Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

DASAR-DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

“ORGANIZING DALAM PENDIDIKAN”

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. MUTHALIB, SM, MS Dan Dr. SHALAHUDIN, M.Pd.I

Di Susun Oleh:

NURMADIAH
901210008

PROGRAM PASCASARJANA (S3)


PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Organizing Dalam Pendidikan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas Prof. Dr. H. MUTHALIB, SM, MS Dan Dr. SHALAHUDIN,
M.Pd.I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Penulisan Karya Ilmiah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. MUTHALIB,


SM, MS dan Dr. SHALAHUDIN, M.Pd.I selaku dosen pengampu  yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 16 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Pendahuluan..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Arti Dari Organizing Dalam Manajemen Pendidikan............................................4
B. Lima Prinsip Pengorganisasian (Organizing Principles)......................................5
C. Fungsi dari Pengorganisasiaan.............................................................................10
B. Kegiatan dalam fungsi Pengorganisasian............................................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................................24
A. Kesimpulan...............................................................................................................24
B. Saran.........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah indonesia dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan. Pandangan ini merupakan asumsi
bahwa pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber
daya manusia, upaya menentukan masa depan yang lebih baik. Dan
manajemen merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan
mutu pendidikan, karena melalui manajerial yang optimal, maka standar
peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud. Filosofi manajmen menurut
Pearc dan Robinson diyakini akan menghasilkan citra yang baik dimata
publik, dan akan memberikan imbalan keuangan dan psikologis bagi
mereka yang bersedia menginvestasikan tenaga dan dana untuk
membantu keberhasilan institusi.1 Selanjutnya manajemen adalah suatu
keadaan timbal balik, berusaha agar menepati peraturan yang ada yaitu
segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan sesama manusia
seperti jual beli, sebab hal itu berhubungan dengan masalah bisnis.

Dalam dunia pendidikan manajemen memiliki peran penting untuk


mengantarkan kemajuan organisasi Madrasah, menurut Nanang Fatah,
teori manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku
organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. 2
Dengan demikian, manajemen merupakan faktor dominan dalam
kemajuan organisasi. Oleh karenanya, manajemen mendapat perhatian
yang semakin serius baik di kalangan pakar maupun praktisi.

1
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung
: Alfabeta 2012 h.128
2
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2011 , h.11
Berkenaan dengan semua itu Richhard, h. Hastrop berpendapat :
Manajemen pendididkan adalah upaya seseorang untuk mengerahkan,
dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan
pekerjaan secara efektif, dan menerima pertanggung jawaban pribadi
untuk maecapai pengukuran hasil yang di tetapkan. 3 Untuk itu manajemen
merupakan salah satu komponen vital sebuah lembaga pendidikan
maupun aistitusi-institusi yang lain. Mekanisme manajemen yang jelek
akan sangat berpengaruh terhadap mutu atau out putnya. Untuk mencapai
tujuan tersebut secara efektif dan efisien, maka diperlukan diantaranya
manajemen yang profesional. Pengelolaan maupun pengembangan
lembaga pendidikan yang bermutu sebaiknya melalui pengelolaan
manajemen pendidikan yang optimal sesuai prosedur keilmuan yang ada,
yaitu selain penekanan, juga dipusatkan kepada pencapaian fungsi-fungsi
manajemen, dan hasil yang dapat diukur.

Berarti lebih lanjut dan tegas bahwa manajemen pendidikan adalah


proses perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanan, dan evaluasi,
mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendididkan, mencerdaskan kehidupan bangsa,
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman,
bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Es, berbudi pekerti yang luhur,
memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehan jasmani dan rohani, mandiri
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan .

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arti organizing dalam manajemen pendidikan?
2. Bagaimana makna organizing dalam manajemen pendidikan?
3. Ruang Lingkup organizing dalam manajemen pendidikan?

3
Richard, h. Hastrop, Managing Education ForResult,2011,h.168

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana arti organizing dalam manajemen
pendidikan?
2. Untuk mengetahui Bagaimana makna organizing dalam manajemen
pendidikan?
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup organizing dalam manajemen
pendidikan?
4. Sebagai bahan bacaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Organizing Dalam Manajemen Pendidikan
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua.
Dimana pengorganisasian ini sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya organisasi, termasuk didalamnya lembaga pendidikan
pengorganisasian itu menentukan bagaimana penyusunan organisasi dan
kegiatan. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam
tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya,
serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan
organisasi. Menurut Mohammad Mustari pengorganisasian adalah
pengelompokan kegiatan yang diperlukan yaitu penetapan susunan
organisasi serta tugas dan fungsifungsi dari setiap unit yang ada dalam
organisasi. Dengan demikian, perlu adanya pembagian tugas yang jelas
antara kepala sekolah, waka humas, siswa dan masyarakat. 4

Pengorganisasian atau Organizing merupakan salah satu dari 4


fungsi Manajemen. Umumnya, Fungsi pengorganisasian dilakukan setelah
fungsi Perencanaan (planning). Hal ini dapat dilihat dari urutan 4 fungsi
manajemen yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pemimpinan
dan Pengendalian yang dalam bahasa Inggris biasanya disebut dengan
POLC (Planning, Organizing, Leading and Controlling).

“Untuk membahas lebih lanjut mengenai pengorganisasian, kita perlu


mengetahui apa yang dimaksud dnegan Organisasi yaitu kata dasar dari
istilah “Pengorganisasian” ini. Menurut Dian Wijayanto Organisasi adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama secara terstruktur untuk
4
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 71

4
mencapai tujuan. Tujuan organisasi merupakan hasil keputusan yang
disusun pada fase perencanaan. Jadi disini lebih jelas dikatakan bahwa
pengorganisasian akan dilaksanakan setelah adanya Perencanaan.

Sedangkan Pengorganisasian atau Organizing adalah suatu proses


untuk penentuan, pengelompokkan, pengaturan dan pembentukan pola
hubungan kerja dari orang-orang untuk mencapai tujuan organisasinya.
Menurut Schermerhorn Pengorganisasian adalah proses mengatur orang-
orang  dan sumber daya lainnya untuk bekerja ke arah tujuan bersama.
Dalam pengorganisasian, penyusunan struktur organisasi merupakan hal
yang sangat penting aga”r setiap orang yang berada dalam organisasi
tersebut mengetahui dengan jelas tugas atau pekerjaan, tanggung jawab,
hak dan wewenang mereka.5

B. Lima Prinsip Pengorganisasian (Organizing Principles)


1. Prinsip Spesialisasi kerja (Work Specialization)

“Prinsip ini sering disebut juga Prinsip Pembagian Kerja


atau Division of Work, ada juga yang menyebutnya Division of
Labour.Yang dimaksud dengan Spesialisasi kerja adalah pembagian
tugas-tugas atau pekerjaan yang kompleks menjadi beberapa sub-
pekerjaan atau bagian kepada karyawannya. Setiap karyawan dilatih
untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang berkaitan dengan
spesialisasinya sehingga mereka memiliki kualifikasi dan kemampuan
yang berkaitan dengan tugas-tugas yang diberikan tersebut.”

Keuntungan dari Spesialisasi pekerjaan atau Pembagian kerja ini


adalah meningkatkannya produktivitas dan dapat melakukan pekerjaan
dengan efisien karena setiap karyawan melakukan tugas yang sama

5
Beehr and Franz. An Organizational Psychhology meta-model of occupational Stress.
(Jakarta: Mediasoft. 2014) h. 218

5
setiap harinya sehingga kecepatan kerja dan kualitas kerja dapat terjaga
dengan baik. Namun di sisi lain, ketergantungan organisasi terhadap
karyawan tersebut akan menjadi sangat tinggi dan juga menimbulkan
kebosanan karyawan akan rutinitas pekerjaan yang sama dan berulang-
ulang. Kebosanan karyawan tersebut lama kelamaan akan dapat
menyebabkan tingginya tingkat ketidakhadiran (absen) dan tingkat
pergantian tenaga kerja (employee turnover) yang tinggi juga. Oleh
karena itu, banyak perusahaan/organisasi yang melakukan rotasi
pekerjaan untuk mengurangi ketergantungan pada orang-orang tertentu
dan untuk menghindari kebosanan akan rutinitas yang sama dan
berulang-ulang.6”

2. Prinsip Otoritas atau Wewenang (Authority)

Otoritas atau wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu,


membuat keputusan, memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu
(atau tidak melakukan sesuatu), dan hak untuk mengalokasikan sumber
daya atas nama organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan prinsip ini, semua fungsi, tugas, wewenang dan


hubungan antara manajer dan bawahannya harus didefinisikan dan
ditentukan secara jelas. Pengklarisifikasian hubungan wewenang
(authority) dan tanggung jawab (responsibility) dapat membantu
organisasi mencapai koordinasi yang lebih baik dan lebih efektif.

3. Prinsip Rantai Komando (Chain of Command)

Rantai Komando merupakan konsep penting untuk membangun


suatu struktur organisasi yang kuat. Rantai Komand atau Chain of
Command dapat diartikan sebagai garis kewenangan tanpa putus yang
6
Allen and Meyer. The Measurement and Antecedent of Affective, continuance, and
Normative Commitment to Organization. (Jakarta: PT Komputindo. 2014.) h. 24

6
membentang dari puncak manajemen ke karyawan level terendah serta
mejelaskan siapa yang harus bertanggung jawab dan melapor kepada
siapa. Jadi pada dasarnya dapat dikatakan bahwa Rantai Komando
adalah aliran pelaporan. Misalnya seorang Operator produksi harus
melapor “ke Leader Produksi, Leader produksi harus melapor ke
Supervisor produksi, kemudian Supervisor produksi harus melapor ke
Manajer dan Manajer Produksi harus melapor ke Direktur Operasional.

Tanggung jawab dan garis kewenangan tanpa putus ini


berdasarkan dua prinsip penting yaitu Unity of Command (Kesatuan
Komando) dan Scalar Chain (Jenjang berangkai). Berdasarkan Prinsip
Kesatuan Komando, Karyawan seharusnya hanya menerima perintah”
dari seorang atasan saja dan juga bertanggung jawab kepada satu
atasan saja. Jika terlalu banyak Atasan yang memberikan perintah,
karyawan yang bersangkutan akan sulit untuk membedakan
prioritasnya. Hal ini juga akan menimbulkan kebingungan dan tidak
fokus pada tugas yang diberikannya. Sedangkan Scalar Chain adalah
garis vertikal  wewenang dari atas sampai ke bawah. Setiap karyawan
harus menyadari posisi mereka di dalam Hirarki Organisasi. Garis
wewenang ini akan menunjukan apa yang menjadi wewenang dan
tanggung jawabnya.7

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang (Delegation)

Pendelegasian wewenang merupakan salah satu hal yang penting


dalam organisasi. Tanpa adanya pendelegasian wewenang, seorang
manajer harus mengerjakan sendiri semua pekerjaannya. Keberhasilan
seorang manajer pada dasarnya sangat tergantung pada

7
Ibid, h. 25

7
kemampuannya untuk mendelegasikan wewenang dan pekerjaan
kepada bawahannya.

Pendelegasian wewenang “dapat diartikan sebagai pelimpahan


wewenang dari seorang manajer kepada bawahannya untuk melakukan
sesuatu atau wewenang untuk pengambilan suatu keputusan.

5. Prinsip Rentang Kendali (Span of Control)

Rentang Kendali (Span of Control) atau sering disebut juga


dengan Rentang Manajemen (Span of Management) adalah Jumlah
Karyawan atau bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh
seorang atasan dalam satu waktu, atasan yang dimaksud tersebut
dapat berupa seorang Supervisor ataupun Manajer.”

Rentang kendali ini sangat penting dalam mengetahui desain dan


dinamika kelompok pada organisasi yang bersangkutan. Rentang
kendali pada suatu unit kerja (departement) dapat berbeda dengan unit
kerja lainnya meskipun dalam satu organisasi yang sama. Tidak ada
angka atau jumlah yang pasti terhadap rentang kendali ini, hal ini
karena setiap organisasi memiliki desain dan bentuk yang berbeda-
beda juga. Disamping itu, pengalaman dan kepribadian manajer serta
kemampuan dan perilaku bawahan juga mempengaruhi jumlah rentang
kendali ini.

Rentang kendali yang sempit akan mempermudah seorang


manajer untuk melakukan supervisi terhadap bawahannya dan
memperlancar komunikasi dengan bawahannya, sedangkan rentang
kendali yang lebar dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak

8
kepada bawahannya dan melatih bawahannya lebih
independen/mandiri.8”

“Setelah merencanakan semua hal yang dibutuhkan, selanjutnya


adalah proses mengatur tim atau divisi, mengatur jadwal kerja, juga
mengelompokkan tiap individu sesuai kemampuannya. Organizing akan
menuntut suatu bisnis untuk memanfaatkan segala sumber daya yang
dimiliki, khususnya sumber daya manusia, dalam upaya mengubah
rencana ke dalam bentuk aksi yang nyata. Proses ini menghasilkan
pembagian tugas atau tim dengan tugas spesifik.”
Hasil dari perencanaan yang telah dibuat perlu diteruskan ke grup
yang lebih besar, dimulai dari divisi yang ada di perusahaan. Tiap divisi
akan memiliki tugas masing-masing untuk mengimplementasikan
konsep dasar bisnis, termasuk segala keperluannya. Dengan distribusi
konsep yang tepat, tiap divisi dalam struktur bisnis diharapkan dapat
menjalankan rencana sesuai prosedur dan secara sistematis.
Banyaknya individu di tiap divisi harus berdasarkan kebutuhan.
Kurangnya personil untuk tiap divisi bisa menyebabkan masalah, tapi
hal yang sama juga bisa terjadi jika terlalu banyak personil yang terlibat.

“Di tiap divisi pastinya ada satu penanggungjawab terhadap tugas,


otoritas, dan jobdesc yang berbeda. Makin tinggi posisi yang dipegang,
makin besar tanggung jawab, tugas, dan otoritas yang dimiliki. Prinsip
dasar pengelolaan ini akan menjaga bisnis tetap berjalan sesuai alur
yang direncanakan di awal dengan membagi tugas ke tiap divisi sesuai
dengan keahliannya. Peran pimpinan juga jadi lebih krusial karena
harus mampu memastikan tim bekerja secara efektif dan memastikan
rencana yang sudah ada berjalan mulus.

8
Ibid, h. 27

9
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia
dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan
mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga
meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap
tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk
mengerjakan beberapa tugas.

“Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan


ke departemen atau beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian,
untuk memastikan bahwa sumber daya manusia diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan
merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu
aktifitas utama yang terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang
terpisah dari organizing.”

Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam


organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang
kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan
biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan
(Job Description).

Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas,


tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga semakin besar
penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan
menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah salah
satu prinsip dari manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan
keahliannya masing-masing.

C. Fungsi Pengorganisasiaan
Proses strategi dan taktik dalam perencanaan

1. Didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh

10
Struktur organisasi adalah sebuah garis hierarki atau bertingkat
yang mendeskripsikan komponen-komponen yang menyusun
perusahaan, di mana setiap individu atau SDM yang berada pada
lingkup perusahaan tersebut memiliki posisi dan fungsinya masing-
masing. Struktur organisasi dibuat untuk kepentingan perusahaan
dengan menempatkan orang-orang yang berkompeten sesuai dengan
bidang dan keahliannya.
Bagi HRD, dengan adanya struktur organisasi, kita juga bisa
mengetahui peran dan tanggung jawab karyawan-karyawannya.
Dengan menempatkan seseorang ke dalam sebuah posisi dalam
struktur sesuai dengan kemampuannya juga bisa menjadi patokan HR
dalam menentukan jumlah gaji karyawan bersangkutan.
“Struktur organisasi yang tersusun sesuai karakteristik perusahaan
akan sangat bermanfaat bagi jalannya operasional perusahaan. Bagi
sebuah perusahaan, struktur organisasi merupakan salah satu fungsi
dasar bagi sebuah manajemen untuk mencapai target, strategi, dan
sasaran yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan.
Uraian tugas yang jelas akan sangat membantu pihak atasan
maupun pimpinan untuk dapat melakukan pengawasan dan
pengendalian. Selain itu, bagi bawahan juga dapat lebih berkonsentrasi
dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan karena uraian yang
jelas.Keberadaan struktur perusahaan akan memperjelas pembagian
tugas untuk masing-masing pemegang jabatan. Rincian pembagian
tugas dalam perusahaan tentu saja merupakan hal yang wajib dipahami
oleh tim HRD. Hal ini menyangkut fungsi HR sebagai jembatan
informasi antara perusahaan dengan seluruh karyawan.”

11
Dengan mengetahui pembagian tugas untuk setiap jabatan,
artinya tim HR telah mengetahui seperti apa alur penyampaian informasi
yang ideal dalam perusahaan tersebut. 9

2. Dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat


bekerja secara efektif dan efesien dengan tujuan untuk mencapai yang
terbaik.

“Sikap kerja efektif dan efisien sebenarnya mengacu pada aspek


manajerial untuk mencapai strategi usaha, target perusahaan, dan taktis
bisnis dalam mengelola usaha tersebut. Efektif lebih dinilai sebagai
suatu pekerjaan yang bisa diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat sebelumnya. Efektif tak hanya bicara soal
kuantitas, namun juga kualitas.”
Di sisi lain, efisien adalah segala hal yang dikerjakan dengan
berdaya guna, atau bisa dikatakan segala pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tepat, cepat, hemat, dan selamat. Anda yang saat ini berada
dalam posisi top management bisa mengambil peran lebih untuk
membangun sikap kerja efektif dan efisien bagi para karyawan. Anda
hanya perlu lakukan beberapa hal di bawah ini:
a. Menjadi teliti dalam memandang hal-hal yang membunuh
motivasi karyawan
Motivasi menjadi salah satu urat nadi bagi karyawan agar bisa
bekerja dengan tepat dan cepat. Matinya motivasi menandakan tak
berfungsinya kerja karyawan dengan efektif dan efisien. Sebagai
atasan Anda harus jeli dalam melihat dan mengidentifikasi si
“pembunuh” motivasi. Pembunuh motivasi ini umumnya tak jauh-jauh
dari orang-orang yang membawa pengaruh buruk, tidak adanya
peluang untuk pengembangan karir secara profesional, gaya

9
Jhon Kotter. Leading Of Management. (Jakarta: Airlangga. 2014). h. 45

12
manajemen yang tidak memberi kenyamanan pada karyawan, tidak
jelasnya visi perusahaan, atau juga perasaan kurang mendapatkan
penghargaan.
“Bangunlah suasana kerja yang nyaman dan bisa memberikan
value pada karyawan. Dengan begitu mereka akan dengan senang
hati melakukan segala usaha maksimal untuk mencapai target yang
perusahaan inginkan. Sekali lagi, tak ada perusahaan yang sukses
jika karyawan merasa tak diayomi dan tak punya motivasi. 10
b. Buatlah target yang tepat sasaran dan berikan masukan pada
karyawan
“Meski pada akhirnya target selalu menjadi sesuatu hal yang
cukup menantang, namun mayoritas karywan lebih senang dengan
keberadaan target yang tepat. Target membuat mereka memiliki
motivasi untuk mencapai sesuatu. Target dan visi yang jelas dan
terarah membuat karyawan bisa bekerja lebih efektif dan efisien,
karena mereka paham apa yang akan mereka capai, bagaimana
mencapainya dan kapan harus mencapainya.
Target kecil harian juga bagus untuk membangun sikap kerja yang
efektif dan efisien. Ini akan membuat karyawan belajar mengatur
kecepatan kerja mereka dengan benar dalam melakukan tugas untuk
memenuhi target.
Sebagai atasan Anda juga harus memberikan masukan.
Prestasi karyawan harus diakui dan diberi apresiasi. Begitu pun
kesalahan, Anda harus bisa memberi masukan pada mereka saat
target tak bisa dicapai.”

10
Meyer ilen The Measurement and Antecedent of Affective, Continuance, and
Normative Commitment to the organiazation. Alih Bahasa : Nurul Imam. (Jakarta: PT Pustaka
Binaman Pressindo, 2011). h. 220

13
c. Tetapkan standar dan kembangkan skill karyawan
Mengapa penting untuk menetapkan standar. Agar karyawan
tahu, apa yang sebetulnya perusahaan harapkan dari mereka dan
tanggung jawab apa saja yang harus mereka emban. Tanpa standar
yang jelas pada tanggung jawab karyawan, mereka akan bekerja
tanpa tujuan. Sikap kerja yang terbangun pun jauh dari kata efektif
apalagi efisien.
“JIka karyawan sudah paham apa yang harus mereka kerjakan,
kejar dan capai maka berikan juga kesempatan bagi mereka untuk
mengembangkan keterampilan. Semakin kemampuan dan
keterampilannya membaik, maka makin efektif dan efisien juga kerja
mereka. Sebaliknya, karyawan yang merasa tak mendapat
kesempatan untuk mengembangkan skill hanya berpikir untuk
bekerja secara biasa saja, atau bisa juga memikirkan bagaimana
caranya agar bisa secepatnya hengkang dari perusahaan Anda.
Padahal sebetulnya dia punya kemampuan yang bagus. 11
d. Manfaatkan teknologi dalam bekerja
“Penting untuk melibatkan teknologi dalam bekerja. Terkadang
ada hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, namun ada
juga yang bisa dilakukan lebih cepat, efektif dan efisien ketika
dilakukan oleh teknologi. Seperti misalnya pengaturan dan
pengelolaan data karyawan. Akan cukup ribet dan tak efisien jika
semua data karyawan diolah manual oleh manusia. Sudah pasti hal
ini akan memakan banyak waktu, boros tenaga dan biaya serta
tingkat keakuratan pun patut dipertanyakan.
Bersyukurlan Anda karena hidup di era teknologi modern yang
sangat membantu Anda dalam bekerja. Faktanya teknologi saat ini

11
Robbins and Coutler. Management edition 11. (New Jersey: Prentice Hall. 2014). h.
154

14
memang banyak membantu para pekerja, baik dari level staff,
menejemen hingga direktur untuk melakukan berbagai tugas secara
digital.”
Lahir dari permasalahan pengelolaan data karyawan, maka lahirlah
AbsenKu Profesional yang kini siap memberikan solusi bagi Anda
dalam kemudahan bekerja bagi top management hanya dengan satu
genggaman tangan saja.
“Bagi HRD, aplikasi AbsenKu akan mempermudah proses
rekapitulasi dan monitoring kehadiran karyawan. HRD juga makin
mudah dalam mengatur jadwal pembagian shift, penyampaian
informasi terbaru, pengiriman slip gaji, saran dan keluhan karyawan,
hingga survey karyawan yang cukup dengan satu sentuhan
saja.Begitupun dengan jajaran manajemen yang akan sangat
dimudahkan dengan fitur-fitur tersebut.”
“Direktur tak perlu lagi meminta data manual dari HRD karena
semua sudah tersentral dalam satu aplikasi. Atasan bisa mengontrol
kapan pun mengenai kehadiran dan kinerja karyawan.
Karyawan sendiri akan dimudahkan dengan piranti AbsenKu
Profesional. Mereka bebas absensi dari manapun tanpa harus datang
ke kantor, tentunya di tempat-tempat yang diijinkan perusahaan.
Karyawan juga bisa memantau kinerja mereka sendiri, melihat jadwal
lembur, libur hingga cuti. Karyawan bisa selalu update berita terbaru
dari perusahaan. Kerja jadi lebih efketif dan efisien karena tak perlu
buang banyak waktu untuk antri absen, bolak-balik HRD hanya untuk
konfirmasi jadwal lembur atau cuti, dan lainnya.12”

3. Sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif

12
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke
Praktik. (Jakarta: Rajawali Press. 2014). h. 98

15
“Pengorganisasian atau organizing dilakukan dengan tujuan untuk
membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih
besar. Biasanya pengorganisasian ini berguna juga untuk
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas
yang telah dibagi tersebut.”

B. Kegiatan dalam fungsi Pengorganisasian.


1. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab.

2. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas


serta menetapkan prosedur yang dibutuhkan/digunakan.

3. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan


sumber daya manusia (tenaga kerja). Pelaksanaan proses
pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat
mencapai tujuannya, yg tercermin pada struktur organisasi yg
mencakup :”

a. Pembagian kerja

b. Bagan organisasi formal 

c. Tingkat-tingkat hirarki manajemen

d. Saluran komunikasi

e. Penggunaan komite

f.Rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yg tidak dapat


dihindarkan.13

13
Wahjosumidjo. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT. Rineka. 2014) h.
76

16
C. Empat Pilar Dalam Pengorganisasian
1. Pembagian Kerja.
“Merupakan Tindakan untuk menyederhanakan dari keseluruhan
kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks menjadi
lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan
dan ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik.

Kita harus membuat pilihan dalam menggunakan sumber daya kita


yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang tidak
terbatas. Oleh karena itu, kita harus menggunakan sumber daya
tersebut dengan cara yang seefisien mungkin.”

Produksi dikatakan efisien jika kita dapat menghasilkan lebih


banyak output dengan input yang sama. Dengan kata lain, kita harus
lebih produktif. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah
dengan spesialisasi, yaitu dengan membagi tenaga kerja menurut
keterampilan dan tugas.”

Spesialisasi membutuhkan perusahaan untuk membagi operasi


bisnis menjadi berbagai tugas spesifik. Dalam bisnis manufaktur mobil
misalnya, itu melibatkan membagi sistem produksi ke dalam beberapa
stasiun di sepanjang jalur perakitan. Di masing-masing stasiun, pekerja
memiliki tugas spesifik. Mereka melakukan pekerjaan yang sama secara
rutin. “

Sementara itu, dalam bisnis jasa, spesialisasi membutuhkan


perusahaan untuk membagi operasi bisnis menjadi beberapa area
fungsional, seperti pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan
operasi (penyediaan jasa). Masing-masing membutuhkan pekerja
dengan keterampilan dan melakukan tugas fungsional yang berbeda.”

17
Karena setiap pekerja melakukan tugas tertentu, mereka akan
menjadi semakin terampil melakukannya dari waktu ke waktu. Dan,
spesialisasi pada akhirnya mengarah pada output per pekerja yang lebih
tinggi.14

2. Pengelompokkan Pekerjaan.
Setelah pembagian kerja selesai, maka langakh selanjutnya
pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria
tertentu yang sejenis.
“Pembagian kerja merupakan pengelompokan kegiatan atau
aktifitas serta tenaga kerja kedalam bagian-bagian tertentu sesuai
dengan kategori yang ditentukan. Tujuan suatu organisasi memerlukan
pembagian kerja adalah terbatasnya kemampuan individu-individu
dalam malakukan berbagai kegiatan. Untuk mencapai tujuan di mana
individu-individu tidak dapat mencapainya sendiri, maka diperlukan
pembagian kerja menjadi beberapa kelompok di dalam organisasi.
Sebagai contoh, pembagian kerja dalam team sepak bola : dimana ada
manajer tim, kepala pelatih, asisten pelatih, dokter tim, penjaga gawang,
dan pemain lainnya. Penggolongan menjadi bagian-bagian di dalam
organisasi dapat didasarkan pada beberapa faktor sebagai berikut :
a. Didasarkan pada suatu angka, dasar penggolongan angka ini
biasanya terdapat dibidang kemiliteran. Misalnya : Divisi ke- 4
(Kodam IV) Diponegoro, Resimen ke- 72 (Korem 072) Pamungkas
dan sebagainya.
b. Didasarkan pada waktu, untuk mengadakan penggelompokan
biasanya dipakai dalam pelaksanaan tugas-tugas di pabrik. Bilamana
sebuah perusahaan menjalankan proses produksi secara terus
menerus dapat mengadakan pengelompokan karyawan kedalam
14
Bambang Tarupolo. Perilaku Organisasi. (Jakarta: Warta Media Komunikasi, 2014)
h. 140

18
beberapa kelompok kerja. Misalnya : jam kerja karyawan pabrik dalan
sehari adalah 8 jam (termasuk istirahat), maka kelompok kerja
pertama mendapat waktu kerja puku 07.00-15.00 sedangkan
kelompok kedua memulai kerja pukul 15.00-23.00.
c. Didasarkan pada fungsi perusahaan, sebagai contoh kegiatan-
kegiatan perusahaan dibagi kedalam tiga bagian yaitu : Bagian
Produksi, Bagian Pemasaran (termasuk penjualan) dan Bagian
Keuangan. Dengan demikian, masing-masing karyawan yang berada
di bagian produksi tidak perlu manjalankan aktifitas-aktifitas yang
menjadi tanggung jawab bagian pemasaran dan keuangan begitu
juga sebaliknya. Jadi karyawan hanya bekerja sesuai dengan
pembagian yang telah ditentukan perusahaan.
d. Didasarkan pada luas daerah operasi, apabila sebuah perusahaan
memiliki daerah operasi yang sangat luas, maka dapat mendirikan
cabang-cabang di beberapa daerah. Penggolongan ini juga
dimaksudkan untuk menampung jumlah aktifitas yang terlalu besar.
Dengan demikian cabang perusahaan dapat menempung semua
transaksi yang terjadi dan ada di daerahnya.
e. Didasarkan pada jenis barang yang dihasilkan, sebagai contoh
perusahaan PT Astra yang menbuat beberapa macam barang
(sepeda motor Honda, mobil Honda Civic dan mesin foto copy Xerox)
dapat menggelompokkan aktifitas dan tenaga kerjanya menurut
macam barangnya karena masing-masing jenis barang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu, juga memerlukan
kemampuan dan ketrampilan yang berbeda-beda dari setiap barang
yang dihasilkan..
f. Didasarkan pada jenis langganan, pada seatu perusahaan biasanya
meliki berbagai langganan seperti konsumen rumah tangga,
pedagang, pemerintah, dan/atau perusahaan lain. Kegiatan-kegiatan

19
yang dilakukan seperti promosi akan berbeda-beda untuk masing-
masing jenis langganan. Tidak selalu setiap perusahaan memiliki
jenis pelanggan yang sama mungkin perusahaan hanya memiliki
pelanggan konsumen rumah tangga dan pedagang sedangkan
perusahaan yang lain hanya memiliki pelanggan pemerintah. Dengan
demikian, dapatlah diadakan penggolongan karyawan beserta
aktifitasnya menurut jenis langganan perusahaan. 15 
3. Penentuan Bagan organisasi formal.
“Langkah yang ketiga ini terkait dengan jumlah orang atau bagian di
bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada
departemen atau bagian tertentu. Menurut Handoko, delegasi dapat
didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal
kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sedangkan
delegasi wewenang adalah proses dimana para manejer mengalokasikan
wewenang ke bawahan kepada orang-orang yang melapor kepadanya.”

Dalam proses delegasi terdapat empat kegiatan yang penting untuk


tercapainya tujuan dari delegasi:
a. Pihak yang memberi delegasi harus memberi dan menentukan tugas
serta tujuan yang jelas kepada bawahan.
b. Pihak yang memberi delegasi melimpahkan wewenang yang sesuai
untuk menjalankan tugas dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
c. Secara tersirat maupun tersurat pihak yang menerima delegasi
mempunyai tanggung jawab dan kewajiban atas wewenang yang
didapatkannya.
d. Pihak yang menerima delegasi wajib melaporkan kepada pendelegasi
atas hasil yang telah dicapainya selama memegang pelimpahan
wewenang.

15
Ibid, h. 141

20
“Sedangkan menurut Wursanto,  dalam ilmu manejemen atau dalam
ilmu organisasi yang dimaksud mendelegasikan memberi sebagian dari
kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atasan kepada bawahannya atau
pejabat lain untuk melakukan suatu tindakan dan pemberian kekuasaan itu
diikuti dengan suatu pertanggungjawaban. Atas dasar pengertian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa pelimpahan belum tentu mengalir dari
seorang atasan kepada bawahan, tetapi dapat juga terjadi dari seorang
atasan kepada pejabat yang setingkat. Pelimpahan wewenang harus
diimbangai dengan pertanggungjawaban oleh pihak yang diberi
kepercayaan atas wewenang yang dilimpahkan kepadanya. Yang
dimaksud dengan pertanggungjawab adalah kewajiban moril dan
kewajiban hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan-
ketentuan atau norma-norma yang telah ditetapkan oleh organisasi.  Jika
pertanggungjawab tidak dilakukan maka akan terjadi penyelewengan
kekuasaan.16”
4. Koordinasi
Setelah langkah diatas sudah selesai, maka langkah selanjutnya
yang harus anda lakukan ialah; "Bagaimana agar pembagian kerja yang
telah dilakukan beserta penentuan desain organisasinya berjalan secara
efektif dan efisien". Disinilah peran dari koordinasi diperlukan sebagai pilar
terakhir dari pengorganisasian.

Menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan, koordinasi adalah kegiatan


mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsure-unsur
manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai
tujuan organisasi.
Menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan
menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang

16
Ibid, h. 142

21
cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan
dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu sendiri.
Menurut G.R. Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang
seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. 17
Pentingnya koordinasi dalam suatu organisasi, yaitu;
a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percecokan, dan kekembaran
atau kekosongan pekerjaan.
b. Agar orang-orang dan pekerjanya diselaraskan serta diarahkan untuk
pencapaian tujuan perusahaan.
c. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
d. Supaya semua unsure manajemen (6M) dan pekerjaan masing-masing
individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan organisasi.
e. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan teritegrasi kepada
sasaran ayng diinginkan.
Tipe-tipa koordinasi;
a. Koordinasi vertikal adalah keggiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan
yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-
kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.
Sifat-sifat Koordinasi;
a. Koordinasi adalah dinamis bikan statis.
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang
koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
17
Ibid, h. 143

22
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas-asan koordinasi adalah asas skala (scalar principle = hierarki).
Asas hierarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi
bawahannya langsung.
Tujuan koordinasi ;
a. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran
ke arah tercapainya sasaran perusahaan.
b. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis kea rah sasaran perusahaan.
c. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang-tindih pekerjaan.
d. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
e. Untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan 6M kea rah sasaran
organisasi atau perusahaan.
f. Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.18

18
Ibid, h. 145

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa sangat penting
Pengorganisasian (organizing) dalam manajemen. Karena merupakan
fungsi dari manajemen yang pasti ada dan sangat dibutuhkan maka peran
Pengorganisasian sangat penting dan sangat menentukan langkah
selanjutnya dalam manajemen.
Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada
suatu lembaga (institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita
mengacu pada perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu
perkumpulan olahraga. Arti kedua mengacu pada proses
pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi manajemen.
Sub bab lain fungsi pengorganisasian juga terdapat suatu fungsi,
tujuan, unsure-unsur yang pada akhirnya dapat membentuk struktur
organisasi yang di dalam struktur tersebut dibagi menjadi beberapa
bagian.
Keberhasilan atau kegagalan organisasi pasti berhubungan dengan
peran para anggotanya. Suatu keberhasilan dapat dicapai bila ada
kerjasama yang baik antar para anggotanya. Sedangkan kegagalan dapat
disebabkan karena adanya faktor internal di pengorganisasian tersebut
yang bersifat negatif.

B. Saran
Mengingat pentingnya pengorganisasian maka perlu kiranya masalah
ini diperhatikan dan dipahami sebaik-baiknya. Setelah mamahami
pengorganisasian maka sebaiknya diterapkan dalam bentuk actual di
lapangan. Dan untuk para pemimpin  sebaiknya harus mengetahui semua

24
hal yang menyangkut tentang organisasi baik secara individu maupun
kelompok.
Agar suatu organisasi berhasil para anggota harus saling
bekerjasama dengan baik dan menjaga kebersamaan agar apabila terjadi
masalah dapat diselesaikan dengan baik-baik tanpa jarus mengganggu
proses organisasi.

25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad S. Ruky. 2016. Strategi, Kebijakan, dan Cara Penataan Upah, Gaji,
dan Remunerasi. Jakarta: PT. Intipesan Pariwara.

Allen and Meyer. 2014. The Measurement and Antecedent of Affective,


continuance, and Normative Commitment to Organization. Jakarta: PT
Komputindo.

Beehr and Franz. 2014. An Organizational Psychhology meta-model of


occupational Stress. Jakarta. Mediasoft.

Dwi Priyatno. 2014. Teknik Mudah dan Cepat Analisis Data Penelitian
Dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta:
Gaya Media.

Dessler, Gerry. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Sepuluh).


Jakarta Barat: PT Indeks. George R. Terry dialih bahasakan

Hamzah. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rajawali.

Hasibuan. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Jhon Kotter. 2014. Leading Of Management. Jakarta: Airlangga.

Kotler John. 2014. Management edition 15. Jakarta: Airlangga. Lee Oey
Liang. 2015. Pengantar Management. Jakarta: Salemba 4.

Luthans, Fred & Jonathan P. Doh. 2014. Manajemen Internasional: Budaya,


Strategi, dan Perilaku. Edisi Ke-8. Buku Ke-2. Jakarta. Salemba
Empat.

Malayu S.P. Hasibuan. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi


Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mangkunegara. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Masram dan Mu’ah. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo.


Zifatama Publiser.

26
Robbins and Coutler. 2014. Management edition 11. New Jersey: Prentice
Hall

27

Anda mungkin juga menyukai