: DEFI ASRIANTI
: 821677488
: defi_tamaryadi@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan kognitif anak di Kelompok
Bermain Bintang Gemilang Jorong Tangah Kecamatan Baso. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk,
ukuran dan warna di KB Bintang Gemilang Jorong Tangah Kecamatan Baso. Subjek penelitian ini
adalah anak usia 4-5 tahun dengan jumlah 16 orang. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah
melalui observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dalan dua siklus, Siklus I dilakukan tiga
kali pertemuan dan siklus II dilakukan tiga kali pertemuan. Untuk melakukan Siklus I maka peneliti
melihat kondisi awal dan setelah Siklus I dilaksanakan, apabila tingkat kemampuan anak masih
renah maka dilanjutkan pada Siklus II. Hasil penelitian perbaikan kegiatan pengembangan telah
menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan karena sudah Berkembang Sangat Baik (BSB).
Perkembangan kemampuan kognitif anak melalui tindakan permainan klasifikasi geometri terlihat
dalam data berikut: 1) Klasifikasi geometri berdasarkan bentuk, pada kondisi awal 0% kemudian
pada siklus I menjadi 25% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 81,25%. 2) Klasifikasi geometri
berdasarkan ukuran, pada kondisi awal 0% kemudian pada siklus I menjadi 25% dan pada siklus 2
meningkat menjadi 81,25%. 3) Klasifikasi geometri berdasarkan warna, pada kondisi awal 0%
kemudian pada siklus I menjadi 25% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 81,25%. Berdasarkan
hasil penelitian yang peneliti lakukan di KB Bintang Gemilang Jorong Tangah Kecamatan Baso
maka kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan dengan permainan klasifikasi geometri
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Kata kunci : Kemampuan, Kognitif, Permainan Klasifikasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama yang akan menentukan keberhasilan
Pembangunan Nasional. Karena pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
kepada anak untuk menuju kedewasaan dan langkah awal dalam mempersiapkan
generasi muda, baik itu dari sisi kuantitas maupun kualitas pendidikan, sehingga dapat
menampilkan individualitas yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang
terdapat dalam Bab I Pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
mengambil
kesimpulan
kegiatan
umur anak?
Apakah saya sudah mencontohkan terlebih dahulu sebelum kegiatan dimulai?
Apakah saya sudah memvariasikan kegiatan tersebut dengan kegiatan yang lain?
Apakah saya sudah memotivasi anak untuk mau mengerjakan tugasnya?
Apakah saya sudah memberi reward kepada anak?
b. Bertanya kepada anak didik
a. Apakah anak ibu bisa mengelompokkan bentuk geometri?
b. Apakah kegiatannya tidak menarik?
c. Apakah penampilan ibu kurang menarik?
Dari permasalahan yang ada, peneliti mencoba berdiskusi dengan Kepala
Sekolah dan mencari penyebab munculnya masalah dalam mengklasifikasikan
geometri. Semua itu harus dimulai dari:
1. Faktor diri sendiri
Saya sudah menjelaskan aturan sebelum melaksanakan kegiatan kegiatan
pengembangan kepada anak, namun anak masih selalu bertanya dan ragu untuk
melakukan kegiatan. Anak belum mampu menyelesaikan kegiatan untuk
menyebutkan nama geometri yang diperlihatkan, sehingga anak kelihatan kurang
berminat untuk mengikuti kegiatan ini, sehingga tujuan yang diharapkan tidak
tercapai dan hasilnya tidak memuaskan.
Agar masyarakat menyadari betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini baik
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Bahwa anak usia dini memiliki
kecerdasan intelektual atau kognitif, fisik motorik, sosial dan emosional serta
kreatifitas anak
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Kognitif Anak Usia Dini
a. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang
mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ideide dan belajar. Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi
atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih bersifat aktif yang
merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa
aktifitas atau perilaku.
Menurut Thurstone dalam Sujiono, dkk (2011:1.7) menjelaskan bahwa
kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu kemampuan: a)
berbahasa (verbal comprehension), b) mengingat (memory), c) nalar atau berpikir
logis (reasoning), d) pemahaman ruang (spatial factor), e) bilangan (numerical
ability), f) menggunakan kata-kata (word fluency), g) mengamati dengan cepat dan
cermat (perceptual speed).
b. Tujuan pengembangan kognitif
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu
melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui pancainderanya sehingga
dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan
hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk Tuhan yang harus memberdayakan
2) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian
yang pernah dialaminya.
3) Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka
menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4) Agar naak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia
sekitarnya.
5) Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi secara
melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan).
6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga
pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya
sendiri.
c. Tahapan Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget dalam Sujiono,dkk (2011:3.6) menyatakan bahwa tahapan
perkembangan kognitif anak berlangsung dalam 4 fase, yaitu: I) Tahap Sensori
motor (usia 0-2 tahun). II) Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun). III) Tahap
Konkret operasional (usia 7-11 tahun). d) Tahap Formal operasional (usia 11
sampai usia dewasa).
Menurut Yusuf dkk (2011:55) bahwa anak berada pada tahap atau periode
praoperasional yang dideskripsikan sebagai berikut: (1) Mampu berfikir dangan
menggunakan simbol (symbolic function), (2) berpikir masih dibatasi persepsi, (3)
berpikir masih kaku belum fleksibel, (4) dapat mengelompokkan sesuatu
berdasarkan satu dimensi, (5) cara berpikirnya masih egosentris.
d. Karakteristik Kognitif
Vygotsky dalam Hildayani (2011:3.26) mengemukakan karakteristik kognitif
anak usia dini terutama usia taman kanak-kanak di kelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Tingkat kemampuan aktual mengacu pada batas kemampuan lebih tinggi yang
bisa dicapai oleh seorang anak dalam memecahkan masalah secara mandiri
tanpa bantuan orang lain.
2) Tingkat kemampuan potensial mengacu pada batas kemampuan lebih tinggi
yang dicapai oleh seorang anak saat memecahkan masalah dengan bantuan
orang yang lebih kompeten.
Menurut Piaget dalam Sujiono (2011:3.12) karakteristik kognitif anak usia >
4-5 tahun sebagai berikut: a) egosentris, b) berpikir animistis, c) persepsi-lompatan
pemikiran, d) pemusatan pikiran pada satu aspek, e) memfokuskan diri dalam
waktu yang cepat, f) menggambar dengan gerakan naik turun bersambung, g) tidak
atau
memberikan
informasi,
memberi
kesenangan
maupun
mengembangkan imajinasi anak. Dalam hal ini bermain memberi kesempatan pada
anak untuk melakukan kontrol yang lebih besar terhadap situasi yang dihadapi
daripada hal yang mereka hadapi dalam realitas.
b. Tujuan Bermain
Menurut Kemendiknas (2010:56) tujuan bermain diantaranya: 1) dapat
mengembangkan daya pikir (kognitif) anak agar mampu menghubungkan
pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan yang diperoleh, 2) melatih
kemampuan kognitif agar anak mampu berkomunikasi secara lisan di lingkungan,
3) melatih kemampuan anak supaya dapat mengembangkan keterampilan halus,
4) mengembangkan jasmani anak agar keterampilan kasar anak dalam berolah
tubuh yang berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan, 5) mengembangkan daya
cipta anak supaya lebih kreatif, 6) mengembangkan imajinasi dan menimbulkan
rasa senang bagi anak.
c. Karakteristik Bermain
Caron, dkk dalam Musfiroh (2005:1)mengungkapkan bahwa:
Karakteristik bermain dapat membantu anak-anak berkembang
secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh
menggolongkan
tahapan
stage), anak sudah merasa besar dan tidak cocok lagi dengan bermain mobilmobilan atau bermain dengan boneka.
g. Bermain Klasifikasi
Adapun menurut Beaty dalam Aisyah, dkk (2014:5.33) bahwa sejumlah
pengembangan konsep yang muncul secara sistematis melalui beberapa program
pengembangan kognitif pada anak usia dini, yaitu sebagai berikut:
1) Bentuk
Bentuk adalah salah satu dari konsep paling awal yang harus dikuasai. Anak
dapat membedakan benda berdasarkan bentuk terlebih dulu sebelum berdasarkan
ciri-ciri lainnya.
2) Warna
Meskipun anak sering berbicara tentang warna dari suatu benda, Beaty
mengatakan bahwa anak dapat mengembangkan konsep warna setelah mengenal
bentuk
3) Ukuran
Ukuran adalah salah satu yang diperhatikan anak secara khusus. Sering kali
hubungna ukuran ini diajarkan dalam konteks kebalikan, seperti besar dengan
kecil, panjang dengan pendek, lebar dengan sempit, dan panjang dengan pendek.
4) Pengelompokan
Kita dapat melihat prosesnya dengan jelas ketika ia memisahkan mainan ke
dalam kelompok binatang besar dan binatang kecil.
5) Pengurutan
Pengurutan adalah kemampuan meletakkan benda dalam urutan menurut
aturan tertentu. Sebagai contoh, mengurutkan 5 buah tongkat dari ynag paling
pendek ke yang paling panjang, mengurutkan berbagai buku dari yang paling
tebal ke yang plaing tipis.
Proses-proses penting selama tahapan operasional antaranya:
1) Klasifikasi yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya atau karakteistik
lainnya termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya kedalam rangkaian tersebut.
2) Bermain Klasifikasi Anak diharapkan dapat mengelompokkan atau
memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya
sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Geometri
a. Pengertian Geometri
Pengertian geometri menurut Bird (2002; 142) adalah bagian dari matematika
yang membahas mengenai titik, garis, bidang, dan ruang. Geometri berhubungan
dengan konsep-konsep abstrak yang diberi simbol-simbol. Beberapa konsep
tersebut dibentuk dari beberapa unsur yang tidak didefinisikan menurut sistem
deduktif.
b. Pengembangan Geometri (PG)
Menurut Sujiono, dkk (2011:2.15) kemampuan ini berhubungan dengan
pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Adapun kemampuan yang akan
dikembangkan, antara lain:
1) Memilih benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
2) Mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
3) Membandingkan benda menurut ukurannya besar, kecil, panjang, lebar, tinggi,
rendah.
4) Mengukur benda secara sederhana.
5) Mengerti dan menggunakan bahasa ukuran
No
Hari/Tanggal
1.
Senin-Selasa
11-12 April 2016
Rabu
13 April 2016
Senin-Selasa
18-19 April 2016
Rabu
20 April 2016
2.
3.
4.
Siklus
I
I
II
II
Tema
Alam
Semesta
Alam
Semesta
Alam
Semesta
Alam
Semesta
Supervisor 2/
teman Sejawat
Rini Fitria, S.P
Rini Fitria, S.P
Kamelia Sari, S.Pd
Rini Fitria, S.P
Rini Fitria, S.P
Kamelia Sari, S.Pd
berbagai pihak yang memberikan bimbingan dan pemikiran serta motivasi kepada
peneliti. Pihak-pihak yang berkonstibusi tersebut adalah:
1. Ibu Tutor mata kuliah selaku supervisor 1 PKP
2. Ibu Kamelia Sari, S.Pd sekaligus sebagai supervisor 2 dan penilai 1 PKP.
3. Ibu Kepala PAUD Bintang Gemilang selaku guru senior dan penilai 2.
5. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada semester II dengan tema dan sub tema kegiatan
pengembangan adalah:
Tema/ Sub Tema :Siklus I Alam Semesta/ Bumi, Bulan, Bintang dan Matahari
Siklus II Alam Semesta/ Gejala Alam
Waktu
:Siklus I tanggal 11-13 April 2016
Siklus II tanggal 18-20 April 2016
B. Desain Prosedur Perbaikan Kegiatan pengembangan
Siklus merupakan ciri khas dari penelitian perbaikan kegiatan pengembangan.
Penelitian ini mengacu pada model Kurl Lewin (dalam Depdiknas, 2004).
Gambar 3.1
Tahap-tahap dalam PTK menurut (Wardhani & Wiharti, 2007)
Siklus I
Merencanakan
Refleksi
Melakukan
Tindakan
Mengamati
Siklus II
Merencanakan
Refleksi
Melakukan
Tindakan
F
x 100
N
Keterangan :
P = Angka persentase
F = Frekuensi aktivitas anak
N = Jumlah anak dalam satu kelas
Pengkategorian
nilai
pencapaian
subjek
penelitian
digunakan
klasifikasi
**
***
****
Deskripsi
Hasil
Penelitian
Perbaikan
Kegiatan
Pengembangan
1. Deskripsi dan Hasil Penelitian Pada Siklus I
a.
Perencanaan Tindakan Perbaikan Kegiatan
pengembangan
Untuk perencanaan perbaikan kegiatan pengembangan disusun berdasarkan
penilaian dari Supervisor 1 dan 2, dimana sudah menunjukkan hasil yang baik
karena telah melalui pembimbingan dari kedua supervisor tersebut.
Adapun bentuk-bentuk perencanaan perbaikan kegiatan pengembangan yang
telah dilaksanakan pada siklus 1 ini adalah:
1) Rancangan satu siklus untuk siklus I.
2) Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang merupakan penjabaran dari Rancangan
Satu Siklus. RKH tersebut disusun untuk tiga yang dilaksanakan untuk 3 kali
pertemuan.
3) Skenario perbaikan untuk pelaksanaan ketiga RKH tersebut.
b. Hasil Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Kegiatan Pengembangan
Siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dan pertemuan tersebut dilaksanakan
setiap hari yang dilaksanakan dalam kegiatan inti pada hari Senin sampai hari Rabu.
Pertemuan I dilakukan pada tanggal 11 April 2016 sampai dengan pertemuan ke III pada
tanggal 13 April 2016.
Pada pertemuan pertama peneliti menyediakan gambar bentuk geometri persegi,
persegi panjang, segitiga dan lingkaran kemudian peneliti memberikan kesempatan
kepada anak secara bergantian untuk bermain klasifikasi bentuk geometri dan meminta
anak untuk mengelompokkan bentuk geometri sesuai contoh yang telah diberikan guru.
Kegiatan ini dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan, dan pada pertemuan ke II sampai
dengan ke III peneliti menyediakan lagi bentuk, ukuran dan warna geometri yang lebih
bervariasi, setelah itu peneliti meminta anak untuk mengulang mengklasifikasikasikan
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna secara bergantian.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pertemuan III Siklus I
No
1.
2.
3.
BSB
F
%
4
25
BSH
F
%
6
37,5
MB
F
%
4
25
BB
F
%
Mengklasifikasikan
2
12,5
geometri
berdasarkan bentuk
yang sama.
Mengklasifikasikan
4
25 6
37,5
4
25
2
12,5
geometri
berdasarkan ukuran
yang sama.
Mengklasifikasikan
4
25 6
37,5
4
25
2
12,5
geometri
berdasarkan ukuran
yang sama.
Jumlah
75
112,5
75
37,5
Rata-rata
25%
37,5%
25%
12,5%
Sampai dengan pertemuan III kemampuan kognitif anak meningkat dengan baik,
37.5
40
35
30
25
25
25
20
12.5
15
10
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk yang sama
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran yang sama
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
warna yang sama
5
0
BSB
BSH
MB
BB
Peningkatan
kemampuan kognitif anak pada pertemuan III dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut ini:
Grafik 4.3
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pertemuan III Siklus I
Pada grafik 4.4 terlihat peningkatan yang sangat baik pada kemampuan kognitif
anak. Persentase anak yang mendapat nilai berkembang sangat baik sudah mencapai
25%, anak dengan nilai berkembang sesuai harapan menjadi 37,5%. Dan anak yang
mulai berkembang 25% dan belum berkembang 12,5%.
Refleksi
Sampai dengan pertemuan III Siklus I kemampuan kognitif anak menunjukkan
hasil kurang memuaskan. Karena hasil yang dicapai belum optimal. Maka peneliti masih
melanjutkan ke Siklus II, oleh sebab itu pada Siklus II peneliti melakukan perbaikan
tindakan untuk permainan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk, ukuran dan warna.
c. Hasil Pengamatan Tindakan Perbaikan Kegiatan pengembangan
Dari hasil pengolahan data pada siklus I sebanyak 3 kali pertemuan menunjukkan
hasil kurang memuaskan untuk kemampuan kognitif anak. Kemampuan klasifikasi
geometri anak mengalami peningkatan, namun karena hasil yang dicapai belum optimal
maka penelitian masih terus dilanjutkan dengan siklus II. Kurang optimalnya hasil yang
diperoleh diduga karena kegiatan permainan klasifikasi geometri berdasarkan bentuk,
ukuran
dan
warna
kurang
memberikan
kesempatan
kepada
anak
untuk
mengelompokkan dengan kegiatan yang menarik bagi anak. Oleh sebab itu pada siklus
II peneliti melakukan perbaikan tindakan melalui permainan klasifikasi geometri
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna. Dan dalam pelaksanaannya peneliti melibatkan
anak secara aktif untuk bermain mengelompokkan dengan aturan yang telah
disampaikan guru.
1.
2.
3.
BSB
F
%
13
81,25
BSH
F
%
3 18,75
MB
F
%
0
0
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk yang sama.
Mengklasifikasikan
13
81,25
3 18,75
0
0
geometri berdasarkan
ukuran yang sama.
Mengklasifikasikan
13
81,25
3 18,75
0
0
geometri berdasarkan
warna yang sama.
Jumlah
243,75
56,25
0
Rata-rata
81,25%
18,75%
0%
Sampai dengan pertemuan III kemampuan kognitif anak
BB
F
0
%
0
0
0%
meningkat
anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 13 orang atau 81,25%.
Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 3 orang atau
18,75%, kriteria mulai berkembang dan kriteria belum berkembang sudah 0%,
dan indikator 3) mengklasifikasikan geometri berdasarkan warna yang sama.
anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 13 orang atau 81,25%.
Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 3 orang atau
18,75%, kriteria mulai berkembang dan kriteria belum berkembang sudah 0%..
Untuk lebih jelasnya perkembangan kognitif anak pada pertemuan III
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
90
80
70
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran
M engklasifikasikan
geometri berdasarkan warna
60
50
40
30
20
10
0
BSB
BSH
MB
BB
Grafik 4.6
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pertemuan III Siklus II
Kriteria
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
F
%
F
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Pertemuan I
0 0 0 0 0 0 2 2 2
Pertemuan II
0 0 0 0 0 0 3 3 3
Pertemuan III
0 0 0 0 0 0 4 4 4
1
12,
%
2
12,
3
12,
5
18,
5
18,
5
18,
25
25
25
F
2
10
10
10
13
13
13
1
43,
%
2
43,
7
62,
7
62,
5
81,
5
81,
3
43,7
62,5
81,2
90
81.25
80
62.5
70
60
50
43.75
40
30
20
10
0
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Grafik 4.7
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan
Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Dari grafik 4.7 diatas dapat dilihat peningkatan kemampuan kognitif anak pada
kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal kemampuan kognitif anak dengan
kriteria berkembang sangat baik masih 0%, pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi
12,5%, pertemuan II menjadi 18,75%, dan pertemuan III meningkat menjadi 25%.
Sedangkan pada siklus II kemampuan kognitif anak dengan kriteria berkembang sangat
baik pada pertemuan I yaitu 43,75%, pertemuan II meningkat menjadi 62,5%, pertemuan
III meningkat menjadi 81,25%.
Berdasarkan uraian di atas maka peningkatan kemampuan mengklasifikasikan
geometri berdasarkan bentuk, ukuran dan warna secara individu maupun klasikal dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak, hal ini terbukti dari hasil pengolahan data
sebagian besar anak memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan geometri
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna pada saat penelitian.
1. Siklus I
Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus pertama yang digambarkan
pada tabel berikut ini adalah peningkatan kemampuan kognitif anak yang dibatasi
pada kriteria berkembang sangat baik,dan hasil pengolahan data pada siklus I dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8
2.
3.
Pertemuan I
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
2
12,
5
Pertemuan II
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
3
18,75
Pertemuan III
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
4
25
12,
5
18,75
25
12,
5
18,75
25
37,
5
12,5%
56,25
18,75%
75
25%
25
20
15
10
5
0
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
warna
Grafik 4.8
Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan
Warna Siklus I
Grafik 4.8 di atas menunjukan bahwa kemampun kognitif anak meningkat
dengan baik pada tiap pertemuan, pada pertemuan pertama 12,5% anak yang
mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pertemuan kedua meningkat
menjadi 18,75%, pertemuan ketiga meningkat lagi menjadi 25%.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus II yang digambarkan pada tabel
berikut ini adalah peningkatan kemampuan kognitif anak yang dibatasi pada kriteria
berkembang sangat baik,dan hasil pengolahan data pada siklus II dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna Siklus II
N
o
1.
2.
3.
Pertemuan I
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
7
43,75
Pertemuan II
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
10
62,5
Pertemuan III
Jumlah anak
berkembang
%
sangat baik
13
81,25
43,75
10
62,5
13
81,25
43,75
10
62,5
13
81,25
131,25
43,75%
187,5
62,5%
243,75
81,25%
menjadi
13
orang
atau
81,25%.
Untuk
kemampuan
2)
81.25
80
62.5
70
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
bentuk
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
ukuran
Mengklasifikasikan
geometri berdasarkan
warna
60
43.75
50
40
30
20
10
0
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Grafik 4.9
Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Klasifikasi Geometri Berdasarkan Bentuk, Ukuran dan Warna
Siklus II
Grafik di atas menunjukan bahwa kemampun kognitif anak meningkat
dengan baik pada tiap pertemuan, pada pertemuan pertama 43,75% anak yang
mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pertemuan kedua
meningkat menjadi 62,5%, pertemuan ketiga meningkat lagi menjadi 81,25%.
SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data maka kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan mengklasifikasikan bentuk geometri dengan permainan klasifikasi
berdasarkan bentuk, ukuran dan warna merupakan salah satu konsep paling awal
yang harus dikuasai anak. Dimana anak dapat membedakan benda berdasarkan
bentuk lebih dulu sebelum ciri-ciri lainnya. Dengan demikian maka kemampuan
kognitif anak dalam klasifikasi geometri melalui pengenalan bentuk merupakan hal
terbaik.
Pencapaian
kemampuan
berkembang
sesuai
harapan
dalam
Aisyah, Siti 2014. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Dhiene, Nurbiana. 2012. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Depdiknas, 2003. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Naional.
Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Gunarti, Winda dkk. 2015. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Montolalu, B.E.F. 2012. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka
Poerwadarminta. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Pusat Kognitif.
Departemen Pendidikan Nasional
Sujiono, Nurani. 2011. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Anak Usia Dini BAB
I, Pasal 1, butir 14.