Anda di halaman 1dari 10

May, 4 2012

TPST
CAKUNG-CILINCING
WORKING PAPER

DAFTAR ISI Gambaran Umum TPST Cakung.................................................................................... 3 Proses Pengolahan .......................................................................................................... 3 2.1 Sampah Organik ..................................................................................................... 5 2.2 Sampah Anorganik ................................................................................................. 7 3. Permasalahan PDUK Cakung ........................................................................................ 9 4. Kesimpulan ................................................................................................................... 10 1. 2.

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Miniatur Lokasi PDUK Cakung .................................................................... 3 Gambar 2 Trommel Pemilahan....................................................................................... 4 Gambar 3 Alur Proses Pengolahan Sampah PDUK Cakung ......................................... 5 Gambar 4 Mesin Pencacah Sampah ............................................................................... 5 Gambar 5 Mesin Granulasi Pupuk Organik ................................................................... 6 Gambar 6 Pupuk Organik Kompos ................................................................................ 6 Gambar 7 Alur Proses Pengolahan Sampah Organik ..................................................... 7 Gambar 8 Para Pemulung di PDUK Cakung ................................................................. 7 Gambar 9 Proses Pemasukan sampah anorganik dengan Excavator ............................. 8 Gambar 10 Mesin Ball Press .......................................................................................... 8 Gambar 11 Sampah yang telah di Balling Press ............................................................ 9

1. Gambaran Umum TPST Cakung


Berawal pada tahun 1992 dengan tujuan awal untuk memperlancar pengiriman sampah ke bantargebang, maka dibangunlah sebuah transfer station (station perantara peralihan). Pada waktu itu teknologi yang digunakan adalah teknologi kompaktor yang bertujuan untuk membuat volume sampah menjadi lebih padat sehingga dapat menghemat volume TPA. Berlangsung selama kurang lebih 15 tahun dan pada akhirnya ditutup kemudian berubah menjadi PDUK (Pusat Daur Ulang Kompos). PDUK ini sendiri telah beroperasi selama kurang lebih 5 tahun sejak didirikan pada tahun 2007, berdiri di atas lahan seluas 8 Ha dan berlokasi di antara wilayah Cakung dan Cilincing dengan kapasitas 550 ton/hari. Jarak dari pemukiman terdekat sekitar kurang lebih 1 Km. PT. Wira Gulfindo Sarana selaku pengelola TPST Cakung telah bermitra dengan Dinas Kebersihan Pemprov DKI Jakarta sejak 1982. Cakupan layanan dari PDUK Cakung ini meliputi wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Proporsi pengolahan terbanyak diperuntukkan untuk wilayah Jakarta Barat mengingat letak wilayahnya yang paling jauh dari TPA Bantargebang. Denah lokasi atau miniatur dari PDUK Cakung dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah

Gambar 1 Miniatur lokasi PDUK Cakung

2. Proses Pengolahan
Proses yang terjadi pada PDUK Cakung dibedakan berdasarkan pengolahan terhadap jenis sampah organik dan anorganik. Proses pengolahan diawali dengan proses penampungan sampah yang diangkut oleh truk kompaktor menuju ruang masuk sampah. Kemudian 3

dengan bantuan Wheel Loader sampah-sampah ini akan dibawa menuju trommel pemilahan (Gambar 2), pemilahan ini menggunakan prinsip perbedaan dimensi sampah dimana sampah dengan dimensi lebih kecil dari 8 cm akan terjatuh ke bawah. Pemilahan jenis tersebut dilakukan dengan asumsi sampah organik yang berasal dari sisa-sisa aktifitas dapur rumah tangga berdimensi lebih kecil dari 8 cm, namun pada kenyataannya dilapangan banyak terdapat sampah organik yang berukuran lebih besar sehingga bercampur dengan sampah anorganik.

Gambar 2 Trommel Pemilahan Setelah melewati Trommel pemilahan sampah-sampah tersebut kemudian akan terbagi menjadi dua jalur, yaitu jalur sampah organik dan anorganik. Pada masing-masing jalur akan melalui tahap pemilihan kembali yang dilakukan oleh para pekerja dan para pemulung yang juga dilibatkan. Pada jalur organik, pemilahan dilakukan kembali untuk memilahkan sampah-sampah anorganik berukuran lebih kecil dari 8 cm yang ikut terbawa, seperti botol kaca, plastik-plastik kemasan, dsb yang dapat mengganggu proses pengomposan. Pelibatan para pemulung bertujuan untuk mengurangi volume sampah anorganik yang masih bisa didaur ulang. Pengolahan sampah organik bertujuan akhir menghasilkan pupuk organik kompos yang siap untuk dipasarkan, sedangkan pengolahan sampah anorganik bertujuan untuk menghasilkan sampah dalam bentuk ball press yang kemudian akan dibakar dalam insenerator. Secara garis besar alur proses yang terjadi pada PDUK Cakung adalah sbb:

Ruang Masuk Sampah

Ruang Pemilahan

Sampah anorganik

Ball Press

Insenerator

Sampah Organik

Fermentasi

Pupuk Organik Kompos

Gambar 3 Alur Proses Pengolahan Sampah PDUK Cakung

2.1 Sampah Organik


Setelah melalui proses pemilahan, sampah organik ini kemudian akan menuju mesin pencacah yang disalurkan dengan belt conveyor. Mesin pencacah ini (Gambar 4) bertujuan untuk menjadikan ukuran sampah organik menjadi lebih kecil sehingga mempermudah terjadinya proses fermentasi sampah.

Gambar 4 Mesin Pencacah Sampah Kemudian sampah yang telah tercacah ini diangkut dengan bantuan Wheel Loader untuk kemudian ditebar atau disusun memanjang untuk menjalani proses fermentasi (Gambar 1.5). Proses fermentasi ini berlangsung selama 14 hari dan berlangsung secara aerobik, dimana dilakukan pengadukan untuk menjaga kandungan oksigen dalam sampah. Setelah melalui proses fermentasi, sampah organik ini kemudian akan melalui proses maturasi atau proses pematangan dan penyempurnaan kualitas kompos yang akan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya kompos-kompos tersebut 5

akan mengalami proses pengayakan untuk mendapatkan kompos dengan tekstur halus yang akan digunakan pembuatan pupuk organik kompos. Sisa atau ampas dari ayakan kompos dapat digunakan sebagai campuran media tanam atau pembenah tanah. Pada proses pembuatan pupuk organik kompos dilakukan dengan mencampur hasil ayakan kompos dengan sisa padatan pengolahan minyak dengan prosentase tertentu yang dilakukan pada mesin granulasi kompos (Gambar 5). Hasil granulasi ini berupa pupuk organik berupa bulatan-bulatan kecil dengan diameter tertentu, yang kemudian akan dikemas (Gambar 6). Sisa dari proses granulasi ini (berukuran lebih besar) akan dilebur untuk kemudian diolah kembali. Kualitas pupuk organik diuji setiap 6 bulan sekali pada Ruang Penelitian Kompos. Secara keseluruhan proses yang terjadi pada pengolahan sampah organik mengikuti alur pada Gambar 7. Pupuk organik kompos yang dihasilkan telah dipasarkan ke-55 Kabupaten di Indonesia diantaranya Medan, Lampung, Magetan, Palembang, Madiun, Wonogiri, Cirebon, dll. Dalam satu harinya PDUK Cakung mampu menghasilkan 15 ton pupuk organik kompos dan 20 25 ton kompos.

Gambar 5 Mesin Granulasi Pupuk Organik

Gambar 6 Pupuk Organik Kompos 6

Gambar 7 Alur Proses Pengolahan Sampah Organik

2.2 Sampah Anorganik


Pengolahan sampah organik yang telah terpilah dari mesin Trommel Pemilahan, dilanjutkan dengan pemilihan kembali secara manual yang dilakukan oleh para pemulung yang dilibatkan. Jumlah pemulung yang ada pada PDUK Cakung ini berjumlah kurang lebih 30 orang yang bekerja secara sukarela atau dengan kata lain tidak mendapat bayaran (Gambar 8).

Gambar 8. Para Pemulung di PDUK Cakung Setelah melalui proses pemilahan manual, sampah anorganik ini kemudian ditumpuk untuk kemudian dimasukkan ke dalam mesin Ball Press. Dalam memasukkan sampah ke dalam mesin Ball Press dilakukan dengan bantuan Excavator (Gambar 9). 7

Gambar 9. Proses Pemasukan sampah anorganik dengan Excavator Proses Balling sampah berlangsung cukup cepat ( 5 menit) untuk setiap buahnya. Setiap buah sampah yang telah di Balling memiliki berat mencapai 1,2 ton. Kemudian sampah-sampah anorganik ini akan diangkut menuju insenerator untuk akhirnya dimusnahkan.

Gambar 10. Mesin Ball Press Untuk Insenerator, PDUK Cakung bekerja sama dengan PT Holcim Indonesia-Geocycle. Kerjasama yang telah dilakukan sejauh ini adalah pihak PDUK membayar sebesar 3 dollar untuk setiap ton sampah yang akan dimusnahkan. Akan tetapi kerjasama ini sedikit mengalami kendala akhir-akhir ini karena pihak Holcim tidak mengijinkan kembali sampah-sampah anorganik dari PDUK untuk dibakar pada insenerator mereka. Hal ini dikarenakan kondisi sampah yang masih terlalu basah dan dikhawatirkan dapat merusak insenerator mereka. Solusi yang ditawarkan oleh pihak Holcim adalah agar pihak PDUK dapat mengeringkat terlebih dahulu sampah-sampah anorganik tersebut dengan cara menjemurnya, akan tetapi setelah dilakukan belum ada kepastian kembali dari kedua belah pihak terkait masalah ini. 8

Gambar 11. Sampah yang telah di Balling Press

3. Permasalahan PDUK Cakung


Permasalahan utama yang terjadi pada PDUK Cakung selain terletak pada input sampah yang masih tercampur juga terletak pada mesin Trommel Pemilah yang tidak optimal dalam memilah sampah organik dan anorganik. Hal ini dikarenakan pemilahan hanya berdasarkan dimensi sampah, menyebabkan banyak sampah anorganik yang terbawa ke dalam sampah organik dan begitu juga sebaliknya. Walaupun dilanjutkan dengan pemilahan manual oleh tenaga manusia setelahnya, dirasa masih tidak maksimal karena kenyataan dilapangan masih banyak terdapat sampah kemasan (anorganik) yang tercampur dengan sampah organik. Efek dominonya yang terjadi menyebabkan proses biologis seperti proses fermentasi dan maturasi berlangsung lebih lama jika dibandingkan dengan kandungan sampah organik murni, juga berdampak terhadap kualitas kompos yang dihasilkan. Hal ini juga terjadi pada sampah anorganik yang masih banyak terkandung sampah organik berukuran besar didalamnya yang tidak ikut terpilah pada Trommel Pemilah. Hal ini menyebabkan kondisi sampah yang cukup basah dan nilai kalor yang rendah, sehingga akan sulit dalam proses pembakaran di insenerator dengan kemungkinan terburuk akan dapat merusak insenerator itu sendiri. Penolakan dari pihak Holcim sebagai dampak dari kondisi sampah Balling Press yang masih terlalu basah tersebut menyebabkan penumpukan pada sekitar area PDUK yang juga menimbulkan bau tidak sedap akibat adanya proses pembusukan sampah layaknya di TPA yang menggunakan sistem open dumping. Persentase residu yang dihasilkan pada PDUK Cakung tergolong cukup tinggi ( 85%) atau dengan kata lain efektifitas pengolahannya tergolong rendah. Pengoptimalan proses pemilahan sampah dapat menjadi salah satu upaya dalam meningkat efisiensi pengolahan, karena akan berdampak positif kepada peningkatan secara kualitas dan kuantitas kompos yang dihasilkan sekaligus menurunkan tingkat residu yang dihasilkan dan menurunkan kadar air dalam kandungan sampah anorganik.

4. Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari kunjungan ke PDUK Cakung ini adalah sbb: Beroperasi di atas lahan seluas 8 Ha dengan kapasitas produksi mencapai 550 ton/hari Proses pengolahan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengolahan sampah organik dan pengolahan sampah anorganik dengan di awali proses pemilahan Proses pengolahan sampah organik meliputi pencacahan, fermentasi, maturasi dan diakhiri proses granulasi dengan hasil akhir berupa kompos dan pupuk organik kompos Pupuk organik kompos yang dihasilkan sebesar 15 ton/ hari dan telah dipasarkan ke 55 Kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia Kompos yang dihasilkan sebesar 20-25 ton/hari. Proses pengolahan sampah anorganik meliputi Ball Press, pengangkutan, dan diakhiri proses insenerasi, namun beberapa bulan terakhir sampah Ball Press hanya diletakkan disekitar area PDUK tanpa perlakuan apapun Proses insenerasi sampah anorganik bekerja sama dengan pihak PT Holcim Indonesia Permasalahan utama di PDUK Cakung terletak pada teknologi pemilah sampahnya, dimana tidak dapat memisahkan sampah anorganik dan organik secara maksimal.

10

Anda mungkin juga menyukai