Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Jumat – Mahalnya Hidayah

Khutbah Pertama

،‫ من يه ِده هللا فال مض َّل له‬،‫ وسيئات أعمالنا‬،‫شرور أنفسنا‬


ِ ‫ ونعو ُذ باهللِ من‬،‫ نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه َونَتُوبُ ِإلَ ْي ِه‬،‫إن الحمد هلل‬
ً ُ
‫ ال نبي بعده‬.‫ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬،‫ك له‬ َ ‫أن ال إله إال هللا وحده ال شري‬ ْ ‫ وأشه ُد‬،‫ومن يضلِلْ فال هادي له‬.

َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬.

‫ وك َّل‬،ٌ‫ وك َّل محدثة بدعة‬،‫األمور محدثاتُها‬


ِ ‫ وش َّر‬،‫ي محمد صلى هللا عليه وسلم‬
ُ ‫ وخي َر الهدي هد‬،‫فإن أصدق الحديث كتابُ هللا‬
ٌ
‫ وك َّل ضاللة في النار‬،‫بدعة ضاللة‬.

‫ فقد فاز المتقون‬،‫ ًأوصيكم ونفسي بتقوى هللا‬،‫معاشر المسلمين‬

Sesungguhnya nikmat teragung adalah nikmat Islam, yang merupakan satu-


satunya agama yang benar di alam semesta ini. Sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa ta’ala,

‫ِإ َّن ال ِّدينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اِإْل سْاَل ُم‬

“Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam.” (QS.


Ali-‘Imran : 16)

ِ ‫َو َم ْن يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اِإْل سْاَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ْالخ‬
َ‫َاس ِرين‬

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan
di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Ali-‘Imran : 85)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

ُ ‫وت َولَ ْم يُْؤ ِم ْن بِالَّ ِذي ُأرْ ِس ْل‬


ِ ‫ ِإاَّل َكانَ ِم ْن َأصْ َحا‬،‫ت بِ ِه‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ُ ‫ ثُ َّم يَ ُم‬،‫ َواَل نَصْ َرانِ ٌّي‬، ٌّ‫اَل يَ ْس َم ُع بِي َأ َح ٌد ِم ْن هَ ِذ ِه اُأْل َّم ِة يَهُو ِدي‬

“Tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nasrani mendengar
tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang
aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.”[1]

Kita melihat ada miliyaran manusia di permukaan bumi ini, masih banyak di
antara mereka yang belum mendapatkan hidayah Islam, masih banyak di
antara mereka yang Atheis, masih banyak di antara mereka yang masih
menyembah makhluk dengan berbagai macam bentuk sembahan mereka.
Akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala memilih kita untuk bisa menyembah
Rabb semesta alam, Allah Subhanahu wa ta’ala. Sungguh ini adalah nikmat
yang luar biasa dan merupakan nikmat yang harus kita syukuri.

Sesungguhnya nikmat hidayah adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu


Allah Subhanahu wa ta’ala berhak memberi hidayah kepada siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah Subhanahu wa ta’ala juga berhak menahannya dari
siapa yang Dia kehendaki. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

ُ ‫ك يَجْ َع ُل هَّللا‬ َّ َ‫ضيِّقًا َح َرجًا َكَأنَّ َما ي‬


َ ِ‫ص َّع ُد فِي ال َّس َما ِء َك َذل‬ ِ ‫ص ْد َرهُ لِِإْل سْاَل ِم َو َم ْن ي ُِر ْد َأ ْن ي‬
َ ْ‫ُضلَّهُ يَجْ َعل‬
َ ُ‫ص ْد َره‬ َ ْ‫فَ َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ َأ ْن يَ ْه ِديَهُ يَ ْش َرح‬
َ‫س َعلَى الَّ ِذينَ اَل يُْؤ ِمنُون‬ َ ْ‫الرِّ ج‬

“Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia


akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa
dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak,
seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan
siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am : 125)

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

ُ‫ي لَه‬
َ ‫ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬،ُ‫ض َّل لَه‬
ِ ‫َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬

“Barangsiapa yang Allah memberinya petunjuk, niscaya tidak ada yang akan
menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatka, niscaya tidak ada yang
bisa menunjukinya (kepada hidayah).”[2]

Sesungguhnya hidayah tidaklah diperoleh dengan kecerdasan. Jika sekiranya


hidayah berbanding lurus dengan hidayah, niscaya orang-orang cerdas dari
Eropa, Jepang, dan yang lainnya tentu lebih utama untuk mendapatkan
hidayah. Akan tetapi kecerdasan yang mereka miliki ternyata malah
membuat di antara mereka ada yang menyembah matahari, ada yang
menyembah nabi, ada yang mneyembah batu.

Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, maka tidak
ada yang bisa menyesatkannya. Namun sebaliknya, barangsiapa yang telah
ditetapkan kesesatan baginya, maka tidak ada yang bisa memberikan
hidayah baginya. Meksipun jalan-jalan hidayah telah terbuka, selama Allah
tidak memberinya hidayah, maka dia tetap tidak akan memeluk agama
Islam.

Lihatlah orang-orang munafik, mereka tinggal bersama Nabi Shallallahu


‘alaihi wa sallam, mereka mengerti Bahasa Arab, mereka paham isi Alquran,
mereka shalat di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terkadang
mereka juga ikud berjihad bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mereka mlihat mukjizat-mukjizat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka
selalu meghadiri majelis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi
mereka tidak beriman.
Lihat pula orang-orang Yahudi yang tahu benar tentang kebenaran Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

َّ ‫ْرفُونَ َأ ْبنَا َءهُ ْم وَِإ َّن فَ ِريقًا ِم ْنهُ ْم لَيَ ْكتُ ُمونَ ْال َح‬
َ‫ق َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫ْرفُونَهُ َك َما يَع‬ َ ‫الَّ ِذينَ آتَ ْينَاهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫َاب يَع‬

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya
(Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.
Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka mengetahui(nya).” (QS. Al-Baqarah : 146)

Orang-orang Yahudi benar-benar mengetahui tentang kebenaran atas


kenabian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi mereka tidak
beriman karena hasad dan dengki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

Lihatlah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau mendakwahi ayahnya dengan


penuh santun dan bijak, akan tetapi ayah yang sangat dia cintai ternyata
tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Lihatlah Nabi Nuh ‘alaihissalam yang berdakwah hingga 950 tahun, dengan
sabar siang dan malam beliau berdakwah dengan berbagai metode dan cara,
akan tetapi istri dan anaknya tidak beriman dan meninggal dalam kondisi
kafir.

Lihatlah Nabi Luth ‘alaihissalam, ternyata istrinya juga tidak beriman kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala.

Bahkan lihatlah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau


berdakwah dengan penuh lemah lembut kepada keraba dan pamannya, akan
tetapi pamannya Abu Lahab meninggal dalam kondisi kafir. Kemudian
pamannya Abu Thalib yang selalu membela Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan yang sangat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam cintai pula,
ternyata meninggal dalam kondisi musyrik. Sampai-sampai karena
meninggalna Abu Thalib, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersedih dan
berkata,

ُ‫ َما لَ ْم ُأ ْنهَ َع ْنه‬،‫ك‬


َ َ‫َأَل ْستَ ْغفِ َر َّن ل‬

“Aku akan memintakan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.”[3]

Akan tetapi kemudian turun dua ayat yang menegur Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam,

‫ين َولَوْ َكانُوا ُأولِي قُرْ بَى ِم ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْم َأنَّهُ ْم َأصْ َحابُ ْال َج ِح ِيم‬
hَ ‫َما َكانَ لِلنَّبِ ِّي َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ْن يَ ْستَ ْغفِرُوا لِ ْل ُم ْش ِر ِك‬
“Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan
ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang
itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang
musyrik itu penghuni neraka Jahanam.” (QS. At-Taubah : 113)

َ‫ك اَل تَ ْه ِدي َم ْن َأحْ بَبْتَ َولَ ِك َّن هَّللا َ يَ ْه ِدي َم ْن يَشَا ُء َوهُ َو َأ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬
َ َّ‫ِإن‬

“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada


orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.” (QS. Al-Qashash : 56)

Sungguh meskipun sebab-sebab hidayah sangatlah luar biasa, akan tetapi


jika Allah Subhanahu wa ta’ala tidak membuka hati seseorang, maka dia
akan beriman. Akan tetapi sebaiknya, ketika pintu kesesatan berada di
mana-mana meliputi seseorang, akan tetapi jika Allah menghendaki hidayah
baginya, maka Allah akan beri hidayah baginya sebagaimana istri Fir’aun.
Lihatlah istri Fir’aun yang tinggal di kerajaan suaminya, sedangkan suaminya
adalah orang yang paling membangkang perintah Allah Subhanahu wa ta’ala,
dan orang yang paling kafir di alam semesta ini, akan tetapi ternyata dia
beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala sebagaiman disebutkan dalam
firmanNya,

‫ك بَ ْيتًا فِي ْال َجنَّ ِة َونَجِّ نِي ِم ْن فِرْ عَوْ نَ َو َع َملِ ِه َونَجِّ نِي ِمنَ ْالقَوْ ِم‬ ْ َ‫ب هَّللا ُ َمثَاًل لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْم َرَأتَ فِرْ عَوْ نَ ِإ ْذ قَال‬
َ ‫ت َربِّ اب ِْن لِي ِع ْن َد‬ َ ‫ض َر‬
َ ‫َو‬
َ‫الظَّالِ ِمين‬

“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri


Fir‘aun, ketika dia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah
rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim’.” (QS. At-
Tahrim : 10)

Oleh karenanya barangsiapa yang hendak diberi hidayah oleh Allah


Subhanahu wa ta’ala, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberikan
hidayah kepadanya.

Ma’asyiral Muslimin,

Dari sini kita ketahui bahwa hidayah adalah nikmat yang luar biasa dan
harus kita syukuri, karena nikmat hidayah ini murni dari Allah Subhanahu wa
ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tatkala menggali parit
dalam perang Khandaq,

‫ ِإ َذا َأ َرادُوا‬،‫ ِإ َّن اُأللَى قَ ْد بَ َغوْ ا َعلَ ْينَا‬،‫ت اَأل ْقدَا َم ِإ ْن الَقَ ْينَا‬
ِ ِّ‫ َوثَب‬،‫ فََأ ْن ِزلَ ْن َس ِكينَةً َعلَ ْينَا‬،‫صلَّ ْينَا‬ َ َ‫ َوالَ ت‬،‫َوهَّللا ِ لَوْ الَ هَّللا ُ َما ا ْهتَ َد ْينَا‬
َ َ‫ص َّد ْقنَا َوال‬
‫َأ‬ ً ْ
‫فِتنَة بَ ْينَا‬
“Demi Allah, seandainya bukan karena Allah, maka kami tidak akan
mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan
shalat.”[4]

Maka kita pun seharusnya mengatakan sebagaimana yang dikatakan Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa kalau bukan karena hidayah dari Allah
Subhanahu wa ta’ala, maka kita tidak akan bisa melangkahkan kaki kita ke
masjid ini untuk melaksanakan shalat jumat.

Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala senatiasa menganugerahkan hidayah


kepada kita sampai kita bertemu dengan Allah Subhanahu wa ta’ala di
akhirat kelak.

‫ إنه هو الغفور الرحيم‬h‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره‬

Khutbah Kedua

‫ وأشهد أن محمدا‬،‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له تعظيما لشأنه‬،‫ والشكر له على توفيقه وامتنانه‬،‫الحمد هلل على إحسانه‬
‫ أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه‬،‫عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه‬

Ma’asyiral Muslim,

Nikmat hidayah adalah nikmat yang harus selalu kita ingat agar kita
senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah Subhanahu
wa ta’ala menyebutkan dalam banyak ayat tentang nikmat hidayah kepada
hamba-hambaNya, bahkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman,

‫ضااًّل فَهَدَى‬
َ ‫ك‬
َ ‫َو َو َج َد‬

dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang sesat, lalu Dia memberikan
petunjuk.” (QS. Adh-Dhuha : 7)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

‫ك‬َ َّ‫ك رُو ۭ ًحا ِّم ْن َأ ْم ِرنَا َما ُكنتَ تَ ْد ِرى َما ْٱل ِك ٰتَبُ َواَل ٱِإْل ي ٰ َمنُ َو ٰلَ ِكن َج َع ْل ٰنَهُ نُو ۭ ًرا نَّ ْه ِدى بِ ِهۦ َمن نَّشَٓا ُء ِم ْن ِعبَا ِدنَا وَِإن‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
َ ‫ك َأوْ َح ْينَٓا ِإلَ ْي‬
‫ص ٰ َر ٍۢط ُّم ْستَقِ ٍيم‬ِ ‫ى ِإلَ ٰى‬ٓ ‫لَتَ ْه ِد‬

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) rµh (Alquran)


dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah
Kitab Alquran dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Alquran itu cahaya,
dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing
(manusia) kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura : 52)

Lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan nikmat hidayah


kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ayat ini. Dan Allah Subhanahu
wa ta’ala juga berfirman,

ِ ‫بَ ِل هَّللا ُ يَ ُم ُّن َعلَ ْي ُك ْم َأ ْن هَدَا ُك ْم لِِإْل ي َم‬


َ ‫ان ِإ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ‫صا ِدقِين‬

“Sebenarnya Allah-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan


menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS.
Al-Hujurat : 17)

Oleh karenanya di antara perkataan yang pertama yang diucapkan oleh para
penghuni surga tatkala mereka masuk ke dalamnya adalah rasa syukur atas
hidayah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

‫ور ْثتُ ُموهَا بِ َما‬ ‫ُأ‬


ِ ُ‫ق َونُودُوا َأ ْن تِ ْل ُك ُم ْال َجنَّة‬
ِّ ‫ت ُر ُس ُل َربِّنَا بِ ْال َح‬
ْ ‫ي لَوْ اَل َأ ْن هَدَانَا هَّللا ُ لَقَ ْد َجا َء‬
َ ‫َوقَالُوا ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي هَدَانَا ِلهَ َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد‬
ُ ُ ْ
َ‫كنت ْم تَ ْع َملون‬ ُ

“Mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke
(surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak
menunjukkan kami. Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kami telah datang
membawa kebenaran.’ Diserukan kepada mereka, ‘Itulah surga yang telah
diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. Al-
A’raf : 43)

Maka seseorang harusnya bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,


karena di tengah miliyaran manusia yang hilang dan tidak mendapatkan
hidayah, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala masih memberikan kita
hidayah untuk mengenal indahnya Islam.

Oleh karenanya di antara doa yang diajarkan dalam syariat Islam untuk
dibaca berulang-ulang adalah doa yang tercantum dalam surah Al-Fatihah,

‫ا ْه ِدنَا الصِّ َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah : 6)

Sungguh ini adalah doa yang sangat agung. Bahkan wajib bagi seorang
muslim untuk membacanya paling tidak sebanyak tujuh belas kali. Hanya
saja tatkala seseorang menyebutkan doa tersebut, terkadang dia kurang
merenungi maknanya, padahal doa ini memiliki makna yang sangat indah. Di
antara makna doa ini adalah seseorang meminta kepada Allah anugerah
untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus jika dia masih tersesat dan
terjerumus dalam kemaksiatan. Di antara makna yang lain adalah jika
seseorang telah dianugerahi jalan yang lurus, maka dia meminta untuk
diistiqamahkan dalam jalan yang lurus tersebut. Di antara maknanya yang
lain adalah, jika seseorang telah berada di jalan yang lurus, maka dia
memohon untuk dibukakan kebaikan-kebaikan yang beluam diketahuinya.

Terutama di zaman sekarang ini, betapa banyak fitnah syahwat dan syubhat,
betapa banyak orang berbica tentang agama dengan kebaikan dan
kebathilan, betapa banyak orang yang tidak mengerti dasar-dasar dalam
agama sehingga terpengeruh dengan pemikiran yang salah. Oleh karenanya
kita sangat butuh dengan doa agar Allah Subhanahu wa ta’ala menetapkan
kita di atas hidayah. Terlebih lagi karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda,

َ‫ض ِمن‬ ْ ‫ال فِتَنًا َكقِطَع اللَّي ِْل ْال ُم‬


ٍ ‫ يَبِي ُع ِدينَهُ بِ َع َر‬،‫ َأوْ يُ ْم ِسي ُمْؤ ِمنًا َويُصْ بِ ُح َكافِرًا‬،‫ يُصْ بِ ُح ال َّر ُج ُل ُمْؤ ِمنًا َويُ ْم ِسي َكافِرًا‬،‫ظلِ ِم‬ hِ ‫بَا ِدرُوا بِاَأْل ْع َم‬
ِ
‫ال ُّد ْنيَا‬

“Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam yang gelap


gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di
sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir
dipagi harinya. Dia menjual agamanya dengan kenikmatan dunia.”

Saking gelapnya fitnah yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan,


sampai-sampai ada seorang yang pagi harinya beriman, akan tetapi sore
harinya dia kafir; atau sore dia beriman, pagi harinya dia kafir. Dan hal ini
sungguh telah terjadi di zaman sekarang ini. Ketahuilah, betapa banyak
orang yang membuka internet membaca perkataan orang-orang musyrikin,
akhirnya dia menjadi ragu dengan agamanya, dia kemudian mulai
membenarkan perktaan orang-orang kafir, kemudian mulai mengatakan
bahwa semua agama sama antara agama tauhid dan agama kesyirikan,
sementara dia tidak sadar bahwa pagi dia beriman dan sorenya dia kufur
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga keimanan kita, serta


mewafatkan kita di atas keimanan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

َ ‫ الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬h‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَاَأيُّهَا‬


‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ُ‫ ي‬hُ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَه‬

‫ َو َعلَى‬،‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ ِ َ‫ َوب‬،‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬ ِ ‫ َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِهي َم‬
َ َّ‫ ِإن‬،‫آل ِإ ْب َرا ِهي َم‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
ِ ‫ َو َعلَى‬،‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫ َك َما‬،‫آل ُم َح َّم ٍد‬
ٌ‫ك َح ِمي ٌد َم ِجيد‬ ََّ ‫ ِإن‬،‫آل ِإ ْب َرا ِهي َم‬ َ َ َ‫ت‬ ْ َ
ِ ‫ َو َعلى‬،‫ بَا َرك َعلى ِإ ْب َرا ِهي َم‬h‫ ك َما‬،‫آل ُم َح َّم ٍد‬ ِ

ِ َ‫ت َويَاق‬
‫اض َي‬ ِ ‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا‬
َ َّ‫ت ِإن‬
ِ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا‬ ِ ‫ْن َو ْال ُم ْسلِ َما‬hَ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ْ
ْ ‫ال َحا َج‬
‫ات‬

‫ت نُفُوْ َسنَا تَ ْق َواهَا َو َز ِّكهَا َأ ْنتَ َخ ْي ُر َم ْن َز َّكاهَا َأ ْنتَ َولِيُّهَا َو َموْ اَل هَا‬
ِ ‫اللَّهُ َّم آ‬
‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَا َأ ْنفُ َسنَا وَِإ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخ ِ‬
‫َاس ِرينَ‬

‫ك َأ ْنتَ ْال َوهَّابُ‬ ‫َربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ِإ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْن َ‬


‫ك َرحْ َمةً ِإنَّ َ‬

‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّار‬

Anda mungkin juga menyukai