Anda di halaman 1dari 10

Riset Aksi dan Riset Kritis

Dalam Penelitian Hukum Keluarga

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :

Abd. Latif
NIM : 203206050001

z
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
PASCASARJANA IAIN JEMBER
JANUARI 2021

1
KATA PENGANTAR

Untuk mengawali tulisan sederhana ini, perlu kiranya mengucap syukur kepada
Allah swt atas seluruh nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita, baik berupa
kesehatan tubuh, ketebalan iman, dan ketenangan hati. Ketiga nikmat inilah yang paling
pantas untuk kita syukuri di setiap saat, namun tak jarang dari kita melupakan ketiga hal
tersebut, karena bagi sebagian orang nikmat akan terasa ketika sudah dicukupkan harta
dan kebutuhan hidupnya, dan baru akan merasakan manisnya ketiga nikmat tersebut
ketika tubuh tidak sehat, hati risau, dan bahkan imanpun kurang. Naudzubillah !
Pencapaian cita-cita yang mulia, dan menjadi insan yang berguna haruslah selalu
tertanam bagi setiap manusia secara umum dan mahasiswa baik yang akademisi
maupun aktivis. Ini menyangkut masalah nasib dan moral bangsa yang akan dipangku
oleh generasi muda sekarang. Banyaknya kasus-kasus kriminal dan musibah yang
dihadapi rakyat Indonesia selama dasawarsa terakhir ini menjadi ancaman tersendiri
bagi kita agar tetap terus berbenah diri, mengevaluasi, dan menciptakan gerakan-
gerakan positif bagi moral bangsa dan negara Indonesia untuk yang lebih baik lagi.
Masa depan bangsa ini secara tidak langsung menjadi amanah bagi generasi
sekarang. Harus ada penigkatan yang signifikan baik dalam ranah sosial, politik, sistem
pemerintahan, dan nilai spiritual yang tinggi serta meminimalisir atau menghapus segala
bentuk pelanggaran baik berupa pencurian, korupsi, pelecehan seksual dan kekerasan
dalam rumah tangga. Inilah yang menghambat laju roda pemerintahan di Indonesia.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mencapai cita-cita mulia tadi, semoga dengan
adanya tulisan ini bisa memberi setetes pengetahuan dan menjadi bekal dalam
memperjuangkan agama, bangsa, dan negara. Segala macam kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan setelah membaca tulisan ini, karena tulisan ini masih
jauh dari titik kesempurnaan. Dan yang terakhir selamat membaca !

Jember, 02 Januari 2021

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang 3
b. Rumusan Masalah 4
c. Tujuan Pembahasan 4
Bab II Pembahasan_ 4
1. Pengertian Riset Aksi 5
2. Pengertian Riset Kritis 5
Daftar Pustaka 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang
ayah, ibu, dan anak. Bagi pasangan yang merasa telah siap secara lahir dan batin untuk
berumah tangga, mereka akan segera menikah agar sesegera mungkin dapat
mewujudkan impian membentuk suatu keluarga baru. Setiap keluarga yang hidup di
dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu selalu hidup bahagia, damai dan
sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu membentuk keluarga yang
bahagia, kekal dan sejahtera. Dari kehidupan suami istri di dalam suatu ikatan
perkawinan tersebut akan berakibat yang penting dalam masyarakat yaitu apabila
mereka dianugerahi keturunan, dengan keturunannya mereka bisa membentuk suatu
keluarga sendiri.
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan
keluarga sejahtera bahagia dimana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung
jawab, si istri oleh karenanya akan mengalami suatu proses psikologis yang berat yaitu
kehamilan dan melahirkan yang meminta pengorbanan.
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, merupakan salah satu
wujud aturan tata tertib pernikahan yang dimiliki oleh negara sebagai bangsa yang
berdaulat dan Negara hukum di samping aturan-aturan tata tertib pernikahan yang lain
yaitu Hukum Adat dan Hukum Agama.1
Agar terjaminnya ketertiban pranata pernikahan dalam masyarakat, maka
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, menentukan bahwa setiap perkawinan harus
dicatat oleh petugas yang berwenang. Namun kenyataan memperlihatkan fenomena
yang berbeda. Hal ini bisa dilihat dari maraknya pernikahan siri atau pernikahan di
bawah tangan yang terjadi di tengah masyarakat.2

1
Rusli, SH. An R. Tama, SH. Perkawinan atar agama dan masalahnya, Shantika Dharma. Bandung, hlm
10.
2
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, PT Rineke cipta. Jakarta, 1991, hlm 5

4
Berbagai masalah tersebut bagi dunia akademik akan terungkap dan akan
dietemukan solusinya jika memiliki pisau analisa dan memiliki metodologi atau cara
untuk meneliti sebuah kasus yang terjadi. Dalam dinamika hukum keluarga, tentu untuk
menemukan dan mencari masalah yang dilami oleh manusia mengenai hukum keluarga
diperlukan suatu metode dan analisis untuk memecahkan suatu persoalan yang
berkenaan dengan hukum keluarga, baik itu pernikahan, perceraian, waris, dll.
Metode merupakan proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu
masalah, sedang penelitian adalah memeriksa secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap
gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan
sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam melaksanakan penelitian. Sedangkan, penelitian merupakan sarana yang
dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang tersusun secara
sistimatis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan manusia senantiasa
dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian-
penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya. Hal itu terutama disebabkan
oleh karena penggunaan ilmu pengetahuan mendalami bertujuan agar manusia lebih
mengetahui dan mendalami.3

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud riset aksi dalam penelitian hukum keluarga ?
2. Apa yang dimaksud riset kritis dalam penelitian hukum keluarga ?

c. Tujuan Pembahasan
Setelah membaca dan memahami makalah ini, diharapkan pembaca mampu :
1. Mengetahui maksud riset aksi dalam penelitian hukum keluarga
2. Mengetahui maksud riset kritis dalam penelitian hukum keluarga

3
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1984)

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Riset Aksi
Penelitian merupakan usaha-usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran, di mana dalam usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah 4.
Dengan mempelajari dan memahami metodologi penelitian maka dapat diperoleh
manfaat untuk :
a. Dapat menyusun laporan atau tulisan karya ilmiyah baik dalam bentuk paper,
skripsi atau thesis maupun disertai.
b. Mengetahui arti pentingnya riset, sehingga keputusan – keputusan yang
dibuat dapat dilampirkan dan diatur dengan sebaik-baiknya.
c. Dapat menilai hasil-hasil penelitian yang sudah ada, yaitu untuk mengukur
sampai beberapa jauh suatu hasil pnelitian dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Sedangkan riset aksi merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif
masyarakat dan pihak-pihak yang relevan dalam mengkaji tindakan yang sedang
berlangsung dalam kehidupan masyarakat sebagai upaya untuk melakukan perubahan
dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Sehingga pelaksanaannya lebih dipahami
sebagai penelitian yang dilakukan atas dasar telaah, analisa, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi bersama masyarakat atau komunitas.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip riset aksi yang harus dipahami terlebih dahulu.
Antara lain: pertama, riset aksi harus diletakkan sebagai suatu pendekatan untuk
memperbaiki praktek-praktek sosial dengan cara merubahnya dan belajar dari akibat-
akibat dari perubahan tersebut. Kedua, secara keseluruhan merupakan partisipasi yang
murni (otentik) yang membentuk sebuah spiral yang berkesinambungan sejak dari
perencanaan (planning), tindakan (pelaksanaan atas rencana), observasi (evaluasi atas
pelaksanaan rencana), dan refleksi (teoritisi pengalaman).

4
Drs. Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta , Penerbit Bumi Aksara, 1991)

6
Ketiga, riset aksi merupakan sebuah proses kerjasama (kolaborasi), semua yang
memiliki tanggung jawab atas tindakan perubahan dilibatkan dalam upaya-upaya
meningkatkan kemampuan mereka. Keempat, riset aksi merupakan suatu proses
membangun pemahaman yang sistematis (systematic learning process), merupakan
proses penggunaan kecerdasan kritis saling mendiskusikan tindakan mereka dan
mengembangkannya, sehingga tindakan sosial mereka akan dapat benar- benar
berpengaruh terhadap perubahan sosial. Kelima, riset aksi merupakan suatu proses yang
melibatkan semua orang dalam teoritisasi atas pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Penelitian atau riset aksi ini muncul untuk mengatasi dominasi paradigma
positivisme ilmu sosial. Positivisme ilmu sosial adalah sebuah paradigma pengetahuan
sosial yang menganggap, bahwa pengetahuan sosial adalah bila ia mengikuti cara kerja
ilmu pasti (sains) untuk menghasilkan objektivitas. Dimaksud dengan obyektivitas
adalah ilmu itu harus dibebaskan dari kepentingan subjektif penelitinya dan bebas nilai
(bebas dari ‘pesanan’ ideologi dan kepentingan sosial-ekonomi-politik tertentu).
Sebaliknya riset aksi mau membuktikan, bahwa pengetahuan yang sah adalah
pengetahuan yang disadari sebagai sebuah konstruksi sosial dan tak bebas nilai.
Bagaimanapun sebuah pengetahuan harus bisa mengubah ketimpangan sosial, ekonomi
dan politik. Karena itu, pada akhirnya, peneliti dalam melakukan penelitian harus
menulis ulang pengalaman penelitiannya itu sebagai sebuah laporan penelitian.
Pengalaman penelitian itu akan menjadi pengetahuan baru, sebuah pengetahuan yang
dibentuk secara demokratis oleh si peneliti dan para subjek penelitiannya.
Penelitian/riset aksi ini memperoleh inspirasi dari pragmatisme John Dewey
yang menganggap pengetahuan sebagai wujud dari tindakan praktis. Pengetahuan bukan
konseptualisasi ide abstrak atas realitas. Pengetahuan bukan cermin dari realitas.
Penelitian/riset aksi juga mendapatkan inspirasi dari filsafat pengetahuan dan
pendidikan sebagai pembebas dari Paulo Freire yang menganggap pengetahuan dan
kurikulum pendidikan hanya akan mencerahkan dan membebaskan bila dirumuskan
bersama peserta didik.5
Tapi sebenarnya penelitian tradisional sebagai lawan dari penelitian aksi bukan
hanya merupakan penelitian yang dikuasai oleh paradigma positivisme ilmu sosial;
sebuah paradigma yang menganggap pengetahuan yang sah adalah yang bebas nilai dan
5
Mary Brydon-Miller, Davydd Greenwood, Patricia Maguaire, 2003, “Why Action Research?”, Action
Research, Vol. 1, London, Sage Publication

7
objektif. Pada tahun 1960an di Jerman muncul berbagai filsafat yang kritis terhadap
positivisme ilmu sosial. Itulah mazhab Frankfurt yang mendapat insiprasi dari filsafat
neo-marxisme. Kemudian juga filsafat komunikasi dari Jürgen Habermas. Pada tahun-
tahun itu juga di Prancis muncul poststrukturalisme dan postmodernisme yang
menganggap bahwa kehidupan ini tak hanya ditentukan oleh pikiran rasional yang
terstruktur, tapi juga dan terutama oleh naluri dan emosi yang mendasari pembentukan
berbagai kepentingan subjektif manusia dan yang tak bisa distrukturkan. Menurut
Sigmund Freud, tokoh psikoanalisa dari Austria yang menginspirasi mazhab Frankfurt
dan juga postmodernisme―kebudayaan adalah rasionalisasi terhadap naluri-naluri
manusia. Karena itu kebudayaan dan peradaban mendistorsikan naluri dan
memunculkan berbagai bentuk depresi.
Maka penelitian tradisional yang mendasarkan diri pada teori kritis mazhab
Frankfurt, teori komunikasi Habermasian, dan postmodernisme atau poststrukturalisme
adalah penelitian yang menganggap bahwa metode penelitian dan pengetahuan yang
dihasilkan darinya itu tidak bebas nilai dan tidak objektif. Setiap penelitan harus
menyadari kepentingan-kepentingan subyektifnya, yakni menghasilkan pengetahuan
yang bisa memperbaiki situasi sosial tertentu.

2. Pengertian Riset Kritis


Penelitian kritis dimulai dari adanya masalah-masalah yang dialami oleh
sekelompok individu, kelompok-kelompok, atau kelas-kelas yang tertindas dan
teralienasi dari proses-proses sosial yang sedang tumbuh dan berkembang. Diawali dari
masalah-masalah praktis dan kehidupan sehari-hari, jenis penelitian ini berusaha
menyelesaikan masalah-masalah tersebut lewat aksi-aksi sosial yang bertujuan agar
mereka yang tertindas dapat membebaskan diri dari belenggu penindasan. Karena itu
penelitian ini bersinggungan dengan usaha-usaha menjadikan masyarakat masuk dalam
dunia politik dan meningkatkan kesadaran kritis mereka. Metode dialog ini
menghendaki agar para aktor yang terlibat dalam proses penelitian dapat secara
bersama-sama menggunakan potensi yang mereka miliki sebagai aktor-aktor yang aktif
menciptakan sejarah.
Secara praktis, metode ini mensyaratkan agar pelaku riset membina hubungan
inter subyektif antara peneliti dan masyarakat yang kemudian mereka dapat menyusun

8
sebuah program pendidikan dan program aksi yang dimaksudkan untuk merubah
kondisi-kondisi sosial yang menindas. Secara analitis riset kritis haruslah dapat
menciptakan hubungan dinamis antar subyek dalam situasi sosial.
Riset kritis harus melakukan kritik ideologi berdasarkan perbandingan antara
struktur sosial buatan dengan struktur sosial nyata. Riset kritis menentang proses-proses
sosial yang tidak manusiawi dan selanjutnya proses-proses yang tidak manusiawi
tersebut dapat dipecahkan melalui aksi bersama antara peneliti dengan rakyat.
Riset kritis demikian dapat diterapkan pada beberapa jenjang analisis mulai dari
tingkat lokal sampai dengan pergolakan-pergolakan ideologi dan politik global.
Meskipun demikian pada seksi ini pusat perhatian lebih ditujukan pada pergolakan
kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan lokal karena gejala tersebut merupakan
gejala dominan saat ini. Ini tidak menutup kemungkinan, seperti dikatakan diatas,
bahwa metode ini dapat diterapkan pada jenjang analisis suatu sistim sosial (Nasional)
atau global (internasional). Biasanya gerakan ini dilakukan melalui empat tahap utama
yakni : Interprestasi, analisis empiris, dialog kritis, dan dilanjutkan dengan aksi.
Metode ini diguanakan oleh Marx untuk mengkritik kapitalisme liberal. Kritik
terhadap kapitalisme modern dengan demikian harus mengkombinasikan antara analisis
struktural dengan kritik-kritik ideologi kontemporer. Hanya melalui cara ini analisis
radikal dapat mendorong munculnya aksi revolusioner.
Riset kritis dimualai dari suatu studi terhadap dunia subyek untuk memahami
kehidupan mereka terutama peraturan-peraturan sosial, nilai-nilai dan motivasi-motivasi
tertentu yang mendorong mereka berperilaku. Aksi sosial didominasi oleh model-model
pranata sosial dunia sehingga apa yang mereka lakukan adalah perwujudan dari
pemahaman mereka terhadap dunia tersebut.
Fungsi ilmu penelitian kritis adalah meningkatkan kesadaran para pelaku
perubahan dari realitas yang diputar balikkan oleh kalangan tertentu dan disembunyikan
dari pemahaman sehari-hari. Fungsi ilmu sosial kritis yang demikian didasarkan pada
prinsip bahwa semua manusia, baik laki-laki atau perempuan secara potensial adalah
agen aktif dalam pembangunan dunia social dan kehidupan personal. Rakyat adalah
subyek dalam menciptakan proses sejarah, bukan obyek. Teori kritis secara sadar
berkeinginan untuk membebaskan manusia dari konsep-konsep yang secara ideologis
beku dari kenyataan dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan. Jelas bahwa

9
metode riset yang diperlukan untuk merubah pemahaman terhadap dunia manusia tidak
dapat di adopsi dari ilmu-ilmu sosial positif dan ilmu-ilmu alam. Metode ilmu sosial
positif melihat bahwa masyarakat adalah informasi netral untuk observasi sistematis.
Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa dalam ilmu sosial positif kemudian terjadi
monopoli pengetahuan. Metode-metode ini menjadikan manusia sebagai obyek yang
diperlakukan sebagai data mentah yang kebenarannya dapat di rekayasa oleh
penelitinya. Metode riset ilmu sosial positif sengaja mengeluarkan proses-proses sejarah
dengan menjadikan gejala sebagai gejala alam dan melihat masyarakat berada diluar
pemahaman peneliti. Sebagai kosekuensinya adalah memperkuat keterasingan pelaku
penelitian sosial dari lembaga-lembaga sosial, politik dan ekonomi mereka sendiri.
Metode penelitian kritis justru menempatkan manusia sebagai sekumpulan
subyek yang aktif dalam membentuk dunia mereka sendiri yang didasarkan pada dialog
antar subyek (peneliti dengan pelaku), bukan sekedar observasi dan eksperimen yang
menipu rakyat. Ilmu-ilmu sosial kritis karena itu harus secara langsung menjadikan
rakyat mengerti dunia mereka sendiri dan mampu melakukan aksi-aksi revolusioner
dengan cara melibatkan mereka dalam proses penelitian. Dengan begini ilmu alam
menjadi sebuah metode untuk aksi penyadaran, bukan ideologi dominasi teknokrat
terhadap rakyat yang dianggap pasif.

DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai