Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

“PENERAPAN METODE TAJWID DAN TAHSIN UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-
QUR'AN SANTRI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL
HASAN WANGKAL-GADING ”

Oleh:
Siti rohma Deni
Nur Hasanah

PROGRAM PENGABDIAN PESANTREN


PUSAT STUDI QUR'AN DAN QIROATUL KUTUB (PSQQ)
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
TAHUN 2022 - 2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul PKM : PENERAPAN METODE TAJWID DAN


TAHSIN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR'AN
SANTRI
2. Nama Mitra Program :
3. Pengusul
a. Nama : (nur Hasanah,Siti Rohma deni )
b. Program studi : PSQQ(AL-QUR'AN DAN KITAB)
4. Lokasi Kegiatan
a. Wilayah : (wangkal Kramat-gading)
b. Kabupaten : Probolinggo
c. Propinsi :Jawa timur
5. Luaran yang dihasilkan :Laporan dan Artikel
6. Jangka waktu pelaksanaan: 1 Bulan
7. Biaya Total
a. Institusi : (Opsional)
b. Sumber lain (sebutkan) :
Mengetahui, Kraksaan,28 Agustus 2022

Dosen Pembimbing Lapangan Pengusul,

TTD TTD ketua kelompok


(A.MUZAMMIL,M.Pd.l) (NUR HASANAH)
NIDN:2126058901 NPM:21.12.02.55.0054

Menyetujui,
Ketua PSQQ
TTD dan Stempel

(NURAMIN.,M.Pd)

ii
DAFTAR ISI

Cover i

Halaman Pengesahan LPPM ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Isu dan Fokus Pemberdayaan 1

B. Tujuan 5

C. Alasan Memilih Dampingan 6

D. Kondisi Subjek Dampingan 6

E. Output Pendampingan yang diharapkan 6

BAB II METODE PENDAMPINGAN

A. Strategi yang digunakan 8

B. Langkah-langkah dalam Pendampingan 9

C. Pemilihan Subjek Dampingan 11

BAB III HASIL DAMPAK PERUBAHAN

A. Dampak Perubahan 10

B. Diskusi Keilmuan 14

BAB IV PENUTUP 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Isu dan Fokus Pemberdayaan

Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan


(belajar dan mengajar) harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta
diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi
dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Pada dasarnya
pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang
mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik
sesuai dengan tujuan pembelajaran (Majid, 2014).Pembelajaran
melibatkan interaksi antara guru dengan siswa, sehingga terjalin
hubungan dua arah dalam proses transfer informasi. Bukan hanya siswa
yang dituntut untuk aktif dalam pembelajaran tapi guru juga seharusnya
dapat berperan. Karena hubungan timbal balik tersebut akan terjadi
apabila keduanya sama-sama berperan. Maka dari itu guru bukan hanya
sebagai pemberi informasi tapi juga sebagai fasilitator bagi siswa dalam
pembelajaran.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai dengan


hukum tajwid, secara perlahan-lahan dengan baik dan benar karena itu
bisa membantu untuk memahami dan mentadabburi maknanya. karena Al
-Qur’an berbeda dengan buku bacaan atau kitab yang lainnya. Ketika kita
membaca satu huruf Al-Qur’an maka ada sepuluh pahala kebaikan bagi
yang membacanya. Dan ketika salah dalam melafalkan huruf atau
makhrojl sudah jelas akan merubah kepada makna dan artinya. Maka dari
itu membaca secara tartil harus lebih diperhatikan sehingga dapat
memperjelas bacaannya, huruf-huruf AlQur’an dan berhati-hati dalam
membacanya.

1
Sehingga dengan membaca Al-Qur’an secara tartil pun selain
mempermudah dalam membaca akan mempermudah dalam menghafal
ayat ayat Al-Qur’an. Sebagian masyarakat Indonesia masih ada yang acuh
terhadap kitab Al-Qur’an Yang menjadi pedoman hidupnya sehingga kitab
Al-Qur’an hanya menjadi pajangan atau hiasan di dalam rumahnya saja
tidak untuk dibaca atau dipelajari bahkan untuk menghafal Al-Qur’an
belum ada keinginan karena jarangnya membaca dan mempelajari Al-
Qur’an maka dari itu dalam pembelajaran Al-Qur’an penting sekali untuk
dipelajari sebagaimana telah menjadi mata pelajaran disekolah pada
umumnya guna untuk mengenalkan dan memberikan ilmu pentingnya kita
menjaga dan mempelajari Al’Qur’an melalui pembelajaran membaca Al-
Qur’an, ilmu tajwid, dan sampai kepada isi kandungannya sebagai ilmu
untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.dan dapat menjadi sebuah
kebiasaan masyarakat khususnya umat islam sendiri untuk membiasakan
membaca Al-Qur’an setiap hari meskipun satu ayat. Karena sebaik-baik
hiasan rumah adalah ketika seorang penghuninya melantunkan ayatayat
suci Al-Qur’an dengan bacaan tartil dan sesuai dengan kaidah
tajwidnya.Maka dari itu untuk mempelajari ilmu tajwid perlu adanya
pembelajaran melalui Baca Tulis Al-Qur’an sebagai salah satu upaya
pembelajaran Al-Qur’an yang menitik beratkan pada makhorijul huruf dan
kaidah tajwid sebagai salah satu metode tahsin (memperbagus;
memperindah).

Menurut LSPIK Unisba Ilmu tajwid ialah pengetahuan tentang kaidah


serta cara-cara membaca Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Mempelajari
ilmu tajwid memelihara bacaan Al Qur’an dari kesalahan dan perubahan,
serta memelihara lisan (lidah) dari kesalahan membaca. Dan hukum
mempelajari ilmu tajwid yaitu fardhu kifayah yang artinya tidak diwajibkan
untuk semuanya tetapi cukup untuk diwakilkan dan mengamalkannya
ketika membaca AlQur’an adalah fardhu ain yaitu tidak bisa diwakilkan
oleh siapapun karena ini hukumnya bersifat kepada pribadi.

2
Membaca Al-Qur’an sebagai sebuah ibadah haruslah dilaksanakan sesuai
ketentuan. Ketentuan itulah yang terangkum dalam ilmu tajwid (LSPIK,
2016).manfaat penerapan tajwid dan tahsin:

1) Membuat pendidikan lebih produktif, yaitu dengan menggunakan


metode tajwid dapat meningkatkan capaian pembelajaran karena
tajwid dapat menyediakan pengalaman-pengalaman kepada santri
yang perlu dijelaskan oleh guru.

2) Membuat pendidikan lebih individual, yaitu melalui penyediaan


berbagai macam cara ajar , pembelajaran dapat terlaksana sesuai
dengan kesenangan santri.

3) Membuat pembelajaran lebih cepat, yaitu dapat menjembatani


adanya yang ditemui di dalam dengan di luar kelas.

4) Memberikan akses pendidikan yang sama bagi semua santri, dalam


situasi apa pun dan di mana pun.

5) Membuat pembelajaran lebih mudah dicerna, bahwa pemanfaatan


TAJWID dan TAHSIN merupakan suatu cara mudah untuk
mengetahui hukum tajwid di Al Qur'an.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ilmu tajwid dengan baik dan


benar merupakan bagian yang penting bagi santri untuk bisa membaca Al
-Qur'an dengan baik dan benar, dengan perkataan lain memahami ilmu
tajwid dengan baik, seharusnya merupakan materi atau masuk dalam
ruang lingkup mempelajari AlQur'an. Oleh karena itu, pembelajaran tajwid
diterapkan betujuan, pertama untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan
dalam membaca Al-Qur'an yang hal tersebut membawa kepada
perubahan arti. Kedua adalah untuk membantu memahami AlQur'an
dengan baik dan benar. Jadi seorang santri diharapkan setelah belajar

3
tajwid akan mampu menerapkan ilmu tajwidnya untuk memperbaiki
kualitas bacaannya Al-Qur‟an salah satu dalam materi Al-Qur‟an Hadist.
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang ilmu tajwid
diantaranya adalah Daud dkk., (2018) meneliti untuk mengenal pasti
latarbelakang pelajar dan menganalisis tahap keberkesanan responden di
dalam pengajaran dan pembelajaran ilmu tajwid. Pengenalan ilmu tajwhid
melalui perancangan aplikasi multimedia interaktif di pondok pesantren
(Juharna dkk., 2016). Aplikasi Pembelajaran Ilmu Tajwid Berbasis Android
(Asriyan Ismail & Wardani, 2019), perbedaan bacaan dalam pembelajaran
ilmu tajwid menurut thariq al-syatibi dan ibn al-jazari pada qira‟at „ashim
riwayat hafs (Hanief, 2015). Penggunaan aplikasi digital risalah ilmu
tajwid dalam meningkatkan kemampuan baca alquran (Khairul &
Haramain, 2018). Kajian peneltian di atas telah memberikan pengaruh
terhadap pemahaman dalam ilmu tajwid akan tetapi tidak menggunakan
model pembelajaran scientific. Dengan pengimplementasiaan
pembelajaran tajwid, dengan model pembelajaran guru berharap para
siswa akan lebih aktif dalam mengusai materi yang diberikannya selama
proses pembelajaran berlangsung.

Sebelum pembelajaran di mulai guru terlebih dahulu menyampaikan


sedikit materi yang berkaitan dengan Ilmu Tajwid yang berhubungan
dengan ayat Al Qur'an yang ada dalam materi. Sedangkan dalam
keterampilan membaca Al-Qur'annya guru membuat sebuah potongan-
potongan kertas yang mana itu merupakan potongan-potongan ayat yang
telah disampaikan terlebih dahulu. Sehingga santri akan lebih aktif dalam
menguasai materi tentang tajwid dan ayat-ayat Al-Qur‟an.pondok
pesantren dan madrasah tsanawiyah yang menjadikan seorang siswa
akan lebih banyak mendapat ilmu-ilmu agama terutama tentang ilmu
tajwid. Di mana seorang santri bisa mendapatkan materi tentang ilmu
tajwid di madrasah diniyah dan di madrasah tsanawiyah, dengan meliputi
berbagai tahap dalam proses pembelajaran tajwid dan denagn metode

4
yang yang sangat berbeda.Pada saat pertama kali al-Qur’an diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, proses
penyampaian al-Qur’an dilakukan secara langsung oleh Nabi Saw kepada
para sahabat. Dalam proses tersebut, sekaligus terdapat transfer kaidah
bacaan al-Qur’an (yang sekarang dikenal dengan ilmu Tajwid).Namun,
karena pada saat itu wilayah Islam baru berada di Jazirah Arab, dan
penduduknya mafhum dengan bacaan al-Qur’an (yang berbahasa Arab),
belum terdapat dorongan untuk membuat ilmu tentang kaidah membaca
al-Qur’an. Sampai saat Islam tersebar ke daerah di luar Arab, diusulkan
untuk menyusunnya supaya tidak terjadi kesalahan pembacaan al-Qur’an.

Menurut Abu Ya’la, sebagimana dikutip oleh Ahmad Hanifuddin dan


Rustom Nawawi, sebagian ulama qurra berpendapat bahwa pertama kali
dimulai penyusunan ilmu Tajwid oleh Abu Aswad ad-Duali, seorang tabiin
yang membuat harakat dan tanda waqaf pada al-Qur’an.Pendapat yang
lain mengatakan Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah al-Khaqani sebagai
penyusun ilmu Tajwid pertama dengan karyanya, al-Qashidah al-
Khaqaniyah. Pendapat ini dikuatkan oleh Abu amr ad-Dani yang juga
menulis karya tentang ilmu Tajwid setelahnya, dengan judul Syarh
Qashidah Abu Hazim al-Khaqaniyah dan at-Tahdid fi al-Itqan wa at-Tajwid.

B. Tujuan

Adapun tujuan pelaksanaan Pengabdian Kepada


Masayarakat (PKM) yang dilaksanakan di Pesantren Zainul Hasan
Genggong Genggong Probolinggo sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan guru dalam menggunakan metode


tahsin dan tajwid.

2. Meningkatkan kompetensi guru dalam menggunakan metode tahsin


dan tajwid.

5
C. Alasan Memilih Dampingan

Alasan memilih dampingan dalam pelaksanaan pengabdian ini


antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi Guru tajwid tentang


materi pembelajaran tajwid.

2. Meningkatkan kualitas pembelajaran tajwid di pondok pesantren


Miftahul Hasan .

D. Kondisi Subjek Dampingan

No. Sebelum dilakukan PKM Sesudah dilakukan PKM

Ada guru yang belum Meningkatnya pengetahuan guru


1. mengetahui tentang cara tentang penyampaian materi.
penyampaian materi.

Ada guru yang belum Guru dapat mempraktekkan


2.
mempraktekkan materi . materi.

Banyak murid yang mengalami Murid dapat mudah memahami


3. kesulitan dalam pembelajaran materi yang diberikan guru.
materi.

E. Output Pendampingan yang diharapkan

Bentuk luaran dari kegiatan PKM ini adalah sebagai berikut:

a. Artikel ilmiah

6
b. Guru dapat membuat dan menggunakan metode tajwid dan tahsin
dalam pembelajaran Al Qur'an.

c. Semakin meningkatnya pengetahuan dan kompetensi guru ngaji


tentang pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

7
BAB II

METODE PENDAMPINGAN

A. Stategi yang digunakan

Metode pelaksanaan kegiatan P2M ini adalah berupa penerapan


tajwid , yaitu pelatihan kepada para tajwid di pondok pesantren miftahul
Hasan wangkal-gading Probolinggo. Mereka diberikan informasi terkait
dengan media pembelajaran khususnya metode tajwid pelatihan berupa
simulasi penggunaan media tersebut dalam pembelajaran yang
dilanjutkan dengan pendampingan dan observasi kelas terkait
implementasi media dalam pembelajaran dipondok pesantren Miftahul
Hasan Probolinggo. Langkah-langkah kegiatan yang ditempuh adalah
sebagai berikut:

a. Penyemaian informasi, berupa landasan teoretis tentang media


pembelajaran.

b. Penyemaian informasi terkait dengan kajian teroretis tentang hakikat


dan peranan tajwid dalam membaca Al-Qur'an.

c. Pemberian metode tajwid atau contoh hukum tajwid dalam Al-Qur'an.

d. Membuat kelompok untuk belajar tajwid.

e. Simulasi pembelajaran dengan menggunakan metode tajwid.

f. Penyebaran angket untuk menjaring pendapat para guru terkait


dengan efektivitas pelatihan yang diikuti.

g. Pendampingan dan observasi kelas sebanyak masing-masing 2 sesi (1


sesi pembelajaran dan 1 sesi tes akhir).

Subjek yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berjumlah 30 santri,guru


pengampu mata pelajaran metode tajwid yang mewakili 2 dari pengabdian
8
universitas Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Data yang dikumpulkan
melalui kuesioner dianalisis secara deskriptif dengan mencari skor rerata
yang kemudian ditentukan persentasenya dan selanjutnya dikonversi
secara kualitatif dengan menggunakan tabel konversi.

Selanjutnya, data yang berasal dari hasil observasi keterampilan


guru mendisain pembelajaran (RPP) yang dinilai dengan menggunakan
form N1 dan melaksanakan pembelajaran yang dinilai dengan
menggunakan form N2 juga dianalisis secara deskriptif dengan mencari
skor rerata dan ditentukan persentase serta dikonversi secara kualitatif
sengan menggunakan tabel konversi. Kemudian nilai hasil belajar peserta
didik sebelum diajar dengan tajwid dibandingkan dengan setelah diajar
dengan tajwid juga ditentukan dengan mencari skor rerata (mean score ),
yang kemudian dikonversi secara kualitatif.

B. Langkah-langkah dalam Pendampingan

Kegiatan pelatihan diselenggarakan pada hari Minggu,23 Juli 2022,


yang dibuka oleh Ketua LP2M UNZAH yaitu bapak mahfudz sulaiman.,
S.Pd.I.,M.Pd Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya
melakukan inovasi pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran tajwid . Inovasi pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengupayakan pemanfaatan strategi pembelajaran yang lebih menarik
dan menantang peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran. Strategi
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik khususnya anak-anak
termotivasi belajar apabila mereka dapat belajar sambil praktek, yaitu
dengan setelah mengaji mencari hukum bacaan tajwid nya . Selanjutnya,
pada kegiatan inti, nara sumber memberikan materi pelatihan berupa
sejumlah pengetahuan penting terkait dengan Pemanfaatan
Pembelajaran, Hakikat Pembelajaran dengan praktek, Jenis-jenis
pembelajaran, dan Contoh RPP dengan Pemanfaatan metode
tajwid.Berikut adalah dokumentasi kegiatan pembukaan dan penyemaian

9
materi.

Setelah diberikan sejumlah pengetahuan konseptual terkait dengan


pembelajaran inovatif melalui pemanfaatan belajar tajwid,guru dibagi
dalam 2 kelompok dan dalam kelompok mereka belajar tajwid Masing-
masing kelompok mengaji dan mencari hukum bacaan tajwidnya yang
berbeda, yaitu ghunnah,idghom bighunnah iqlab dll. Setelah mengaji dan
mempraktekkanm kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok
merancang rencana pembelajaran (RPP) dengan tema yang mereka
tentukan dengan memanfaatkan tajwid yang telah mereka buat
sebelumnya. Setelah membuat RPP, perwakilan guru dari masing-masing
kelompok dari 2 kelompok kemudian mensimulasikan pembelajaran
dengan memanfaatkan metode tajwid yang telah mereka buat.

Pada akhir sesi pelatihan, guru menjawab kuesioner untuk


menjaring pendapat mereka terkait dengan kegiatan pelatihan yang baru
saja mereka ikuti. Terdapat 15 item yang ditanyakan pada kuesioner
tersebut. Dari 15 item tersebut, 5 item untuk menjaring peningkatan
pengetahuan dalam menggunakan media pembelajaran metode tajwid, 5
item untuk menjaring peningkatan kompetensi dalam merancang
pembelajaran dengan menggunakan metode tahsin dan 5 item terakhir
untuk menjaring pendapat mereka terhadap peningkatan kompetensi
dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tajwid
dan tahsin.

Setelah kegiatan pelatihan yang berlangsung selama berhari-hari


yaitu mengaji setelah sholat maghrib.kegiatan dilanjutkan dengan praktek
mencari hukum tajwid di Al-Qur'an yang telah santri baca .diskusi
persiapan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang
mengimplementasikan tajwid yang ingin diimplementasikan oleh guru dan
diikuti dengan observasi kelas dan 1 kali untuk kegiatan posttest atau
pemberian tes formatif kepada siswa sesuai dengan tema pembelajaran

10
yang diberikan oleh guru.

C. Pemilihan Subjek Dampingan

Subjek yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berjumlah 2 orang


guru pengampu mata pelajaran tajwid yang mewakili pengabdian PSQQ
di universitas Islam Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

11
BAB III

HASIL DAMPAK PERUBAHAN

A. Dampak Perubahan

Pada akhir sesi pelatihan, guru menjawab kuesioner untuk


menjaring pendapat mereka terkait dengan kegiatan pelatihan yang baru
saja mereka ikuti. Terdapat 15 item yang ditanyakan pada kuesioner
tersebut. Dari 15 item tersebut, 5 item untuk menjaring peningkatan
pengetahuan dalam menggunakan media pembelajaran metode tajwid , 5
item untuk menjaring peningkatan kompetensi dalam merancang
pembelajaran dengan menggunakan metode tahsin dan 5 item terakhir
untuk menjaring pendapat mereka terhadap peningkatan kompetensi
dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tajwid
dan tahsin. Berikut adalah tabel hasil kuesioner tersebut.

Tabel 01. Hasil Kuesioner Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan


mengajar tajwid dan tahsin

NO ASPEK PENILAIAN EFEKTIVITAS


1 PENGETAHUAN 89%
MERANCANG
PEMBELAJARAN
2 (RPP) 85%
MELAKSANAKAN
3 PEMBELAJARAN 95%
RATA-RATA 89,6%

Tabel 02. Kriteria Efektivitas

NO KRITERIA EFEKTIVITAS
PENILAIAN
(%)
1 85-100 SANGAT BAIK
2 70-84 BAIK
3 55-69 CUKUP
4 40-54 KURANG

10
5 0-39 SANGAT
KURANG
Dari tabel 01 di atas dapat dilihat bahwa para guru memiliki
pendapat yang sangat positif terkait dengan kegiatan pelatihan. Hasil
analisis menunjukkan bahwa efektivitas pelatihan adalah 89,6 % yang
berarti bahwa kegiatan pelatihan dinilai sangat baik dalam meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi guru dalam merancang pembelajaran (RPP)
dan dalam membuat dan menggunakan media board games dalam
pembelajaran Bahasa Arab. Secara lebih detail dapat dilaporkan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan dalam menggunakan metode tajwid
dalam pembelajaran, yakni para guru menilai kegiatan pelatihan sangat
efektif meningkatkan pengetahuan mereka dalam menggunakan metode
tajwid dengan nilai efektivitas sebanyak 89% Selanjutnya dalam
merancang pembelajaran (membuat RPP), mereka menilai pelatihan yang
diberikan sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi guru dalam
merancang pembelajaran dengan capaian 85% Dalam hal penilaian
efektivitas kegiatan dalam melaksanakan pembelajaran, para guru menilai
bahwa kegiatan yang dilaksanakan sangat efektif dalam meningkatkan
kompetensi mereka dalam melaksanakan pembelajaran yang dijaring
dengan capaian 95%

Setelah kegiatan pelatihan yang berlangsung selama berhari-hari


yanitu mengaji setalah sholat Maghrib . kegiatan dilanjutkan dengan
mencari hukum tajwid didalam Al-qur'an. yang diselenggarakan pada awal
pengabdian yaitu tanggal 31 Juli 2022 Masing- masing setiap santri
mengaji Al -qur'an satu-satu dan dilanjutkan mencari hukum tajwidnya
didampingi oleh guru pengabdian Al-Qur'an. 1 untuk kegiatan pengabdian ,
yaitu diskusi persiapan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
yang mengimplementasikan metode tajwid yang ingin diimplementasikan
oleh guru dan diikuti dengan observasi kelompok mengaji dan 1 kali untuk
kegiatan posttest atau pemberian tes formatif kepada siswa sesuai
dengan tema pembelajaran yang diberikan oleh guru.

11
Ada dua temuan penting dalam kegiatan pengabdian , yaitu (1)
kompetensi guru yang dilihat dari persiapan pembelajaran yang dinilai
dengan menggunakan format N1 dan keterampilan mengajar yang dinilai
dengan format N2, dan (2) kompetensi siswa dilihat dari hasil belajar
mereka.

Selama proses pengabdian, para guru diberikan masukan-masukan


terkait dengan desain RPP dan keterampilan menyelenggarakan proses
belajar mengajar dengan menggunakan metode tajwid. Di bawah ini
adalah data kompetensi guru dalam menyusun RPP dan dalam
melaksanakan pembelajaran setelah diberikan pendampingan.

Tabel 03. Kompetensi Guru dalam Menyusun Pembelajaran (RPP)


NILAI
NO NAMA KELOMPOK TAHSIN TAJWID

1 A 4,6 4,9
2 B 4,3 4,7
3 C 3,9 4,9
RATA-RATA 4,2 4,7

Keterangan:

Pendampingan 1 (Nilai rata-rata N1/Nilai maksimal) x 100 = (4,2/5)x100%


= 84%

Pendampingan 2 (Nilai rata-rata N2/Nilai maksimal) x 100 = (4,7/5)x100%


= 94%

Dari tabel 03 di atas dapat dibuktikan bahwa praktek tajwid dan


tahsin telah diajarkan pada santri. kompetensi guru dalam
mempersiapkan pembelajaran adalah 84% terkategori baik pada tahsin
dan tajwid menjadi 94% terkategori sangat baik pada tajwid.

Tabel 04. Kompetensi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran


NIL
NO NAMA KELOMPOK AI
PENGABDIAN 1 PENGABDIAN 2
1 A 4,2 4,8

12
2 B 3,9 4,6
3 C 4,5 4,9
RATA-RATA 4,2 4,7
Keterangan:

Pendampingan 1: (Nilai rata-rata N2/nilai maksimal) x 100 = (4,2/5)x100%


=84% Pendampingan 2: (Nilai rata-rata N2/nilai maksimal) x 100 =
(4,7/5)x100% =94%

Pada tabel 04 di atas, dapat dilihat bahwa kompetensi guru dalam


melaksanakan pembelajaran pada pendampingan 1 adalah 84% dengan
kategori baik, sedangkan kompetensi guru pada pendampingan 2 adalah
94% dengan kategori sangat baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan


kompetensi guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran
melalui pengajaran dari guru. Peningkatan kompetensi guru dalam
menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran juga dapat dilihat
dampaknya melalui hasil belajar yang ditunjukkan oleh siswa dari hasil
posttest. Tabel di bawah adalah hasil posttest setelah diberikan 2 kali
pembelajaran dengan menggunakan tajwid dan tahsin yang dibandingkan
dengan nilai awal siswa sebelum diajar dengan menggunakan tajwid dan
tahsin, sebagai berikut:

Tabel 05. Hasil Belajar santri yang Diajar dengan tajwid dan tahsin
NILAI
NO NAMA SEKOLAH
PRETEST POSTTEST
1 A 75 74
2 B 72 89
3 C 76 83
TOTAL NILAI 233 246
RATA-RATA 74,3 82
Tabel 05 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata
hasil belajar santri setelah diajar dengan menggunakan metode tajwid
dan tahsin . Rata- rata hasil belajar tajwid dan tahsin santri sebelum

13
diajarkan dengan menggunakan metode tahsin adalah 74,3 sedangkan
rata-rata hasil belajar santri setelah diajarkan dengan menggunakan
metode tajwid adalah 82 dengan kategori sangat baik. Hal ini
membuktikan bahwa peningkatan hasil belajar siswa merupakan dampak
dari adanya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dan
melaksanakan pembelajaran yang memanfaatkan metode tajwid dan
tahsin Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran, khususnya tajwid
dan tahsin dapat digunakan oleh guru untuk memvariasikan pembelajaran
agar dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar mereka.

B. Diskusi Keilmuan

Hasil kuesioner membuktikan bahwa pelatihan penggunaan media


pembelajaran tajwid dan tahsin sangat baik dalam meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi guru dalam merancang pembelajaran (RPP)
dan dalam membuat dan menggunakan tajwid dan tahsin dalam
pembelajaran tajwid , yang dibuktikan dari hasil kuesioner bahwa para
guru yang berjumlah 2 orang menilai pelatihan sangat efektif dengan nilai
efektivitas 95%. Secara lebih rinci, peningkatan pengetahuan dinilai oleh
para guru sebanyak 89%. Selanjutnya dalam menyiapkan pembelajaran
(RPP) guru menilai efektivitas kegiatan sangat baik dengan nilai 85%, dan
dalam melaksanakan pembelajaran dengan nilai efektivitas 95%

Hasil kuesioner dilengkapi dengan hasil observasi pembelajaran


langsung melalui pengabdian 1, pengabdian 2 dan hasil penilaian
membuktikan bahwa kompetensi guru dalam menyiapkan pembelajaran
terkategori baik dengan persentase 84% pada pengabdian 1 dan 94%
pada pendampingan 2. Begitu pula dalam melaksanakan pembelajaran,
para guru meningkat kompetensinya dengan persentase 84% terkategori
baik pada pengabdian dan menjadi 94% terkategori sangat baik pada
pengabdian 2. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pengabdian dapat meningkatkan kompetensi guru baik dalam menyiapkan

14
pembelajaran maupun dalam melaksanakan pembelajaran.

Selanjutnya hasil belajar siswa setelah diberikan posttest adalah 82


Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendampingan secara tidak langsung
berdampak baik pada hasil belajar peserta didik. Temuan di atas
mengindikasikan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan dengan
langkah-langkah seperti penyemaian informasi, pemberian model atau
contoh praktek tahsin dan tajwid. Setiap kelompok setelah mangaji itu
mempraktekkan hukum tajwid di Al-Qur'an ,penyebaran angket untuk
menjaring pendapat para guru terkait dengan efektifitas pelatihan yang
diikuti, Media pembelajaran memang benar memiliki peran sentral dalam
menyukseskan pembelajaran. Yassaei (2012) dan Arsyad (2011)
mengakui bahwa media pembelajaran merupakan cara ampuh dalam
menciptakan konteks yang bermakna yang dapat meningkatkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap
siswa. Scott & Ytreberg (2000) menekankan bahwa makna dapat
disampaikan dengan baik melalui dunia fisik, yakni berupa bantuan media.
Disamping itu, hasil observasi kelas juga membuktikan bahwa santri lebih
cepat dapat memahami pelajaran dengan bantuan metode. Hal ini senada
dengan Kemp (dalam Ramendra & Ratminingsih, 2006; 2007) Shin (2006),
dan Ratminingsih & Budasi (2014;2015) bahwa bantuan metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran dapat menyebabkan peserta didik
lebih cepat dan mudah memahami pelajaran dan lebih produktif dalam
mencapai tujuan yang ditargetkan.

metode adalah alat untuk mencapai tujuan dengan cara atau


prosedur yang terstruktur. Ada bermacam metode yang digunakan sesuai
dengan capaian tujuan belajar apakah kognitif, afektif atau
keterampilan.Dengan kata lain metode dapat dianalogikan seperti
memancing ikan dimana Anda menggunakan umpan yang berbeda sesuai
dengan ikannya.

15
Jadi gunakan metode yang berbeda untuk tujuan pembelajaran
yang berbeda.Secara singkat, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Misalnya pada strategi discovery learning kita dapat
memakai metode problem solving atau studi kasus. Ada banyak metode
yang kita kenal seperti ceramah, demonstrasi diskusi, simulasi,
laboratorium dan lain-lain. Selanjutnya metode dapat dijabarkan lagi
kedalam teknik pembelajaran misalnya dalam metode brainstorming kita
dapat menggunakan teknik bertanya secara lisan atau dengan teknik
menulis pada kertas yang sudah disediakan. Demikian pula dengan
penggunaan metode diskusi perlu digunakan teknik yang berbeda pada
kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, Widyaiswara pun dapat berganti-ganti teknik
meskipun dalam koridor metode yang sama.

Dick dan Carey (1985) dalam Yatim Riyanto (2009) mengatakan


bahwa strategi pembelajaran adalah semua komponen materi/paket
pengajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan untuk membantu
peserta dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam definisi ini
disebutkan strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur
kegiatan, melainkan termasuk seluruh komponen materi atau paket
pengajaran dan pola pengajaran itu sendiri. Dengan memahami beberapa
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi instruksional
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Widyaiswara secara sistematik untuk
mengomunikasikan isi pelajaran kepada peserta untuk mencapai tujuan
instruksional tertentu. Ia berkenaan dengan bagaimana (the how)
menyampaikan isi pelajaran.

Secara umum tujuan penggunaan metode adalah suatu upaya yang


dilakukan Widyaiswara untuk mempercepat pemahaman peserta dalam
menyerap dan memahami pelajaran baik dari pengetahuan, keterampilan

16
maupun sikap.Dari pengalaman menunjukkan bahwa proses dan hasil
pembelajaran yang menarik dan sukses adalah jika proses pembelajaran
terdapat motivasi internal dan ‘independensi’ dari peserta. Namun, dalam
praktiknya tidak semua peserta dengan kondisi motivasi dan independensi
yang sama. Penggunaan metode yang beragam dapat membantu
membangun motivasi peserta. Ini disebabkan karena orang dewasa
belajar dalam berbagai cara, berbagai bentuk pengajaran dan metode, dan
mereka membutuhkan pelibatan dalam setiap kegiatan proses
pembelajaran. Cara terbaik untuk melibatkan peserta adalah dengan
memberi keragaman dalam metode pembelajaran (Diaz, Pelletier &
Provenzo, 2006).

Dalam berbagai literatur tentang model pembelajaran disebutkan


ada 2 (dua pendekatan pembelajaran yaitu student centered dan teacher
centered. Dua pendekatan tersebut akan mempengaruhi Anda dalam
pemilihan metode. Untuk konteks pelatihan, pendekatan student centered
dianggap paling tepat dan efektif. Hal ini akan menciptakan pembelajaran
‘Active Learning’ dimana aktivitas yang dikerjakan oleh peserta di dalam
maupun di luar kelas, tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan
fasilitator. Namun active learningadalah proses dimana peserta terlibat
lebih banyak di dalam penugasan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi.

Jadi, metode tajwid dan tahsin efektif digunakan sebagai


pembelajaran mengaji Al-Qur'an. Tajwid dan Tahsin dapat membantu
santri lebih mudah untuk mengetahui hukum tajwid dalam Al-Qur'an
sehingga hasil belajar tajwid santri menjadi meningkat.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian temuan di atas, ada dua hal yang dapat


disimpulkan dari pelatihan pembuatan dan penggunaan metode
pembelajaran tajwid dan tahsin yaitu:

1. Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam


menggunakan metode pembelajaran tajwid dan tahsin dengan nilai
efektivitas 89,6% yang menegaskan bahwa para guru menilai kegiatan
pelatihan pembuatan dan penggunaan metode tajwid dan tahsin dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam
membuat dan menggunakan metode tajwid dan tahsin.

2. Adanya peningkatan keterampilan guru dalam melaksanakan


pembelajaran juga ditegaskan dengan hasil pendampingan dan
observasi kelas dengan menggunakan lembar penilaian N1 dan N2
yakni dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Dalam
mempersiapkan pembelajaran, hasil observasi menunjukkan
peningkatan dari pendampingan 1 sebesar 84% menjadi 94% pada
pendampingan 2, yang terkategori sangat baik. Selanjutnya, dalam
melaksanakan pembelajaran, hasil observasi menunjukkan 84% pada
pendampingan 1 menjadi 94% pada pendampingan 2 dengan kategori
sangat baik.

3. Adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah diajar dengan


menggunakan metode tajwid dan tahsin yang dapat dilihat dari skor
rerata.

18
B. Saran

1. Guru diharapkan dapat menerapkan metode tajwid dan tahsin.

2. Guru diharapkan untuk menggunakan media pembelajaran yang


kreatif dan inovatif dalam mengajar tajwid dan tahsin.

DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Della Indah, and Fitroh Hayati. "Penerapan Metode Tahsin untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Sekolah
Menengah Atas. " Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 5.1 (2020): 15-
Khamid, Abdul, et al. "Implementasi Pembelajaran Tajwid dan
Ketrampilan Membaca Al-Qur’an dalam Materi Al-Qur’an Hadist."
Attractive: Innovative Education Journal 2.2 (2020): 45-53.
Arsyad, A. (2011). Media Ppembelajaran . Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Yassaei, S. (2012). Using Original Video and Sound Effect to Teach
English.English Teaching Forum , 1, 12-16.

19
LAMPIRAN

Lampiran : Jadwal Kegiatan

Program Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema


"PENERAPAN METODE TAJWID DAN TAHSIN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR'AN SANTRI” bekerja sama dengan
pondok pesantren Miftahul Hasan wangkal-gading guru. Kegiatan ini
dilaksanakan pada:

Hari : Minggu

Tanggal : 31 Juli 2022

Tempat : PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HASAN WANGKAL-


GADING

Peserta : 2 guru Al -qur'an


1 guru Kelompok A
1 guru Kelompok B

20
Lampiran Dokumentasi Kegiatan
Foto 1.0: Rapat membuat program metode tahsin dan tajwid

Foto 2.0: tes kemampuan tahsin dan tajwid

Foto 3.0:kegiatan mengaji santri tajwid dan tahsin

21

Anda mungkin juga menyukai