Anda di halaman 1dari 27

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI

PERMAINAN KLASIFIKASI GEOMETRI BERDASARKAN BENTUK,


UKURAN DAN WARNA DI KELOMPOK BERMAIN BINTANG
GEMILANG JORONG TANGAH KECAMATAN BASO
NAMA
NIM
email

: DEFI ASRIANTI
: 821677488
: defi_tamaryadi@yahoo.com
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan kognitif anak di Kelompok
Bermain Bintang Gemilang Jorong Tangah Kecamatan Baso. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk,
ukuran dan warna di KB Bintang Gemilang Jorong Tangah Kecamatan Baso. Subjek penelitian ini
adalah anak usia 4-5 tahun dengan jumlah 16 orang. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah
melalui observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dalan dua siklus, Siklus I dilakukan tiga
kali pertemuan dan siklus II dilakukan tiga kali pertemuan. Untuk melakukan Siklus I maka peneliti
melihat kondisi awal dan setelah Siklus I dilaksanakan, apabila tingkat kemampuan anak masih
renah maka dilanjutkan pada Siklus II. Hasil penelitian perbaikan kegiatan pengembangan telah
menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan karena sudah Berkembang Sangat Baik (BSB).
Perkembangan kemampuan kognitif anak melalui tindakan permainan klasifikasi geometri terlihat
dalam data berikut: 1) Klasifikasi geometri berdasarkan bentuk, pada kondisi awal 0% kemudian
pada siklus I menjadi 25% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 81,25%. 2) Klasifikasi geometri
berdasarkan ukuran, pada kondisi awal 0% kemudian pada siklus I menjadi 25% dan pada siklus 2
meningkat menjadi 81,25%. 3) Klasifikasi geometri berdasarkan warna, pada kondisi awal 0%
kemudian pada siklus I menjadi 25% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 81,25%. Berdasarkan
hasil penelitian yang peneliti lakukan di KB Bintang Gemilang Jorong Tangah Kecamatan Baso
maka kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan dengan permainan klasifikasi geometri
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Kata kunci : Kemampuan, Kognitif, Permainan Klasifikasi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama yang akan menentukan keberhasilan
Pembangunan Nasional. Karena pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
kepada anak untuk menuju kedewasaan dan langkah awal dalam mempersiapkan
generasi muda, baik itu dari sisi kuantitas maupun kualitas pendidikan, sehingga dapat
menampilkan individualitas yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang
terdapat dalam Bab I Pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam


memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
Adapun Pendidikan anak usia dini non formal berbentuk kelompok bermain, taman
penitipan anak dan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Pendidikan anak usia dini informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk taman kanak-kanak.
Kelompok Bermain adalah lembaga pendidikan PAUD yang berada pada jalur
non formal, yang membelajarkan anak usia 4-6 tahun (Depdiknas 2003) tentang Undangundang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Kelompok Bermain dilakukan
melalui pendekatan Bermain Sambil Belajar dan Belajar Seraya Bermain, dengan
tujuan menimbulkan rasa senang pada anak sebagai mana karakteristik anak usia dini
yang sangat menyukai bermain. Bermain sebagai bentuk kegiatan pengembangan
dilakukan dengan memperhatikan teori perkembangan pada anak usia dini, salah satunya
adalah perkembangan kognitif.
Nugraha (2007:4.42) menyatakan bahwa usia 4-6 tahun merupakan masa peka
bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh
potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini
merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan
fisik, kognitif, kognitif, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral,
dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara
optimal.
Salah satu kemampuan dasar yaitu kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif
memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Kemampuan kognitif diperlukan
anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya dalam memecahkan masalah baru
dan menemukan solusi yang baru dalam proses yang rutin. Peningkatan kemampuan
kognitif dikembangkan melalui berbagai macam permainan, seperti membilang benda,
mencocokkan benda, pengukuran, pengenalan lambang bilangan, menghitung benda,
mengelompokkan benda, mengenal warna, menghubungkan benda dengan lambang
bilangan.
Peran pendidik (orangtua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan upaya
dalam peningkatan kemampuan kognitif anak 4-5 tahun. Upaya tersebut harus dilakukan
melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dalam kehidupan

anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktifitas bermain. Dengan


bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.
Dalam menumbuhkan fisik dan psikis anak agar memiliki kesiapan lebih lanjut
guru Kelompok Bermain diharapkan dapat memberi kesempatan pada anak untuk
bermain karena bermain adalah bagian hidup yang terpenting dalam kehidupan anak,
dengan bermain yang sesuai dengan dunianya diharapkan anak dapat menikmati situasi
kegiatan pengembangan yang menyenangkan. Kesenangan dan kecintaan anak-anak
bermain ini dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mempelajari hal yang konkrit
sehingga daya cipta, imajinasi, dan kreativitas anak dapat berkembang.
Selama ini terlihat pengembangan kognitif hanya mengarah kepada pengenalan
konsep angka, lambang bilangan, penambahan, pengurangan, akan tetapi untuk
pengenalan konsep geometri dikenalkan secara global saja. Padahal bagian kognitif itu
diantaranya adalah bentuk geometri. Sedangkan geometri tersebut dapat ditemukan oleh
anak dalam kehidupannya sehari-hari seperti lingkaran, segitiga, bujur, persegi panjang,
jajaran genjang.
Dalam pengembangan kemampuan geometri yang indikatornya mengelompokkan
benda menurut ciri-ciri tertentu misal: menurut warna, bentuk, ukuran, memasangkan
benda sesuai pasangannya, jenisnya, persamaannya, warnanya, dan bentuknya yang
sama. Pada kelompok umur 4-5 tahun pencapaian perkembangan kognitif yang
indikatornya disebutkan di atas seharusnya sudah dapat dicapai dengan baik oleh anak
sesuai kelompok umur.
Setelah peneliti melakukan proses kegiatan pengembangan pada saat kondisi awal
dan berdasarkan hasil refleksi yang telah didiskusikan dengan supervisor 2, maka peneliti
menemukan penyebab permasalahannya. Peneliti menindaklanjuti dengan Supervisor 2
dan teman sejawat untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah. Peneliti
kemudian melakukan tindakan agar dapat menyelesaikan permasalahannya, dan
berhubung belum tercapainya tujuan perbaikan kegiatan pengembangan pada siklus satu,
maka peneliti

mengambil

kesimpulan

untuk melanjutkan perbaikan

kegiatan

pengembangan pada siklus 2. Adapun penyebab permasalahannya yang peneliti temui


pada saat proses kegiatan pengembangan maupun kekurangan terhadap anak didik
Kelompok Bermain Bintang Gemilang umur 4-5 tahun, yaitu:
1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas rendahnya kemampuan kognitif


anak dapat di identifikasi sebagai berikut :
a. Metode pengembangan kognitif anak yang digunakan guru kurang sesuai
dengan prinsip kegiatan pengembangan anak usia dini
b. Materi kegiatan pengembangan yang dipilih kurang tepat untuk pengembangan
kognitif dalam mengklasifikasikan.
c. Media kegiatan pengembangan kurang menarik dalam pengembangan kognitif.
d. Kurangnya sarana belajar yang tersedia
e. Kurangnya stimulasi dari orang tua di rumah
f. Rendahnya intelegensi anak dalam mengklasifikasikan benda.
2. Analisis Masalah
Dari masalah di atas saya mencoba merefleksi diri yang di awali pada:
a. Bertanya kepada diri sendiri
1) Apakah kegiatan mengelompokkan bentuk geometri yang saya berikan sudah sesuai dengan
2)
3)
4)
5)

umur anak?
Apakah saya sudah mencontohkan terlebih dahulu sebelum kegiatan dimulai?
Apakah saya sudah memvariasikan kegiatan tersebut dengan kegiatan yang lain?
Apakah saya sudah memotivasi anak untuk mau mengerjakan tugasnya?
Apakah saya sudah memberi reward kepada anak?
b. Bertanya kepada anak didik
a. Apakah anak ibu bisa mengelompokkan bentuk geometri?
b. Apakah kegiatannya tidak menarik?
c. Apakah penampilan ibu kurang menarik?
Dari permasalahan yang ada, peneliti mencoba berdiskusi dengan Kepala
Sekolah dan mencari penyebab munculnya masalah dalam mengklasifikasikan
geometri. Semua itu harus dimulai dari:
1. Faktor diri sendiri
Saya sudah menjelaskan aturan sebelum melaksanakan kegiatan kegiatan
pengembangan kepada anak, namun anak masih selalu bertanya dan ragu untuk
melakukan kegiatan. Anak belum mampu menyelesaikan kegiatan untuk
menyebutkan nama geometri yang diperlihatkan, sehingga anak kelihatan kurang
berminat untuk mengikuti kegiatan ini, sehingga tujuan yang diharapkan tidak
tercapai dan hasilnya tidak memuaskan.

2. Faktor anak didik


Anak tidak mencobanya karena menganggap mengklasifikasikan bentuk geometri
itu tidak menarik dan tidak menyenangkan seperti kegiatan yang lain.
Penyebabnya sama dengan hal diatas yaitu tidak sesuai dengan karakteristik anak
yang menyenangkan.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas maka pemecahan masalah dari rendahnya


kemampuan kognitif anak adalah mengklasifikasikan geometri berdasarkan bentuk,
ukuran dan warna di KB Bintang Gemilang Tangah Kecamatan Baso.
Perkembangan mengklasifikasikan geometri anak adalah satu urutan yang dapat
mengembangkan kemampuan kognitif anak. Alasan digunakan geometri karena
geometri berkaitan dengan kemampuan mengembangkan konsep bentuk, ukuran dan
warna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan kognitif anak melalui permainan
klasifikasi geometri berdasarkan bentuk, warna dan ukuran di KB Bintang Gemilang
Tangah Kecamatan Baso?.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan kognitif dalam:
1. Memiliki lebih banyak kemampuan untuk mengklasifikasikan geometri berdasarkan
bentuk.
2. Memiliki lebih banyak kemampuan untuk mengklasifikasikan geometri berdasarkan
warna.
3. Memiliki lebih banyak kemampuan untuk mengklasifikasikan geometri berdasarkan
ukuran.
D. Manfaat Penelitan Perbaikan Kegiatan Pengembangan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bagi guru:
a. Sebagai masukan dalam menyusun program kegiatan pengembangan untuk
mengembangkan aspek kognitif anak
b. Untuk mengembangkan media dan strategi dalam kegiatan pengembangan AUD
c. Agar guru lebih inovatif dan kreatif dalam membelajarkan anak usia dini
2. Bagi anak :
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan kognitif anak dalam kegiatan
pengembangan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk, ukuran dan warna dimasa
yang akan datang
3. Bagi sekolah:
Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan di Kelompok Bermain, dengan
memperhatikan kemampuan guru dalam melakukan PKP dengan berbagai strategi
perbaikan kegiatan pengembangan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan
dan meningkatkan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah
4. Bagi masyarakat:

Agar masyarakat menyadari betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini baik
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Bahwa anak usia dini memiliki
kecerdasan intelektual atau kognitif, fisik motorik, sosial dan emosional serta
kreatifitas anak
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Kognitif Anak Usia Dini
a. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang
mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ideide dan belajar. Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi
atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih bersifat aktif yang
merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa
aktifitas atau perilaku.
Menurut Thurstone dalam Sujiono, dkk (2011:1.7) menjelaskan bahwa
kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu kemampuan: a)
berbahasa (verbal comprehension), b) mengingat (memory), c) nalar atau berpikir
logis (reasoning), d) pemahaman ruang (spatial factor), e) bilangan (numerical
ability), f) menggunakan kata-kata (word fluency), g) mengamati dengan cepat dan
cermat (perceptual speed).
b. Tujuan pengembangan kognitif
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu
melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui pancainderanya sehingga
dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan
hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk Tuhan yang harus memberdayakan

apa yang ada di dunia ini untk

kepentingan dirinya dan orang lain.


Berdasarkan pendapat Piaget adalah maka pentingnya guru mengembangkan
kemampuan kognitif pada anak sebagai berikut:
1) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia
lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh
dan komprehensif.

2) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian
yang pernah dialaminya.
3) Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka
menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4) Agar naak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia
sekitarnya.
5) Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi secara
melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan).
6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga
pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya
sendiri.
c. Tahapan Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget dalam Sujiono,dkk (2011:3.6) menyatakan bahwa tahapan
perkembangan kognitif anak berlangsung dalam 4 fase, yaitu: I) Tahap Sensori
motor (usia 0-2 tahun). II) Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun). III) Tahap
Konkret operasional (usia 7-11 tahun). d) Tahap Formal operasional (usia 11
sampai usia dewasa).
Menurut Yusuf dkk (2011:55) bahwa anak berada pada tahap atau periode
praoperasional yang dideskripsikan sebagai berikut: (1) Mampu berfikir dangan
menggunakan simbol (symbolic function), (2) berpikir masih dibatasi persepsi, (3)
berpikir masih kaku belum fleksibel, (4) dapat mengelompokkan sesuatu
berdasarkan satu dimensi, (5) cara berpikirnya masih egosentris.
d. Karakteristik Kognitif
Vygotsky dalam Hildayani (2011:3.26) mengemukakan karakteristik kognitif
anak usia dini terutama usia taman kanak-kanak di kelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Tingkat kemampuan aktual mengacu pada batas kemampuan lebih tinggi yang
bisa dicapai oleh seorang anak dalam memecahkan masalah secara mandiri
tanpa bantuan orang lain.
2) Tingkat kemampuan potensial mengacu pada batas kemampuan lebih tinggi
yang dicapai oleh seorang anak saat memecahkan masalah dengan bantuan
orang yang lebih kompeten.
Menurut Piaget dalam Sujiono (2011:3.12) karakteristik kognitif anak usia >
4-5 tahun sebagai berikut: a) egosentris, b) berpikir animistis, c) persepsi-lompatan
pemikiran, d) pemusatan pikiran pada satu aspek, e) memfokuskan diri dalam
waktu yang cepat, f) menggambar dengan gerakan naik turun bersambung, g) tidak

dapat diubah, h) alasan transduktif, dan i) tidak dapat mengklasifikasikan secara


hierarkis.
e. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
Sujiono (2011:1.25) Faktor-faktor yang mempengaruhi kognitif yaitu terdiri
dari: a) hereditas/keturunan, b) lingkungan, c) kematangan, d) pembentukan,e)
minat dan bakat, f) kebebasan memilih metode-metode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah.
2. Konsep Bermain Anak Usia Dini
a. Pengertian Bermain
Menurut kamus besar Kognitif Indonesia dalam Suyadi (2009:17) Bermain
adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat
tertentu atau tidak). Vigotsky dalam Montolalu, dkk (2012:1.9) mengemukakan
bahwa bermain merupakan cara berfikir anak dan cara anak memecahkan masalah.
Dimana teori ini menekankan pemusatan hubungan sosial sebagai hal penting yang
akan membantu perkembangan kognitif dan berfikir.
Sudono (2006:1) Menyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan
pengertian

atau

memberikan

informasi,

memberi

kesenangan

maupun

mengembangkan imajinasi anak. Dalam hal ini bermain memberi kesempatan pada
anak untuk melakukan kontrol yang lebih besar terhadap situasi yang dihadapi
daripada hal yang mereka hadapi dalam realitas.

b. Tujuan Bermain
Menurut Kemendiknas (2010:56) tujuan bermain diantaranya: 1) dapat
mengembangkan daya pikir (kognitif) anak agar mampu menghubungkan
pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan yang diperoleh, 2) melatih
kemampuan kognitif agar anak mampu berkomunikasi secara lisan di lingkungan,
3) melatih kemampuan anak supaya dapat mengembangkan keterampilan halus,
4) mengembangkan jasmani anak agar keterampilan kasar anak dalam berolah
tubuh yang berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan, 5) mengembangkan daya
cipta anak supaya lebih kreatif, 6) mengembangkan imajinasi dan menimbulkan
rasa senang bagi anak.
c. Karakteristik Bermain
Caron, dkk dalam Musfiroh (2005:1)mengungkapkan bahwa:
Karakteristik bermain dapat membantu anak-anak berkembang
secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh

wilayah dan aspek perkembangan anak, ketika anak bermain,


memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain
dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain anak bebas berimajinasi,
bereksplorasi dan bebas menciptakan sesuatu.
Adapun Sujiono (2010:37) menyatakan bahwa terdapat 6 karakteristik
bermain anak usia dini, sebagai berikut: (1)Bermain datang dari dalam diri anak
artinya, (2) bermain harus terbebas dari aturan yang mengikat, (3) bermain adalah
aktivitas nyata atau sesungguhnya, (4) bermain fokus pada proses dari pada
hasilnya, (5) bermain didominasi oleh pemain, bukan didominasi orang dewasa,
dan (6) bermain melibatkan pemain secara aktif.
d. Ciri-ciri bermain
Vygotsky dalam Sujiono (2010:34) menjelaskan ciri-ciri bermain, yaitu: (1)
aktivitas bermain menciptakan situasi imajiner yang memungkinkan anak untuk
menghadapi keinginan-keinginan yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan
nyata, (2) bermain memuat aturan-aturan berperilaku yang harus diikuti oleh anak
untuk dapat menjalankan adegan bermain.
Solehuddin (2010:5.4) menyatakan bahwa suatu aktifitas itu dapat disebut
bermain jika memiliki ciri-ciri yaitu : 1) bermain itu dilakukan secara voluntir,
2) bermain itu spontan, 3) bermain lebih berorientasi pada proses, 4) bermain
didorong oleh motivasi instrinsik, 5) bermain itu menyenangkan, 6) bermain itu
bersifat aktif, 7) bermain itu bersifat fleksibel.
e. Manfaat Bermain
Montolalu (2008:1.18) mengemukakan bahwa bermain mempunyai manfaat
bagi anak sebagai berikut: 1) bermain memicu kreatifitas, 2) bermain
mencerdaskan otak anak, 3) bermain menanggulangi konflik, 4) bermain untuk
melatih empati, 5) bermain untuk melatih panca indera, 6) bermain sebagai media
terapi, 7) bermain dapat melakukan penemuan.
f. Tahapan Perkembangan Bermain
Hurlock dalam Montolalu (2008:2.20)

menggolongkan

tahapan

perkembangan bermain anak sebagai berikut: a) tahap eksplorasi, mereka mencari


tahu, mengamati, menyelidiki apa yang dapat dilakukan benda atau alat tersebut, b)
tahap alat permainan (toy stage), anak usia dini bermain dengan mainan dan
menganggap dapat berkomunikasi dengannya, seperti dengan manusia, c) tahap
bermain (play stage), di tahap ini anak sudah tahu berbagai jenis permainan
bersama maupun sendiri dengan alat permainan, d) tahap melamun (daydream

stage), anak sudah merasa besar dan tidak cocok lagi dengan bermain mobilmobilan atau bermain dengan boneka.
g. Bermain Klasifikasi
Adapun menurut Beaty dalam Aisyah, dkk (2014:5.33) bahwa sejumlah
pengembangan konsep yang muncul secara sistematis melalui beberapa program
pengembangan kognitif pada anak usia dini, yaitu sebagai berikut:
1) Bentuk
Bentuk adalah salah satu dari konsep paling awal yang harus dikuasai. Anak
dapat membedakan benda berdasarkan bentuk terlebih dulu sebelum berdasarkan
ciri-ciri lainnya.
2) Warna
Meskipun anak sering berbicara tentang warna dari suatu benda, Beaty
mengatakan bahwa anak dapat mengembangkan konsep warna setelah mengenal
bentuk
3) Ukuran
Ukuran adalah salah satu yang diperhatikan anak secara khusus. Sering kali
hubungna ukuran ini diajarkan dalam konteks kebalikan, seperti besar dengan
kecil, panjang dengan pendek, lebar dengan sempit, dan panjang dengan pendek.
4) Pengelompokan
Kita dapat melihat prosesnya dengan jelas ketika ia memisahkan mainan ke
dalam kelompok binatang besar dan binatang kecil.
5) Pengurutan
Pengurutan adalah kemampuan meletakkan benda dalam urutan menurut
aturan tertentu. Sebagai contoh, mengurutkan 5 buah tongkat dari ynag paling
pendek ke yang paling panjang, mengurutkan berbagai buku dari yang paling
tebal ke yang plaing tipis.
Proses-proses penting selama tahapan operasional antaranya:
1) Klasifikasi yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya atau karakteistik
lainnya termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya kedalam rangkaian tersebut.
2) Bermain Klasifikasi Anak diharapkan dapat mengelompokkan atau
memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya
sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Geometri
a. Pengertian Geometri
Pengertian geometri menurut Bird (2002; 142) adalah bagian dari matematika

yang membahas mengenai titik, garis, bidang, dan ruang. Geometri berhubungan
dengan konsep-konsep abstrak yang diberi simbol-simbol. Beberapa konsep
tersebut dibentuk dari beberapa unsur yang tidak didefinisikan menurut sistem
deduktif.
b. Pengembangan Geometri (PG)
Menurut Sujiono, dkk (2011:2.15) kemampuan ini berhubungan dengan
pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Adapun kemampuan yang akan
dikembangkan, antara lain:
1) Memilih benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
2) Mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
3) Membandingkan benda menurut ukurannya besar, kecil, panjang, lebar, tinggi,
rendah.
4) Mengukur benda secara sederhana.
5) Mengerti dan menggunakan bahasa ukuran

B. Karakteristik Peserta Didik


Menurut Hartati dalam Aisyah, dkk (2014:1.4) beberapa karakteristik anak usia
dini adalah 1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2. Merupakan pribadi yang unik, 3.
Suka berfantasi dan berimajinasi, 4. Masa paling potensial untuk belajar, 5.
Menunjukkan sikap egosentris, 6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, 7.
Sebagai bagian dari makhluk sosial.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Serta Pihak Yang Membantu Penelitian
1. Subjek dari Penelitian
Subjek penelitian perbaikan kegiatan pengembangan ini adalah anak didik
Kelompok Bermain Bintang Gemilang usia 4-5 tahun jorong Tangah nagari Padang
Tarok kecamatan Baso kabupaten Agam, dengan jumlah anak 16 orang yang terdiri
dari 7 orang laki-laki dan 9 orang perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelompok Bermain Bintang Gemilang jorong Tangah
nagari Padang Tarok kecamatan Baso kabupaten Agam
3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian perbaikan kegiatan pengembangan dilaksanakan
pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan waktu diuraikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No

Hari/Tanggal

1.

Senin-Selasa
11-12 April 2016
Rabu
13 April 2016
Senin-Selasa
18-19 April 2016
Rabu
20 April 2016

2.
3.
4.

Siklus
I
I
II
II

Tema
Alam
Semesta
Alam
Semesta
Alam
Semesta
Alam
Semesta

Supervisor 2/
teman Sejawat
Rini Fitria, S.P
Rini Fitria, S.P
Kamelia Sari, S.Pd
Rini Fitria, S.P
Rini Fitria, S.P
Kamelia Sari, S.Pd

4. Pihak yang membantu


Terlaksananya penelitian perbaikan pengembangan ini dengan baik dari awal
penelitian

sampai selesainya penelitian laporan ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang memberikan bimbingan dan pemikiran serta motivasi kepada
peneliti. Pihak-pihak yang berkonstibusi tersebut adalah:
1. Ibu Tutor mata kuliah selaku supervisor 1 PKP
2. Ibu Kamelia Sari, S.Pd sekaligus sebagai supervisor 2 dan penilai 1 PKP.
3. Ibu Kepala PAUD Bintang Gemilang selaku guru senior dan penilai 2.
5. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada semester II dengan tema dan sub tema kegiatan
pengembangan adalah:
Tema/ Sub Tema :Siklus I Alam Semesta/ Bumi, Bulan, Bintang dan Matahari
Siklus II Alam Semesta/ Gejala Alam
Waktu
:Siklus I tanggal 11-13 April 2016
Siklus II tanggal 18-20 April 2016
B. Desain Prosedur Perbaikan Kegiatan pengembangan
Siklus merupakan ciri khas dari penelitian perbaikan kegiatan pengembangan.
Penelitian ini mengacu pada model Kurl Lewin (dalam Depdiknas, 2004).
Gambar 3.1
Tahap-tahap dalam PTK menurut (Wardhani & Wiharti, 2007)
Siklus I
Merencanakan

Refleksi

Melakukan
Tindakan
Mengamati

Siklus II
Merencanakan

Refleksi

Melakukan
Tindakan

C. Sumber dan Teknik Analisis Data


1. Sumber Data
Mengamati
Data dianalisis dalam persentase dengan menggunakan rumus
untuk mengukur gambaran peningkatan perkembangan kognitif
anak sebagai berikut :
P = F x 100
N
P=

F
x 100
N

Keterangan :
P = Angka persentase
F = Frekuensi aktivitas anak
N = Jumlah anak dalam satu kelas
Pengkategorian

nilai

pencapaian

subjek

penelitian

digunakan

klasifikasi

sebagaimana penilaian anak usia 4-5 tahun bermain yaitu:


*

= Belum Berkembang (BB)

**

= Mulai Berkembang (MB)

***

= Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

****

= Berkembang Sangat Baik (BSB)

Adapun data dapat dianalisis dengan teknik sebagai berikut:


a. Analisis observasi
Hasil observasi dianalisis dengan melakukan penilaian dalam mengklasifikasikan
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna.
b. Analisis catatan laporan
Catatan lapangan dianalisis dengan cara mengelompokkan ringkasan dalam
bentuk pernyataan tentang kemampuan anak menyusun kepingan geometri.
c. Analisis Reflektif
d. Dilakukan tindakan untuk melihat keputusan penelitian dalam usaha peneliti
mencapai tujuan penelitian.
2. Teknik Analisis Data
a. Data yang di dapat dari kegiatan anak yang di amati selama proses kegiatan
pengembangan berlangsung dilakukan melalui observasi dan hasilnya ditulis
dalam lembaran observasi dan RKH.

b. Dokumentasi berupa kamera untuk merekam kegiatan pengembangan yang


sedang berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan temuan penelitian dalam upaya
meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengklasifikasikan geometri di Kelompok
Bermain Bintang Gemilang melalui permainan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk,
ukuran dan warna. Temuan penelitian diuraikan berdasarkan siklus-siklus tindakan kegiatan
pengembangan.
Pelaksanaan tindakan dibagi atas 2 siklus, data setiap siklus dipaparkan terpisah dari
siklus berikutnya. Hal ini dilakukan agar terlihat dengan jelas peningkatan perkembangan.
Hasil penelitian pada setiap siklus dapat dideskripsikan sebagai berikut:
A.

Deskripsi

Hasil

Penelitian

Perbaikan

Kegiatan

Pengembangan
1. Deskripsi dan Hasil Penelitian Pada Siklus I
a.
Perencanaan Tindakan Perbaikan Kegiatan
pengembangan
Untuk perencanaan perbaikan kegiatan pengembangan disusun berdasarkan
penilaian dari Supervisor 1 dan 2, dimana sudah menunjukkan hasil yang baik
karena telah melalui pembimbingan dari kedua supervisor tersebut.
Adapun bentuk-bentuk perencanaan perbaikan kegiatan pengembangan yang
telah dilaksanakan pada siklus 1 ini adalah:
1) Rancangan satu siklus untuk siklus I.
2) Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang merupakan penjabaran dari Rancangan
Satu Siklus. RKH tersebut disusun untuk tiga yang dilaksanakan untuk 3 kali
pertemuan.
3) Skenario perbaikan untuk pelaksanaan ketiga RKH tersebut.
b. Hasil Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Kegiatan Pengembangan
Siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dan pertemuan tersebut dilaksanakan
setiap hari yang dilaksanakan dalam kegiatan inti pada hari Senin sampai hari Rabu.
Pertemuan I dilakukan pada tanggal 11 April 2016 sampai dengan pertemuan ke III pada
tanggal 13 April 2016.
Pada pertemuan pertama peneliti menyediakan gambar bentuk geometri persegi,
persegi panjang, segitiga dan lingkaran kemudian peneliti memberikan kesempatan
kepada anak secara bergantian untuk bermain klasifikasi bentuk geometri dan meminta
anak untuk mengelompokkan bentuk geometri sesuai contoh yang telah diberikan guru.
Kegiatan ini dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan, dan pada pertemuan ke II sampai

dengan ke III peneliti menyediakan lagi bentuk, ukuran dan warna geometri yang lebih
bervariasi, setelah itu peneliti meminta anak untuk mengulang mengklasifikasikasikan
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna secara bergantian.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pertemuan III Siklus I
No
1.

2.

3.

Aspek yang diamati

BSB
F
%
4
25

BSH
F
%
6
37,5

MB
F
%
4
25

BB

F
%
Mengklasifikasikan
2
12,5
geometri
berdasarkan bentuk
yang sama.
Mengklasifikasikan
4
25 6
37,5
4
25
2
12,5
geometri
berdasarkan ukuran
yang sama.
Mengklasifikasikan
4
25 6
37,5
4
25
2
12,5
geometri
berdasarkan ukuran
yang sama.
Jumlah
75
112,5
75
37,5
Rata-rata
25%
37,5%
25%
12,5%
Sampai dengan pertemuan III kemampuan kognitif anak meningkat dengan baik,

Indikator 1) mengklasifikasikan geometri berdasarkan bentuk yang sama, anak dengan


kriteria berkembang sangat baik sebanyak 4 orang atau 25%. Yang mendapat kriteria
berkembang sesuai harapan sebanyak 6 orang atau 37,5%, kriteria mulai berkembang 4
orang atau 25% dan kriteria belum berkembang mulai berkurang menjadi 2 orang atau
12,5%. Indikator 2) Mengklasifikasikan geometri berdasarkan ukuran yang sama, anak
dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 4 orang atau 25%. Yang mendapat
kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 6 orang atau 37,5%, kriteria mulai
berkembang 4 orang atau 25% dan kriteria belum berkembang mulai berkurang menjadi
2 orang atau 12,5%. Dan indikator 3) mengklasifikasikan geometri berdasarkan warna
yang sama. anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 4 orang atau 25%.
Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 6 orang atau 37,5%,
kriteria mulai berkembang 4 orang atau 25% dan kriteria belum berkembang mulai
berkurang menjadi 2 orang atau 12,5%.

37.5

40
35
30

25

25

25
20
12.5

15
10

M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk yang sama
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran yang sama
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
warna yang sama

5
0
BSB

BSH

MB

BB

Peningkatan
kemampuan kognitif anak pada pertemuan III dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut ini:

Grafik 4.3
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pertemuan III Siklus I
Pada grafik 4.4 terlihat peningkatan yang sangat baik pada kemampuan kognitif
anak. Persentase anak yang mendapat nilai berkembang sangat baik sudah mencapai
25%, anak dengan nilai berkembang sesuai harapan menjadi 37,5%. Dan anak yang
mulai berkembang 25% dan belum berkembang 12,5%.
Refleksi
Sampai dengan pertemuan III Siklus I kemampuan kognitif anak menunjukkan
hasil kurang memuaskan. Karena hasil yang dicapai belum optimal. Maka peneliti masih
melanjutkan ke Siklus II, oleh sebab itu pada Siklus II peneliti melakukan perbaikan
tindakan untuk permainan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk, ukuran dan warna.
c. Hasil Pengamatan Tindakan Perbaikan Kegiatan pengembangan

Dari hasil pengolahan data pada siklus I sebanyak 3 kali pertemuan menunjukkan
hasil kurang memuaskan untuk kemampuan kognitif anak. Kemampuan klasifikasi
geometri anak mengalami peningkatan, namun karena hasil yang dicapai belum optimal
maka penelitian masih terus dilanjutkan dengan siklus II. Kurang optimalnya hasil yang
diperoleh diduga karena kegiatan permainan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk,
ukuran

dan

warna

kurang

memberikan

kesempatan

kepada

anak

untuk

mengelompokkan dengan kegiatan yang menarik bagi anak. Oleh sebab itu pada siklus
II peneliti melakukan perbaikan tindakan melalui permainan klasifikasi geometri
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna. Dan dalam pelaksanaannya peneliti melibatkan
anak secara aktif untuk bermain mengelompokkan dengan aturan yang telah
disampaikan guru.
1.

Deskripsi dan Hasil Penelitian Pada Siklus 2


a. Hasil Perencanaan Tindakan Perbaikan Kegiatan pengembangan.
Perencanaan perbaikan kegiatan pengembangan untuk siklus 2 disusun
berdasarkan hasil refleksi dari pertemuan siklus 1. Berdasarkan data yang telah
diperoleh dari hasil refleksi tersebut masih ditemui kekurangan dan kelemahan.
Sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus 2.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Metode Permainan Klasifikasi Bentuk Geometri Pertemuan III Siklus II
N
o
1.

2.

3.

Aspek yang diamati

BSB
F
%
13
81,25

BSH
F
%
3 18,75

MB
F
%
0
0

Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk yang sama.
Mengklasifikasikan
13
81,25
3 18,75
0
0
geometri berdasarkan
ukuran yang sama.
Mengklasifikasikan
13
81,25
3 18,75
0
0
geometri berdasarkan
warna yang sama.
Jumlah
243,75
56,25
0
Rata-rata
81,25%
18,75%
0%
Sampai dengan pertemuan III kemampuan kognitif anak

BB
F
0

%
0

0
0%
meningkat

dengan baik, Indikator 1) mengklasifikasikan geometri berdasarkan bentuk yang


sama, anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 13 orang atau
81,25%. Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 3 orang
atau 18,75%, kriteria mulai berkembang dan kriteria belum berkembang sudah
0%. Indikator 2) Mengklasifikasikan geometri berdasarkan ukuran yang sama,

anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 13 orang atau 81,25%.
Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 3 orang atau
18,75%, kriteria mulai berkembang dan kriteria belum berkembang sudah 0%,
dan indikator 3) mengklasifikasikan geometri berdasarkan warna yang sama.
anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 13 orang atau 81,25%.
Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 3 orang atau
18,75%, kriteria mulai berkembang dan kriteria belum berkembang sudah 0%..
Untuk lebih jelasnya perkembangan kognitif anak pada pertemuan III
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
90
80
70
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan warna

60
50
40
30
20
10
0
BSB

BSH

MB

BB

Grafik 4.6
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pertemuan III Siklus II

Berdasarkan pada grafik diatas, kemampuan kognitif anak pada


pertemuan III terlihat peningkatan kemampuan kognitif anak. Dimana anak
yang memperoleh nilai berkembang sangat baik persentasenya meningkat
menjadi 81,25% dan untuk anak yang berkembang sesuai harapan persentasenya
18,75%. Sedangkan untuk anak yang mendapat nilai mulai berkembang dan
belum berkembang 0%.
a) Refleksi
Pada pertemuan III siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pengolahan
data pada pertemuan I sampai III, maka kemampuan kognitif anak dengan
kriteria berkembang sangat baik sebanyak 13 orang anak atau 81,25% dari 16
orang anak maka peneliti sudah berhasil dengan pengembangan kegiatan
pengembangan.
b. Hasil Pengamatan Tindakan Perbaikan Kegiatan pengembangan.
Refleksi siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pengolahan data pada
pertemuan I sampai pertemuan III, kemudian diolah secara keseluruhan, tiga kali
pertemuan yang dilakukan pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kognitif anak mengalami peningkatan yang sangat baik, karena hasil yang dicapai
sudah mencapai target yang peneliti inginkan yaitu 75% anak dengan kriteria
pencapaian berkembang sangat baik, dan hasil pengolahan data menunjukan bahwa
81,25% telah mencapai kriteria berkembang sangat baik. Berdasarkan hasil
pengolahan data maka peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian sampai
dengan siklus kedua ini.
B.

Pembahasan dari Setiap Siklus


Berdasarkan hasil pengolahan data secara kuantitiatif perlu peningkatan hasil mulai
dari kondisi awal kemampuan kognitif anak dengan kriteria nilai berkembang sangat
baik berada pada rentang angka 0%, setelah siklus I meningkat menjadi 12,5%, dan
setelah siklus II pencapaian dengan kriteria berkembang sangat baik meningkat baik
sampai 81,25%. Data kuantitatif anak secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.7
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan
Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Kriteria

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

F
%
F
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Pertemuan I

0 0 0 0 0 0 2 2 2

Pertemuan II

0 0 0 0 0 0 3 3 3

Pertemuan III

0 0 0 0 0 0 4 4 4

1
12,

%
2
12,

3
12,

5
18,

5
18,

5
18,

25

25

25

F
2

10

10

10

13

13

13

1
43,

%
2
43,

7
62,

7
62,

5
81,

5
81,

3
43,7
62,5
81,2

Peningkatan kemampuan kognitif anak dalam klasifikasi geometri berdasarkan


bentuk, ukuran dan warna meningkat dengan baik setelah dilakukan tindakan permainan.
Pada kondisi awal kemampuan dengan kriteria berkembang sangat baik 0%, setelah
siklus I meningkat dengan persentase 12,5%, pada pertemuan I meningkat menjadi
12,5% atau 2 orang, pada pertemuan II meningkat menjadi 18,7% atau 3 orang anak,
pada pertemuan III meningkat menjadi 25% atau 4 orang anak. Pada siklus II, pertemuan
I untuk kriteria berkembang sangat baik mengalami peningkatan menjadi 7 orang anak
atau 43,7%, pada pertemuan II meningkat menjadi 62,5% atau 10 orang anak, setelah
pertemuan III meningkat menjadi 81,2% atau 13 orang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kegiatan permainan klasifikasi bentuk, ukuran dan warna mampu
meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk geometri anak dengan
baik.
Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan kognitif anak pada kondisi awal,
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini:

90

81.25

80
62.5

70
60
50

43.75

40
30
20
10
0
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II

Grafik 4.7
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan
Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Dari grafik 4.7 diatas dapat dilihat peningkatan kemampuan kognitif anak pada
kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal kemampuan kognitif anak dengan
kriteria berkembang sangat baik masih 0%, pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi
12,5%, pertemuan II menjadi 18,75%, dan pertemuan III meningkat menjadi 25%.
Sedangkan pada siklus II kemampuan kognitif anak dengan kriteria berkembang sangat
baik pada pertemuan I yaitu 43,75%, pertemuan II meningkat menjadi 62,5%, pertemuan
III meningkat menjadi 81,25%.
Berdasarkan uraian di atas maka peningkatan kemampuan mengklasifikasikan
geometri berdasarkan bentuk, ukuran dan warna secara individu maupun klasikal dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak, hal ini terbukti dari hasil pengolahan data
sebagian besar anak memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan geometri
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna pada saat penelitian.
1. Siklus I
Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus pertama yang digambarkan
pada tabel berikut ini adalah peningkatan kemampuan kognitif anak yang dibatasi
pada kriteria berkembang sangat baik,dan hasil pengolahan data pada siklus I dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak


Melalui Permainan Klasifikasi Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna Siklus
I
N
o
1.

2.

3.

Aspek yang diamati


Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
warna
Jumlah
Rata-rata

Pertemuan I
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
2
12,
5

Pertemuan II
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
3
18,75

Pertemuan III
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
4
25

12,
5

18,75

25

12,
5

18,75

25

37,
5
12,5%

56,25
18,75%

75
25%

Hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan kognitif anak pada siklus I


yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dimana kemampuan anak 1)
Mengklasifikasikan geometri berdasarkan bentuk pada pertemuan pertama hanya
terdapat 2 orang anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik
atau 12,5%, pada pertemuan kedua meningkat menjadi 3 orang atau 18,75%,
pertemuan ketiga meningkat menjadi 4 orang atau 25%. Untuk kemampuan 2)
Mengklasifikasikan geometri berdasarkan ukuran, pertemuan pertama hanya
terdapat 2 orang anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik
atau 12,5%, pada pertemuan kedua meningkat menjadi 3 orang atau 18,75%,
pertemuan ketiga meningkat menjadi 4 orang atau 25%. Dan untuk kemampuan
anak 3) Mengklasifikasikan geometri berdasarkan warna, pertemuan pertama hanya
terdapat 2 orang anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik
atau 12,5%, pada pertemuan kedua meningkat menjadi 3 orang atau 18,75%,
pertemuan ketiga meningkat menjadi 4 orang atau 25%.
Rata-rata peningkatan kemampuan kognitif anak pada siklus pertama dapat
dilihat pada grafik di bawah ini :

25
20
15
10
5
0

Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
warna

Grafik 4.8
Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan
Warna Siklus I
Grafik 4.8 di atas menunjukan bahwa kemampun kognitif anak meningkat
dengan baik pada tiap pertemuan, pada pertemuan pertama 12,5% anak yang
mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pertemuan kedua meningkat
menjadi 18,75%, pertemuan ketiga meningkat lagi menjadi 25%.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus II yang digambarkan pada tabel
berikut ini adalah peningkatan kemampuan kognitif anak yang dibatasi pada kriteria
berkembang sangat baik,dan hasil pengolahan data pada siklus II dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna Siklus II
N
o
1.

2.

3.

Aspek yang diamati


Mengklasifikasikan
geometri
berdasarkan bentuk
Mengklasifikasikan
geometri
berdasarkan ukuran
Mengklasifikasikan
geometri
berdasarkan warna
Jumlah
Rata-rata

Pertemuan I
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
7
43,75

Pertemuan II
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
10
62,5

Pertemuan III
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
13
81,25

43,75

10

62,5

13

81,25

43,75

10

62,5

13

81,25

131,25
43,75%

187,5
62,5%

243,75
81,25%

Hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan kognitif anak pada siklus II


yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dimana kemampuan anak 1)
Mengklasifikasikan geometri berdasarkan bentuk pada pertemuan pertama 7 orang
atau 43,75% anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik,
pada pertemuan kedua meningkat menjadi 10 orang atau 62,55%, pertemuan ketiga
meningkat

menjadi

13

orang

atau

81,25%.

Untuk

kemampuan

2)

Mengklasifikasikan geometri berdasarkan ukuran, pertemuan pertama 7 orang atau


43,75% anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 10 orang atau 62,55%, pertemuan ketiga
meningkat menjadi 13 orang atau 81,25%. Dan untuk kemampuan anak 3)
Mengklasifikasikan geometri berdasarkan warna, pertemuan pertama 7 orang atau
43,75% anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 10 orang atau 62,55%, pertemuan ketiga


meningkat menjadi 13 orang atau 81,25%.
Rata-rata peningkatan kemampuan kognitif anak pada siklus II dapat dilihat
pada grafik 4.9 di bawah ini :
90

81.25

80
62.5

70

Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
warna

60
43.75

50
40
30
20
10
0

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 3

Grafik 4.9
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Siklus II
Grafik di atas menunjukan bahwa kemampun kognitif anak meningkat
dengan baik pada tiap pertemuan, pada pertemuan pertama 43,75% anak yang
mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pertemuan kedua
meningkat menjadi 62,5%, pertemuan ketiga meningkat lagi menjadi 81,25%.
SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data maka kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan mengklasifikasikan bentuk geometri dengan permainan klasifikasi
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna merupakan salah satu konsep paling awal
yang harus dikuasai anak. Dimana anak dapat membedakan benda berdasarkan
bentuk lebih dulu sebelum ciri-ciri lainnya. Dengan demikian maka kemampuan
kognitif anak dalam klasifikasi geometri melalui pengenalan bentuk merupakan hal

terbaik.

Pencapaian

kemampuan

berkembang

sesuai

harapan

dalam

mengklasifikasikan berdasarkan bentuk meningkat sampai 81,25%.


2. Mengelompokkan geometri berdasarkan warna juga dapat mengembangkan
kemampuan kognitif anak. Dimana konsep warna paling baik dikembangkan dengan
cara mengenalkan warna satu persatu kepada anak. Dimana pencapaian kemampuan
berkembang sesuai harapan anak dalam mengklasifikasikan berdasarkan warna juga
meningkat sampai 81,25%.
3. Ketika anak mendapatkan pengalaman langsung saat bermain khusunya dalam
ukuran, maka anak akan dapat memahami satu macam ukuran dalam satu waktu dan
akhirnya dapat membandingkannya. Dan pencapaian berkembang sesuai harapan
juga meningkat sampai 81,25%
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan temuan hasil penelitian tentang kegiatan klasifikasi geometri
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak
Kelompok Bermain Bintang Gemilang Tangah, maka:
1. Kemampuan klasifikasi geometri merupakan pengembangan kognitif bagi anak usia
dini, dan dapat dikembangkan melalui kegiatan klasifikasi geometri dengan
permainan klasifikasi berdasarkan bentuk, ukuran dan warna.
2. Anak memiliki berbagai kemampuan atau potensi yang dapat dan harus
diikembangkan. Dan pengembangan kemampuan tersebut dilakukan oleh orang tua
dan guru. Untuk dapat mengembangkan kemampuan dan potensi anak, maka guru
dan orang tua hendaklah memahami tentang kegiatan pengembangan anak memalui
kegiatan kegiatan pengembangan yang menyenangkan yaitu melalui kegiatan
bermain dan permainan.
3. Selain kemampuan kognitif, anak juga memiliki kemampuan lain yang harus
dikembangkan. Oleh sebab itu pendidik dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam
melalukan pembaharuan kegiatan pengembangan untuk dapat mengembangkan
berbagai potensi anak.
4. Kegiatan mengklasifikasikan geometri berdasarkan bentuk, ukuran dan warna perlu
disosialisasikan pada para pendidik Kelompok Bermain dan orang tua, sehingga
terjadi harmonisasi dalam memberikan harapan pada anak dan cara menstimulasi
anak agar kemampuannya dapat berkembang sesuai harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti 2014. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Dhiene, Nurbiana. 2012. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Depdiknas, 2003. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Naional.
Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Gunarti, Winda dkk. 2015. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Montolalu, B.E.F. 2012. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka
Poerwadarminta. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Pusat Kognitif.
Departemen Pendidikan Nasional
Sujiono, Nurani. 2011. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Anak Usia Dini BAB
I, Pasal 1, butir 14.

Anda mungkin juga menyukai