DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. MUTHALIB, SM, MS Dan Dr. SHALAHUDIN, M.Pd.I
Di Susun Oleh:
NURMADIAH
901210008
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Organizing Dalam Pendidikan ini tepat pada waktunya.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Pendahuluan..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Arti Dari Organizing Dalam Manajemen Pendidikan............................................4
B. Lima Prinsip Pengorganisasian (Organizing Principles)......................................5
C. Fungsi dari Pengorganisasiaan.............................................................................10
B. Kegiatan dalam fungsi Pengorganisasian............................................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................................24
A. Kesimpulan...............................................................................................................24
B. Saran.........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah indonesia dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan. Pandangan ini merupakan asumsi
bahwa pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber
daya manusia, upaya menentukan masa depan yang lebih baik. Dan
manajemen merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan
mutu pendidikan, karena melalui manajerial yang optimal, maka standar
peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud. Filosofi manajmen menurut
Pearc dan Robinson diyakini akan menghasilkan citra yang baik dimata
publik, dan akan memberikan imbalan keuangan dan psikologis bagi
mereka yang bersedia menginvestasikan tenaga dan dana untuk
membantu keberhasilan institusi.1 Selanjutnya manajemen adalah suatu
keadaan timbal balik, berusaha agar menepati peraturan yang ada yaitu
segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan sesama manusia
seperti jual beli, sebab hal itu berhubungan dengan masalah bisnis.
1
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung
: Alfabeta 2012 h.128
2
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2011 , h.11
Berkenaan dengan semua itu Richhard, h. Hastrop berpendapat :
Manajemen pendididkan adalah upaya seseorang untuk mengerahkan,
dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan
pekerjaan secara efektif, dan menerima pertanggung jawaban pribadi
untuk maecapai pengukuran hasil yang di tetapkan. 3 Untuk itu manajemen
merupakan salah satu komponen vital sebuah lembaga pendidikan
maupun aistitusi-institusi yang lain. Mekanisme manajemen yang jelek
akan sangat berpengaruh terhadap mutu atau out putnya. Untuk mencapai
tujuan tersebut secara efektif dan efisien, maka diperlukan diantaranya
manajemen yang profesional. Pengelolaan maupun pengembangan
lembaga pendidikan yang bermutu sebaiknya melalui pengelolaan
manajemen pendidikan yang optimal sesuai prosedur keilmuan yang ada,
yaitu selain penekanan, juga dipusatkan kepada pencapaian fungsi-fungsi
manajemen, dan hasil yang dapat diukur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arti organizing dalam manajemen pendidikan?
2. Bagaimana makna organizing dalam manajemen pendidikan?
3. Ruang Lingkup organizing dalam manajemen pendidikan?
3
Richard, h. Hastrop, Managing Education ForResult,2011,h.168
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana arti organizing dalam manajemen
pendidikan?
2. Untuk mengetahui Bagaimana makna organizing dalam manajemen
pendidikan?
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup organizing dalam manajemen
pendidikan?
4. Sebagai bahan bacaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Organizing Dalam Manajemen Pendidikan
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua.
Dimana pengorganisasian ini sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya organisasi, termasuk didalamnya lembaga pendidikan
pengorganisasian itu menentukan bagaimana penyusunan organisasi dan
kegiatan. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam
tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya,
serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan
organisasi. Menurut Mohammad Mustari pengorganisasian adalah
pengelompokan kegiatan yang diperlukan yaitu penetapan susunan
organisasi serta tugas dan fungsifungsi dari setiap unit yang ada dalam
organisasi. Dengan demikian, perlu adanya pembagian tugas yang jelas
antara kepala sekolah, waka humas, siswa dan masyarakat. 4
4
mencapai tujuan. Tujuan organisasi merupakan hasil keputusan yang
disusun pada fase perencanaan. Jadi disini lebih jelas dikatakan bahwa
pengorganisasian akan dilaksanakan setelah adanya Perencanaan.
5
Beehr and Franz. An Organizational Psychhology meta-model of occupational Stress.
(Jakarta: Mediasoft. 2014) h. 218
5
setiap harinya sehingga kecepatan kerja dan kualitas kerja dapat terjaga
dengan baik. Namun di sisi lain, ketergantungan organisasi terhadap
karyawan tersebut akan menjadi sangat tinggi dan juga menimbulkan
kebosanan karyawan akan rutinitas pekerjaan yang sama dan berulang-
ulang. Kebosanan karyawan tersebut lama kelamaan akan dapat
menyebabkan tingginya tingkat ketidakhadiran (absen) dan tingkat
pergantian tenaga kerja (employee turnover) yang tinggi juga. Oleh
karena itu, banyak perusahaan/organisasi yang melakukan rotasi
pekerjaan untuk mengurangi ketergantungan pada orang-orang tertentu
dan untuk menghindari kebosanan akan rutinitas yang sama dan
berulang-ulang.6”
6
membentang dari puncak manajemen ke karyawan level terendah serta
mejelaskan siapa yang harus bertanggung jawab dan melapor kepada
siapa. Jadi pada dasarnya dapat dikatakan bahwa Rantai Komando
adalah aliran pelaporan. Misalnya seorang Operator produksi harus
melapor “ke Leader Produksi, Leader produksi harus melapor ke
Supervisor produksi, kemudian Supervisor produksi harus melapor ke
Manajer dan Manajer Produksi harus melapor ke Direktur Operasional.
7
Ibid, h. 25
7
kemampuannya untuk mendelegasikan wewenang dan pekerjaan
kepada bawahannya.
8
kepada bawahannya dan melatih bawahannya lebih
independen/mandiri.8”
8
Ibid, h. 27
9
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia
dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan
mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga
meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap
tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk
mengerjakan beberapa tugas.
C. Fungsi Pengorganisasiaan
Proses strategi dan taktik dalam perencanaan
10
Struktur organisasi adalah sebuah garis hierarki atau bertingkat
yang mendeskripsikan komponen-komponen yang menyusun
perusahaan, di mana setiap individu atau SDM yang berada pada
lingkup perusahaan tersebut memiliki posisi dan fungsinya masing-
masing. Struktur organisasi dibuat untuk kepentingan perusahaan
dengan menempatkan orang-orang yang berkompeten sesuai dengan
bidang dan keahliannya.
Bagi HRD, dengan adanya struktur organisasi, kita juga bisa
mengetahui peran dan tanggung jawab karyawan-karyawannya.
Dengan menempatkan seseorang ke dalam sebuah posisi dalam
struktur sesuai dengan kemampuannya juga bisa menjadi patokan HR
dalam menentukan jumlah gaji karyawan bersangkutan.
“Struktur organisasi yang tersusun sesuai karakteristik perusahaan
akan sangat bermanfaat bagi jalannya operasional perusahaan. Bagi
sebuah perusahaan, struktur organisasi merupakan salah satu fungsi
dasar bagi sebuah manajemen untuk mencapai target, strategi, dan
sasaran yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan.
Uraian tugas yang jelas akan sangat membantu pihak atasan
maupun pimpinan untuk dapat melakukan pengawasan dan
pengendalian. Selain itu, bagi bawahan juga dapat lebih berkonsentrasi
dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan karena uraian yang
jelas.Keberadaan struktur perusahaan akan memperjelas pembagian
tugas untuk masing-masing pemegang jabatan. Rincian pembagian
tugas dalam perusahaan tentu saja merupakan hal yang wajib dipahami
oleh tim HRD. Hal ini menyangkut fungsi HR sebagai jembatan
informasi antara perusahaan dengan seluruh karyawan.”
11
Dengan mengetahui pembagian tugas untuk setiap jabatan,
artinya tim HR telah mengetahui seperti apa alur penyampaian informasi
yang ideal dalam perusahaan tersebut. 9
9
Jhon Kotter. Leading Of Management. (Jakarta: Airlangga. 2014). h. 45
12
manajemen yang tidak memberi kenyamanan pada karyawan, tidak
jelasnya visi perusahaan, atau juga perasaan kurang mendapatkan
penghargaan.
“Bangunlah suasana kerja yang nyaman dan bisa memberikan
value pada karyawan. Dengan begitu mereka akan dengan senang
hati melakukan segala usaha maksimal untuk mencapai target yang
perusahaan inginkan. Sekali lagi, tak ada perusahaan yang sukses
jika karyawan merasa tak diayomi dan tak punya motivasi. 10
b. Buatlah target yang tepat sasaran dan berikan masukan pada
karyawan
“Meski pada akhirnya target selalu menjadi sesuatu hal yang
cukup menantang, namun mayoritas karywan lebih senang dengan
keberadaan target yang tepat. Target membuat mereka memiliki
motivasi untuk mencapai sesuatu. Target dan visi yang jelas dan
terarah membuat karyawan bisa bekerja lebih efektif dan efisien,
karena mereka paham apa yang akan mereka capai, bagaimana
mencapainya dan kapan harus mencapainya.
Target kecil harian juga bagus untuk membangun sikap kerja yang
efektif dan efisien. Ini akan membuat karyawan belajar mengatur
kecepatan kerja mereka dengan benar dalam melakukan tugas untuk
memenuhi target.
Sebagai atasan Anda juga harus memberikan masukan.
Prestasi karyawan harus diakui dan diberi apresiasi. Begitu pun
kesalahan, Anda harus bisa memberi masukan pada mereka saat
target tak bisa dicapai.”
10
Meyer ilen The Measurement and Antecedent of Affective, Continuance, and
Normative Commitment to the organiazation. Alih Bahasa : Nurul Imam. (Jakarta: PT Pustaka
Binaman Pressindo, 2011). h. 220
13
c. Tetapkan standar dan kembangkan skill karyawan
Mengapa penting untuk menetapkan standar. Agar karyawan
tahu, apa yang sebetulnya perusahaan harapkan dari mereka dan
tanggung jawab apa saja yang harus mereka emban. Tanpa standar
yang jelas pada tanggung jawab karyawan, mereka akan bekerja
tanpa tujuan. Sikap kerja yang terbangun pun jauh dari kata efektif
apalagi efisien.
“JIka karyawan sudah paham apa yang harus mereka kerjakan,
kejar dan capai maka berikan juga kesempatan bagi mereka untuk
mengembangkan keterampilan. Semakin kemampuan dan
keterampilannya membaik, maka makin efektif dan efisien juga kerja
mereka. Sebaliknya, karyawan yang merasa tak mendapat
kesempatan untuk mengembangkan skill hanya berpikir untuk
bekerja secara biasa saja, atau bisa juga memikirkan bagaimana
caranya agar bisa secepatnya hengkang dari perusahaan Anda.
Padahal sebetulnya dia punya kemampuan yang bagus. 11
d. Manfaatkan teknologi dalam bekerja
“Penting untuk melibatkan teknologi dalam bekerja. Terkadang
ada hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, namun ada
juga yang bisa dilakukan lebih cepat, efektif dan efisien ketika
dilakukan oleh teknologi. Seperti misalnya pengaturan dan
pengelolaan data karyawan. Akan cukup ribet dan tak efisien jika
semua data karyawan diolah manual oleh manusia. Sudah pasti hal
ini akan memakan banyak waktu, boros tenaga dan biaya serta
tingkat keakuratan pun patut dipertanyakan.
Bersyukurlan Anda karena hidup di era teknologi modern yang
sangat membantu Anda dalam bekerja. Faktanya teknologi saat ini
11
Robbins and Coutler. Management edition 11. (New Jersey: Prentice Hall. 2014). h.
154
14
memang banyak membantu para pekerja, baik dari level staff,
menejemen hingga direktur untuk melakukan berbagai tugas secara
digital.”
Lahir dari permasalahan pengelolaan data karyawan, maka lahirlah
AbsenKu Profesional yang kini siap memberikan solusi bagi Anda
dalam kemudahan bekerja bagi top management hanya dengan satu
genggaman tangan saja.
“Bagi HRD, aplikasi AbsenKu akan mempermudah proses
rekapitulasi dan monitoring kehadiran karyawan. HRD juga makin
mudah dalam mengatur jadwal pembagian shift, penyampaian
informasi terbaru, pengiriman slip gaji, saran dan keluhan karyawan,
hingga survey karyawan yang cukup dengan satu sentuhan
saja.Begitupun dengan jajaran manajemen yang akan sangat
dimudahkan dengan fitur-fitur tersebut.”
“Direktur tak perlu lagi meminta data manual dari HRD karena
semua sudah tersentral dalam satu aplikasi. Atasan bisa mengontrol
kapan pun mengenai kehadiran dan kinerja karyawan.
Karyawan sendiri akan dimudahkan dengan piranti AbsenKu
Profesional. Mereka bebas absensi dari manapun tanpa harus datang
ke kantor, tentunya di tempat-tempat yang diijinkan perusahaan.
Karyawan juga bisa memantau kinerja mereka sendiri, melihat jadwal
lembur, libur hingga cuti. Karyawan bisa selalu update berita terbaru
dari perusahaan. Kerja jadi lebih efketif dan efisien karena tak perlu
buang banyak waktu untuk antri absen, bolak-balik HRD hanya untuk
konfirmasi jadwal lembur atau cuti, dan lainnya.12”
12
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke
Praktik. (Jakarta: Rajawali Press. 2014). h. 98
15
“Pengorganisasian atau organizing dilakukan dengan tujuan untuk
membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih
besar. Biasanya pengorganisasian ini berguna juga untuk
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas
yang telah dibagi tersebut.”
a. Pembagian kerja
d. Saluran komunikasi
e. Penggunaan komite
13
Wahjosumidjo. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT. Rineka. 2014) h.
76
16
C. Empat Pilar Dalam Pengorganisasian
1. Pembagian Kerja.
“Merupakan Tindakan untuk menyederhanakan dari keseluruhan
kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks menjadi
lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan
dan ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik.
17
Karena setiap pekerja melakukan tugas tertentu, mereka akan
menjadi semakin terampil melakukannya dari waktu ke waktu. Dan,
spesialisasi pada akhirnya mengarah pada output per pekerja yang lebih
tinggi.14
2. Pengelompokkan Pekerjaan.
Setelah pembagian kerja selesai, maka langakh selanjutnya
pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria
tertentu yang sejenis.
“Pembagian kerja merupakan pengelompokan kegiatan atau
aktifitas serta tenaga kerja kedalam bagian-bagian tertentu sesuai
dengan kategori yang ditentukan. Tujuan suatu organisasi memerlukan
pembagian kerja adalah terbatasnya kemampuan individu-individu
dalam malakukan berbagai kegiatan. Untuk mencapai tujuan di mana
individu-individu tidak dapat mencapainya sendiri, maka diperlukan
pembagian kerja menjadi beberapa kelompok di dalam organisasi.
Sebagai contoh, pembagian kerja dalam team sepak bola : dimana ada
manajer tim, kepala pelatih, asisten pelatih, dokter tim, penjaga gawang,
dan pemain lainnya. Penggolongan menjadi bagian-bagian di dalam
organisasi dapat didasarkan pada beberapa faktor sebagai berikut :
a. Didasarkan pada suatu angka, dasar penggolongan angka ini
biasanya terdapat dibidang kemiliteran. Misalnya : Divisi ke- 4
(Kodam IV) Diponegoro, Resimen ke- 72 (Korem 072) Pamungkas
dan sebagainya.
b. Didasarkan pada waktu, untuk mengadakan penggelompokan
biasanya dipakai dalam pelaksanaan tugas-tugas di pabrik. Bilamana
sebuah perusahaan menjalankan proses produksi secara terus
menerus dapat mengadakan pengelompokan karyawan kedalam
14
Bambang Tarupolo. Perilaku Organisasi. (Jakarta: Warta Media Komunikasi, 2014)
h. 140
18
beberapa kelompok kerja. Misalnya : jam kerja karyawan pabrik dalan
sehari adalah 8 jam (termasuk istirahat), maka kelompok kerja
pertama mendapat waktu kerja puku 07.00-15.00 sedangkan
kelompok kedua memulai kerja pukul 15.00-23.00.
c. Didasarkan pada fungsi perusahaan, sebagai contoh kegiatan-
kegiatan perusahaan dibagi kedalam tiga bagian yaitu : Bagian
Produksi, Bagian Pemasaran (termasuk penjualan) dan Bagian
Keuangan. Dengan demikian, masing-masing karyawan yang berada
di bagian produksi tidak perlu manjalankan aktifitas-aktifitas yang
menjadi tanggung jawab bagian pemasaran dan keuangan begitu
juga sebaliknya. Jadi karyawan hanya bekerja sesuai dengan
pembagian yang telah ditentukan perusahaan.
d. Didasarkan pada luas daerah operasi, apabila sebuah perusahaan
memiliki daerah operasi yang sangat luas, maka dapat mendirikan
cabang-cabang di beberapa daerah. Penggolongan ini juga
dimaksudkan untuk menampung jumlah aktifitas yang terlalu besar.
Dengan demikian cabang perusahaan dapat menempung semua
transaksi yang terjadi dan ada di daerahnya.
e. Didasarkan pada jenis barang yang dihasilkan, sebagai contoh
perusahaan PT Astra yang menbuat beberapa macam barang
(sepeda motor Honda, mobil Honda Civic dan mesin foto copy Xerox)
dapat menggelompokkan aktifitas dan tenaga kerjanya menurut
macam barangnya karena masing-masing jenis barang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu, juga memerlukan
kemampuan dan ketrampilan yang berbeda-beda dari setiap barang
yang dihasilkan..
f. Didasarkan pada jenis langganan, pada seatu perusahaan biasanya
meliki berbagai langganan seperti konsumen rumah tangga,
pedagang, pemerintah, dan/atau perusahaan lain. Kegiatan-kegiatan
19
yang dilakukan seperti promosi akan berbeda-beda untuk masing-
masing jenis langganan. Tidak selalu setiap perusahaan memiliki
jenis pelanggan yang sama mungkin perusahaan hanya memiliki
pelanggan konsumen rumah tangga dan pedagang sedangkan
perusahaan yang lain hanya memiliki pelanggan pemerintah. Dengan
demikian, dapatlah diadakan penggolongan karyawan beserta
aktifitasnya menurut jenis langganan perusahaan. 15
3. Penentuan Bagan organisasi formal.
“Langkah yang ketiga ini terkait dengan jumlah orang atau bagian di
bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada
departemen atau bagian tertentu. Menurut Handoko, delegasi dapat
didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal
kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sedangkan
delegasi wewenang adalah proses dimana para manejer mengalokasikan
wewenang ke bawahan kepada orang-orang yang melapor kepadanya.”
15
Ibid, h. 141
20
“Sedangkan menurut Wursanto, dalam ilmu manejemen atau dalam
ilmu organisasi yang dimaksud mendelegasikan memberi sebagian dari
kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atasan kepada bawahannya atau
pejabat lain untuk melakukan suatu tindakan dan pemberian kekuasaan itu
diikuti dengan suatu pertanggungjawaban. Atas dasar pengertian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa pelimpahan belum tentu mengalir dari
seorang atasan kepada bawahan, tetapi dapat juga terjadi dari seorang
atasan kepada pejabat yang setingkat. Pelimpahan wewenang harus
diimbangai dengan pertanggungjawaban oleh pihak yang diberi
kepercayaan atas wewenang yang dilimpahkan kepadanya. Yang
dimaksud dengan pertanggungjawab adalah kewajiban moril dan
kewajiban hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan-
ketentuan atau norma-norma yang telah ditetapkan oleh organisasi. Jika
pertanggungjawab tidak dilakukan maka akan terjadi penyelewengan
kekuasaan.16”
4. Koordinasi
Setelah langkah diatas sudah selesai, maka langkah selanjutnya
yang harus anda lakukan ialah; "Bagaimana agar pembagian kerja yang
telah dilakukan beserta penentuan desain organisasinya berjalan secara
efektif dan efisien". Disinilah peran dari koordinasi diperlukan sebagai pilar
terakhir dari pengorganisasian.
16
Ibid, h. 142
21
cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan
dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu sendiri.
Menurut G.R. Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang
seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. 17
Pentingnya koordinasi dalam suatu organisasi, yaitu;
a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percecokan, dan kekembaran
atau kekosongan pekerjaan.
b. Agar orang-orang dan pekerjanya diselaraskan serta diarahkan untuk
pencapaian tujuan perusahaan.
c. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
d. Supaya semua unsure manajemen (6M) dan pekerjaan masing-masing
individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan organisasi.
e. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan teritegrasi kepada
sasaran ayng diinginkan.
Tipe-tipa koordinasi;
a. Koordinasi vertikal adalah keggiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan
yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-
kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.
Sifat-sifat Koordinasi;
a. Koordinasi adalah dinamis bikan statis.
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang
koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
17
Ibid, h. 143
22
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas-asan koordinasi adalah asas skala (scalar principle = hierarki).
Asas hierarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi
bawahannya langsung.
Tujuan koordinasi ;
a. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran
ke arah tercapainya sasaran perusahaan.
b. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis kea rah sasaran perusahaan.
c. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang-tindih pekerjaan.
d. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
e. Untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan 6M kea rah sasaran
organisasi atau perusahaan.
f. Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.18
18
Ibid, h. 145
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa sangat penting
Pengorganisasian (organizing) dalam manajemen. Karena merupakan
fungsi dari manajemen yang pasti ada dan sangat dibutuhkan maka peran
Pengorganisasian sangat penting dan sangat menentukan langkah
selanjutnya dalam manajemen.
Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada
suatu lembaga (institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita
mengacu pada perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu
perkumpulan olahraga. Arti kedua mengacu pada proses
pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi manajemen.
Sub bab lain fungsi pengorganisasian juga terdapat suatu fungsi,
tujuan, unsure-unsur yang pada akhirnya dapat membentuk struktur
organisasi yang di dalam struktur tersebut dibagi menjadi beberapa
bagian.
Keberhasilan atau kegagalan organisasi pasti berhubungan dengan
peran para anggotanya. Suatu keberhasilan dapat dicapai bila ada
kerjasama yang baik antar para anggotanya. Sedangkan kegagalan dapat
disebabkan karena adanya faktor internal di pengorganisasian tersebut
yang bersifat negatif.
B. Saran
Mengingat pentingnya pengorganisasian maka perlu kiranya masalah
ini diperhatikan dan dipahami sebaik-baiknya. Setelah mamahami
pengorganisasian maka sebaiknya diterapkan dalam bentuk actual di
lapangan. Dan untuk para pemimpin sebaiknya harus mengetahui semua
24
hal yang menyangkut tentang organisasi baik secara individu maupun
kelompok.
Agar suatu organisasi berhasil para anggota harus saling
bekerjasama dengan baik dan menjaga kebersamaan agar apabila terjadi
masalah dapat diselesaikan dengan baik-baik tanpa jarus mengganggu
proses organisasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad S. Ruky. 2016. Strategi, Kebijakan, dan Cara Penataan Upah, Gaji,
dan Remunerasi. Jakarta: PT. Intipesan Pariwara.
Dwi Priyatno. 2014. Teknik Mudah dan Cepat Analisis Data Penelitian
Dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta:
Gaya Media.
Kotler John. 2014. Management edition 15. Jakarta: Airlangga. Lee Oey
Liang. 2015. Pengantar Management. Jakarta: Salemba 4.
26
Robbins and Coutler. 2014. Management edition 11. New Jersey: Prentice
Hall
27