7) Sterilisasi gas


Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat. Sterilisasi
adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi gas
biasanya digunakan untuk bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan
radiasi atau cahaya.

EUTHANASIA

Eutanasia (dari bahasa Yunani: ευθανασία -ευ, eu yang artinya "baik", dan


θάνατος, thanatos yang berarti kematian) adalah praktik pencabutan
kehidupan manusia atau hewanmelalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau
menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan
yang mematikan.

Aturan hukum mengenai masalah ini berbeda-beda di tiap negara dan seringkali berubah


seiring dengan perubahan norma-norma budaya maupun ketersediaan perawatan atau
tindakan medis. Di beberapa negara, eutanasia dianggap legal, sedangkan di negara-negara

148
lainnya dianggap melanggar hukum. Oleh karena sensitifnya isu ini, pembatasan dan prosedur
yang ketat selalu diterapkan tanpa memandang status hukumnya.

Eutanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaannya

Bila ditinjau dari cara pelaksanaannya, eutanasia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
eutanasia agresif, eutanasia non agresif, dan eutanasia pasif.

 Eutanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri
hidup seorang pasien. Eutanasia agresif dapat dilakukan dengan pemberian
suatu senyawa yang mematikan, baik secara oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh
senyawa mematikan tersebut adalah tablet sianida.

 Eutanasia non agresif, kadang juga disebut eutanasia otomatis (autoeuthanasia)


digolongkan sebagai eutanasia negatif, yaitu kondisi di mana seorang pasien menolak secara
tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa
penolakannya akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan
secara resmi dengan membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis tangan). Eutanasia non
agresif pada dasarnya adalah suatu praktik eutanasia pasif atas permintaan pasien yang
bersangkutan.

 Eutanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif yang tidak
menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang
pasien. Eutanasia pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang
dapat memperpanjang hidup pasien secara sengaja. Beberapa contohnya adalah dengan tidak
memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak
memberikan antibiotika kepada penderitapneumonia berat, meniadakan
tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, ataupun
pemberian obat penghilang rasa sakit sepertimorfin yang disadari justru akan mengakibatkan

149
kematian. Tindakan eutanasia pasif seringkali dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan
rumah sakit.

Penyalahgunaan eutanasia pasif bisa dilakukan oleh tenaga medis maupun pihak keluarga


yang menghendaki kematian seseorang, misalnya akibat keputusasaan keluarga karena
ketidaksanggupan menanggung beban biaya pengobatan. Pada beberapa kasus keluarga pasien
yang tidak mungkin membayar biaya pengobatan, akan ada permintaan dari pihak rumah sakit
untuk membuat "pernyataan pulang paksa". Meskipun akhirnya meninggal, pasien diharapkan
meninggal secara alamiah sebagai upaya defensif medis.

Eutanasia ditinjau dari sudut pemberian izin

Ditinjau dari sudut pemberian izin maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

 Eutanasia di luar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan eutanasia yang bertentangan
dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan eutanasia semacam ini dapat
disamakan dengan pembunuhan.

 Eutanasia secara tidak sukarela: Eutanasia semacam ini adalah yang seringkali menjadi
bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.Hal
ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil
suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang wali dari si pasien (seperti pada
kasus Terri Schiavo). Kasus ini menjadi sangat kontroversial sebab beberapa orang wali
mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si pasien.

 Eutanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri, namun hal ini
juga masih merupakan hal kontroversial.

Eutanasia ditinjau dari sudut tujuan

Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia antara lain yaitu :

150
 Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
 Eutanasia hewan
 Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain daripada eutanasia agresif
secara sukarela

Sejarah Euthanasia

Asal-usul kata eutanasia

Kata eutanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu "eu" (= baik) and "thanatos" (maut,
kematian) yang apabila digabungkan berarti "kematian yang baik". Hippokrates pertama kali
menggunakan istilah "eutanasia" ini pada "sumpah Hippokrates" yang ditulis pada masa 400-300
SM.

Sumpah tersebut berbunyi: "Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat
yang mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu". Dalam sejarah
hukum Inggris yaitu common law sejak tahun 1300 hingga saat "bunuh diri" ataupun "membantu
pelaksanaan bunuh diri" tidak diperbolehkan.

Eutanasia dalam dunia modern

Sejak abad ke-19, eutanasia telah memicu timbulnya perdebatan dan pergerakan di
wilayah Amerika Utara dan di Eropa Pada tahun 1828 undang-undang anti eutanasia mulai
diberlakukan di negara bagian New York, yang pada beberapa tahun kemudian diberlakukan
pula oleh beberapa negara bagian.

Setelah masa Perang Saudara, beberapa advokat dan beberapa dokter mendukung


dilakukannya eutanasia secara sukarela.

Kelompok-kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di Inggris pada


tahun 1935 dan di Amerika pada tahun 1938 yang memberikan dukungannya pada pelaksanaan
eutanasia agresif, walaupun demikian perjuangan untuk melegalkan eutanasia tidak berhasil
digolkan di Amerika maupun Inggris.

Pada tahun 1937, eutanasia atas anjuran dokter dilegalkan di Swiss sepanjang pasien


yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan daripadanya.

151
Pada era yang sama, pengadilan Amerika menolak beberapa permohonan dari pasien
yang sakit parah dan beberapa orang tua yang memiliki anak cacat yang mengajukan
permohonan eutanasia kepada dokter sebagai bentuk "pembunuhan berdasarkan belas kasihan".

Pada tahun 1939, pasukan Nazi Jerman melakukan suatu tindakan kontroversial dalam


suatu "program" eutanasia terhadap anak-anak di bawah umur 3 tahun yang menderita
keterbelakangan mental, cacat tubuh, ataupun gangguan lainnya yang menjadikan hidup mereka
tak berguna. Program ini dikenal dengan nama Aksi T4 ("Action T4") yang kelak diberlakukan
juga terhadap anak-anak usia di atas 3 tahun dan para jompo / lansia.

Eutanasia pada masa setelah perang dunia

Setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan kejahatan eutanasia, pada
era tahun 1940 dan 1950 maka berkuranglah dukungan terhadap eutanasia, terlebih-lebih lagi
terhadap tindakan eutanasia yang dilakukan secara tidak sukarela ataupun karena disebabkan
oleh cacat genetika.

Praktik-praktik eutanasia di dunia

Praktik-praktik eutanasia pernah yang dilaporkan dalam berbagai tindakan masyarakat.

 Di India pernah dipraktikkan suatu kebiasaan untuk melemparkan orang-orang tua ke


dalam sungai Gangga.
 Di Sardinia, orang tua dipukul hingga mati oleh anak laki-laki tertuanya.
 Uruguay mencantumkan kebebasan praktik eutanasia dalam undang-undang yang telah
berlaku sejak tahun 1933.
 Di beberapa negara Eropa, praktik eutanasia bukan lagi kejahatan kecuali
di Norwegia yang sejak 1902 memperlakukannya sebagai kejahatan khusus.
 Di Amerika Serikat, khususnya di semua negara bagian, eutanasia dikategorikan sebagai
kejahatan. Bunuh diri atau membiarkan dirinya dibunuh adalah melanggar hukum di
Amerika Serikat.
 Satu-satunya negara yang dapat melakukan tindakan eutanasia bagi para anggotanya
adalah Belanda. Anggota yang telah diterima dengan persyaratan tertentu dapat meminta

152
tindakan eutanasia atas dirinya. Ada beberapa warga Amerika Serikat yang menjadi
anggotanya. Dalam praktik medis, biasanya tidak pernah dilakukan eutanasia aktif, namun
mungkin ada praktik-praktik medis yang dapat digolongkan eutanasia pasif.

Euthanasia menurut hokum di berbagai Negara

Sejauh ini eutanasia diperkenankan yaitu dinegara Belanda, Belgia serta ditoleransi di


negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan Swiss dan dibeberapa negara dinyatakan
sebagai kejahatan seperti di Spanyol, Jerman dan Denmark 

Belanda

Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undang-undang yang mengizinkan


eutanasia. Undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1 April 2002 [5], yang
menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia yang melegalisasi praktik eutanasia.
Pasien-pasien yang mengalami sakit menahun dan tak tersembuhkan, diberi hak untuk
mengakhiri penderitaannya.

Tetapi perlu ditekankan, bahwa dalam Kitab Hukum Pidana Belanda secara formal
euthanasia dan bunuh diri berbantuan masih dipertahankan sebagai perbuatan kriminal.

Sebuah karangan berjudul "The Slippery Slope of Dutch Euthanasia" dalam


majalah Human Life International Special Report Nomor 67, November 1998, halaman 3
melaporkan bahwa sejak tahun 1994 setiap dokter di Belanda dimungkinkan melakukan
eutanasia dan tidak akan dituntut di pengadilan asalkan mengikuti beberapa prosedur yang telah
ditetapkan. Prosedur tersebut adalah mengadakan konsultasi dengan rekan sejawat (tidak harus
seorang spesialis) dan membuat laporan dengan menjawab sekitar 50 pertanyaan.

Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter untuk
melapor semua kasus eutanasia dan bunuh diri berbantuan. Instansi kehakiman selalu akan
menilai betul tidaknya prosedurnya. Pada tahun 2002, sebuah konvensi yang berusia 20 tahun
telah dikodifikasi oleh undang-undang belanda, di mana seorang dokter yang melakukan
eutanasia pada suatu kasus tertentu tidak akan dihukum.

153
Australia

Negara bagian Australia, Northern Territory, menjadi tempat pertama di dunia dengan


UU yang mengizinkan euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski reputasi ini tidak bertahan
lama. Pada tahun 1995 Northern Territory menerima UU yang disebut "Right of the terminally
ill bill" (UU tentang hak pasien terminal). Undang-undang baru ini beberapa kali dipraktikkan,
tetapi bulan Maret 1997 ditiadakan oleh keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik
kembali.

Belgia

Parlemen Belgia telah melegalisasi tindakan eutanasia pada akhir September 2002. Para


pendukung eutanasia menyatakan bahwa ribuan tindakan eutanasia setiap tahunnya telah
dilakukan sejak dilegalisasikannya tindakan eutanasia di negara ini, namun mereka juga
mengkritik sulitnya prosedur pelaksanaan eutanasia ini sehingga timbul suatu kesan adaya upaya
untuk menciptakan "birokrasi kematian".

Belgia kini menjadi negara ketiga yang melegalisasi eutanasia (setelah Belanda dan


negara bagian Oregon di Amerika).

Senator Philippe Mahoux, dari partai sosialis yang merupakan salah satu penyusun
rancangan undang-undang tersebut menyatakan bahwa seorang pasien yang menderita secara
jasmani dan psikologis adalah merupakan orang yang memiliki hak penuh untuk memutuskan
kelangsungan hidupnya dan penentuan saat-saat akhir hidupnya.

Amerika

Eutanasia agresif dinyatakan ilegal di banyak negara bagian di Amerika. Saat ini satu-
satunya negara bagian di Amerika yang hukumnya secara eksplisit mengizinkan pasien terminal
( pasien yang tidak mungkin lagi disembuhkan) mengakhiri hidupnya adalah negara
bagian Oregon, yang pada tahun 1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia
dengan memberlakukan UU tentang kematian yang pantas (Oregon Death with Dignity Act).
Tetapi undang-undang ini hanya menyangkut bunuh diri berbantuan, bukan euthanasia. Syarat-

154
syarat yang diwajibkan cukup ketat, di mana pasien terminal berusia 18 tahun ke atas boleh
minta bantuan untuk bunuh diri, jika mereka diperkirakan akan meninggal dalam enam bulan dan
keinginan ini harus diajukan sampai tiga kali pasien, di mana dua kali secara lisan (dengan
tenggang waktu 15 hari di antaranya) dan sekali secara tertulis (dihadiri dua saksi di mana salah
satu saksi tidak boleh memiliki hubungan keluarga dengan pasien). Dokter kedua harus
mengkonfirmasikan diagnosispenyakit dan prognosis serta memastikan bahwa pasien dalam
mengambil keputusan itu tidak berada dalam keadaan gangguan mental.Hukum juga mengatur
secara tegas bahwa keputusan pasien untuk mengakhiri hidupnya tersebut tidak boleh
berpengaruh terhadap asuransi yang dimilikinya baik asuransi kesehatan, jiwa maupun
kecelakaan ataupun juga simpanan hari tuanya.

Belum jelas apakah undang-undang Oregon ini bisa dipertahankan pada masa depan,
sebab dalam Senat AS pun ada usaha untuk meniadakan UU negara bagian ini. Mungkin saja
nanti nasibnya sama dengan UU Northern Territory di Australia. Bulan Februari lalu sebuah
studi terbit tentang pelaksanaan UU Oregon selama tahun 1999. Sebuah lembaga jajak
pendapat terkenal yaitu Poling Gallup (Gallup Poll) menunjukkan bahwa 60% orang Amerika
mendukung dilakukannya eutanasia 

Indonesia

Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan
hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal
344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa
menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan
nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian halnya
nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan
memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum
yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.

Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek dalam
suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober 2004 [11]menyatakan
bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima
dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga saat

155
ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih
berlaku yakni KUHP.

Swiss

Di Swiss, obat yang mematikan dapat diberikan baik kepada warga negara Swiss ataupun
orang asing apabila yang bersangkutan memintanya sendiri. Secara umum, pasal 115 dari Kitab
Undang-undang Hukum Pidana Swiss yang ditulis pada tahun 1937 dan dipergunakan sejak
tahun 1942, yang pada intinya menyatakan bahwa "membantu suatu pelaksanaan bunuh diri
adalah merupakan suatu perbuatan melawan hukum apabila motivasinya semata untuk
kepentingan diri sendiri."

Pasal 115 tersebut hanyalah menginterpretasikan suatu izin untuk melakukan


pengelompokan terhadap obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengakhiri kehidupan
seseorang.

Inggris

Pada tanggal 5 November 2006, Kolese Kebidanan dan Kandungan Britania Raya


(Britain's Royal College of Obstetricians and Gynaecologists) mengajukan sebuah proposal
kepada Dewan Bioetik Nuffield (Nuffield Council on Bioethics) agar dipertimbangkannya izin
untuk melakukan eutanasia terhadap bayi-bayi yang lahir cacat (disabled newborns). Proposal
tersebut bukanlah ditujukan untuk melegalisasi eutanasia di Inggris melainkan semata guna
memohon dipertimbangkannya secara saksama dari sisi faktor "kemungkinan hidup si bayi"
sebagai suatu legitimasi praktik kedokteran.

Namun hingga saat ini eutanasia masih merupakan suatu tindakan melawan hukum di
kerajaan Inggris demikian juga di Eropa (selain daripada Belanda).

Demikian pula kebijakan resmi dari Asosiasi Kedokteran Inggris (British Medical


Association-BMA) yang secara tegas menentang eutanasia dalam bentuk apapun juga.

156
Jepang

Jepang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang eutanasia demikian
pula Pengadilan Tertinggi Jepang (supreme court of Japan) tidak pernah mengatur mengenai
eutanasia tersebut.

Ada 2 kasus eutanasia yang pernah terjadi di Jepang yaitu di Nagoya pada tahun 1962
yang dapat dikategorikan sebagai "eutanasia pasif" (消極的安楽死, shōkyokuteki anrakushi)

Kasus yang satunya lagi terjadi setelah peristiwa insiden di Tokai university pada tahun
1995 yang dikategorikan sebagai "eutanasia aktif " (積極的安楽死, sekkyokuteki anrakushi)

Keputusan hakim dalam kedua kasus tersebut telah membentuk suatu kerangka hukum
dan suatu alasan pembenar di mana eutanasia secara aktif dan pasif boleh dilakukan secara legal.
Meskipun demikian eutanasia yang dilakukan selain pada kedua kasus tersebut adalah tetap
dinyatakan melawan hukum, di mana dokter yang melakukannya akan dianggap bersalah oleh
karena merampas kehidupan pasiennya. Oleh karena keputusan pengadilan ini masih diajukan
banding ke tingkat federal maka keputusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum sebagai
sebuah yurisprudensi, namun meskipun demikian saat ini Jepang memiliki suatu kerangka
hukum sementara guna melaksanakan eutanasia.

Republik Ceko

Di Republik Ceko eutanisia dinyatakan sebagai suatu tindakan pembunuhan berdasarkan


peraturan setelah pasal mengenai eutanasia dikeluarkan dari rancangan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana. Sebelumnya pada rancangan tersebut, Perdana Menteri Jiri Pospíšil bermaksud
untuk memasukkan eutanasia dalam rancangan KUHP tersebut sebagai suatu kejahatan dengan
ancaman pidana selama 6 tahun penjara, namun Dewan Perwakilan Konstitusional dan komite
hukum negara tersebut merekomendasikan agar pasal kontroversial tersebut dihapus dari
rancangan tersebut.

157
India

Di India eutanasia adalah suatu perbuatan melawan hukum. Aturan mengenai larangan


eutanasia terhadap dokter secara tegas dinyatakan dalam bab pertama pasal 300 dariKitab
Undang-undang Hukum Pidana India (Indian penal code-IPC) tahun 1860. Namun berdasarkan
aturan tersebut dokter yang melakukan euthanasia hanya dinyatakan bersalah atas kelalaian yang
mengakibatkan kematian dan bukannya pembunuhan yang hukumannya didasarkan pada
ketentuan pasal 304 IPC, namun ini hanyalah diberlakukan terhadap kasus eutanasia sukarela di
mana sipasien sendirilah yang menginginkan kematian di mana si dokter hanyalah membantu
pelaksanaan eutanasia tersebut (bantuan eutanasia). Pada kasus eutanasia secara tidak sukarela
(atas keinginan orang lain) ataupun eutanasia di luar kemauan pasien akan dikenakan hukuman
berdasarkan pasal 92 IPC.

China

Di China, eutanasia saat ini tidak diperkenankan secara hukum. Eutansia diketahui terjadi
pertama kalinya pada tahun 1986, di mana seorang yang bernama "Wang Mingcheng" meminta
seorang dokter untuk melakukan eutanasia terhadap ibunya yang sakit. Akhirnya polisi
menangkapnya juga si dokter yang melaksanakan permintaannya, namun 6 tahun kemudian
Pengadilan tertinggi rakyat (Supreme People's Court) menyatakan mereka tidak bersalah. Pada
tahun 2003, Wang Mingcheng menderita penyakit kanker perut yang tidak ada kemungkinan
untuk disembuhkan lagi dan ia meminta untuk dilakukannya eutanasia atas dirinya namun
ditolak oleh rumah sakit yang merawatnya. Akhirnya ia meninggal dunia dalam kesakitan.

Afrika Selatan

Di Afrika Selatan belum ada suatu aturan hukum yang secara tegas mengatur tentang
eutanasia sehingga sangat memungkinkan bagi para pelaku eutanasia untuk berkelit dari jerat
hukum yang ada.

158
Korea

Belum ada suatu aturan hukum yang tegas yang mengatur tentang eutanasia di Korea,
namun telah ada sebuah preseden hukum (yurisprudensi)yang di Korea dikenal dengan"Kasus
rumah sakit Boramae" di mana dua orang dokter yang didakwa mengizinkan dihentikannya
penanganan medis pada seorang pasien yang menderita sirosis hati (liver cirrhosis) atas desakan
keluarganya. Polisi kemudian menyerahkan berkas perkara tersebut kepada jaksa penuntut
dengan diberi catatan bahwa dokter tersebut seharusnya dinayatakan tidak bersalah. Namun
kasus ini tidak menunjukkan relevansi yang nyata dengan mercy killing dalam arti kata eutanasia
aktif.

Pada akhirnya pengadilan memutuskan bahwa " pada kasus tertentu dari penghentian
penanganan medis (hospital treatment) termasuk tindakan eutanasia pasif, dapat diperkenankan
apabila pasien terminal meminta penghentian dari perawatan medis terhadap dirinya.

Euthanasia Menurut Ajaran Agaama

Dalam ajaran Gereja Katolik Roma

Sejak pertengahan abad ke-20, Gereja Katolik telah berjuang untuk memberikan


pedoman sejelas mungkin mengenai penanganan terhadap mereka yang menderita sakit tak
tersembuhkan, sehubungan dengan ajaran moral gereja mengenai eutanasia dan sistem
penunjang hidup. Paus Pius XII, yang tak hanya menjadi saksi dan mengutuk program-program
egenetika dan eutanasia Nazi, melainkan juga menjadi saksi atas dimulainya sistem-sistem
modern penunjang hidup, adalah yang pertama menguraikan secara jelas masalah moral ini dan
menetapkan pedoman. Pada tanggal 5 Mei tahun 1980 , Kongregasi Ajaran Iman telah
menerbitkan Dekalarasi tentang eutanasia ("Declaratio de euthanasia") [19] yang menguraikan
pedoman ini lebih lanjut, khususnya dengan semakin meningkatnya kompleksitas sistem-sistem
penunjang hidup dan gencarnya promosi eutanasia sebagai sarana yang sah untuk mengakhiri
hidup. Paus Yohanes Paulus II, yang prihatin dengan semakin meningkatnya praktik eutanasia,
dalam ensiklik Injil Kehidupan (Evangelium Vitae) nomor 64 yang memperingatkan kita agar
melawan "gejala yang paling mengkhawatirkan dari `budaya kematian' di mana jumlah orang-

159
orang lanjut usia dan lemah yang meningkat dianggap sebagai beban yang mengganggu." Paus
Yohanes Paulus II juga menegaskan bahwa eutanasia merupakan tindakan belas kasihan yang
keliru, belas kasihan yang semu: "Belas kasihan yang sejati mendorong untuk ikut menanggung
penderitaan sesama. Belas kasihan itu tidak membunuh orang, yang penderitaannya tidak dapat
kita tanggung" (Evangelium Vitae, nomor 66)

Dalam ajaran agama Hindu

Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia adalah didasarkan pada ajaran


tentang karma, moksa dan ahimsa.

Karma adalah merupakan suatu konsekwensi murni dari semua jenis kehendak dan
maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata
atau tindakan. Sebagai akumulasi terus menerus dari "karma" yang buruk adalah menjadi
penghalang "moksa" yaitu suatu ialah kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu
tujuan utama dari penganut ajaran Hindu. Ahimsa adalah merupakan prinsip "anti kekerasan"
atau pantang menyakiti siapapun juga.

Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu dengan
pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu factor yang mengganggu pada saat
reinkarnasi oleh karena menghasilkan "karma" buruk. Kehidupan manusia adalah merupakan
suatu kesempatan yang sangat berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan
kembali.

Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri, maka
rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap berada didunia fana sebagai roh
jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu di mana seharusnya ia
menjalani kehidupan (Catatan : misalnya umurnya waktu bunuh diri 17 tahun dan seharusnya ia
ditakdirkan hidup hingga 60 tahun maka 43 tahun itulah rohnya berkelana tanpa arah tujuan),
setelah itu maka rohnya masuk ke neraka menerima hukuman lebih berat dan akhirnya ia akan
kembali ke dunia dalam kehidupan kembali (reinkarnasi) untuk menyelesaikan "karma" nya
terdahulu yang belum selesai dijalaninya kembali lagi dari awal.

160
Dalam ajaran agama Buddha

Ajaran agama Buddha sangat menekankan kepada makna dari kehidupan di


mana penghindaran untuk melakukan pembunuhan makhluk hidup adalah merupakan salah satu
moral dalam ajaran Budha. Berdasarkan pada hal tersebut di atas maka nampak jelas bahwa
euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama Budha.
Selain daripada hal tersebut, ajaran Budha sangat menekankan pada "welas asih" ("karuna")

Mempercepat kematian seseorang secara tidak alamiah adalah merupakan pelanggaran


terhadap perintah utama ajaran Budha yang dengan demikian dapat menjadi "karma" negatif
kepada siapapun yang terlibat dalam pengambilan keputusan guna memusnahkan kehidupan
seseorang tersebut.

Dalam ajaran Islam

Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan
anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan
kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum
Islam meskipun tidak ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang
bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan
belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik." (QS 2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh
dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling
berbunuhan." Dengan demikian, seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim
lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.

Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia),


yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif
maupun negatif.

161
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan
bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan
berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga

Eutanasia positif

Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan memudahkan
kematian si sakit—karena kasih sayang—yang dilakukan oleh dokter dengan mempergunakan
instrumen (alat).

Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif) adalah tidak diperkenankan
oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter melakukan suatu tindakan aktif dengan
tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya melalui pemberian obat secara
overdosis dan ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar
yang membinasakan.

Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan meskipun yang
mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan penderitaannya. Karena
bagaimanapun si dokter tidaklah lebih pengasih dan penyayang daripada Yang Menciptakannya.
Karena itu serahkanlah urusan tersebut kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang memberi
kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah ditetapkan-
Nya.

Eutanasia negatif

Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif tidak
dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit, tetapi ia
hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini didasarkan
pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak
memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah terhadap alam
semesta) dan hukum sebab-akibat.

Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa mengobati
atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur fuqaha dan imam-

162
imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya berkisar pada hukum
mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh
sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam
Ibnu Taimiyah, dan sebagian ulama lagi menganggapnyamustahab (sunnah).

Dalam ajaran Gereja Ortodoks

Pada ajaran Gereja Ortodoks, gereja senantiasa mendampingi orang-orang beriman sejak


kelahiran hingga sepanjang perjalanan hidupnya hingga kematian dan alam baka dengan doa,
upacara/ritual, sakramen, khotbah, pengajaran dan kasih, iman dan pengharapan. Seluruh
kehidupan hingga kematian itu sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dengan kehidupan
gerejawi. Kematian itu adalah sesuatu yang buruk sebagai suatu simbol pertentangan dengan
kehidupan yang diberikan Tuhan. Gereja Ortodoks memiliki pendirian yang sangat kuat terhadap
prinsip pro-kehidupan dan oleh karenanya menentang anjuran eutanasia.

Dalam ajaran agama Yahudi[

Ajaran agama Yahudi melarang eutanasia dalam berbagai bentuk dan menggolongkannya


kedalam "pembunuhan". Hidup seseorang bukanlah miliknya lagi melainkan milik dari Tuhan
yang memberikannya kehidupan sebagai pemilik sesungguhnya dari kehidupan. Walaupun
tujuannya mulia sekalipun, sebuah tindakan mercy killing ( pembunuhan berdasarkan belas
kasihan), adalah merupakan suatu kejahatan berupa campur tangan terhadap kewenangan Tuhan.

Dasar dari larangan ini dapat ditemukan pada Kitab Kejadian dalam alkitab Perjanjian


Lama Kej 1:9 yang berbunyi :" Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan
menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku
akan menuntut nyawa sesama manusia".Pengarang buku : HaKtav v'haKaballah menjelaskan
bahwa ayat ini adalah merujuk kepada larangan tindakan euthanasia.

163
Dalam ajaran Protestan

Gereja Protestan terdiri dari berbagai denominasi yang mana memiliki pendekatan yang


berbeda-beda dalam pandangannya terhadap eutanasia dan orang yang membantu pelaksanaan
eutanasia.

Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya :

 Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan bahwa : "
penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien terminal
membutuhkan suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang hingga kapankah
peralatan penyokong kehidupan tersebut benar-benar dapat mendukung kesempatan hidup
pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup tersebut".

 Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu


perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasusdi
mana perawatan medis tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara tanggung
jawab moral dapat dihentikan atau dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.

Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk
melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh
adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.

Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila


tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa,
juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan
harapan mereka atas pengobatan.

Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi masalah
"bunuh diri" dan "pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut
"kekudusan kehidupan" sebagai suatu pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan
apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.

164
Beberapa Kasus Menarik

Kasus Hasan Kusuma - Indonesia

Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 Oktober 2004 telah


diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega menyaksikan istrinya
yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan di samping itu
ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu alasan pula.
Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus
ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang di luar keinginan pasien. Permohonan ini
akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif
maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan dalam pemulihan
kesehatannya.

Kasus seorang wanita New Jersey - Amerika Serikat

Seorang perempuan berusia 21 tahun dari New Jersey, Amerika Serikat, pada tanggal 21
April 1975 dirawat di rumah sakit dengan menggunakan alat bantu pernapasan karena
kehilangan kesadaran akibat pemakaian alkohol dan zat psikotropika secara berlebihan.Oleh
karena tidak tega melihat penderitaan sang anak, maka orangtuanya meminta agar dokter
menghentikan pemakaian alat bantu pernapasan tersebut. Kasus permohonan ini kemudian
dibawa ke pengadilan, dan pada pengadilan tingkat pertama permohonan orangtua pasien
ditolak, namun pada pengadilan banding permohonan dikabulkan sehingga alat bantu pun
dilepaskan pada tanggal 31 Maret 1976. Pasca penghentian penggunaan alat bantu tersebut,
pasien dapat bernapas spontan walaupun masih dalam keadaan koma. Dan baru sembilan tahun
kemudian, tepatnya tanggal 12 Juni 1985, pasien tersebut meninggal akibat infeksi paru-paru
(pneumonia).

Kasus Terri Schiavo

Terri Schiavo (usia 41 tahun) meninggal dunia di negara bagian Florida, 13 hari setelah


Mahkamah Agung Amerika memberi izin mencabut pipa makanan (feeding tube) yang selama
ini memungkinkan pasien dalam koma ini masih dapat hidup. Komanya mulai pada
tahun 1990 saat Terri jatuh di rumahnya dan ditemukan oleh suaminya, Michael Schiavo, dalam

165
keadaan gagal jantung. Setelah ambulans tim medis langsung dipanggil, Terri
dapat diresusitasi lagi, tetapi karena cukup lama ia tidak bernapas, ia mengalami
kerusakan otak yang berat, akibat kekurangan oksigen. Menurut kalangan medis,
gagal jantung itu disebabkan oleh ketidakseimbangan unsur potasium dalam tubuhnya. Oleh
karena itu, dokternya kemudian dituduh malapraktik dan harus membayar ganti rugi cukup besar
karena dinilai lalai dalam tidak menemukan kondisi yang membahayakan ini pada pasiennya.

Setelah Terri Schiavo selama 8 tahun berada dalam keadaan koma, maka pada bulan
Mei 1998 suaminya yang bernama Michael Schiavo mengajukan permohonan ke pengadilan
agar pipa alat bantu makanan pada istrinya bisa dicabut agar istrinya dapat meninggal dengan
tenang, namun orang tua Terri Schiavo yaitu Robert dan Mary Schindler menyatakan keberatan
dan menempuh langkah hukum guna menentang niat menantu mereka tersebut. Dua kali pipa
makanan Terri dilepaskan dengan izinpengadilan, tetapi sesudah beberapa hari harus dipasang
kembali atas perintah hakim yang lebih tinggi. Ketika akhirnya hakim memutuskan bahwa pipa
makanan boleh dilepaskan, maka para pendukung keluarga Schindler melakukan upaya-upaya
guna menggerakkan Senat Amerika Serikat agar membuat undang-undang yang memerintahkan
pengadilan federal untuk meninjau kembali keputusan hakim tersebut. Undang-undang ini
langsung didukung oleh Dewan Perwakilan Amerika Serikat dan ditandatangani oleh
Presiden George Walker Bush. Tetapi, berdasarkan hukum di Amerika kekuasaan kehakiman
adalah independen, yang pada akhirnya ternyata hakim federal membenarkan keputusan hakim
terdahulu.

Kasus "Doctor Death"

Dr. Jack Kevorkian dijuluki "Doctor Death", seperti dilaporkan Lori A. Roscoe [34]. Pada


awal April 1998, di Pusat Medis Adven Glendale [35] , California diduga puluhan pasien telah
"ditolong" oleh Kevorkian untuk mengakhiri hidup. Kevorkian berargumen apa yang
dilakukannya semata demi "menolong" pasien-pasiennya. Namun, para penentangnya menyebut
apa yang dilakukannya adalah pembunuhan.

166
Kasus rumah sakit Boramae - Korea

Pada tahun 2002, ada seorang pasien wanita berusia 68 tahun yang terdiagnosa menderita
penyakit sirosis hati. Tiga bulan setelah dirawat, seorang dokter bermarga Park umur 30 tahun,
telah mencabut alat bantu pernapasan (respirator) atas permintaan anak perempuan si pasien.
Pada Desember 2002, anak lelaki almarhum tersebut meminta polisi untuk memeriksa kakak
perempuannya beserta dua orang dokter atas tuduhan melakukan pembunuhan. Seorang dokter
yang bernama dr. Park mengatakan bahwa si pasien sebelumnya telah meminta untuk tidak
dipasangi alat bantu pernapasan tersebut. Satu minggu sebelum meninggalnya, si pasien amat
menderita oleh penyakit sirosis hati yang telah mencapai stadium akhir, dan dokter mengatakan
bahwa walaupun respirator tidak dicabutpun, kemungkinan hanya dapat bertahan hidup selama
24 jam saja.

Kasus BBC

Seorang warga Swiss bunuh diri dibantu medis atau euthanasia. Disaksikan keluarganya,
ia menenggak obat mematikan di satu klinik di Swiss. Proses menuju kematian itu, disiarkan
oleh televisi BBC. Kontroversi pun sontak merebak. Nama pria itu adalah Peter Smedley berusia
71 tahun dan sedang sakit parah yang tak mungkin disembuhkan lagi. Pemilik hotel ini pun
memutuskan untuk mengakhiri penderitaan itu dengan cara meminum obat mematikan. Niatnya
itu bisa terlaksana karena di negaranya, Swiss, euthanasia tidak terlarang. Ia pun meminta dokter
di satu klik bernama Dignitas memberikan obat mematikan, barbituates. Entah bagaimana dia
memberikan izin kepada Sir Terry Pratchett, pembawa acara Terry Pratchett: Choosing To Die,
untuk merekam momen terakhirnya saat meminum racun. Itu terjadi sebelum Natal tahun lalu.
Dalam gambar yang ditayangkan di BBC, sang pasien, Smedley, didampingi dokter dari klinik
dan istrinya Christine. Dalam hitungan detik, ia meninggal di kursinya. Segera setelah tayangan
itu, debat panas muncul di Twitter, media sosial lainnya serta media cetak membuat BBC
dijuluki 'pemandu sorak' euthanasia. Warga pun menulis pengaduannya pada Dirjen Mark
Thompson dan Kepala BBC Lord Patten mengenai acara itu. Warga menganggap acara ini 'tak
pantas'. Kelompok amal, politik dan agama bergabung menyatakan acara ini 'propaganda'

167
euthanasia. Dalam gugatan, tertulis, "Menayangkan kematian pasien di acara demi hiburan, BBC
harus punya alasan kuat". 

168
BAYI TABUNG

A. Pengertian Bayi Tabung


       Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan
atau tiruan, sedangkaninsemination berasal dari bahasa latin “inseminatus” yang artinya
pemasukan atau penyimpanan. Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro
Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel
sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus tanpa melalui senggama (sexual intercourse).
Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.

          Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak
mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami
kerusakan permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini
diterapkan pada pasien yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak
memungkinkan untuk memperoleh keturunan.

          Sebelum menjelaskan mengenai hukum bayi tabung dalam pandangan islam, alangkah
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu proses terjadinya bayi tabung.

B. Proses Bayi Tabung

169
       Bayi tabung merupakan pilihan terakhir bagi mereka yang ingin mendapatkan keturunan
namun sampai saat ini belum juga mendapatkan kehamilan. Di bawah ini akan dijelaskan proses
dalam pembuatan bayi tabung :

a. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur


Langkah pertama dalam proses pembuatan bayi
tabung ini diperlukan adanya sperma. Untuk mendapatkan
kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan sel
sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk
menerobos sel telur merupakan sel sperma dengan kualitas
terbaik saat itu.

b. Perkembangan Sel telur


Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel
telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu
dengan sel sperma pada kehamilan yang normal.

c. Injeksi
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya.
Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan
seleksi. Pada proses ini pasien disuntikkan hormon untuk menambah
jumlah produksi sel telur. Perangsangan berlangsung 5 – 6 minggu
sampai sel telur dianggap cukup matang dan siap dibuahi. Proses injeksi
ini dapat mengakibatkan adanya efek samping. 

d. Pelepasan Sel telur


Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel telur
siap untuk dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk
memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan pada proses bayi
tabung (IVF) berikutnya.

170
e. Sperma beku
Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan
kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan
disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati oleh para
tenaga medis.

f. Menciptakan Embrio
 Dalam menciptakan embrio ini, dokter akan menyatukan
sperma dan ovum yang telah dipilih sebelumnya. Pada sel sperma
dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter
untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila
sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi
sel telur, maka akan dilakukan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic
Sperm Injection). Pada teknik ICSI ini dokter akan menyuntikkan
satu sperma hidup ke dalam sel telur.

g. Embrio Berumur 2 hari


 Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan
dihasilkan sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio).
Embrio ini kemudian akan membelah seiring dengan waktu. Embrio
ini memiliki 4 sel, yang diharapkan mencapai stage perkembangan
yang benar.

h. Pemindahan Embrio

         Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer


yang diinjeksikan ke sistem reproduksi pasien (rahim ibu).

171
i. Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan
kedalam rahim wanita dan kemudian menempel pada rahim.
Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya
kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi
melalui pemeriksaan USG seperti tampak pada gambar diatas.

C. Risiko dalam Pelaksanaan Proses Bayi Tabung

       Sebelum memutuskan melakukan proses bayi tabung, ada baiknya para pasangan suami istri
memikirkan risiko yang akan selama pelaksanaannya, diantaranya :
1. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), merupakan komplikasi dari proses
stimulasi perkembangan telur dimana banyak folikel yang dihasilkan sehingga terjadi
akumulasi cairan di perut. Cairan bisa sampai ke rongga dada dan yang paling
parah harus masuk rumah sakit karena cairan harus dikeluarkan dengan membuat lubang
dibagian perut. Jika tidak dikeluarkan bisa menggangu fungsi tubuh yang lain.
2. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi tabung bisa
menghasilkan lebih dari satu bayi. Yang tentu saja resiko melahirkannya lebih tinggi
dibandingkan hanya satu bayi. Tidak jarang bayinya bisa masuk ICU karena prematur.
3. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal. Tingkat keguguran
kehamilan bayi tabung sekitar 20%.
4. Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan terjadi sekitar 5%.
5. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up), sangat jarang
terjadi.  Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam
rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang tentunya membutuhkan perawatan lebih
lanjut.

172
D. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam
          Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan Islam termasuk
masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu, dalam
menyelesaikan masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam  dengan menggunakan metode
ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan
hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan
sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini sebaiknya
menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari
berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar
proporsional dan mendasar. Misalnya menggunakan ahli kedokteran, peternakan, biologi,
hukum, agama dan etika.
Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air telah menetapkan fatwa
tentang bayi tabung/inseminasi buatan.

 Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4
keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami
istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh
anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini
sesuai dengan kaidah fiqih

“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa.
Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”.
2. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri
yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal
itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya antara
anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).

173
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik
baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.

4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal
tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.

 Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas
di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU
terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1.  Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan
mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah
hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang
lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan dengan perbuatan
seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak
halal baginya.”

2.  Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak
muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan
dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram,
para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang
lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka
hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan
untuk bersenang-senang.”
  3.  Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung
menjadi mubah (boleh).
Berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut:

174
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik  dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
(Q.S Al’Isra :70)

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.


(Q.S. At-Tin : 4)

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan
lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa
menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya
inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human
dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.

10 TAHAPAN PROSES PEMBUATAN BAYI TABUNG

  Secara sederhana, bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma di luar
tubuh ibu, istilahnya in vitro vertilization (in vitrobahasa latin, artinya “dalam gelas atau
tabung,”vertilization artinya pembuahan). Dalam proses bayi tabung, sel telur matang diambil
dari indung telur ibu, dibuahi dengan sperma di dalam medium cairan. Setelah berhasil, embrio
kecil yang terjadi dimasukkan ke rahim dengan harapan berkembang menjadi bayi. 

Berikut 10 tahapan dalam proses pembuatan bayi tabung:

1. Seleksi pasien. Apakah Anda dan suami layak mengikuti program bayi tabung. Bila
layak, baru bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.
2. Stimulasi atau merangsang indung teluruntuk memastikan banyaknya sel telur. Secara
alami, sel telur hanya satu. namun untuk bayi tabung, perlu lebih dari sati sel telur untuk
memperoleh embrio.

175
3. Pemantauan pertumbuhan folikel (cairan berisi sel telur di indung telur) melalui
ultrasonografi. Tujuannya, melihat apakah sel telur sudah cukup metang untuk ‘dipanen.’
4. Mematangkan sel telur dengan menyuntikkan obat agar siap ‘dipanen.’
5. Pengambilan sel telur, kemudian diproses di laboraturium.
6. Pengambilan sperma suami (pada hari yang sama). Jika tidak ada masalah,
pengambilan dilakukan lewat masturbasi. Jika bersamalah, pengambilan sprema langsung dari
buah zakar melalu operasi.
7. Pembuahan atau (fertilisasi) di dalam media kultur di laboraturium. hasilnya embrio. 
8. Transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadi kehamilan, setelah embrio
terbentuk.
9. Penunjang fase luteal untuk mempertahankan dinding rahim. Dokter emberi obat untuk
mempertahankan dinding rahim ibu agar terjadi kehamilan.
10. Terakhir, proses simpan beku embrio. Jika ada embrio lebih, bisa disimpan untuk
kehamilan selanjutnya.

Rumah Sakit Penyedia Program Bayi Tabung Murah

 1. RS Family Pluit Jakarta, Biaya Bayi Tabung Mulai 20 juta.

Rumah sakit ini memiliki Klinik Family Fertility Center (FFC) yang sejak 2004
mematok harga untuk program bayi tabung mulai Rp20 juta hingga Rp65 juta.  Inti pelayanan
di FFC adalah bagaimana program yang dibuat sedemikian rupa bisa memberikan potensi
maksimal kepada pasutri agar si istri bisa hamil dengan melihat juga kondisi ekonominya.

Beberapa program tersebut adalah program bayi tabung natural,  natural modified,
MILD, IVM (In Vitro Maturation), Long agonist, Antagonist, dan Antagonist + LH.       Pada
program bayi tabung natural tidak digunakan obat-obatan untuk menstimulasi pematangan sel
telur. Jadi, sel telur dibiarkan matang secara alami di dalam tubuh dan akan diambil lewat
operasi kecil dan dipertemukan dengan sperma pasangannya di laboratorium. Jika pembuahan
sukses, selanjutnya embrio ditanamkan ke dalam rahim. Program natural modified tak
berbeda jauh dengan program natural, hanya saja pada program ini  Mama akan diberi obat
hormon (minum). Harga masing-masing kedua program tersebut antara 20 juta—30 juta.

176
Pada program MILD, Mama akan diberi obat stimulasi dengan kombinasi suntikan
dosis rendah 1—3 kali. Proses selanjutnya sama dengan program bayi tabung natural. Biaya
30—40  juta rupiah.

Sementara untuk program IVM (In Vitro Maturation) biaya 40—45 juta karena
pematangan sel telur dilakukan di luar tubuh (untuk penjelsan lebih lanjut lihat “A-Z Program
Bayi Tabung”). 

Untuk program Long agonist, Antagonis, dan Antagonist + LH, karena sudah


menggunakan obat stimulasi dosis tinggi, tentu harganya jauh lebih mahal, hingga 65 juta
rupiah bahkan lebih bergantung pada jumlah dosis obat yang digunakan. Semua harga tersebut
di luar harga skrining (HSG, cadangan telur, sperma, hormon) yang dilakukan satu siklus
sebelum pelaksanaan program bayi tabung

Menurut dr. Malvin Emeraldi, SpOG dari Klinik FFC, program-program tersebut


bisa disesuaikan dengan beberapa kondisi pasangan. Pasangan yang suaminya mengalami
gangguan sperma berat, misalnya, tentu tidak dapat mengikuti program bayi tabung natural.
“Walau si istri berusia muda, dengan cadangan telur masih banyak, namun jika suami
memiliki masalah gangguan sperma berat, tidak dianjurkan memilih paket natural. Lain
halnya pada pasangan dengan istri yang cadangan telurnya  kurang dari 3 saat pemeriksaan
USG, maka pilihan paket bayi tabung seharga Rp20—35 juta bisa diterapkan. Kenapa?
Karena, kalaupun ikut paket yang Rp65 juta, kemungkinan telur yang bisa didapat hanya 1—2
buah. Padahal untuk mendapatkan 1—2 telur, cukup dengan mengikuti program yang Rp20—

2. RSIA BUNDA MENTENG

Klinik Morula IVF,  RSIA Bunda di Menteng, Jakarta, meski hanya pada bulan-bulan
tertentu, dengan harga mulai Rp40 juta. Harga ini adalah untuk harga IVF ( in Vitro
Fertilization) dan sudah termasuk pemeriksaan laboratorium dan sebagainya.  “Kondisi setiap
pasangan tentu berbeda-beda sehingga akan mendapatkan obat yang berbeda
juga treatment yang berbeda. Ada pasien yang  usianya baru 25 tahun, tapi ada yang sudah 40
tahun. Ada yang dengan kasus endometriosis, ada yang bersih. Atau ada yang si istri
kondisinya baik,  tapi sperma suaminya bermasalah.  Dengan kondisi seperti itu, tentu setiap

177
pasangan akan mendapatkan obat yang berbeda. Contoh, pada pasien yang berusia 25 tahun
dengan berat badan ideal, dosis suntik hormon yang digunakan adalah 150. Tapi kalau usianya
di atas 35 tahun dan gemuk, misalnya, dosis obatnya tentu akan bertambah, bukan 150 tapi
300. Jadi sudah 2 kali lipatnya. Dengan demikian, harga memang tidak bisa disamaratakan,”
jelas dr. Aryando Pradana, SpOG dari Morula IVF, RSIA Bunda, Jakarta.

3. RS HASAN SADIKIN BANDUNG

Di Kota Kembang ini, RSUP dr. Hasan Sadikin dengan Aster Fertility Clinic-nya juga
menyelenggarakan program bayi tabung murah seharga Rp49 juta untuk satu siklus.
Maksudnya, dimulai dari proses pengambilan sel telur dan sel sperma, dibuahi secara IVF
menjadi embrio,  kemudian dimasukkan ke dalam rahim, hingga berkembang menjadi
kehamilan. “Tapi biaya tersebut belum termasuk penyimpanan embrio di dalam freezer,”
ujar dr. Hartanto Bayuaji, SpOG(K), Kepala Instalasi Teknologi Reproduksi Berbantu
(Aster Fertility Clinic) RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.

Jika proses kehamilan gagal, harus kembali memasukkan embrio ke dalam rahim, dan
tentunya akan dikenakan biaya tambahan. Embrio yang akan dimasukkan tersebut diambil
dari embrio hasil fertilisasi sebelumnya yang lebih dari satu dan disimpan dalam freezer.

Yang menarik, Aster Fertility Clinic menilai harga Rp49 juta itu masih tergolong
mahal, sehingga dalam kurun tahun ini juga akan ditekan biayanya hingga Rp30—40 juta per
siklus. “Namun, untuk mendapatkan harga tersebut ada syaratnya, misal pasutri yang
mengalami infertilitas tak terjelaskan,” ujar Hartanto. Maksudnya, terang Konsultan Fertilitas
& Endokrinologi Reproduksi ini, setelah menjalani pemeriksaan, semua organ reproduksi
pasutri sehat, tidak masalah, namun tetap sulit mendapatkan momongan.

Sedangkan untuk suami istri yang mengalami masalah dengan organ reproduksinya,
kondisi kesehatannya buruk, kemungkinan tidak bisa mendapatkan paket harga yang Rp30—
40 juta ini, karena harus melakukan pemeriksaan dan terapi yang lebih kompleks.

 4. RSAB Harapan Kita

178
Rumah sakit yang terletak di Jakarta Barat ini punya Klinik Melati. Di klinik ini,
ungkap dr Subiyanto, SpOG, tingkat keberhasilan bayi tabung di klinik itu mencapai 30-40
persen. Angka ini sejajar dengan tingkat keberhasilan program bayi tabung di Amerika
ataupun Eropa.

     Adapun biaya program bayi tabung sangat bervariasi. Untuk program biaya tabung
termurah hanya 24 juta, sedangkan yang termahal bisa mencapai 80 juta rupiah. Tarif ini
tergantung kondisi pasien program bayi tabung. Semakin kompleks permasalahan, tentu
biayanya akan semakin mahal.

Berpengalaman menangani bayi tabung selama 24 tahun menjadi kelebihan klinik ini.
Adapun layanan klinik ini antara lain edukasi, konsultasi, pemeriksaan dasar kesuburan,
inseminasi intra uterin, analisa sperma lengkap, fertilisasi in vitro-ICSI, simpan beku sperma,
simpan beku embrio, mesa/tese dan laparoscopy, dan lainnya.

 5. Klinik Daya Medika

Klinik Daya Medika menyediakan paket bayi tabung yang terjangkau, yaitu Rp30 juta
per siklus. Di hadapan para wartawan, Direktur Daya Medika RS & Klinik dr. Sander B, dr
Hasan MARS, biaya program bayi tabung di tanah air sangatlah tidak terjangkau. Biayanya
rata-rata berkisar antara Rp40 juta hingga Rp50 juta, bahkan ada yang memasang biaya Rp80
juta, bahkan lebih.

Nah, Klinik Daya Medika dapat menekan harga program bayi tabung karena
menerapkan metode Sophisticated, Modern, Affordable, Reproductive Technology (SMART),
yang bekerjasama dengan PT Ingin Anak.

Pakar bayi tabung di klinik itu, dr Budi Wiweko SpoG (K) mengatakan, paket tersebut
termasuk stimulasi induk, pemantauan pertumbuhan, pematang sel telur, pengambilan sel
telur, pengambilan sperma suami, pembuahan, transfer embrio, dan lainnya. Budi menjamin,
tingkat keberhasilan program bayi tabung itu di atas 50%.

179
OPERASI KELAMIN MENURUT ISLAM

A. Pengertian Operasi Kelamin

Operasi ganti kelamin (taghyir al-jins) adalah operasi pembedahan untuk mengubah jenis
kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. Pengubahan jenis kelamin laki-laki
menjadi perempuan dilakukan dengan memotong penis dan testis, kemudian membentuk
kelamin perempuan (vagina) dan membesarkan payudara. Sedang pengubahan jenis kelamin
perempuan menjadi laki-laki dilakukan dengan memotong payudara, menutup saluran kelamin
perempuan, dan menanamkan organ genital laki-laki (penis). Dalam dunia kedokteran modern
sendiri, dikenal tiga bentuk operasi kelamin yaitu:
1. Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir
memiliki kelamin normal;
2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang
sejak lahir memiliki cacat kelamin, seperti alat kelamin yang tidak berlubang atau tidak
sempurna;
3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap orang yang
sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin.

B. Pandangan Islam tentang Transgender dan Operasi Ganti Kelamin

Pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis saja, yaitu laki-laki dan
perempuan, sebagaimana firman Allah swt:

َ ُ ‫ َواأْل‬ ‫الذ َك َر‬
‫نث‬ َ َ‫َوأَنَّهُ َخل‬
َّ ‫ق ال َّز ْو َجي ِْن‬

”Dan Dia (Allah) menciptakan dua pasang dari dua jenis laki-laki dan perempuan.“ (Qs An Najm
: 45)
180
‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنثَى‬

“Wahai manusia Kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.“ (Qs Al
Hujurat : 13)
Kedua ayat di atas, dan ayat-ayat lainnya menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya terdiri
dari dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya. Tetapi di dalam
kenyataannya, kita dapatkan seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki dan
bukan perempuan.

C. Alasan Dilakukanya Operasi Kelamin

Sheikh Muhammad NurAbdullah, mantan Presiden ISNA (Islamic Society of North


America) dan anggota Dewan Fiqih Amerika Utara, memberikan penjelasan:
Beberapa permasalahan perlu diperjelas lagi terkait hal diatas :
1.      Jika ada seseorang dilahirkan biseksual dan ada kebutuhan medis untuk melakukan operasi
ubah jenis kelamin dengan tujuan mengembalikan kembali keseimbangan biologis di tubuhnya
maka hal tersebut diperbolehkan.
2.      Jika ada seseorang dilahirkan sebagai laki-laki, tetapi tiba-tiba hormon kewanitaannya lebih
menonjol dibanding hormon kelelakiannya dan untuk alasan kesehatan ia memerlukan untuk
melakukan operasi ubah jenis kelamin agar memperbaiki kekurangannya maka hal tersebut
diperbolehkan.
3.      Jika ada seseorang dilahirkan dalam kondisi normal, tetapi untuk alasan 'kesenangan' dia
melakukan operasi ubah jenis kelamin maka ia telah melakukan sebuah dosa besar yang tidak
bisa diterima menurut pandangan Islam.
Bagaimanapun juga, dikarenakan Islam menghapuskan semua dosa yang telah dilakukan
oleh pemeluknya sebelum ia memeluk Islam, maka jika ada seorang Non Muslim memeluk
Islam dan sebelumnya dia telah melakukan operasi ubah jenis kelamin kita sebagai Muslim harus
menerima dia sebagai Muslim juga. Jika operasi ubah jenis kelamin itu telah berhasil dan
merubah jenis kelamin dia secara keseluruhan maka kita tidak memiliki pilihan kecuali
menerima dia sebagai seorang wanita dan memperlakukannya sebagai wanita pula.

181
Transeksual dapat diakibatkan faktor bawaan (hormone dan gen) dan factor lingkungan.
Factor lingkungan diantaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak
laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan , pada masa pubertas dengan homoseksual
yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami dan istri. Perlu dibedakan
penyebab transeksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transeksual karena keseimbangan
hormone yang menyimpang (bawaan) , menyimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan
kecenderungan biologis jenis kelamin bias dilakukan. Mereka yang sebenarnya normal karena
tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan penampilan
lawan jenis hanya untuk mempertaruhkan dorongangan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu yang
menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syariat islam.

D. Dalil- Dalil yang Berkaiyan dengan Operasi Kelamin

 Firman Allah Subhana Wa Ta’ala dalam surat Al-Hujurât: 13 yang menurut kitab Tafsir
Ath-Thabari mengajarkan prinsip equality (keadilan) bagi segenap manusia di hadapan
Allah dan hukum yang masing-masing telah ditentukan jenis kelaminnya dan ketentuan
Allah ini tidak boleh diubah dan seseorang harus menjalani hidupnya sesuai kodratnya.
 Firman Allah Subhana Wa Ta’ala dalam surat An-Nisâ’: 119. Menurut kitab-kitab tafsir
seperti Tafsir Ath-Thabari, Ash-Shawi, Al-Khazin (I/405), Al-Baidhawi (II/117), Zubadu
At-Tafsir (hal.123) dan Al-Qurthubi (III/1963) disebutkan beberapa perbuatan manusia
yang diharamkan karena termasuk “mengubah ciptaan Allah” sebagaimana yang
dimaksud ayat di atas yaitu seperti mengebiri manusia, homoseksual, lesbian,
menyambung rambut dengan sopak, pangur dan sanggul, membuat tato, mengerok bulu
alis dan takhannuts (seorang pria berpakaian dan bertingkah laku seperti wanita layaknya
waria dan sebaliknya).
 Hadits Nabi n: “Allah mengutuk para tukang tato, yang meminta ditato, yang
menghilangkan alis mata, dan orang-orang yang memotong (pangur) giginya, yang
semuanya itu untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan Allah.” (HR. Al-Bukhari).
 Hadits Nabi n, “Allah mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang
menyerupai laki-laki.” (HR. Ahmad).

182
E. Hukum Operasi Penggantian Kelamin

Pertama: Masalah seseorang yang ingin mengubah jenis kelaminnya sedangkan ia lahir dalam
kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya dan bagi perempuan yang dilengkapi dengan
rahim dan ovarium, maka pada umumnya tidak dibolehkan atau banyak ditentang dan bahkan
diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan operasi kelamin. Ketetapan haram ini sesuai
dengan keputusan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional II tahun
1980 tentang Operasi Perubahan/ Penyempurnaan kelamin. Menurut fatwa MUI ini sekalipun
diubah jenis kelamin yang semula normal kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis
kelamin semula sebelum diubah.
Kedua: Jika operasi kelamin yang dilakukan bersifat perbaikan atau penyempurnaan dan bukan
penggantian jenis kelamin, maka pada umumnya itu masih bisa dilakukan atau dibolehkan. Jika
kelamin seseorang tidak memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan/atau
sperma, maka operasi untuk memperbaiki atau menyempurnakannya dibolehkan bahkan
dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan seperti ini merupakan suatu
penyakit yang harus diobati.
Ketiga: Apabila seseorang mempunyai alat kelamin ganda, maka untuk memperjelas dan
memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat kelaminnya, ia boleh melakukan
operasi untuk ‘mematikan’ dan menghilangkan salah satu alat kelaminnya. Misalnya, jika
seseorang memiliki alat kelamin pria dan wanita, sedangkan pada bagian dalam tubuhnya ia
memiliki rahim dan ovarium yang menjadi ciri khas dan spesifikasi utama jenis kelamin wanita,
maka ia boleh menghilangkan alat kelamin prianya untuk memfungsikan alat kelamin wanitanya
dan dengan demikian mempertegas identitasnya sebagai wanita. Hal ini dianjurkan syariat karena
keberadaan zakar yang berbeda dengan keadaan bagian dalamnya bisa mengganggu dan
merugikan dirinya sendiri baik dari segi hukum agama karena hak dan kewajibannya sulit
ditentukan apakah dikategorikan perempuan atau laki-laki maupun dari segi kehidupan
sosialnya.

183
F. Konsekuensi hukum operasi kelamin

Adapun konsekuensi hokum penggantian kelamin adalah sebagai berikut:

Pertama: apabila penggantian kelamin dilakukan oleh seseoarang dengan tujuan tabdil dan
taghyir (mengubah cipataan Allah SWT), maka identitasnya sama dengan sebelum operasi dan
tidak berubah dari segi hokum. Menurut mahmud dan syaltut, dari segi waris seorang wanita
yang melakukan operasi penggantian kelamin menjadi pria tidak akan menerima bagian warisan
pria (dua kali bagian warisan wanita) demikian juga sebaliknya.
Kedua: sementara operasi kelamin yang dilakukan pada seoarang yang mengalami kelainan
kelamin (misalnya berkelamin ganda) dengan tujuan tashih atau takmil (perbaikan dan
penyempurnaan) dan sesuai dengan hokum akan membuat identitas dan status hokum orang
tersebut menjadi jelas.

G. Kesimpulan

Transeksual dapat diakibatkan faktor bawaan (hormone dan gen) dan factor lingkungan.
Factor lingkungan diantaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak
laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan , pada masa pubertas dengan homoseksual
yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami dan istri. Perlu dibedakan
penyebab transeksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transeksual karena keseimbangan
hormone yang menyimpang (bawaan) , menyimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan
kecenderungan biologis jenis kelamin bias dilakukan. Mereka yang sebenarnya normal karena
tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan penampilan
lawan jenis hanya untuk mempertaruhkan dorongangan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu yang
menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syariat islam.

Hukum operasi kelamin dalam syariat islam:

Pertama: masalah seseorang yang lahir dalam kondisi normal dan sempurna organ kelamin
yaitu penis (dzakar) bagi laki-laki dan vagina (farj) bagi perempuan yang dilengkapi dengan

184
rahim atau ovarium tidak dibolehkan dan diharamkan oleh syariatislam untuk melakukan operasi
kelamin.

Kedua: operasi kelamin yang bersifat tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan)
dan bukan penggantian jenis kelamin, menurut para ulama, diperbolehkan secara hokum syariat.

Ketiga: apabila seseorang mempunyai alat kelamin ganda, yaitu mempunyai penis dan
vagina, maka untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan dedefinitif salah satu
alat kelaminnya, ia boleh melakukan operasi untuk mematikan dan menghilangkan salah satu
alat kelaminnya.

Adapun konsekuensi hokum penggantian kelamin adalah sebagai berikut:

Pertama: apabila penggantian kelamin dilakukan oleh seseoarang dengan tujuan tabdil dan
taghyir (mengubah cipataan Allah SWT), maka identitasnya sama dengan sebelum operasi dan
tidak berubah dari segi hokum. Menurut mahmud dan syaltut, dari segi waris seorang wanita
yang melakukan operasi penggantian kelamin menjadi pria tidak akan menerima bagian warisan
pria (dua kali bagian warisan wanita) demikian juga sebaliknya.

Kedua: sementara operasi kelamin yang dilakukan pada seoarang yang mengalami kelainan
kelamin (misalnya berkelamin ganda) dengan tujuan tashih atau takmil (perbaikan dan
penyempurnaan) dan sesuai dengan hokum akan membuat identitas dan status hokum orang
tersebut menjadi jelas. Menurut Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fikh al-islami wa Adillatuhu
bahwa jika selama ini penentuan hokum waris bagi orang yang berkelamin ganda (khuntsa)
didasarkan atas indikasi kecenderungan sifat dan tingkah lakunya, maka setelah perbaikan
kelamin menjadi pria atau wanita, hak waris dan status hokumnya menjadi lebih tegas. Dan
menurutnya, perbaikan dan penyempurnaan alat kelamin bagi khuntsa musykil sangat dianjurkan
demi kejelasan status hukumnya.

185
KB ( Keluarga Berencaana )

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana, Dengan kata lain KB adalah perencanaan
jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.

KB (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainnya.
Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara.

Dengan demikian, KB di sini mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-


nasl(pengaturan keturunan). Penggunaan istilah ”Keluarga Berencana” juga sama artinya dengan
istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned
parenthood, seperti yang digunakan oleh international Planned Parenthood Federation (IPPF),
nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London.

KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai
dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian, KB
berbeda dengan birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl),
istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi
(pemandulan).

Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode kontrasepsi oleh


suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan
tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk
memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat.

Tujuan Umumnya adalah Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka


mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar

186
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana dalam Repe- lita I adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan
berhasilnya pelaksanaan keluarga beren-  cana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan,
sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi.
Dengan demikian taraf kehi-  dupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

 Keluarga dengan anak ideal
 Keluarga sehat
 Keluarga berpendidikan
 Keluarga sejahtera
 Keluarga berketahanan
 Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
 Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar suka- rela serta tidak bertentangan
dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidik-an
serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai
dan, menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksa-naan program keluarga berencana tidak hanya
menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi ber-  bagai segi penting lainnya
dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.

Pandangan Agama Tentang KB adalah KB termasuk masalah yang kontroversional


sehingga tidak ditemukan bahasannya oleh imam-imam madzhab. Secara umum, hingga kini di
kalangan umat Islam masih ada dua kubu antara yang membolehkan KB dan yang menolak KB.
Ada beberapa alasan dari para ulama yang memperbolehkan KB, diantaranya dari segi
kesehatan ibu dan ekonomi keluarga. Selain itu, program KB juga didukung oleh pemerintah.
Sebagaimana diketahui, sejak 1970, program Keluarga Berencana (KB) Nasional telah
meletakkan dasar-dasar mengenai pentingnya perencanaan dalam keluarga. Intinya, tentu saja

187
untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang berkaitan dengan masalah dan beban keluarga
jika kelak memiliki anak. Di lain pihak, beberapa ulama berpendapat bahwa KB itu haram. Hal
ini didasarkan pada firman Allah Qs. Al-Isra':31 yang berbunyi:

“ Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena


takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepada kalian. (Qs. Al-Isra' 31)” ”

Oleh karena itu,mereka tidak memperbolehkan KB. Maka dari itu, kita harus mempelajari
pengetahuan tentang KB dari beberapa sudut pandang sehingga bisa memberi manfaat bagi
masyarakat luasserta meyakinkan masyarakat tentang hukum KB. Rasulullah SAW sangat
menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunanyang sangat banyak. Namun tentunya bukan
asal banyak, tetapi berkualitas sehingga perlu dididik dengan baik supaya dapat mengisi alam
semesta ini dengan manusia yang shalih dan beriman. Contoh metode pencegah kehamilan yang
pernah dilakukan di zaman Rasulullah SAW adalah azl yakni mengeluarkan air mani di
luar vagina istri atau yang lazim disebut senggama terputus, namun tidak dilarang oleh Rasul.
Dari Jabir berkata: "Kami melakukan azl di masa Rasulullah SAW, dan Rasul mendengarnya
tetapi tidak melarangnya (HR Muslim)". Sedangkan metode di zaman ini yang tentunya belum
pernah dilakukan di zaman Rasulullah SAW membutuhkan kajian yang mendalam dan
melibatkan ahli medis dalammenentukan kebolehan atau keharamannya. Kita mengenal KB
sebagai metode yang dipakai untuk mencegah kehamilan. Hal tersebut yang paling sering
diperdebatkan dalam Islam. Hukum KB dalam Islam dilihat dari 2 pengertian:

Tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran)

Jika program KB dimaksudkan untuk membatasi kelahiran, maka hukumnya haram.


Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran. Bahkan terdapat banyak hadits yang mendorong
umat Islam untuk memperbanyak anak. Misalnya, tidak bolehnya membunuh anak apalagi
karena takut miskin atau tidak mampu memberikan nafkah. Allah berfirman:

“ Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena ”


takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada

188
mereka dan kepada kalian. (Qs. Al-Isra' 31)

Tanzhim an-nasl (pengaturan kelahiran)

Jika program KB dimaksudkan untuk mencegah kelahiran dengan berbagai cara dan
sarana, maka hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya. Berdasarkan keputusan yang telah ada
sebagian ulama menyimpulkan bahwa pil-pil untuk mencegah kehamilan tidak boleh
dikonsumsi. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan untuk hamba-Nya sebab-sebab
untuk mendapatkan keturunan dan memperbanyak jumlah umat. Rasulullah Shallallahu walaihi
wa sallam artinya: Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya
aku berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat (dalam riwayat
yang lain: dengan para nabi di hari kiamat)

Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka beribadah kepada
Allah, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin dengan izin Allah, dan Allah akan
menjaga mereka dan tipu daya musuh-musuh mereka. Maka wajib untuk meninggalkan perkara
ini (membatasi kelahiran), tidak membolehkannya dan tidak menggunakannya kecuali darurat.
Jika dalam keadaan darurat maka tidak mengapa, seperti:

Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang lain, sehingga
berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa (menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.

Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri keberatan jika hamil
lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil tersebut dalamwaktu tertentu, seperti setahun
atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil, sehingga
ia bisa mendidik dengan selayaknya.

Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau supaya
hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan
wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan,
maka dapat disimpulkan bahwa KB diperbolehkan dengan alasan-alasan tertentu misalnya untuk
menjaga kesehatan ibu, mengatur jarak di antara dua kelahiran, untuk menjaga keselamatan jiwa,

189
kesehatan atau pendidikan anak-anak. Namun KB bisa menjadi tidak diperbolehkan apabila
dilandasi dengan niat dan alasan yang salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa mendidik anak,
dan takut mengganggu pekerjaan orang tua. Dengan kata lain, penilaian tentang KB tergantung
pada individu masing-masing. 

Adapun beberapa jenis alat kontrasepsi, antara lain :

 Pil (biasa dan menyusui) yang mempunyai manfaat tidak mengganggu hubungan seksual
dan mudah dihentikan setiap saat. Terhadap kesehatan resikonya sangat kecil.
 Suntikan (1 Bulan dan 3 Bulan) sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan)
selama tahun pertama penggunaan. Alat kontrasepsi suntikan juga mempunyai
keuntungan seperti klien tidak perlu menyimpan obat suntik dan jangka pemakaiannya
bias dalam jangka panjang.
 Implan (susuk) yang merupakan alat kontrasepsi yang digunakan dilengan atas bawah
kulit dan sering digunakan pada tangan kiri. Keuntungannya daya guna tinggi, tidak
mengganggu produksi ASI dan pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kontrasepsi yang digunakan
dalam rahim. Efek sampingnya sangat kecil dan mempuyai keuntungan efektivitas
dengan proteksi jangka panjang 5 tahun dan kesuburan segera kembali setelah AKDR
diangkat.
 Kondom, merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Manfaatnya kondom sangat efektif bila
digunakan dengan benar dan murah atau dapat dibeli secara umum.
 Tubektomi adalah prosedur bedah mini untuk memotong, mengikat atau memasang
cincin pada saluran tuba fallopi untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang
perempuan. Manfaatnya sangat efektif, baik bagi klien apabila kehamilan akan terjadi
resiko kesehatan yang serius dan tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

190
Tujuan Keluarga berencana (KB) :

Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal


Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan khusus

 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.


 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

KB suntik merupakan jenis kontrasepsi yang banyak dipilih oleh masyarakat daripada
jenis kontrasepsi lainnya. Namun ada baiknya juga bila kita mengetahui beberapa bahaya atau
efek samping yang bisa ditimbulkan dengan penggunaan kontrasepsi ini. Diantaranya adalah :

1. Timbulnya gangguan menstruasi

Sebelum memutuskan untuk memilih menggunakan kontrasepsi KB suntik, sebaiknya


anda mengetahui bahwa bahaya KB suntik ini bisa berdampak pada proses menstruasi seperti
Terjadinya perubahan siklus menstruasi, yaitu bisa lebih panjang maupun lebih pendek, seperti
penggunaan jenis obat analgesik. Pada saat menstruasi, darah yang dikeluarkan bisa terlalu
banyak, maupun sedikit. Terkadang hanya timbul bercak-bercak saja (spotling). dantidak
mengalami haid sama sekali

2. Kurang efektif

Seseorang yang memutuskan untuk melakukan kontrasepsi KB suntik harus sering bolak-
balik ke pusat pelayanan kesehatan guna melakukan penyuntikan ulang setelah jangka waktu
perlindungan dari hormon progesteron tersebut habis. Misalnya saja mereka yang memutuskan
untuk ber KB suntik 3 bulan, maka tiap 3 bulan sekali ia harus mendapatkan suntikan lagi.
Begitu juga dengan KB suntuk 1 bulan, maka setiap bulan ia harus mendapatkan suntikan ulang
hormon progesteron kembali.

191
Selain itu, penggunaan kontrasepsi ini tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sesuka hati.
Pengguna kontrasepsi ini harus menunggu hingga masa efektif hormon habis.

3. Timbulnya masalah berat badan

Bagi para wanita yang pada dasarnya memiliki badan gemuk, sebaiknya berhati-hati
dengan jenis kontrasepsi ini. KB suntik dapat menyebabkan kenaikan pada berat badan. Hal ini
dikarenakan hormon progesteron yang disuntikan ke tubuh dapat menambah nafsu makan, yaitu
dengan mempengaruhi pusat pengendali nafsu makan di hipotamus sehingga akseptor makan
akan meningkat dari biasanya.

4. Tidak dapat menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit

Penggunaan kontrasepsi KB suntik sangat rawan terhadap penularan berbagai penyakit


menular berbahaya HIV, AIDS, Hepatitis B, maupun penyakit IMS.

5. Gangguan Masalah Kesuburan

Pada saat memutuskan untuk menghentikan penggunaan KB suntik, pengguna


kontrasepsi ini bisa saja mengalami masalahkesuburannya, yaitu terlambatnya proses
kesuburannya kembali. Banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut adalah kelainan pada pada
organ genitalia. Namun, sebenarnya hal ini terjadi karena efek pelepasan obat belum habis.

Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana


Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan
dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :

Surat An-Nisa’ ayat 9:

‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقواهللا واليقولوا سديدا‬

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.

192
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB diantaranya
ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-
Thalaq: 7.

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.

Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana

Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan


berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang
banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang
lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.[2] KB Secara
Umum

KB dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang dijalankan pemerintah untuk
mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak
seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada teori
populasi menurut Thomas Robert Malthus. KB dalam pengertian pertama ini diistilahkan dengan
tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran). Disisi lain KB atau keluarga berencana itu telah
diselewengkan fungsinya. Pengertian Keluarga Berencana yang sebenarnya adalah keluarga yang
merencanakan sekolah, pekerjaan, makanan, dan bukan mencegah kehamilan. Namun  sekolah
dan pekerjaan bukan kita yang mengatur, sebab Allah yang akan mengaturnya. Mengatur
makanan juga perlu, akan tetapi merencanakan jumlah anggota keluarga dan waktunya atas izin
Allah SWT tntunya merupakan suatu ilmu yang Allah SWT berikan untuk umatnya.

193
Kontrasepsi sebagai sarana pengaturan jarak kehamilan sampai saat ini masih menjadi
kontroversi di kalangan ilmuwan Islam. Ada yang mnyatakn bahwa KB merupakan rekayasa
Yahudi untuk melemahkan Islam. Namun masalah yang beredar di masyarakat bahwa KB
merupakan rekayasa Yahudi blum dapat dikatakn benar karena dapat kita lihat bahwa
masyarakat Yahudi sendiri, misalnya di Eropa dan Amerika sangat menjaga jumlah anak yang
dilahirkan dengan menggunakan cara KB ini. Persentase penggunaan alat KB di negara-negara
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan di negara-negara Islam. Kalau memang KB itu buruk,
tentunya mereka tidak akan seteledor itu menggunakannya.
Alat KB merupakan metode yang dapat dipilih. Sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristiknya, alat ini tidak akan mengganggu kesuburan atau kesehatan, sehingga diharapkan
dapat diatur kapan saat yang baik untuk hamil (dalam batas kemampuan manusia). Semua alat
KB ini tentunya mempunyai keterbatasan, yang kita kenal dengan istilah “kegagalan KB” (tetap
hamil walaupun sudah ber-KB dengan baik). Kegagalan KB ini bervariasi antara di bawah 1%
(pada sterilisasi pria/wanita dan pil KB) sampai sekitar 20-30% (pada istibra berkala/sistem
kalender, kondom, diaphragma, yelly vagina, atau coitus interuptus/sanggama terputus/Azl).
Intinya manusia sadar bahwa ikhtiarnya maksimal hanya bisa sekitar 97-98% karena
kesempurnaan bukanlah milik manusia.

Ketentuan Islam yang berhubungan dengan KB

1.    Azal atau sanggama terputus disebutkan di dalam Al Quran, sehingga beberapa ulama
menggunakan kiyas, bila azl diperbolehkan, maka metode ikhtiar pengaturan kehamilan lainnya
pun boleh.
2.    “Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka kawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.Oleh
karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisa 4: 9). Ilmu kedokteran sebenarnya merupakan suatu ilmu
statistika yang berkembang. Usia hamil yang sehat adalah antara 20 sampai 30 tahun.
Peningkatan kasus cacat bawaan pada janin bila si ibu hamil pada usia di atas 35 tahun. Kita
kenal Siti Aisyah yang menikah dengan Rasulullah pada usia yang sangat muda, akan tetapi
Rasulullah menunda untuk menggaulinya sampai usia yang dianggap cukup. Agaknya proses

194
kematangan emosi ini sangat berbeda pada zaman Rasulullah dan saat ini. Anak usia 10 tahun
saat ini tak ada yang berada pada tingkat kematangan emosi yang dimiliki Siti Aisyah pada usia
yang sama. Karena pengaruh hormonal, ketika hamil wanita terganggu keseimbangan emosi dan
kejiwaannya. Oleh karena itu akan sangat membantu bila wanita hamil pada saat yang tepat.
3. Al-Quran mengajarkan kita untuk menyusui selama dua tahun penuh. Kita ketahui bahwa
proses menyusui itu dipacu ekskresi hormon prolaktin yang membuat ASI. Sedangkan prolaktin
ini menghambat hormon yang membuat mens dan kesuburan, sehingga menyusui penuh selama
dua tahun itu pun juga merupakan suatu bentuk penjarangan kehamilan.
4. Niat kita hanya diketahui oleh Allah swt., oleh karena itu pembuktian niat yang paling
sempurna adalah pada saat “pengadilan yang terakhir”. Demikian pula halnya dengan ber-KB.
Kalau kita ber-KB karena ingin anak sedikit/malas repot (seperti kebanyakan orang Barat), atau
takut kulit rusak, atau takut vagina kendor dan terganggu seksualnya, atau takut miskin, tentunya
ber-KB menjadi tidak barokah karena unsurnya hanyalah egoisme bukan hablu minallah atau
hablu minnanas. Akan tetapi tentunya berbeda kalau kita berupaya menjarangkan kehamilan itu
karena ikhtiar untuk dapat mendidik anak dengan lebih sempurna atau karena kita takut lahir
anak yang cacat bila usia kita sudah di atas 35 tahun. 

Hukum KB dalam Islam

KB dalam arti sebuah program nasional untuk membatasi jumlah populasi penduduk
(tahdid anl-nasl), hukumnya haram. Tidak boleh ada sama sekali ada suatu undang-undang atau
peraturan pemerintah yang membatasi jumlah anak dalam sebuah keluarga. KB sebagai program
nasional tidak dibenarkan secara syara’ karena bertentangan dengan Aqidah Islam, yakni ayat-
ayat yang menjelaskan jaminan rezeqi dari Allah untuk seluruh makhluknya. Allah SWT
berfirman : “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rizkinya.” (QS Huud 11 : 6)
KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang dijalankan oleh individu (bukan dijalankan
karena program negara) untuk mencegah kelahiran (man’u al-hamli) dengan berbagai cara dan
sarana, hukumnya mubah, bagaimana pun juga motifnya. Dalil kebolehannya antara lain hadits
dari sahabat Jabir RA yang berkata, ”Dahulu kami melakukan azl (senggama terputus) pada
masa Rasulullah SAW sedangkan al-Qur`an masih turun.” (HR Bukhari). Namun kebolehannya

195
disyaratkan tidak adanya bahaya (dharar). Kaidah fiqih menyebutkan : Adh-dhararu yuzaal
(Segala bentuk bahaya haruslah dihilangkan).
Kebolehan pengaturan kelahiran juga terbatas pada pencegahan kehamilan yang temporal
(sementara), misalnya dengan pil KB dan kondom. Adapun pencegahan kehamilan yang
permanen (sterilisasi), seperti vasektomi atau tubektomi, hukumnya haram. Sebab Nabi SAW
telah melarang pengebirian (al-ikhtisha`), sebagai teknik mencegah kehamilan secara permanen
yang ada saat itu.
Ini adalah permasalahan yang muncul sekarang, dan banyak pertanyaan muncul berkaitan
dengan hukum KB ini. Permasalahan ini telah dipelajari oleh Haiah Kibaril Ulama (Lembaga di
Saudi Arabia yang beranggotakan para ulama) di dalam sebuah pertemuan yang telah lewat dan
telah ditetapkan keputusan yang ringkasnya adalah tidak boleh mengkonsumsi pil-pil KB untuk
mencegah kehamilan. Karena Allah SWT mensyariatkan untuk hamba-Nya sebab-sebab untuk
mendapatkan keuturunan dan memperbanyak jumlah umat. Rasulullah SAW bersabda. Artinya :
“Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-lomba
dalam banyak umat dengan umat-umat yang lain di hari kiamat (dalam riwayat yang lain :
dengan para nabi di hari kiamat)”. (HR Abu Daud).
Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka beribadah kepada
Allah SWT, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin dengan ijin Allah SWT, dan
Allah SWT akan menjaga mereka dan tipu daya musuh-musuh mereka. Maka wajib untuk
meninggalkan perkara ini (membatasi kelahiran), tidak membolehkannya dan tidak
menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam keadaan darurat maka tidak mengapa, seperti :
Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang lain, sehingga
berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa menggunakan KB untuk keperluan ini. Demikian
juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri keberatan jika hamil lagi, maka tidak
terlarang mengkonsumsi pil-pil KB dalam waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam
masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil, sehingga ia bisa mendidik
dengan selayaknya.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau supaya
hidup senang atau pencegah kehamilan karena takut banyak anak, atau karena harus memberikan
tambahan belanja dan hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan
kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh”. Para ulama telah menegaskan

196
bahwa memutuskan keturunan sama sekali adalah haram, karena hal tersebut bertentangan
dengan maksud Nabi mensyari’atkan pernikahan kepada umatnya, dan hal tersebut merupakan
salah satu sebab kehinaan kaum muslimin. Karena jika kaum muslimin berjumlah banyak, maka
hal itu akan menimbulkan kemuliaan dan kewibawaaan bagi mereka. Karena jumlah umat yang
banyak merupakan salah satu nikmat Allah SWT kepada Bani Israi. Artinya : “Dan Kami jadikan
kamu kelompok yang lebih besar” (Al-Isra : 6) Artinya : “Dan ingatlah di waktu dahulunya
kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu” (Al-A'raf : 86)
Kenyataanpun mennguatkan pernyataan di atas, karena umat yang banyak tidak
membutuhkan umat yang lain, serta memiliki kekuasaan dan kehebatan di depan musuh-
musuhnya. Maka seseorang tidak boleh melakukan sebab/usaha yang memutuskan keturunan
sama sekali, kecuali dikarenakan darurat, seperti Seorang Ibu jika hamil dikhawatirkan akan
binasa atau meninggal dunia, maka dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat, dan tidak
mengapa jika si wanita melakukan usaha untuk mencegah keturunan. Inilah dia udzur yang
membolehkan mencegah keturunan, juga seperti wanita tertimpa penyakit di rahimnya, dan
ditakutkan penyakitnya akan menjalar sehingga akan menyebabkan kematian, sehingga rahimnya
harus diangkat, maka tidak mengapa jika menggunakn KB. Seorang istri boleh menggunakannya
untuk mencegah kehamilan dikarenakan. Adanya penyakit yang membahayakan jika hamil Dia
melahirkan dengan cara yang tidak normal bahkan harus melakukan operasi jika melahirkan dan
bahaya-bahaya lain yang serupa dengan hal tersebut. Maka dalam keadaan seperti ini boleh
baginya mengkonsumsi pil pencegah hamil, kecuali jika ia mengetahui dari dokter spesialis
bahwa mengkonsumsinya membahayakan si wanita dari sisi lain.

Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam

1)      Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu.[6] Dan cara ini dapat dikategorikan
kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :

) ‫ فلم ينهها (رواه مسلم‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسول هللا ص‬

197
Kami dahulu dizaman Nabi  SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.
2)      Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah atau
merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain,
vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan
pernikahan untuk menghasilakn keturunan.

198

Anda mungkin juga menyukai