Anda di halaman 1dari 26

Syarat-syarat Instrumen yang Baik

 Valid
 Cara Menentukan Reabilitas
 Objektif
 Praktis dan Mudah Dilaksanakan
 Norma
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
 Pendidikan merupakan suatu sistem, sedangkan
pembelajaran merupakan salah satu bentuk dari kegiatan
pendidikan.
 Sebagai suatu sistem, pendidikan adalah suatu kegiatan
yang berkelanjutan, dan melibatkan banyak komponen,
antara lain: (a) peserta didik (raw input); (b) input
instrumen (instrumenal input, seperti pendidik, tu juan,
bahan/program/kurikulum, metode, prasarana dan
saranal (c) input lingkung an (environmental input) seperti
situasi dan kondisi lingkungan pendidikan; keadaan sosial,
budaya, ekonomi, dan keamanan; (d) pelaksanaan
pendidikan (process); dan (e) lulusan (product). Mutu
lulusan banyak ditentukan oleh ketersediaan (kualitas dan
kuantitas) komponen pendidikan serta keberfungsian yang
berarti masing-ma sing komponen sesuai dengan
perannya dalam pelaksanaan pendidikan sebagai suatu
sistem.
Dengan demikian, asesmen, sebagai salah satu
pilar penyedia informasi bagi pengambil
kebijakan dan pengendali mutu pendidikan,
perlu dilakukan terhadap:
 (1) peserta didik;
 (2) pendidik;
 (3) sarana dan prasarana;
 (4) kurikulum;
 (5) lingkungan belajar;
 (6) proses pendidikan;
 (7) proses dan hasil belajar; serta
 (8) dampak (out comes) pendidikan bagi
kemajuan dan pembangunan.
 Meningkatkan kualitas pembelajaran
merupakan salah satu cara untuk mengop
timalkan keberhasilan peserta didik dalam
belajar. Untuk itu perlu disadari bahwa guru
yang efektif akan selalu menilai peserta
didiknya berdasarkan tujuan belajar yang
telah dirumuskan sebelumnya, dan
menyempurnakan praktik pembelajarannya
sesuai dengan hasil asesmen tersebut.
 Awal kegiatan pendidikan.
Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan dan
kemampuan pe serta didik, sehingga memungkinkan tenaga
pengajar menyesuaikan rancangan pendidikan sesuai dengan
peserta didik, dengan selalu berpijak pada kompetensi yang akan
dicapai.
 Pada saat proses pendidikan sedang berlangsung.
Asesmen ini merupakan asesmen proses pelaksanaan
pendidikan. Asesmen pro ses diawali pada tahap pertama
pendidikan dilaksanakan, dan secara runtut di lakukan sampai
pada akhir kegiatan pendidikan/pembelajaran.
 Pada akhir kegiatan pendidikan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat
pencapaian peserta didik dalam belajar. Asesmen dan
evaluasi seperti ini dapat juga dilakukan pada akhir dari
satuan mata pelajaran, dengan maksud menetapkan
angka atau nilai peserta didik.
 Komitmen.
 Digerakkan dari dalam.
 Tanggung jawab.
 Kepatuhan pada rencana.
 Monitoring, asesmen dan evaluasi secara
berkelanjutan.
 Peningkatan mutu berkelanjutan.
A. Valid
B. Cara Menentukan
Reabilitas
C. Objektif
 Apabila suatu instrumen atau alat ukur akan
dipergunakan, pertanyaan yang mu la-mula timbul dan
perlu mendapat perhatian adalah: apakah instrumen
atau alat ukur itu valid dan sahih? Betulkah tes itu dapat
mengukur suatu aspek atau perilaku yang ingin kita
ukur? Anastasi (1968), menyatakan “the validity ofa
instrumen con cern what does the instrumen measure
and how well it does so”.
 Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep validitas
menunjuk kepada kesesuaian, kebermaknaan, dan
kebergunaan kesimpul an-kesimpulan yang dibuat
berdasarkan skor instrumen. Makin tinggi validitas
suatu instrumen, berarti makin baik kesimpulan yang
diambil dan makin baik pula tingkat kebermaknaan
maupun kegunaannya.
 Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi dipandang dari segi isi alat ukur itu sendiri;
berdasarkan materi yang disampaikan dalam
pembelajaran dan diharapkan dikuasai oleh peserta didik.
Karena itu telaah yang mendalam dan berulang kali
tentang apa yang diharapkan dan materi apa yang telah
disampaikan merupakan hal yang sangat penting.
 Validitas Konstruk (Construct Validity)
Konstruk merupakan konsep atau rekaan konsep atau
pemikiran cerdas ten tang sesuatu objek, baik yang
berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor, yang disusun menurut pandangan
seseorang. Posisi kon struk di bawah hukum dan teori.
 Validitas Patokan (Criterion Validity)
Jenis validitas patokan dapat dibedakan atas dua tipe
yaitu: validitas prediktif (predictive validity) dan validitas
pengukuran serempak (concurrent validity).
 Berhubung instrumen Beberapa tahap yang dapat
merupakan seperangkat dilakukan untuk menyusun
soal yang terdiri dari instrumen sebagai berikut:
bermacam jenis dan  Menyusun tujuan yang
aspek, maka awal jelas.
kegiatan yang  Merumuskan spesifikasi
menentukan validitas itu yang terarah pada
bersumber dari tujuan.
ketepatan dan
 Membuat kisi-kisi
kesesuaian apa yang
ingin diukur. Karena itu, (blueprint).
perencanaan instrumen  Menyusun instrumen.
yang baik merupakan hal  Me-review instrumen.
yang essensial untuk  Uji coba instrumen.
dapat memberikan  Analisis uji coba
gambaran yang tepat  Revisi/penyempurnaan
dari instrumen tersebut. instrumen.
 Validitas instrumen dapat diketahui dengan jalan
mencari korelasi instrumen itu dengan kriterium,
atau melakukan analisis butir (item). Untuk dapat
menggunakan formula yang tepat dalam
menentukan validitas suatu instrumen maka perlu
ditentu kan terlebih dahulu tipe data yang
dikumpulkan melalui instrumen itu.
Apabila data yang
didapat adalah
data interval maka
dapat digunakan
rumus Product
Moment
Correlation,  c
sebagai berikut:
 1. Rumus untuk
skor kasar
 2. Rumus untuk skor
deviasi.

 Mebandingkan hasil tersebut dengan acuan. Salah


satu di antaranya sebagai berikut: ≤ 0,90 r ≤
1,00 sangat tinggi ≤ 0,70 r ≤ 0,90 tinggi ≤ 0,40 r
≤ 0,70 cukup ≤ 0,20 r ≤ 0,40 rendah r ≤ 0,20
sangat rendah.
Langkah yang ditempuh sebagai berikut:
 Skor suatu instrumen/alat ukur dengan baik dan
teliti. Untuk individu yang benar diberi angka 1,
sedangkan yang salah diberi angka nol.
 Jumlahkan skor total untuk tiap individu. Perhatikan
contoh berikut: Peserta ujian 10 orang dengan
jumlah soal 10 buah. setelah diskor sebagai berikut:
 Product Moment Correlation atau Korelasi
Biserial.
Penggunaan Product Moment Correlation Buat tabel
persiapan dengan skor butir soal masing-masing sebagai X
dan skor total sebagai Y, seperti berikut:

 Selanjutnya masukan ke dalam


rumus
Dengan memperhatikan koefisien
korelasi yang didapat (0,76) maka
dapat dikatakan soal nomor 1
mempunyai hubungan yang tinggi
dengan skor total. Ini dapat
diartikan bahwa butir pertama
mempunyai validitas yang tinggi.
 Penggunaan
korelasi biserial
Reliabilitas suatu instrumen merujuk kepada kadar stabilitas
dan konsistensi instrumen tersebut. Secara konseptual,
reliabilitas mengandung arti:

 Reliabilitas merupakan degree/kadar stabilitas yang


diperoleh dengan instrumen evaluasi, bukan kepada
instrumen itu sendiri.
 Perkiraan reliabilitas itu menunjuk kepada konsistensi dari
skor instrumen.
 Reliabilitas itu penting tetapi tidak cukup untuk menjamin
validitas suatu instru men. Ia hanya menyediakan
kenyataan tentang konsistensi, bukan mengukur isi
instrumen.
 Reliabilitas dinyatakan dalam “coefisient reliability”
dan/atau dengan “standard error measurement.”
Banyak faktor yang memengaruhi reliabilitas alat ukur.
Di antara faktor tersebut, yang menonjol adalah:
 Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak
dapat mempunyai daya pembeda yang kuat.
Misalnya: Seseorang murid yang berinteligensi cukup
tinggi. Tetapi, karena konstruksi item yang salah,
murid tersebut tidak dapat menjawab instrumen yang
dimaksud, sehingga ia menjadi salah.
 Panjang/pendeknya instrumen. Instrumen yang
panjang dengan mengkaji beberapa tujuan akan lebih
reliabel dibandingkan instrumen yang pendek, karena
menyediakan sampel penampilan peserta didik yang
lebih representatif.
 Evaluasi yang subjektif akan menurunkan reliabilitas.
Kelelahan dan kebosanan seorang pendidik dalam
memeriksa suatu instrumen juga akan memengaruhi
reliabilitas tersebut.
 Ketidaktepatan waktu yang diberikan. Tiap instrumen
mempunyai waktu tersendiri sesuai dengan tingkat
kesukaran, jumlah serta bentuk soal yang digunakan.
 Ketidaktepatan waktu yang diberikan. Tiap instrumen
mempunyai waktu tersendiri sesuai dengan tingkat
kesukaran, jumlah serta bentuk soal yang digunakan.
Instrumen yang tidak seimbang antara beban dan waktu,
menyebabkan hasil yang didapat tidak memuaskan.
 Luas/tidaknya sampel yang diambil. Makin luas sampel
yang diambil, maka semakin tinggi reliabilitas suatu instru
men; sebab makin luas cakupan responsden dan semakin
bervariasi individu yang terlibat.
 Kondisi dan situasi pada pengadministrasian alat ukur.
Makin baik penilai mengontrol situasi dan kondisi pada
pengadministrasian in strumen, maka semakin reliabel
instrumen yang diberikan.
 Jarak waktu pengadministrasian instrumen periode pertama
(mula-mula) dengan pengadministrasian instrumen pada
periode kedua dan seterusnya.
 Subjek yang secara aktual berubah dari satu saat periode
instrumen ke periode instrumen berikutnya.
1. Metode Belah Dua (split-half method)
 Dalam pelaksanaannya, seorang penilai hanya
melakukan ujian satu kali terhadap sejumlah peserta,
sehingga tidak ada pengaruh/bias dari instrumen
terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus
genap sehingga dapat dibagi dua dan tiap kelompok
mempunyai jumlah butir yang sama.
Dengan metoda belah dua ini, koefisien reliabilitas
akan menunjukkan internal konsistensi butir soal
dalam keseluruhan instrumen. Cara
membelah/membagi dua instrumen tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
 1) Nomor genap dan ganjil.
 2) Awal dan akhir (50% bagian awal dan 50% bagian
akhir).
2. Metode Ulangan (Test-Retest)
 Dalam hal ini, instrumen yang sama diberikan dua
kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam
waktu yang berbeda. Satu hal yang perlu
diperhatikan ialah, bahwa kondisi kedua
penyelenggaraan instrumen itu sama atau relatif
hampir sama. Reliabilitas instrument-reinstrument
sering disebut dengan istilah “coefficients of
stability”, yaitu, bagaimana kestabilan skor setiap
individu, apabila dilakukan peng ujian dalam waktu
yang berbeda, tetapi dengan kondisi dan
perlengkapan yang sama/ hampir bersamaan.
3. Metode Bentuk Paralel
 Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan
reliabilitas dari semua tipe, tetapi koefisien yang
dihasilkan dengan cara ini hanya akan menggambarkan
“Equivalence” antara kedua instrumen, atau hanya
menunjukan hubungan antara kedua instrumen itu. Bentuk
ini tidak akan menunjuk kan ekuivalen dalam kesukaran
butir dan isi (content). Dalam pelaksanaannya, instrumen
ini dapat juga berbentuk instrumen-reinstru men, tetapi
yang diberikan pada pengdministrasian kedua adalah
instrumen yang se tara dengan instrumen yang pertama.
Jadi, kedua bentuk instrumen yang di berikan mengukur
hal yang sama, dengan tingkat kesukaran yang sama,
pengetahuan dan keterampilan yang sama, serta
sistematika yang sama; tetapi dalam pertanyaan yang
berbeda. Dibandingkan dengan instrumen-reinstrumen,
bentuk paralel ini lebih baik karena dapat
mengurangi/menghilangkan pengaruh faktor mengingat,
sebagaimana terjadi pada instrumen-reinstrumen.
Reliabilitas instrumen di dapat dengan jalan me
ngorelasikan skor individu/peserta didik pada instrumen 1
dan instrumen 2.
 Pertimbangan ketiga yang merupakan syarat dalam
menyusun dan melaksanakan suatu instrumen yaitu
objektivitas dengan segala manifestasinya. Dengan syarat
ini, seseorang diharuskan tidak melakukan penipuan atau
berbuat bohong dalam me nyusun, melaksanakan, menskor
dan menginterpretasikan ujian.
 Seandainya suatu instrumen diadministrasikan pada
seorang anak, dan kemu dian diperiksa oleh dua orang
pemeriksa, maka anak tersebut tidak akan berbeda secara
berarti. Suatu instrumen diadministrasikan secara objektif,
apabila instrumen itu diberikan sesuai dengan manual atau
patokan pengadministrasian yang telah dise diakan. Tidak
ada bantuan yang diberikan, tidak ada kelonggaran, tidak
ada deskrimi nasi di antara peserta ujian, tidak ada anak
sendiri, tidak ada anak si “anu”; semuanya adalah sama di
mata tester. Pegangan dalam pengadministrasian adalah
apa yang ada dan dibenarkan oleh petunjuk atau manual
yang disediakan.
 Syarat keempat suatu instrumen yang baik yaitu praktis.
Beberapa pegangan yang dapat dijadikan patokan suatu
instrumen dikatakan praktis adalah: (1) biaya yang
digunakan tidak terlalu tinggi; (2) mudah
diadministrasikan; (3) mudah diskor; (4) mudah
diinterpretasikan; (5) waktu yang dipakai tepat dan
tidak terlalu lama.
 Asesmen dan evaluasi pendidikan bukanlah semata-mata
suatu proses sistematis untuk mengumpulkan bukti-bukti
(data dan informasi), tetapi juga melakukan “judge ment”
tentang sesuatu yang dinilai. Untuk mendapat informasi dan
pengambilan ke putusan yang tepat, maka alat ukur yang
baik haruslah mempunyai norma sebagai patokan. Sehingga,
akan memberikan kesimpulan yang tepat, baik terhadap latar
be lakang peserta didik, proses pendidikan, pendidik maupun
program pendidikan.
 Dalam asessmen hasil belajar, penetapan norma atau
patokan dalam menentu kan nilai peserta didik sangat
menentukan. Untuk itu, dapat digunakan norma kelas/
kelompok dan dapat pula berupa norma tingkat
pemahaman yang dikehendaki atau norma berdasarkan
patokan (criterion refferenced assessment). Mana di
antara kedua patokan itu yang dipilih, sangat
ditentukan oleh tujuan proses pembelajaran dan ber
fungsi/tidaknya komponen-komponen proses
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai