Anda di halaman 1dari 5

Agama Islam Adalah Agama Yang Haq Yang Dibawa Oleh Nabi Muhammad Shallallahu

„Alaihi wa Sallam Pertama:

AGAMA ISLAM ADALAH AGAMA YANG HAQ (BENAR) YANG DIBAWAH OLEH
NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU „ALAIHI WA SALLAM

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Islam secara bahasa (etimologi) adalah
berserah diri, tunduk, atau patuh. Adapun menurut syari‟at (terminologi), definisi Islam
berada pada dua keadaan: Pertama: Apabila Islam disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan
kata iman, maka pengertian Islam mencakup keseluruhan agama, baik ushul (pokok) maupun
furu‟ (cabang), seluruh masalah „aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi
pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah pengakuan dengan lisan, meyakininya
dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah ditentukan
dan ditakdirkan. [1] Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala tentang Nabi Ibrahim
Alaihissallam: ٍَ ًِٛ َ‫هَ ًْذُ ِن َٔةّ ِ ْانعَبن‬ْٙ َ ‫ ِه ْى ۖ قَب َل أ‬ْٙ َ ‫بل نَُّ َٓثُُّّ أ‬ َ َ‫“ إِّْ ق‬Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya:
„Tunduk patuhlah!‟ Ibrahim menjawab: „Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.‟”
[Al-Baqarah: 131][2] Ada juga yang mendefinisikan Islam dengan: َُّ‫َبُ ُ ن‬ِِٛ َْ ‫ْ ِِ َٔاْ ِِإ‬ِِٛ ْٕ ‫َاَ ُو ِهلِ ثِبنز و‬ْٚ ِ‫ز‬ْٙ ‫َاْ ِِإ‬
ِّ ‫طب َع ِخ َٔ ْانجَ َٔا َءح ُ ِيٍَ ان ِ ّش ْٔ ِك َٔأ َ ْْ ِه‬ ‫ثبِن و‬. “Berserah diri kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya,
tunduk patuh kepada-Nya dengan melaksanakan ketaatan (atas segala perintah dan larangan-
Nya), serta membebaskan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.”[3]
Kedua: Apabila Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud dengan
Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang diri dan hartanya terjaga [4] dengan
perkataan dan amal-amal tersebut, baik dia meyakini Islam ataupun tidak. Sedangkan kalimat
iman berkaitan dengan amalan hati.[5] Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla : ‫اة‬ ُ َْٔ ‫ذ ْاْلَع‬ ِ ‫قَب َن‬
‫ قُهُٕثِ ُك ْى‬ِٙ‫ ًَبٌُ ف‬ٚ‫اِإ‬ ِ ْ ‫َِْ ُخ ِم‬ٚ ‫هَ ًَُْب َٔنَ وًب‬ْٙ َ ‫“ آ َيُوب ۖ قُ ْم نَ ْى رُؤْ ِيُُٕا َٔنَ ِك ٍْ قُٕنُٕا أ‬Orang-orang Arab Badui itu berkata:
„Kami telah beriman.‟ Katakanlah (kepada mereka): „Kamu belum beriman, tetapi
katakanlah: „Kami telah tunduk,‟ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu…” [Al-
Hujuraat: 14] Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Ta‟ala mengakhiri serta menyempurna-kan
agama-Nya yang dianut ummat sebelumnya untuk para hamba-Nya. Dengan Islam pula,
Allah Subhanahu wa Ta‟ala menyempurnakan kenikmatan-Nya dan meridhai Islam sebagai
agama. Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima Allah,
agama (kepercayaan) selain Islam tidak akan diterima Allah. Allah Subhanahu wa Ta‟ala
berfirman: ‫ ََْا ُو‬ٙ‫اِإ‬ ِ ْ ‫َّللا‬
ِ ‫ٍَ ِع َُِْ و‬ِِّٚ‫“ ِإ وٌ ان‬Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah
Islam.” [Ali „Imran: 19] Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: ‫ُ ِْ َج َم‬ٚ ٍْ َ‫ًُب فَه‬ُِٚ ‫ ََْا ِو‬ٙ‫اِإ‬ ِ ْ َْٔ ٛ‫ ْجز َِغ َغ‬َٚ ٍْ ‫َٔ َي‬
ٍَِٚٔ ِٙ ‫ ِخ َٔحِ ِيٍَ ْانخَب‬ٜ‫ ْا‬ِٙ‫“ ِي ُُّْ َْٔ َُٕ ف‬Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang-
orang yang rugi.” [Ali „Imran: 85] Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada seluruh
manusia untuk memeluk agama Islam karena Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam diutus
untuk seluruh manusia. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla: ‫ ُك ْى‬ْٛ َ‫َّللا ِإن‬ ِ ‫ٕ ُل و‬ُٙ َٓ َِّٙ‫بٗ ِإ‬ ُ ‫ُّ َٓب انُو‬َٚ‫َب أ‬ٚ ‫قُ ْم‬
َِّ‫ب‬‫ُؤْ ِي ٍُ ِث و‬ٚ ِْ٘‫ ِ انو‬ٙ ّ ‫ ِ ْاْل ُ ِ ّي‬ٙ
ّ ‫ٕ ِن ِّ انُو ِج‬ٙ ِ ‫ذُ ۖ فَآ ِيُُٕا ِث و‬ًُِٛ َٚٔ ِٙٛ ‫ُ ْح‬ٚ َُٕ ْ ‫ض ۖ ََل ِإنََّ ِإ وَل‬
ُ َٓ َٔ َّ‫ب‬ ِ ‫ ًَ َبٔا‬ٚ‫عًب انوِْ٘ نَُّ ُي ْهكُ ان و‬ًِٛ ‫َج‬
ِ ْٓ َ ‫د َٔ ْاْل‬
ٌَُٔ َِ‫“ َٔ َك ِه ًَبرِ ِّ َٔار و ِجعُُِٕ نَ َعهو ُك ْى ر َ ْٓز‬Katakanlah: „Hai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasul (utusan)
Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki keajaan langit dan bumi, tidak ada ilah
yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang me-matikan.‟
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada Kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah ia, agar kamu
mendapat petunjuk.”[Al-A‟raaf: 158] Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam: ٍْ ‫ُؤْ ِي‬ٚ ‫ ًُ ْٕدُ َٔنَ ْى‬َٚ ‫ ث ُ وى‬،ٙ ٌّ َِ‫ص َٔا‬ْ ََ َ‫٘ ََٔل‬ ٌّ ُِ ْٕ ُٓ َٚ ‫ أ َ ٌَِِ ِي ٍْ َْ ِْ ِِ اْْل ُ ويـ ِخ‬ْٙ ‫ ًَ ُع ِث‬ْٚ َٚ َ‫ َل‬،ِِِِ َٛ ‫٘ ُي َح وً ٍِ ِث‬ ُ ‫َٔانوِْ٘ ََ ْف‬
ٓ‫ب‬ ِ ‫ة انُو‬
ِ ‫ص َحب‬ ُ
ْ َ ‫ ِإَلو َكبٌَ ِي ٍْ أ‬،ِّ ‫ ْهذُ ِث‬ِٙ ْٓ ‫ ِثبنوِْ٘ أ‬. “Demi (Rabb) yang diri Muhammad ada di tangan-Nya,
tidaklah mendengar seseorang dari ummat Yahudi dan Nasrani tentang diutusnya aku
(Muhammad), kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus
dengannya (Islam), niscaya ia termasuk penghuni Neraka.” [6] Mengimani Nabi Muhammad
Shallallahu „alaihi wa sallam, artinya membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan
pada seluruh apa yang dibawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah
Abu Thalib (paman Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam) termasuk kafir, yaitu orang yang
tidak beriman kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam meskipun ia membenarkan apa yang
dibawa oleh Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam dan ia membenarkan pula bahwa Islam
adalah agama yang terbaik. Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang terkandung
di dalam agama-agama terdahulu. Islam memiliki keistimewaan, yaitu cocok dan sesuai
untuk setiap masa, tempat dan kondisi ummat. Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: ‫َٔأ َ ََْٖ ْنَُب‬
ِّ َْٛ‫ ًًُِْب َعه‬َٛٓ ‫ة َٔ ُي‬ ِ ‫ْ ِّ ِيٍَ ْان ِكز َب‬ََِٚٚ ٍََْٛ‫ص ِِّقًب ِن ًَب ث‬
َ ‫ق ُي‬ ِ ّ ‫َبة ثِ ْبن َح‬
َ ‫ َْك ْان ِكز‬َٛ‫“ إِن‬Dan Kami turunkan Al-Qur-an kepadamu
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan sebagai batu ujian terhadap Kitab-kitab yang lain…” [Al-Maa-
idah: 48] Islam dikatakan cocok dan sesuai di setiap masa, tempat, dan kondisi ummat
maksudnya adalah berpegang teguh kepada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan
ummat, bahkan dengan Islam ini ummat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentausa.
Tetapi harus diingat bahwa Islam tidak tunduk terhadap masa, tempat dan kondisi ummat
sebagaimana yang dikehendaki oleh sebagian orang. Apabila ummat manusia menginginkan
keselamatan di dunia dan di akhirat, maka mereka harus masuk Islam dan tunduk dalam
melaksanakan syari‟at Islam. Agama Islam adalah agama yang benar, Allah Subhanahu wa
Ta‟ala menjanjikan kemenangan kepada orang yang berpegang teguh kepada agama ini
dengan baik, namun dengan syarat mereka harus mentauhidkan Allah, menjauhkan segala
(bentuk) perbuatan syirik, menuntut ilmu syar‟i, dan mengamalkan amal yang shalih. Allah
Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: َِ َِٔ ‫ٍ ُك ِهّ ِّ َٔنَ ْٕ ك‬ِّٚ ِ ِ‫ُظ ِٓ َُِٔ َعهَٗ ان‬ ْ ٛ‫ق ِن‬ ِ ّ ‫ ٍِ ْان َح‬َُِٚٔ َُِٖٓ ‫ٕنَُّ ِث ْبن‬ٙ ُ َٓ ‫ َم‬َٙ ْٓ َ‫ْ َُٕ انوِْ٘ أ‬
ٌَٕ‫“ ْان ًُ ْش ِٔ ُك‬Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur-an) dan
agama yang haq (benar), untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrik tidak menyukainya.” [At-Taubah: 33] Juga dalam firman-Nya: ‫ ٍَ آ َيُُٕا ِي ُْ ُك ْى‬ِْٚ‫َّللاُ انو‬ ‫َٔ َعَِ و‬
ٍْ ‫ُ َج ِِّنَُو ُٓ ْى ِي‬َٛ‫ضٗ نَ ُٓ ْى َٔن‬ ْ ِْ٘‫َُ ُٓ ُى انو‬ُِٚ ‫ُ ًَ ِ ّكُ وٍَ نَ ُٓ ْى‬َٛ‫ٍَ ِي ٍْ قَ ْج ِه ِٓ ْى َٔن‬ِْٚ‫ف انو‬
َ َ ‫آر‬ َ َ‫ز َ ْخه‬ْٙ ‫ض َك ًَب ا‬ ِ ْٓ َ ‫ ْاْل‬ِٙ‫ز َ ْخ ِهفَُو ُٓ ْى ف‬ْٚ َٛ َ‫د ن‬ ‫َٔ َع ًِهُٕا ان و‬
ِ ‫صب ِن َحب‬
ُ
ٌَُِِٕٙ ‫ْئًب ۚ َٔ َي ٍْ َكف ََٔ ثَ ْعَِ َّ ِن َك فَؤٔنَئِ َك ُْ ُى ْانفَب‬ٛ‫ َش‬ٙ‫ ُ ْش ِٔ ُكٌَٕ ِث‬ٚ ‫ ََل‬ََُُِٙٔ ُِ‫َعْج‬ٚ ۚ ‫“ ثَ ْع ِِ خ َْٕفِ ِٓ ْى أ َ ْيًُب‬Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih,
bahwa sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana telah Dia
jadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka
tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” [An-Nuur: 55] Islam adalah agama yang sempurna dalam „aqidah dan syari‟at. Di
antara bentuk kesempurnaannya adalah: 1. Islam memerintahkan untuk bertauhid dan
melarang perbuatan syirik. 2. Memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang bersikap
bohong. 3. Memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang bersikap zhalim. 4.
Memerintahkan untuk bersikap amanah dan melarang bersikap khianat. 5. Memerintahkan
untuk menepati janji dan melarang ingkar janji. 6. Memerintahkan untuk berbakti kepada ibu-
bapak serta melarang mendurhakai keduanya. 7. Islam menjaga agama dan Islam
mengharamkan seseorang murtad (keluar dari agama Islam). 8. Islam menjaga jiwa. Oleh
karena itu, Allah Azza wa Jalla mengharam-kan pembunuhan dan penumpahan darah ummat
Islam. Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pem-bunuhan secara
tidak haq (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seorang Muslim secara
tidak haq adalah hukuman mati. 9. Islam menjaga akal. Oleh karena itu, Islam
mengharamkan setiap yang memabukkan seperti khamr, narkoba dan rokok. 10. Islam
menjaga harta. Oleh karena itu, Islam mengajarkan amanah (kejujuran) dan menghargai
orang-orang yang amanah bahkan menjanjikan kehidupan bahagia dan Surga kepada mereka.
Dan Islam juga melarang mencuri dan korupsi serta mengancam pelakunya dengan hukuman
potong tangan (sebatas pergelangan).[7] 11. Islam menjaga nasab (keturunan). Oleh karena
itu, Allah Azza wa Jalla mengharamkan zina dan segala jalan yang membawa kepada zina.[8]
12. Islam menjaga kehormatan. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla mengharamkan
menuduh orang baik-baik sebagai pezina atau dengan tuduhan-tuduhan lain yang merusak
kehormatannya. Dalil-dalil bahwa Islam menjaga jiwa, harta dan kehormatan kaum Muslimin
di antaranya: Sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam: ‫َُ ُك ْى‬ْٛ َ‫ ث‬،‫ض ُك ْى‬ َ ‫ َٔأَع َْٔا‬،‫ َٔأ َ ْي َٕانَ ُك ْى‬،‫فَئ ِ وٌ ُِ َيب َء ُك ْى‬
‫ت‬ َ ِ‫ُجَ ِهّ ِغ ان وشب ِِْ ُ ْانغَبئ‬ٛ‫ ِن‬،‫ ثَهَ ِِ ُك ْى ََْْا‬ْٙ ِ‫ ف‬،‫ َش ْٓ ِٔ ُك ْى ََْْا‬ْٙ ِ‫ ف‬،‫َ ْٕ ِي ُك ْى ََْْا‬ٚ ‫ ُك ْى َك ُح ْٔ َي ِخ‬ْٛ َ‫“ … َِ َٔا ٌو َعه‬Sesungguhnya darah
kalian, harta benda kalian, kehormatan kalian, haram atas kalian seperti terlarangnya di hari
ini, bulan ini dan negeri ini. Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak
hadir…” [9] Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: ‫َب أ َ ْْ َٕ ٌُ ِع ُِْ َ هللاِ ِي ٍْ قَزْ ِم‬َْٛ ُِّ‫نََٖ َٔا ُل ان‬
‫ ِه ٍى‬ْٚ ‫ٓ ُج ٍم ُي‬.َ “Lenyapnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang
Muslim.” [10] Dari Buraidah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda: ‫ب‬َٛ َْ ُِّ‫ال ان‬ ِ َٔ َٕ ٍْ ‫هللا ِي‬ ِ َُِْ ‫ظ ُى ِع‬ َ ‫قَزْ ُم ْان ًُؤْ ِي ٍِ أ َ ْع‬. „Terbunuhnya seorang Mukmin lebih
berat (urusannya) di sisi Allah daripada lenyapnya dunia.‟” [11] Bahkan darah seorang
Muslim lebih mulia dari Ka‟bah yang mulia.[12] Secara umum Islam memerintahkan agar
berakhlak yang mulia, bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga
memerintahkan setiap perbuatan baik dan melarang perbuatan yang buruk. Allah Subhanahu
wa Ta‟ala berfirman: ‫ظ ُك ْى‬ ُ ‫ ِع‬َٚ ۚ ِ ٙ‫َبء َٔ ْان ًُ ُْك َِٔ َٔ ْان َج ْغ‬
ِ ‫ ُْ َٓٗ َع ٍِ ْانفَ ْحش‬َٚ َٔ ٗ‫ز َِبء ِّ٘ ْانُِ ْٔ َث‬ٚ‫بٌ َٔ ِإ‬ ِ ْ َٔ ‫ؤ ْ ُي ُٔ ِث ْبن َعِْ ِل‬َٚ ‫َّللا‬
ِ َٚ ِْ ‫اِإ‬ َ ‫ِإ وٌ و‬
ٌَُٔٔ ‫“ نَ َعهو ُك ْى رََْ وك‬Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan ber-buat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah me-larang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengam-bil pelajaran.”
[An-Nahl: 90] Islam didirikan atas lima dasar. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah
hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Ibnu „Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: ،ِ‫ ْٕ ُل هللا‬ٙ ُ َٓ ‫ َش َٓبَُحِ أ َ ٌْ َلَ ِإنََّ ِإَلو هللاُ َٔأ َ وٌ ُي َح وًًِا‬:ٍ٘ ًْ ‫َاَ ُو َعهَٗ َخ‬ْٙ ‫ اْ ِِإ‬ٙ َ ُُِ‫ث‬
‫ذ‬ ْ
ِ ْٛ َ‫ َٔ َِ ّجِ انج‬،ٌَ‫ضب‬ َ ‫ص ْٕ ِو َٓ َي‬ َ َٔ ،ِ‫انٖكَبح‬ ‫ز َِبء و‬ْٚ ‫ َٔ ِإ‬،ِ‫صَاَح‬ ‫ـبو ان و‬ ِ َ‫ٔ ِإق‬.
َ “Islam dibangun atas lima dasar: (1) bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, (2) menegakkan shalat, (3) membayar zakat, (4)
berpuasa di bulan Ramadhan, dan (5) menunaikan haji ke Baitullaah.”[13] Rukun Islam ini
wajib diimani, diyakini dan wajib diamalkan oleh setiap Muslim dan Muslimah. Rukun
Pertama: Kesaksian tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah
Azza wa Jalla dan (bahwa) Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam adalah hamba serta
Rasul-Nya, merupakan keyakinan mantap yang diekspresikan dengan lisan. Dengan
kemantapannya itu, seakan-akan ia dapat menyaksikan-Nya. Syahadah (kesaksian)
merupakan satu rukun padahal yang disaksikan itu ada dua hal, ini dikarenakan Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam adalah penyampai risalah dari Allah Azza wa Jalla. Jadi,
kesaksian bahwa Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan Allah
Azza wa Jalla merupakan kesempurnaan kesaksian ‫َلَ ِإنَّ ِإَلو هللا‬, tidak ada sesembahan yang
berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah. Syahadatain (dua kesaksian) tersebut
merupakan prinsip dasar keabsahan dan diterimanya semua amal. Amal akan sah dan
diterima bila dilakukan dengan keikhlasan hanya karena Allah Azza wa Jalla dan mutaba‟ah
(mengikuti) Sunnah Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam. Ikhlas karena Allah Azza wa
Jalla merupakan realisasi dari syahadat (kesaksian) laa ilaaha illallaah, tidak ada sesembahan
yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. Sedangkan mutaba‟ah atau meng-ikuti
Sunnah Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam merupakan realisasi dari pada kesaksian
bahwa Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya. Faedah
terbesar dari dua kalimat syahadat tersebut adalah membebaskan hati dan jiwa dari
penghambaan terhadap makhluk dengan beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja
serta tidak mengikuti melainkan hanya kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam.
Rukun Kedua: Menegakkan shalat artinya beribadah kepada Allah dengan melaksanakan
shalat wajib lima waktu secara istiqamah dan sempurna, baik waktu maupun caranya. Shalat
harus sesuai dengan contoh Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam. Sebagaimana sabda beliau
Shallallahu „alaihi wa sallam: ّٙ‫ص ِه‬ َ ُ ‫ أ‬َِْٕٙ ًُ ُ ‫ز‬َٚ‫صهُّ ْٕا َك ًَب َٓأ‬
َ . “Shalatlah kalian sebagaimana kalian
melihatku shalat.” [14] Salah satu hikmah shalat adalah mendapat kelapangan dada,
ketenangan hati, serta menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. [15] Rukun Ketiga:
Membayar zakat artinya beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyerahkan
kadar yang wajib dari harta-harta yang harus dikeluarkan zakatnya.[16] Salah satu hikmah
membayar zakat adalah membersihkan harta, jiwa dan moral yang buruk, yaitu kekikiran
serta dapat menutupi kebutuhan Islam dan kaum Muslimin, menolong orang fakir dan miskin.
Rukun Keempat: Berpuasa di bulan Ramadhan artinya beribadah hanya kepada Allah dengan
cara meninggalkan makan, minum, jima‟ (bercampur) antara suami isteri dan hal-hal yang
dapat membatalkannya dari mulai terbit fajar shadiq sampai terbenam matahari. Salah satu
hikmah berpuasa di bulan Ramadhan adalah melatih jiwa untuk meninggalkan hal-hal yang
disukai karena mencari ridha Allah Azza wa Jalla. Rukun Kelima: Menunaikan (ibadah) haji
ke Baitullah (rumah Allah) artinya beribadah hanya kepada Allah dengan menuju al-Baitul
Haram (Ka‟bah di Makkah al-Mukarramah) untuk melaksanakan syi‟ar atau manasik haji.
Allah Ta‟ala berfirman: ٍَ ًِٛ َ‫بٓ ًكب ًَُِْٖٔ ِن ْه َعبن‬
َ َ‫بٗ نَهوِْ٘ ِثجَ وكخَ ُيج‬ ِ ‫ض َع ِنهُو‬ ٍ ْٛ َ‫“ ِإ وٌ أ َ ؤ َل ث‬Sesungguhnya rumah
ِ ُٔ ‫ذ‬
yang pertama-tama dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang berada
di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” [Ali „Imran:
96] Salah satu hikmah menunaikan haji ke Baitullah adalah melatih jiwa untuk mengerahkan
segala kemampuan, harta, dan jiwa agar tetap taat kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Oleh
karena itulah, haji merupakan salah satu macam dari jihad fii sabiilillaah.[17] [Disalin dari
kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas,
Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga
1427H/Juni 2006M] _______ Footnote [1]. Lihat Mufradaat Alfaazhil Qur-aan (hal. 423,
bagian ‫ ِه َى‬َٙ ), karya al-„Allamah ar-Raghib al-Ashfahani dan Ma‟aarijul Qabuul (II/20) oleh
Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami. [2]. Lihat juga QS. Al-Baqarah: 208 dan QS. Ali
„Imran: 19. [3]. Al-Ushuuluts Tsalaatsah oleh Syaikh Muhammad bin „Abdul Wahhab dan
Syarah Tsalaatsatil Ushuul (hal. 68-69) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin. [4].
Dirinya terjaga maksudnya tidak boleh diperangi (dibunuh); dan hartanya terjaga maksudnya
yaitu tidak boleh diambil (dirampas). [5]. Lihat Ma‟aarijul Qabuul (II/21), karya Syaikh
Hafizh bin Ahmad al-Hakami, cet. I, Daarul Kutub al-„Ilmiyyah dan Jaami‟ul „Uluum wal
Hikam oleh al-Hafizh Ibnu Rajab. [6]. HR. Muslim (I/134 no. 153), dari Sahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu. [7]. Lihat QS. Al-Maa-idah: 38. [8]. Lihat QS. Al-Israa‟: 32.
[9]. HR. Al-Bukhari (no. 67, 105, 1741) dan Muslim (no. 1679 (30)), dari Sahabat Abu
Bakrah Radhiyallahu anhu [10]. HR. An-Nasa-i (VII/82), dari „Abdullah bin „Amr
Radhiyallahu anhu. Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi (no. 1395). Hadits ini dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Sha-iih Sunan an-Nasa-i dan lihat Ghaayatul Maraam fii
Takhriij Ahaadiitsil Halaal wal Haraam (no. 439). [11]. HR. An-Nasa-i (VII/83), dari
Buraidah Radhiyallahu anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih Sunan an-
Nasa-i dan lihat Ghaayatul Maram fii Takhriij Ahaadiitsil Halaal wal Haraam (no. 439). [12].
Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 3420), dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
rahimahullah. [13]. Mutafaqun „alaihi. HR. Al-Bukhari dalam Kitaabul Iimaan pada bab
Qaulun Nabi j ٍ٘ ًْ ‫َاَ ُو َعهَٗ َخ‬ْٙ ‫ اْ ِِإ‬ٙ
َ ُُِ‫( ث‬no. 8), Muslim dalam Kitaabul Iimaan bab Arkaanul Islaam
(no. 16), Ahmad (II/26, 93, 120, 143), at-Tirmidzi (no. 2609) dan an-Nasa-i (VIII/107). [14].
HR. Al-Bukhari (no. 631), dari Sahabat Malik bin Khuwairits. [15]. Lihat QS. Al-Ankabut:
45. [16]. Lihat QS. Al-Baqarah: 43. [17]. Diringkas dan ditambah dari kitab Syarah Ushuulil
Iimaan (hal. 4-10) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin. Home /Kitab : Aqidah
(Syarah.../Agama Islam Adalah Agama...

Referensi: https://almanhaj.or.id/3267-agama-islam-adalah-agama-yang-haq-yang-dibawa-
oleh-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

Anda mungkin juga menyukai