KAJIAN TEORI
17
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dalam konteks
dibawah ini:
16
Wahyudin Dinn, Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
hal. 18
17
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal.16
15
16
الق ةريرى يبا نع: ملسو للها يلص للها لوسر الق: ِو ْلىَا رْ يَ ِغ ياِل َ رْ َماْالُ ِدس َُو اَ ِذا
18
)ىراخبال هاور( تَع اَسّال ِرظَ ْتنَف
proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran dan
19
pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan/organisasi.
Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas yang
proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan ada kaitan yang erat
20
dan administrative management. Manajemen dapat diartikan sebagai
21
Inti dari Manajemen adalah pengaturan.
22
organisasi.
20
Suharsimi arikunto, organisasi dan administrasi pendidikan teknologi dan kejuruan,
Cet.II (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1993),hal.82.
21 Jejen musfah, manajemen pendidikan teori, kebijakan dan praktik, (Jakarta: PT
fajar interpratama mandiri, 2015), hal.2.
22 Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Arda
Dizya Jaya, 2000),hal. 5.
18
23
prinsip dasar manajemen, yaitu:
a. Pembagian kerja
c. Disiplin
d. Kesatuan perintah
e. Kesatuan arah
pribadi
h. Sentralisasi/pemusatan
i. Hierarki
j. Teratur
k. Keadilan
l. Kestabilan staf
m. Inisiatif
n. Semangat kelompok.
manajer akan tetapi juga seluruh staff dan anggota yang di dalam
24
rangka terwujudnya ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam
Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada
dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
relative singkat.
25
mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.
3. Jenis-jenis kurikulum
pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subjek atau mata
yang tepat yaitu dari yang mudah ke yang sukar, dari yang
melaksanakanya.
22
atau bahkan puluhan tahun yang lalu dan jika tidak dilakukan
lain, yang satu melengkapi lain. Jadi di sini mata pelajaran itu
26
keseluruhan.
4. Perencanaan Kurikulum
alat manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber individu
tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, dan sarana yang
27
hasil yang optimal.
yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan,
28
hasil optimal.
28 Ibrahim nasbi, manajemen kurikulum: sebuah kajian teoritis, jurnal idaarah, Vol.
I, No. 2, Desember 2017, dalam journal.uin-alauddin.ac.id, diakses pada rabu 27 februari 2019
pukul 6.47 WIB, hal.321-323
26
perencanaan yaitu:
analisis intelektual.
yang saling berkaitan antara satu dengan lainya, yakni tujuan, bahan
29
pembelajaran. secara umum dalam perencanaan untuk pengembangan
menyusun suatu bahan ajar mana yang sesuai untuk disajikan sebagai
29
Muhammad zaini, pengembangan kurikulum, (Yogyakarta: teras, 2009), hal.79
29
30
umpan balik.
5. Pelaksanaan Kurikulum
31
keberhasilan.
30
Muhlasin, pengembangan kurikulum sekolah, tesis tidak diterbitkan, 2011), dalam
http://repository.uin-suska.ac.id/5735/3/BAB%20II.pdf . Diakses pada rabu, 27 februari 2019 pukul
23.50. hal.27-28
31 Syafaruddin dan amiruddin, manajemen kurikulum, (Medan: perdana, 2017), hal. 69
30
sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkatan kelas
33
pembinaaan kegiatan ekstra kurikuler. 3) kegiatan bimbingan belajar.
6. Evaluasi Kurikulum
32
Tedjo narsoyo reksoatmodjo, pengembangan kurikulum pendidikan, (Bandung: PT
Refika aditama, 2010).hal.105
33
Oemar hamalik, manajemen pengembangan kurikulum, (Bandung: PT Remaja
rosdakarya, 2006), hal. 173-182
31
34
kurikulum dapat dilaksanakan.
dipertanggungjawabkan.
informasi yang akurat dan relevan serta dapat dipercaya. Jika suatu
keputusan dibuat tanpa suatu proses pertimbangan yang mantap, hal itu
produk suatu sistem. Sudah barang tentu perilaku itu dijelaskan, dirinsi,
34
Teguh triwiyanto, manajemen kurikulum dan pembelajaraan, (Jakarta: bumi aksara,
2015), hal. 184
32
berikut:
bersumber dari data yang nyata dan akurat, dengan kata lain
keputusan.
bersangkutan.
suatu keharusan dari luar. Sekalipun demikian hal ini tidak bisa kita
ya aau tidak. Secara teoritis dapat saja terjadi bahwa jawaban yang
diberikan itu adalah tidak. Bila hal ini terjadi, kita akan dihadapkan
harus kembali menyusaikan diri lagi kepada cara lama, dan lambat
dan lebih dapat diterima dari segi social, ekonomi, moral maupun
teknis.
36
36
pertanyaan yang kedua itulah diperlukan kegiatan evaluasi.
37
cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainya.
menekankan pada tujuan. Evaluasi yang lepas dari tujuan berkaitan erat
36
Ibrahim dan masitoh, evaluasi kurikulum, dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011-AHMAD
MULYADIPRANA/PDF/Evaluasi_Kurikulum.pdf, diakses pada tanggal 7 maret 2019. Pukul 1:29
WIB, hal. 4-6
37
Ma‟as shobirin, konsep dan implementasi kurikulum 2013 di sekolah dasar,
(Yogyakarta: cv budi utama, 2016), hal. 33
37
38
kurikulum yaitu:
40
tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat.
41
komponen-komponen model CIPP.
apa saja yang belum terpenuhi, tujuan apa saja yang belum
tercapai, dan tujuan apa saja yang telah tercapai. (2) penilaian
dengan proses dan pencapaian hasil. Kebutuhan apa saja yang telah
42
penilaian.
43
baikdan semua masalah akan dikaji berdasarkan konteksnya.
B. Pondok Pesantren
Kontribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek pendidikan semata, tetapi
42 Ibid., hal.157
43 Ibid., hal. 158
43
juga berkaitan dengan bidang-bidang yang lain dalam skala luas. Pesantren
44
di seantero dunia.
Istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini
45
antara pondok dan pesantren. Sebagaiamana dikutip H.A.RGibb adalah
islands of java and Madura (tempat santri jawa, seminari teologi bagi santri
46
di pulau jawa dan Madura).
menimba ilmu agama. Kata santri juga berate orang yang mendalami
44
Moh Irsyad Fahmi R, MANAJEMEN PONDOK PESANTREN DALAM
MENJAWAB TANTANGAN MODERNITAS Studi Multisitus di Pondok Pesantren Lirboyo dan
Pondok Pesantren Al-Falah Kediri, dalam dinamika penelitian media komunikasi
penelitian social keagamaan http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/dinamika/
article/view/832/576 diakses pada rabu, 24-juli-2019 pukul 19.24 WIB
45 Mujamil qomar,pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi
institusi, (Jakarta: erlangga, 2002), hal.1
46 Hariadi, evilusi pesantren, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2015), hal. 9
44
kajian kitab-kitab kuning (klasik) yang memuat berbagai ilmu agama seperti
fiqih, tasawuf, tafsir, tauhid, hadits, dan sebagainya. Tidak heran apabila santri
dianggap sebagai generasi terbaik dalam ilmu agama yang dapat diandalkan
47
untuk melakukan perubahan social dalam kehidupan.
48
Adapun beberpa ciri-ciri pesantren sebagai berikut:
1. Adanya hubungan yang akrab antara murid (para santri) dengan sosok
kiai. Hal ini dimungkinkan karena mereka tinggal dalam satu lingkungan
pondok.
kiai selain dianggap tidak sopan juga bertentangan dengan ajaran agama.
pesantren.
kamar tidurnya sendiri dan bahkan tidak sedikit mereka yang memasak
makananya sendiri.
pergaulan di pesantren.
pesantren.
klasikal (madrasah), memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga
santrinya mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para
49
pencari kerja.
(guru yang aktif dan santri yang pasif) dimana para santri dengan duduk
disekeliing guru (kiai) yang membaca kitab dan santri menyimak masing-
masing kitab dan mencatat jika dipandang perlu. Metode sorogan adalah
50
tertentu dari kitab yang dipelajarinya.
1. Pengertian Manajemen
49
Kholis tohir, kurikulum dan sistem pembelajaran di pondok peantren salafi di
kecamatan kresek kabupaten tanggerang provinsi banten, dalam
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/download/1264/1027.pdf.hal.14 diakses pada
minggu, 10 maret 2019 pukul 09.48 WIB
50
Kholis tohir, kurikulum dan sistem pembelajaran di pondok peantren salafi di
kecamatan kresek kabupaten tanggerang provinsi banten, dalam
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/download/1264/1027.pdf.hal.15 diakses pada
minggu, 10 maret 2019 pukul 09.48 WIB
47
51
organisasinya.
serta pengendalian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk
seni mencapai sesuatu melalui orang lain (the art of getting things done
52
through the others).
2. Fungsi Manajemen
53
penggerakan dan pengawasan. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a.
Perencanaan
Rencana harus dibuat agar semua tindakan terarah dan terfokus pada
b. Pengorganisasian
51 John suprihanto, manajemen, (Yogyakarta: gadjah mada university press, 2014), hal.
2
52 Mahmud hanafi, konsep dasar dan teori perkembangan manajemen, modul 1
dalam http://repository.ut.acb.id/4533/1/EKMA4116-M1.pdf,hal.1.6 di akses pada minggu, 10
maret 2019 pukul 14.00 WIB
53 Hilal Mahmud, administrasi pendidikan, (Makassar: aksara timur, 2015), hal. 8-11
48
c. Pengarahan
di sepakati bersama.
d. Pengawasan
suatu pondok pesantren atau instansi dalam kegiatan yang sudah disepakati
baik.
dua jenis:
kiai.
fiqih ini pun terbatas pada mazhab syafi‟I dan kurang memberikan
yang gemar membaca dan menulis sebagai karakter yang telah maju).
yaitu:
setempat.
telah diajarkan.
macam. Tidak ada definisi dan kriteria pasti tentang ponpes seperti
klasik/kitab kuning)
kemenag.
52
dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk cara mengajar dan alat
dari kerjasama social antara dua orang atau lebih dengan bantuan
kerja tertentu yang efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta
54
mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah ditentukan sebelumnya.
ilmu atau masalah yang dibahas dalam satuan kitab. Pada awalnya
meliputi teks yang pendek sampai teks yang terdiri dari berjilid-jilid,
54
Nia muflichana, manajemen kurikulum pondok pesantren (studi kasus di pondok
pesantren putri aris kaliwungu Kendal), (program sarjana jurusan manajemen pendidikan islam
UIN walisongo semarang, skripsi tidak diterbitkan, 2016), dalam
http://eprints.walisongo.ac.id/6661/3/BAB%20II.pdf, diakses pada rabu, 13 maret 2019 pukul 7.09
WIB
54
D. Karakter Santri
1. Pengertian Karakter
56
watak, karakter atau sifat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa, diri sendiri,
norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Karakter
dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti bangsa. Bangsa
sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau
kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang
57
baik.
55
Mochamad Nasichin Al Muiz, PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN
PESANTREN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal Kunir Wonodadi Blitar),
dalam Jurnal Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan Volume 18, Nomor 02
November 2018. Diakses pada rabu 24-juli-2019 pukul 19.53 WIB
56
Abdulloh hamid, pendidikan karakter berbasis pesantren,(Surabaya: Imtiyaz,2017),
hal.8
57
Imam syafe‟I, pondok pesantren: lembaga pendidikan pembentukan karakter,
(Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung), dalam jurnal pendidikan islam volume 8 No 1
20177, http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/article/view/2097/1585 diakses pada
rabu, 13 maret 2019 pukul 19.22 WIB
55
58
(motivations), dan ketrampilan (skills).
pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi
bangsa yang tidak atau kurang berakhlak / tidak memiliki standar norma
itu terdiri dari empat hal. Pertama, karakter lemah; misalnya penakut,
59
kuat adalah amanah dan keteladanan.
mempunyai dua karakter yang berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk.
58
Akhmad Sudrajat, “Tentang Pendidikan: Apakah Pendidikan Karakter Itu?” dalam
http://ahkmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/, diakses 08 Mei
2012
59
M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan
Cerdas. (Surakarta: Yuma Pustaka, cetakan ketiga, 2010), hal. 10
56
﴾٨ ﴾ ﴿٩﴾ ﴿٠١﴿
Artinya:
61
memanfaatkannya untuk mewujudkan motto/misi kehidupan.
c. Kejujuran/amanah, bijaksana
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku peserta didik itulah yang disebut
karakter, yaitu (1) religius; (2) toleransi; (3) jujur; (4) disiplin; (5) kerja
keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10)
semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13)
63
peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab.
karakter peserta didik ada beberapa nilai yang harus diketahui dan
62
Dharma kesuma, dkk,pendidikan karakter: kajian teori dan praktik di sekolah,
(Bandung: pt remaja rosdakarya, 2011),hal.14
63
Kemendiknas, pengembangan karakter dan budaya bangsa,(Jakarta: puskur, 2010),
hal.23
58
2. Macam-macam karakter
a. Sanguine: pembicara
selalu riang, ramah, bersemangat, suka bergaul atau luwes dan suka
Inilah salah satu kejelekan mereka disamping tidak disiplin, tidak bisa
b. Kolerik: pemimpin
juga senang menguasai seseorang, tidak acuh, licik, bisa sangat tidak
c. Melankolik: pelaksana
yang paling utama. justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu,
d. Flegmatik: penonton
lain. Jadi bagaimana cara kita untuk membentuk karater yang baik
pada diri kita dan bisa mengembangkan agar menjadi jauh lebih baik
lagi.
65
oleh Pavlov maupun oleh Thorendike dan Skiner.
66
pengertian.
menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua
67
bandura.
4. Santri
Kata santri, menurut C.C Berg berasal dari bahasa india, shastri,
yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama hindu tau seseorang sarjana
bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang beerarti guru
68
mengaji. Nurcholish Madjid juga memiliki pendapat berbeda. Dalam
pandanganya asal usul kata “Santri” dapat dilihat dari dua pendapat.
“sastri”, sebuah kata dari sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat
ini menurut Nurcholish Madjid didasarkan atas kaum santri literary bagi
santri berasal dari bahasa jawa dari kata “cantrik” berarti seseorang yang
69
selalu mengikuti seseorang guru kemana guru ini pergi menetap.
Santri adalah nama lain dari murid atau siswa. Nama santri dipakai
70
bernama kyai, syekh, ustadz atau sebutan yang lain. Pendapat lain
menjadikan anak didik kyai dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain, ia
71
kehendaknya dan juga melayani segenap kepentinganya.
yaitu:
a) Santri Mukim
b) Santri Kalong
72
mereka bolak balik dari rumah.
E. Penelitian Terdahulu
terkait dan melengkapi satu sama lainnya Didukung mata pelajaran yang
73
Instansi lain yang tidak terikat.
73
Muhamad Nawawi, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran pada Lembaga
Pendidikan Berbasis Pesantren (Studi Multi Kasus MTs Ma’arif NU 2 Sutojayan, Kabupaten
Blitar dan SMP Terpadu al-Anwar Baruharjo, Kabupaten Trenggalek) dalam http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/9688/di akses pada rabu,17 juli 2019 pukul 14.00WIB
64
ujian tertulis dan praktek agar atsar dari pembelajaran dapat tetap selalu
akhlak siswa, agar siswa terlatih dan akhirnya terbiasa melakukan hal-hal
74
yang berguna dan mendatangkan pahala bagi yang melaksanaknnya.
draf dilakukan dalam workshop. Dari segi prosesnya, dua nilai yang
menjadi sasaran pondok kurikulum ini yaitu nilai ukhuwah dan nilai
74
Puji Rahayu, Implementasi Kurikulum Pondok Pesantren dalam membentuk akhlak
siswa di MAN Rejoso Peterongan Jombang dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5650/ di
akses pada rabu, 17 juli 2019 pukul 15.34 WIB
65
para santri untuk berperilaku sesuai dengan fitrahnya sesuai dengan Al-
refleksi yang ada dalam Al-Qur‟an Hadist serta kajian kitab kuning, (3)
75
kedisiplinan santri, dan kebiasaan santri pada saat liburan di rumah.
kasus di SMK Negri 1 Kota Kediri dan SMK Al huda Kota Kediri, Tesis.
75
Luluk Ilmahnun, Pelaksanaan Manajemen Kurikulum dalam Membentuk Karakter
Santri di Pondok Pesantren Al-Huda Wal-Hidayah Bulungan Jepara, dalam
http://eprints.walisongo.ac.id/324/ diakses pada rabu, 17 juli 2019. Pukul 15.40 WIB
66
Institut Agama Islam Negri Surakarta, 2014). Hasil penelitian ini adalah
76
Soraya Agustin, “Manajemen Pengembangan Kurikulum 2013 sekolah menengah
kejuruan dalam meningkatkan mutu pendidikan” (studi multikasus di SMK Negeri 1 Kota Kediri
dan SMK Al Huda Kota Kediri) (Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana
IAIN Tulungagung, tesis tidak diterbitkan, 2017), dalam repo.iain-tulungagung.ac.id, diakses
kamis, 18 juli 2019 pukul 10.00 WIB
68
skripsi antara peneliti sekarang dengan peneliti terdahulu, akan tetapi tetap
F. Paradigma penelitian
dengaan adanya perubahan karakter yang jelas pada diri seorang santri yang
sehari-hari.
seimbang, dan segala masalah yang ada harus segera ditanggulangi agar tidak
dampak buruk dalam pembentukan karakter santri tersebut. Adapun alur dari
perencanaan
Manajemen
kurikulum Pondok pelaksanaan Karakter santri
Pesantren
evaluasi