Anda di halaman 1dari 26

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/368211985

PERBEDAAN AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL (UNIVERSITAS SIBER ASIA - PJJ


INFORMATIKA)

Research · February 2023

CITATIONS READS

0 87

4 authors, including:

Antonius Sigid Priharsanto


Asia Cyber University
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Antonius Sigid Priharsanto on 03 February 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TUGAS 1 PENDIDIKAN AGAMA IT303
PERBEDAAN AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL

Disusun Oleh :

ALPHA PRIMA GALATHEO QALLBU 210401010032

ANTONIUS SIGID PRIHARSANTO 210401070020

JULIA RESSI IRRENOVA YULISTIA 210401010047

MUH. YUNUS 210401010009

UNIVERSITAS SIBER ASIA


PROGRAM STUDI INFORMATIKA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya yang maha kuasa, kami mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Agama dengan baik dan tepat waktu, dengan judul Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ini:

1. Kepada Bapak Ali Akbar Gayo, S.E., M.M., M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Agama.
2. Kepada orang tua dan tim kelompok yang memberikan dukungan dan motivasi dalam
pengerjaan karya tulis ini.
3. Kepada teman dekat serta rekan-rekan yang telah membantu dalam pengerjaan karya
tulis ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, sehingga


kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan kepada pembaca untuk dapat lebih memahami kepribadian diri.

Jakarta, 17 November 2022

Kelompok 5

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam interaksi sosial kita mampu menilai
perilaku seseorang, dalam hal apakah itu baik atau buruk. Hal itu dapat terlihat dari cara
seseorang bertutur kata dan bertingkah laku. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti lingkungan internal maupun eksternal setiap individu.
Kehidupan tidak lepas dari perkembangan dunia yang beraneka ragam budaya,
sehingga banyak yang berlomba-lomba dalam mengikuti gaya hidup masa kini—hal ini
menyebabkan lupanya ada komponen utama dalam prinsip hidup, sehingga banyak yang
tidak menghiraukan ataupun mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak, etika dan moral tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Jika dari salah
satu saja tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka itu bisa menyebabkan sebuah
penyimpangan di mata masyarakat. Sebelum mengamalkannya, tentu harus memahami apa
itu akhlak, etika dan moral. Selain itu, kita juga harus mengetahui setiap perbedaan dari
akhlak, etika dan moral. Karena kebanyakan individu menganggap bahwa akhlak, etika dan
moral merupakan hal yang sama.
Hal ini dipicu oleh adanya kesadaran mengenai akhlak dan pendirian manusia
terhadap-Nya yang menentukan corak kehidupan manusia. Akhlak, moral, dan etika
merupakan dasar yang ditindak atas nilai mutlak kebaikan tidak lepas dari kehidupan yang
mengandung kesusilaan sebagai bentuk kesadaran umat manusia dalam berakhlak,
berbanding terbalik jika hidup tanpa kesusilaan yang memicu menentang adanya kesadaran
prinsip hidup yang dijalankan oleh umat manusia.
Ketiga esensi tersebut menjelaskan mekanisme tentang kesadaran antara sesama
manusia, serta keterlibatan Tuhan, di mana menjadi tantangan bagi setiap individu dalam
menghadapi penyaringan mana yang baik dan buruk. Terciptanya situasi dan kondisi dengan
berbagai persoalan, membuat setiap individu dituntut untuk berpikir kritis membedakan halal
dan haram, hak dan bathil, hingga mengetahui mana salah dan benar.
Integritas, dedikasi, kredibilitas, dan kualitas keilmuan populasi yang ada pada suatu
negara akan menyebabkan terkenal dan mampu menghadapi tantangan zaman yang serba
global. Manusia selain diketahui sebagai makhluk sosial, tidak lepas dari menginsafi segala
perbuatannya, baik itu sebelum, selama, dan sesudah yang ia lakukan akan diminta
pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan selama hidup.
Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk berdasarkan
akal pikiran manusia. (Daud Ali, 2008) Sedangkan moral adalah suatu hal yang berkenaan
dengan baik dan buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang. Berbeda dengan etika dan moral, akhlak adalah bagian yang
membicarakan masalah baik dan buruk dengan ukuran wahyu atau al Qur’an dan hadits.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka adapun masalah-
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu akhlak, etika dan moral?
2. Apa perbedaan antara akhlak, etika, dan moral?
3. Mengapa manusia harus didasari oleh akhlak, etika, dan moral?
4. Bagaimana ketiga esensi tersebut berpengaruh dalam kehidupan?
5. Bagaimana penerapan Etika, Moral, dan Akhlak dalam kehidupan Sehari-hari?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak, etika dan moral.
2. Memahami secara lanjut bagaimana kehidupan manusia pada Tuhan dan sosial.
3. Menghadapi situasi dan kondisi yang bersifat fluktuatif.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mampu memahami
tentang akhlak, etika dan moral secara luas.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini dengan
mengumpulkan sejumlah sumber media bacaan yang akan dijadikan sebagai referensi dalam
menguatkan materi makalah yang dikerjakan, sehingga pembaca dapat memahami isi
makalah ini dengan baik.

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Akhlak
Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.
Akhlak berasal dari kata Khuluqun yang berarti budi pekerti, penakai, tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik, seperi contohnya bisa
mengkomunikasikan sesuatu dengan baik, tidak berbohong, tidak berbuat curang, selalu jujur
dalam pekataan dan perbuatan.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Cara membedakan akhlak, moral, dan etika, yaitu
dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak
ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolak ukur
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam adat istiadat, Adat
adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang mengatur tingkah laku manusia antara satu sama lain
yang lazim dilakukan di suatu kelompok masyarakat dan dalam akhlak menggunakan ukuran
Al-Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya.
Dalam konteks Islam, akhlak dimaknai sebagai pandangan dan sikap hidup yang
terpuji, yang berlandaskan pada ajaran Allah yang termaktub dalam Al-Quran dan yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Apabila semangat Qurani memancar dalam
kehidupan seseorang atau suatu masyarakat, maka hal itu merupakan pertanda bahwa
masalah akhlak telah eksis dalam dirinya.
Banyak pemikir telah memberikan batasan tentang hal termaksud. Bertens, misalnya
memandang akhlak atau moralitas sebagai keseluruhan asas dari nilai yang berkenaan
dengan baik dan buruk. Semua bangsa mempunyai pengalaman terhadap baik dan buruk,
tetapi tidak selalu ada pendapat yang sama tentang apa yang harus dianggap baik atau
buruk itu. Pengertian tentang baik dan buruk merupakan sesuatu yang umum, yang
terdapat di mana-mana dan di segala zaman. Dengan kata lain, akhlak atau moralitas
merupakan suatu fenomena manusiawi (kemanusiaan) yang universal (Bertens,K. 1997: 7 -
12).
Menurut Gunawan Setiardja (1997:91), apabila kita berbicara mengenai moral
atau"ethos" seseorang atau sekelompok orang, maka yang dimaksud adalah bukan hanya
apa yang biasa di lakukan orang atau sekelompok orang itu, melainkan juga apa yang
menjadi pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa yang tidak
baik, mengenai apa yang patut dan apa yang tidak patut untuk dilakukan. Perbuatan-
perbuatan atau perilaku orang pada umumnya, tidak selalu adalah tanda, adalah manifestasi
keyakinan atau pandangan hidup orang.

3
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Akhlak sendiri terdiri dari dua pendekatan yang dapat didefinisikan, yaitu lingustic
(kebahasaan) dan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitve) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan), tsulasi majid
af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi’ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Untuk menjelaskan dari segi istilah, para pakar seperti Ibnu Miskawih (w. 421 H/1030 M)
yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka menyatakan bahwa akhlak ialah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015 – 1111 M) yang dikenal sebagai hujjatul Islam
(pembela Islam) menyatakan akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Akhlak Mahmudah
Akhlak Mahmudah merupakan sebab kebahagiaan dunia dan akhirat. Mahmudah
sendiri berfokus seperti beribadah kepada Allah, melaksanakan perintah-Nya, serta
menjauhi segala larangan-Nya. Contoh : Ikhlas (melakukan sesuatu dengan kebaikan
yang murni) dan Amanah (dapat dipercaya).

2. Akhlak Madzmumah
Madzmumah merupakan asal penderitaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Madzmumah berfokus pada ujub, riya’, dengki, berbuat kerusakan, serta sifat-sifat
dan perilaku yang tidak terpuji.

Secara lebih terperinci obyek atau lapangan akhlak dalam Islam itu meliputi
bagaimana seharusnya hubungan manusia dengan penciptanya, manusia terhadap dirinya
sendiri, manusia terhadap keluarganya, manusia terhadap masyarakatnya, manusia yang satu
dengan masyarakat lainnya, manusia terhadap hewan, dan manusia terhadap mahluk lain.
(Mansyur, 1987:16).

2.2 Moral
Moral merupakan standar perilaku yang memungkinkan setiap orang untuk dapat
hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok. Moral dapat mengacu pada sanksi-sanksi
masyarakat terkait perilaku yang benar dan dapat diterima.
Secara Etimologi Moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak mores) yang berarti
kebiasaan, adat. Kata mos (mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam
bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan dengan ―aturan

4
kesusilaan‖ ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dari
sifat peran lain, kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik maupun buruk. kata 'moral' sering disamakan dengan kata 'etika',
karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti kebiasaan, adat. Moral itu sendiri
dapat diartikan sebagai : nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Di samping itu, terdapat kata yang
berhubungan dengan moral yang merupakan kata berimbuhan yang berasal dari kata 'moral',
yaitu 'moralitas'. 'Moralitas' adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Jadi, Moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu
perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Apabila diartikan sebagai tindakan baik dan buruk dengan ukuran adat, maka konsep
moral yang berhubungan dengan konsep adat sendiri terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Adat Shahihah
Moral dalam masyarakat yang sudah lama dilaksanakan secara turun-temurun dari
berbagai generasi, di mana nilai-nilainya telah disepakati secara normatif dan tidak
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.

2. Adat Fasidah
Kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi bertentangan dengan
ajaran Islam

Moral sendiri terdiri tiga landasan, berupa :


1. Sumber Moral
Yang didapat dari adat kebiasaan. Pembuatnya bisa raja, sultan, kepala suku, dan
tokoh agama, bahkan mayoritas adat dilahirkan oleh kebudayaan masyarakat sendiri
tanpa mengetahui penciptanya.

2. Objek dan Subjek dari Sumber Moral


Moralitas sosial berasal dari adat, sedangkan objek dan subjeknya berasal dari
individu dan masyarakat bersifat lokal—adat hanya berlaku di wilayah tertentu.

3. Tujuan Moral
Tindakan yang diarahkan pada target tertentu, misal ketertiban sosial, keamanan, dan
perdamaian. Dalam moralitas Islam, tujuannya adalah mencapai kemaslahatan
duniawi dan ukhrawi.

Menurut Gilligan dalam Lawrence A. Blum, moral memiliki keterkaitan dengan


kepedulian seseorang dengan yang lainnya. Moral tidak hanya berhubungan dengan tingka
laku, namun juga mengarahkan seseorang untuk dapat berbuat baik kepada orang lain. Moral
juga melibatkan jalinan emosi, kognisi dan tindakan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam hal memberikan defenisi moral, padangan berbeda diungakapkan oleh
Howard, bahwa moral merupakan patokan prilaku benar dan salah yang dapat dijadikan
pedoman bagi pribadi seseorang. Moral juga menjadi pedoman dalam berinteraksi dengan
orang lain. Baik dan buruk perbuatan seseorang dapat diukur dari nilai moral.

5
Moral juga dapat dipahami untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik dan buruk, serta benar dan salah. Jika dikaitkan dalam
kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka orang tersebut tingkah
lakunya baik.

2.3 Etika
Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial
berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan
etika melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang
membentuk etika adalah moral. Etika hanya mengatur tentang cara manusia dalam bertindak
dan tidak memperhatikan kondisi fisik dari manusia. Ruang lingkup etika meliputi analisis
dan penerapan konsep mengenai kebenaran, kekeliruan, kebaikan, keburukan, dan tanggung
jawab. Pengelompokan etika secara umum terdiri dari etika deskriptif, etika normatif, etika
deontologi, dan etika teleologi. Manfaat dari etika adalah adanya pengendalian diri individu.
yang dapat mempermudah pemenuhan atas kepentingan kelompok sosial.
Kata 'etika' berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos. Secara umum, artinya
kebiasaan atau kehendak baik yang bersifat tetap. Sedangkan dalam bentuk tunggal, kata ini
juga memiliki beberapa arti yang berkaitan dengan tempat atau pemikiran. Maknanya sebagai
tempat ialah tempat tinggal yang biasa, padang rumput, atau kandang. Sementara maknanya
sebagai pemikiran ialah kebiasaan, adat, akhlak, watak, sikap atau cara berpikir. Dalam
filsafat, makna etika yang digunakan adalah sebagai cara berpikir. Istilah ini digunakan dalam
filsafat pertama kalinya oleh Aristoteles (384–322 SM) untuk menjelaskan tentang filsafat
moral. Dalam pengertian ini, etika diartikan sebagai ilmu tentang adat dan kebiasaan.
Etika juga dapat mengatur serta mengarahkan fitrah manusia pada sifat yang mulia
dan memperbaiki perbuatan manusia yang dilakukannya. Etika sendiri terbagi menjadi tiga,
yaitu :

1. Etika Deskriptif
Bersifat fakta dan apa adanya—terjadi secara transparan dalam nilai dan perilaku
manusia, serta realita kebudayaan yang berkembang di masyarakat.

2. Etika Normatif
Tuntunan yang bertujuan agar manusia lebih terarah lebih baik, serta menghindarkan
dari segala perbuatan buruk dengan kaidah atau norma yang telah disepakati di
masyarakat.

3. Etika Metaetika
- Seseorang atau kelompok dapat mengemukakan penilaian mengenai perilaku
manusia.
- Sebagai alat kontrol bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu
aktivitas.
- Tuntunan agar bersikap sopan dan santun, sehingga memberi dampak positif bagi
masyarakat.
6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral


Kata dan makna, akhlak, moral dan etika sering disamakan. Sepintas ketiga
terminologi ini memiliki makna atau pengertian yang sama. Namun, jika dikaji dari akar
(asal-usul), barometer, filosofis, dan penerapan dari ketiga terminologi ini bisa dibedakan.
Ketiga istilah ini cukup menarik untuk dikaji mengingat keempat terminologi ini berbicara
tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan yang
seharusnya ditinggalkan.
Akhlak berbeda dengan etika dan moral. Akhlak lebih bersifat transcendental karena
berasal dan bersumber dari Allah, sementara etika dan moral bersifat relatif, dinamis, dan
nisbi karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi ijtihadnya
terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat.
Berdasarkan perbedaan sumber ini maka etika dan moral senantiasa bersifat dinamis,
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Etika
sebagai aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan. Begitu juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan
kepada tradisi, adat budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk
terciptanya keselarasan hidup manusia.
Akhlak merupakan pembawaan atas diri manusia yang menghasilkan tindakan yang
berdasarkan kerohanian. Etika merupakan pengetahuan yang membahas tentang baik dan
buruknya suatu tindakan berdasarkan akal dan hati nuraninya. Sedangkan, Moral merupakan
tindakan manusia yang dilahirkan dari adat dan kebiasaan.
Akhlak merupakan pintu gerbang ilmu tasawuf, ilmu akhlak dapat membantu
seseorang untuk membersihkan diri dari kotoran hati, menyucikan diri dari perkara dunia,
serta mengabdikan diri untuk beribadah kepada Allah sebagai bekal akhirat. Memiliki jiwa
dan hati yang suci tentu erat hubungannya dengan akhlak yang mulia.
Istilah akhlak, etika, dan moral mempunyai persamaan dan perbedaan dalam
pemaknaannya. Sebagaimana diterangkan dalam buku ―Akhlak Tasawuf‖ yang disusun oleh
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag. Pertama bahwasanya ketiganya mengacu pada gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, dan perangai yang baik. Kedua, merupakan prinsip atau
aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga,
merupakan potensi positif yang dimiliki oleh setiap orang.
Sementara perbedaan diantara ketiga istilah tersebut akhlak tolak ukurnya adalah Al-
Qur’an dan As-Sunnah, etika tolok ukurnya adalah pikiran atau akal, sedangkan moral tolak
ukurnya adalah norma yang hidup dalam masyarakat.
Untuk memahami secara lebih dalam lagi, terkait perbedaan akhlak, etika dan moral,
itu bisa dilihat dari berbagai hal. Salah satunya ditinjau dari perspektif atau sudut pandang.
Berikut beberapa perspektifnya untuk melihat perbedaan apa yang terdapat di antara akhlak,
etika dan moral.

7
1. Sudut pandang bahasa
Akhlak berasal dari bahasa Arab ―khuluqun‖ yang memiliki arti budi pekerti atau
tingkah laku. Etika adalah ―ethos‖ berasal dari bahasa Yunani yang berarti kebiasaan.
Sedangkan, moral berasal dari bahasa latin yaitu ―mos‖ artinya tentang kelakuan.

2. Sudut pandang tokoh


Terdapat beberapa tokoh yang membedakan ketiga hal tersebut, salah satunya adalah
Al Mawardi, dilansir Jurnal Agama Islam Al Mawardi, akhlak, etika dan moral
memiliki perbedaan. Akhlak bersifat transendental, yaitu lebih menonjolkan hal-hal
yang sifatnya rohani. Sedangkan, etika dan moral sifatnya lebih dinamis dan tidak
mutlak.

3. Sudut pandang filosofis


Dalam perspektif filsafat, akhlak merupakan tingkah laku manusia berdasarkan
pandangan agama. Etika, merupakan tingkah laku manusia yang dihasilkan dari pola
pikirnya. Sedangkan, moral merupakan nilai-nilai dan tingkah laku manusia yang
ditunjukkan berdasarkan suatu tindakan.

4. Sudut pandang penilaiannya


Setiap orang memiliki cara menilai yang berbeda terkait ketiga hal tersebut. Cara
penilaiannya pun dipengaruhi oleh berbagai aspek yang ada di dalam kehidupan.
ergantung dari tradisi dan adat kebiasaan yang berlaku di suatu daerah. Sesuatu yang
bermanfaat dan tidak, sesuatu yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh, itu semua
menyangkut pada nilai-nilai sosial yang disepakati oleh suatu masyarakat tertentu.
Oleh karena itu, nilai-nilai terkait akhlak, etika dan moral dalam suatu lingkungan
masyarakat tidak selalu sama.

5. Sudut pandang penerapannya


Dalam penerapannya, akhlak adalah tindakan yang tanpa didasari oleh pertimbangan
dari seseorang. Etika adalah tindakan manusia yang dikehendakinya, baik itu benar
atau salah. Sedangkan, moral merupakan tindakan yang memiliki aturan dari hati
seseorang, sehingga moral juga berperan sebagai pengarah perilaku seseorang dalam
menjalani kehidupannya.

3.2 Dasar Utama Manusia dalam Akhlak, Etika, dan Moral


Al Ghazali mengisyaratkan bahwa indikator manusia berakhlak (husnu al khuluq)
merupakan tentramnya iman dalam hati. Sebaliknya manusia yang tidak memiliki akhlak (su’
al khuluq) merupakan sosok manusia memiliki nifaq (menduakan Tuhan, tidak sesuai antara
hati dan perbuatan) dalam dirinya. Mengutip dari Al Ghazali (1996), tanda-tanda manusia
yang beriman adalah sebagai berikut :
1. Khusyuk dalam ibadahnya (shalat);
2. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna;
3. Selalu kembali kepada Allah;
4. Selalu memuji dan mengagungkan Allah;

8
5. Selalu mengabdi kepada Allah;
6. Bergetar hatinya bila menyebut nama Allah;
7. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu, tidak sombong dan angkuh;
8. Bersikap arif kepada orang awam;
9. Mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri;
10. Menghormati orang lain, terutama tamu dan tetangga sekitar;
11. Berbicara selalu baik, santun, dan penuh makna;
12. Tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi persoalan;
13. Tidak menyakiti orang lain, baik perkataan, tindakan, ataupun pikiran;
14. Ciri-ciri orang berakhlak ialah ridha kepada Allah, cinta dan beriman pada rukun
iman yang keenam, taat beribadah, selalu menepati janji, amanah, sopan dalam
ucapan dan perbuatan, qanaah, tawakkal, sabar, syukur, dan tawadhu (Anwar, 2008).

3.3 Pengaruh Akhlak, Etika, dan Moral dalam Kehidupan


Mengutip dari pernyataan K. Bertens, etika sendiri dipakai dalam arti nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku menjadi pegangan bagi individu ataupun kelompok dalam tingkah
laku, yang berarti berperan juga sebagai sistem penilaian antar lingkungan sosial. Contoh
dasar adalah etika Jawa. Etika yang dipakai dalam kumpulan asal atau nilai moral disebut
kode etik (etika yang diajarkan mengenai baik dan buruk, bisa disamakan dengan filsafat
moral).
Amsal Bakhtiar mengemukakan etika dipakai dalam dua arti. Pertama, etika
merupakan suatu kumpulan mengenai pengetahuan, penilaian terhadap perbuatan manusia.
Kedua, adanya suatu predikat yang digunakan dalam membedakan hal-hal, perbuatan-
perbuatan, ataupun manusia-manusia lain.
Mekanisme spesifik dari Ahmad Amin menyatakan bahwasanya etika merupakan
suatu ilmu yang dapat menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh sebagian orang kepada lainnya, mengatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan apa yang bisa dilakukan.
Para pemikir Islam maupun Barat kontemporer menyadari manusia saat ini berada
pada puncak krisis yang akut, di mana kehadiran sains dan teknologi modern telah mereduksi
eksistensi kemanusiaan sebagai potensi ideal dan kekuatan dalam mendesain peradaban
modern. Jauh sebelum Karl Max merasakan adanya fenomena penindasan oleh borjuis dan
kapitalis alat dan modal yang meredekreditkan dimensi kemanusiaan, sehingga diketahui
zaman modern adalah zaman di mana manusia benar-benar hidup secara nyata dan harfiah
dalam bumi yang satu. Dalam menyikapi keadaan tersebut, dibutuhkan sikap yang lebih
apresiatif dan aktif dalam fungsi nilai-nilai etika, akhlak, moral, serta agama dalam
kehidupan sosial dan kemasyarakatan.
Ketiga esensi tersebut tidak lepas dari masalah kehidupan manusia itu sendiri—
terlebih bagaimana menghadapi perkembangan globalisasi yang pesat, namun disertai
berbagai tantangan dalam melihat sikap masyarakat terhadap suatu persoalan yang dialami.
Fungsi ketiganya akan terus melekat seiring perkembangan zaman yang terus maju,
namun tidak meninggalkan nilai-nilai utama dalam menyikapi sebuah situasi yang bersifat
fluktuatif, juga mengimplementasi ketiga esensi untuk meningkatkan diri menjadikan sosok
yang memiliki peradaban yang tinggi.

9
Akan tetapi yang terjadi secara realita adalah kurangnya kesadaran akan ketiga poin
tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai penyimpangan sosial di masyarakat. Beberapa
kasus yang sering didapat dalam penyimpangan sosial, seperti pergaulan bebas, kurangnya
perhatian dari orangtua, ingin mengikuti tren (yang tidak dilakukan secara filtrasi), himpitan
ekonomi yang berujung pelarian, serta kurangnya pendidikan karakteristik secara spesifik.
Menghadapi permasalahan yang muncul sehingga harus melakukan usaha yang keras dalam
membudayakan etika, moral, dan juga akhlak agar tidak mudah terpengaruh dengan
masuknya budaya barat secara bebas. Akhlak, etika, dan moral bank dikesampingkan karena
menganggap ketiganya tidak membawa pengaruh yang besar pada kesuksesan seseorang.
Padahal, hal tersebut justru membawa kualitas manusia tersebut lebih terarah.
Pada penyelesaian masalah terkait penyimpangan akhlak, etika, dan moral adanya
strategi yang digunakan untuk menanam pendidikan tersebut kepada masyarakat (terutama
anak). Pendidikan karakter merupakan salah satu penyelesaian masalah yang kerap terjadi.
Pokok-pokok dalam pendidikan karakter perlu ditanamkan, yakni kesopanan, perilaku baik,
kejujuran, religius, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, dan semangat kebangsaan.
Hal ini diketahui bahwa pentingnya mengadakan pembelajaran, penerapan, dan
pembiasaan akhlak sejak dini yang akan mempengaruhi karakter pada diri seseorang, sesuai
dengan etika dan norma yang berlaku. Pembentukan tersebut juga tidak lepas dari kaitan pada
psikologi (meliputi perasaan, sifat, kehendak, pemahaman, khayal, kemerdekaan, yang
keseluruhan dibutuhkan oleh ilmu akhlak.
Psikologi mempelajari tingkah laku manusia selaku anggota masyarakat sebagai
manifestasi dan aktivitas rohaniah, baik dalam kelompok maupun di luar kelompok.
Tentunya ini sangat mempengaruhi antara satu sama lain dalam bermasyarakat. Sementara
ilmu akhlak memberikan gambaran tentang perkara yang baik dan buruk, serta perkara halal
dan haram.
Pada pelaksana pengajaran itu sendiri, terdapat banyak tantangan ketika mengajarkan
pendidikan tersebut kepada anak—belum bisa melakukan filtrasi terhadap media-media yang
bersifat campuran dan lebih fokus terhadap hasil tanpa menikmati proses. Hal dasar yang
dapat dilakukan adalah tetap melihat perkembangan sang anak (sembari memberi pendidikan)
yang diiringi dengan menanamkan mindset abstrak yang bersifat konkret, salah satunya ialah
keadilan.
Dalam mendukung perkembangan sosial, maka beberapa rekomendasi yang dapat
dilakukan berupa :
 Kesadaran kemampuan dalam mengenal standar akhlak, etika dan moral, yang
didukung dengan komitmen yang bersifat positif.
 Mengontrol dorongan dan kepuasan sesaat dengan cara mengalihkan pada kegiatan
yang positif dan bermanfaat.
 Rendah hati baik dalam mengetahui keterbatasan diri dan kemampuan rasionalisasi
diri.
 Melakukan pengembangan pola-pola perilaku yang baik sehingga menjadi kebiasaan.
 Meningkatkan komitmen diri untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar meskipun
berada dalam kondisi yang sulit.

10
3.4 Contoh Kasus Korupsi Dalam Bisnis:
Kasus pengadaan LNG di PT Pertamina (Persero)
Berdasarkan akhlak termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar Al- Qur'an dan As- Sunnah. Berdasarkan etika termasuk dalam perbuatan
menyimpang dalam tolak ukurnya adalah melanggar etika secara pikiran atau akal manusia.
Berdasarkan moral termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar norma yang hidup dalam masyarakat.

3.5 Contoh Kasus Diskriminasi Dalam Bisnis:


Kisah Perempuan di Industri, Hadapi Diskriminasi Upah hingga Jabatan
Berdasarkan akhlak termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar Al-Qur'an dan As-Sunnah. Berdasarkan etika termasuk dalam perbuatan
menyimpang dalam tolak ukurnya adalah melanggar etika secara pikiran atau akal manusia.
Berdasarkan moral termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar norma yang hidup dalam masyarakat.

3.6 Contoh Penipuan Dalam Bisnis:


Kasus Penipuan PT Jouska, 33 Saksi Diperiksa Bareskrim
Berdasarkan akhlak termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar Al-Qur'an dan As-Sunnah. Berdasarkan etika termasuk dalam perbuatan
menyimpang dalam tolak ukurnya adalah melanggar etika secara pikiran atau akal manusia.
Berdasarkan moral termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar norma yang hidup dalam masyarakat.

3.7 Kaitan Akhlak, Etika, dan Moral Dalam Bisnis:


Dalam dunia bisnis, akhlak, moral dan etika sangat diperlukan untuk mengelola dan
menjalankan sebuah bisnis. Dengan adanya akhlak, moral dan etika yang baik, secara
otomatis bisnis akan lebih mudah berkembang. ketiganya perlu untuk diterapkan di dalam
suatu perusahaan akan membantu membentuk nilai, norma serta perilaku karyawan dan
pemimpinnya.

3.8 Penerapan Etika, Moral, dan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-Hari


Sejatinya pendidikan harus mampu mendidik agar terciptanya moral serta akhlak yang
baik agar terbentuknya generasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai dalam Pancasila dan juga
agama. Meski banyak permasalah yang kian terjadi dalam kehidupan sosial, tujuan
pendidikan sendiri sebenarnya sudah ada sejak lama dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 3 mengenai tujuan pendidikan
untuk mengembangkan potensi manusia agar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Menengok adanya sistem pendidikan saat ini masih kurangnya dalam menyajikan
kurikulum yang sesuai dengan tuntunan Islam, seperti pembentukan aqidah yang baik dan
benar—hal ini akan membantu pembentukan kepribadian Islam (syakhsiyah Islam), yaitu
pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafisyah).

11
Penerapan-penerapan yang dapat dilakukan dalam sehari-hari adalah sebagai berikut.
I. Etika
A. Bergaul dengan Orang Lain
Sebagaimana dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 10 :

َُ ٘ َُ ‫ ْ ن ُ ٌْ ۚ َٗ ا ر َّق ُ٘ا َّللاَّ َ ى َ ع َ ي َّ ن ُ ٌْ ر ُ ْش َح‬ٝ َ٘ ‫ ْ َِ أ َ َخ‬ٞ َ ‫ح ٘ا ث‬ ْ َ ‫إ ِ ّ َّ ََ ب اىْ َُ ْؤ ٍِ ْ ُ٘ َُ إ ِ ْخ َ٘ ح ٌ ف َ ؤ‬


ُ ِ‫ص ي‬
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.”

Hal-hal yang dapat diterapkan dalam etika adalah sebagai berikut.


1. Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka
cacat.
2. Jaga dan perlihatkanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlak mereka,
pergauli mereka, masing-masing menurut apa yang dipantaskannya.
3. Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing diberi hak
dan dihargai.
4. Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah
keadaan mereka.
5. Bersikap manis serta tersenyum ketika bertemu orang lain. Berbicaralah sesuai
dengan kemampuan akal mereka.
6. Berbaik sangka pada orang lain dan tidak memata-matai mereka.
7. Memaafkan kekeliruan mereka dan tidak mencari-cari kesalahan mereka.
8. Dengarkanlah pembicaraan mereka secara saksama.

B. Etika di Jalan
Sebagaimana dalam Q.S. An-Naml ayat 17-18 :

َُ ٘ ُ ‫ ُ٘ َص ع‬ٝ ٌْ ُٖ َ ‫ ِْش ف‬ٞ َّ ‫اْل ّ ْ ِظ َٗ اىط‬ ِ ّ ‫ج ْ ُ ٘ د ُٓ ُ ٍِ َِ اى ْ ِج‬


ِ ْ َٗ ِ ُ َُ ‫ ْ ََ ب‬ٞ َ ‫ح ِش َش ىِ غ ُ ي‬
ُ َٗ
ُ ْ ‫ ُّ َٖ ب اى ْ َّ َْ ُو ا د‬َٝ ‫ َ ب أ‬ٝ ٌ ‫ذ ّ َ َْ ي َ خ‬
‫خ ي ُ٘ا ٍَ غَ ب ِم ْ َ ن ُ ٌْ ََل‬ ْ َ ‫ َٗ ا ِد اى ْ َّ َْ ِو ق َ ب ى‬ٰٚ َ ‫ إ ِ ر َ ا أ َر َ ْ٘ ا عَ ي‬ٰٚ َّ ‫َح ز‬
َُ ٗ ‫ َ شْ ع ُ ُش‬ٝ ‫ج ْ ُ٘ د ُٓ ُ َٗ ٕ ُ ٌْ ََل‬ ُ َٗ ُُ ‫ ْ ََ ب‬ٞ َ ‫ط ََ ْ َّ ن ُ ٌْ ع ُ ي‬
ِ ‫ َ ْح‬ٝ
“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu
mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah
semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu,
agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Hal-hal yang dapat menerapkan etika di jalan :
1. Berjalan dengan sikap wajar.
2. Memelihara pandangan mata, baik laki-laki maupun perempuan.
3. Menjaga kebersihan lingkungan, seperti membuang sampah pada tempatnya,
tidak buang air sembarangan, dan lainnya.
4. Menjawab salam dari orang-orang sekitar, baik dikenal maupun tidak.

12
5. Membantu seseorang ketika tersesat di jalan.
6. Melindungi seseorang ketika terjadi perselisihan.

C. Etika Makan dan Minum


Sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 168 :

ِ ‫خ ط ُ َ٘ ا‬
ۚ ُِ ‫ ْ طَ ب‬ٞ َّ ‫د اى ش‬ ِ ‫اْل َ ْس‬
ُ ‫ ّ ِ ج اب َٗ ََل ر َز َّج ِ ع ُ٘ا‬ٞ َ ‫ض َح ََل اَل ط‬ ْ ٜ ِ ‫بط م ُ ي ُ٘ا ٍِ ََّ ب ف‬ُ َّ ْ ‫ ُّ َٖ ب اى‬َٝ ‫ َ ب أ‬ٝ
ٌِ ٞ ِ ‫إ ِ ّ َّ ٔ ُ ى َ ن ُ ٌْ عَ ذ ٌُّٗ ٍُ ج‬
”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Hal-hal yang dapat diterapkan dalam etika makan dan minum :

1. Berupaya mencari makanan yang halal.


2. Hendaklah makan dan minum yang dilakukan diharuskan niat agar dapat
beribadah kepada Allah mendapat pahala dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi dalam tubuh.
3. Hendak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
4. Mensyukuri makanan dan minuman yang diberikan. Jangan mencela.
5. Tidak sambil bersandar atau keadaan menyungkur.
6. Tidak makan dan minum menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak.
7. Memulai makan dan minum dengan bismillah, diakhiri dengan alhamdulillah.
8. Hendaknya makan dengan tangan kanan dan mulai mengambil yang ada di
depan kita.
9. Disunnahkan makan dengan tiga jari dan menjilati sesudahnya.
10. Disunnahkan mengambil makanan yang jatuh, membuang bagian kotor, dan
memakannya.
11. Tidak berlebihan dalam makan dan minum.

D. Etika Pergaulan dalam Islam


 Ta’aruf
Pengenalan di mana ketika seseorang akan keluar untuk bersosialisasi dapat
membedakan sifat, suku, agama, kegemaran, karakter, dan berbagai ciri khas
setiap individu.

 Tafahum
Memilih dan memilah lingkungan yang mana pantas untuk bertahan dan
menjauh.

13
 Ta’awun
Saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasulullah SAW mengatakan
bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat
Islam yang lain.

E. Etika Berbicara
Sebagaimana dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 148-149 :

‫ اَ ب‬ٞ ِ ‫ ع ا ب عَ ي‬ٞ َِ َ ‫ت َّللاَّ ُ اىْ َج ْٖ َش ث ِ بى غ ُّ ٘ ِن ٍِ َِ اىْ ق َ ْ٘ ِه إ ِ ََّل ٍَ ِْ َ ُ ي ِ ٌَ ۚ َٗ مَ ب َُ َّللاَّ ُ ع‬


ُّ ‫ ُِح‬ٝ ‫۞ ََل‬
‫ اش ا‬ٝ ‫ ْ اش ا أ َ ْٗ ر ُ ْخ ف ُ٘ ٓ ُ أ َ ْٗ ر َعْ ف ُ٘ا عَ ِْ ع ُ ٘ ٍن ف َ ئ ِ َُّ َّللاَّ َ مَ ب َُ ع َ ف ُ ًّ٘ ا ق َ ِذ‬ٞ ‫إ ِ ُْ ر ُج ْ ذ ُٗا َخ‬
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Jika kamu
melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan
(orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.”

Hal-hal yang dapat diterapkan pada berbicara :


 Pembicaraan selalu di dalam kebaikan.
 Berbicara dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula
terlalu rendah, dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat.
 Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna.
 Tidak membicarakan semua apa yang didengar.
 Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
 Menghindari perkataan jorok (keji).
 Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara.
 Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba.
 Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya,
juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya,
tidak menganggap rendah pendapat atau mendusta.
 Jangan memonopoli dalam berbicara, berilah kesempatan kepada orang lain
untuk berbicara.
 Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan
dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya
mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.
 Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah
orang yang berbicara.

F. Etika Dalam Berbisnis


Etika sendiri pada dasarnya dapat terhubung pada dunia bisnis. Kegiatan
bisnis dalam Islam tidak dapat dilakukan secara asal. Saat ini, terdapat banyak
ancaman keras bagi pelaku bisnis yang tidak memedulikan etika. Sebagaimana
Allah SWT berfirman :

14
ُ ْ ‫ َ ْ٘ ًِ اى‬ٝ ِْ ٍِ ِ ‫ ىِ ي صَّ ََل ح‬ٛ
ِ َّ‫ ِر مْ ِش َّللا‬ٰٚ َ ‫ج َُ ع َ خِ ف َ ب عْ ع َ ْ٘ ا إ ِ ى‬ َ ‫ َِ آ ٍَ ْ ُ٘ا إ ِ ر َ ا ّ ُ ٘ ِد‬ٝ ‫ ُّ َٖ ب اى َّ ِز‬َٝ ‫ َ ب أ‬ٝ
َُ ٘ َُ َ ‫ْ ٌش ى َ ن ُ ٌْ إ ِ ُْ م ُ ْ ْ ز ُ ٌْ ر َعْ ي‬ٞ ‫ْ َع ۚ رٰ َ ى ِ ن ُ ٌْ َخ‬ٞ َ ‫َٗ ر َ ُس ٗا اىْ ج‬

َ َّ‫ض ِو َّللاَّ ِ َٗ ا ر ْ م ُ ُش ٗا َّللا‬ ِ ‫اْل َ ْس‬


ْ َ ‫ض َٗ ا ث ْ ز َغ ُ٘ا ٍِ ِْ ف‬ ْ ٜ ِ ‫ش ُش ٗا ف‬
ِ َ ‫ص ََل ح ُ ف َ ب ّ ْ ز‬َّ ‫ذ اى‬ ِ َٞ ‫ض‬ ِ ُ ‫ف َ ئ ِر َ ا ق‬
َُ ٘ ‫ح‬ ُ ِ ‫ اش ا ى َ ع َ ي َّ ن ُ ٌْ ر ُفْ ي‬ٞ ِ ‫م َ ث‬
َ ٘ ُ ‫ ْ َٖ ب َٗ ر َ َش م‬ٞ َ ‫بس ح ا أ َ ْٗ ى َ ْٖ ا٘ ا ا ّْ ف َ ضُّ٘ا إ ِ ى‬
َِ ٍِ ‫ْ ٌش‬ٞ ‫ك ق َ ب ئ ِ اَ ب ۚ ق ُ ْو ٍَ ب ِع ْْ ذ َ َّللاَّ ِ َخ‬ َ ‫َٗ إ ِ ر َ ا َس أ َ ْٗ ا ر ِ َج‬
ِ ‫ ْ ُش اى َّش‬ٞ ‫بس ح ِ ۚ َٗ َّللاَّ ُ َخ‬
َِ ٞ ِ ‫اص ق‬ َ ‫اىي َّ ْٖ ِ٘ َٗ ٍِ َِ اى ز ِّ َج‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseur untuk
melaksanakan salat pada hari jum’at, maka segeralah kamu menginggat Allah
dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah dibumi;
carilah karunia Allah dan inggatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung. Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka
segara menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang
berdiri (berkhotbah). Katakanlah,”apa yang ada di sisi Allah lebih baik dari
permainan dan perdagangan,’’dan Allah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS. Al-
Jumu’ah /62:9-11).

Dari tafsiran dikatakan bahwa apabila shalat wajib telah dilaksanakan di


awal waktu dengan berjamaah di masjid; maka bertebarlah kamu di bumi, kembali
bekerja dan berbisnis; carilah karunia Allah, rezeki yang halal, berkah, dan
melimpah dan ingatlah Allah banyak-banyak ketika salat maupun ketika bekerja
atau berbisnis agar kamu beruntung, menjadi pribadi yang seimbang, serta sehat
mental dan fisik.
Bila dihubungkan dengan aspek ekonomi, ayat ini menerangkan mengenai
etika berdagang yang baik, yaitu dimulai degan membaca do’a, kemudian tidak
berbuat curang ketika berdagang dan selalu merasa diawasi oleh Allah. Bisnis dan
etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang bertentangan. Apabila bisnis
diniatkan sebagai ibadah dan totalitas kepatuhan kepada Tuhan, maka akan
berjalan dengan sendirinya, yang disertakan dengan kaidah-kaidah moral
berdasarkan keimanan terhadap akhirat.

II. Moral
Nilai-nilai moral sangat penting dalam tahap kehidupan. Sebagian besar nilai-
nilai yang kita miliki sebagai orang dewasa telah ditanamkan dalam diri selama
bertahun-tahun sejak masa kanak-kanak.
Beberapa contoh pendidikan moral yang bisa diterapkan di rumah, antara lain:
a. Mengajarkan anak untuk selalu mengucapkan "terima kasih" saat diberi sesuatu
atau dibantu oleh orang lain.

15
b. Membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan. Sebagaimana dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 151 :

َ ‫ ُع َ ي ِّ َُ ن ُ ٌُ اى ْ ِن ز َب‬ٝ َٗ ٌْ ُ ‫ ن‬ٞ ِّ‫ ُ َض م‬ٝ َٗ ‫ َ ب ر ِ ْ َب‬ٝ ‫ ْ ن ُ ٌْ آ‬ٞ َ ‫ َ ز ْ ي ُ٘ عَ ي‬ٝ ٌْ ُ ‫َ٘ل ٍِ ْْ ن‬


‫ة‬ ‫ ن ُ ٌْ َس ع ُ ا‬ٞ ِ ‫م َ ََ ب أ َ ْس عَ يْ ْ َب ف‬
َُ ٘ َُ َ ‫ ُ ع َ ي ِّ َُ ن ُ ٌْ ٍَ ب ى َ ٌْ ر َن ُ ٘ ّ ُ٘ا ر َعْ ي‬ٝ َٗ َ ‫َٗ اى ْ ِح نْ ََ خ‬
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu
dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”

c. Menghargai pendapat orang lain. Sebagaimana dalam Q.S Az-Zumar ayat 18 :

َ ِ ‫ َِ َٕ ذ َ ا ٕ ُ ٌُ َّللاَّ ُ ۖ َٗ أ ُٗ ٰى َ ئ‬ٝ ‫ل اى َّ ِز‬


ٌْ ُ ٕ ‫ل‬ َ ِ ‫ َ ز َّج ِ ع ُ٘ َُ أ َ ْح غَ ْ َ ٔ ُ ۚ أ ُٗ ٰى َ ئ‬ٞ َ ‫ َ غْ ز َ َِ ع ُ٘ َُ اىْ ق َ ْ٘ َه ف‬ٝ َِ ٝ ‫اى َّ ِز‬
ْ ٘ ُ ‫أ ُٗ ى‬
ِ ‫اْل َى ْ ج َ ب ة‬
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang
yang mempunyai akal.”

d. Memberi salam ketika bertemu dengan orang yang lebih tua. Sebagaimana dalam
Q.S. An-Nisa’ ayat 86 :

ْ َ ‫ م ُ ّوِ ش‬ٰٚ َ ‫ ُّ٘ا ث ِ ؤ َ ْح غَ َِ ٍِ ْ ْ َٖ ب أ َ ْٗ ُس د ُّٗ َٕب ۗ إ ِ َُّ َّللاَّ َ مَ ب َُ عَ ي‬ٞ ‫ َّ خٍ ف َ َح‬ٞ ‫ ز ُ ٌْ ث ِ ز َ ِح‬ٞ ِ ّ ٞ ‫ح‬
‫ ٍن‬ٜ ُ ‫َٗ إ ِ ر َ ا‬
‫ ج اب‬ٞ ‫غ‬
ِ ‫َح‬
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”

e. Mengucapkan kata "tolong" saat meminta bantuan orang lain. Sebagaimana dalam
Q.S. Al-Madinah ayat 2 :

‫ َٗ ََل‬ْٛ َ ‫ َِ آ ٍَ ْ ُ٘ا ََل ر ُ ِح ي ُّ ٘ا ش َ ع َ ب ئ ِ َش َّللاَّ ِ َٗ ََل اى ش َّ ْٖ َش اى ْ َح َش اًَ َٗ ََل اى ْ َٖ ذ‬ٝ ‫ ُّ َٖ ب اى َّ ِز‬َٝ ‫ َ ب أ‬ٝ
ٌْ ُ ‫ض َ٘ ا ّ ا ب ۚ َٗ إ ِ ر َ ا َح ي َ ي ْ ز‬
ْ ‫ض اَل ٍِ ِْ َس ث ّ ِ ِٖ ٌْ َٗ ِس‬ ْ َ ‫ َ ج ْ ز َغ ُ٘ َُ ف‬ٝ ًَ‫ذ اى ْ َح َش ا‬ َ ْ ٞ َ ‫ َِ اى ْ ج‬ٞ ٍِّ ‫اىْ ق َ ََل ئ ِ ذ َ َٗ ََل آ‬
ُْ َ ‫ص ذ ُّٗ م ُ ٌْ عَ ِِ اىْ ََ غ ِْج ِذ اىْ َح َش ا ًِ أ‬ َ ُْ َ ‫ َ ْج ِش ٍَ ْ َّ ن ُ ٌْ شَ ْ َآ ُُ ق َ ْ٘ ًٍ أ‬ٝ ‫ص طَ ب د ُٗا ۚ َٗ ََل‬ ْ ‫فَب‬
ۚ ُِ ‫اْل ث ْ ٌِ َٗ اىْ ع ُ ذ َْٗ ا‬
ِ ْ ٚ َ ‫بٗ ّ ُ٘ا عَ ي‬ َ َ ‫ ۖ َٗ ََل ر َع‬ٰٙ َ٘ ْ ‫ اى ْ ج ِ ِّش َٗ اى ز َّق‬ٚ َ ‫بٗ ّ ُ٘ا عَ ي‬ َ َ ‫ر َع ْ ز َذ ُٗا ۘ َٗ ر َع‬
‫ ذ ُ اى ْ ِع ق َ بة‬ٝ ‫َٗ ا ر َّق ُ٘ا َّللاَّ َ ۖ إ ِ َُّ َّللاَّ َ ش َ ِذ‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang

16
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”

f. Memberi tempat duduk untuk ibu hamil, orang tua, atau orang yang sakit saat
berada di tempat umum.
g. Tidak menyontek. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 18 :

َُ ٘ ُ ‫ ٌش ث ِ ََ ب ر َع ْ ََ ي‬ٞ ‫ص‬ ِ ‫اْل َ ْس‬


ِ َ ‫ض ۚ َٗ َّللاَّ ُ ث‬ ْ َٗ ‫د‬
ِ ‫بٗ ا‬ َ ْ ٞ َ ‫ َ عْ ي َ ٌُ غ‬ٝ َ َّ‫إ ِ َُّ َّللا‬
َ ََ َّ ‫ت اى غ‬
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. ”
Serta ada hadist yang mengatakan :
“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR.
Muslim no. 101, dari Abu Hurairah).”

h. Tidak mengucapkan kata kasar. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Qalam ayat 11 :

ٌٍ ٞ َِ َ ْ ِ ‫بص ٍَ ش َّ ب ٍن ث‬
ٍ ََّ َٕ
“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.”

i. Menyayangi binatang. Sebagaimana dalam Q.S. An-Nur ayat 41 :

ٍ ‫ ْ ُش صَ ب ف َّ ب‬ٞ َّ ‫ض َٗ اىط‬
ْ ‫د ۖ م ُ ٌّو ق َ ذ‬ ِ ‫اْل َ ْس‬
ْ َٗ ‫د‬ ِ ‫بٗ ا‬ َ ََ َّ ‫ اى غ‬ٜ ِ ‫ح ى َ ٔ ُ ٍَ ِْ ف‬ ُ ِ ّ ‫ ُ غ َ ج‬ٝ َ َّ‫أ َى َ ٌْ ر َ َش أ َ َُّ َّللا‬
َُ ُ٘ ‫ َ ف ْ ع َ ي‬ٝ ‫ ٌٌ ث ِ ََ ب‬ٞ ِ ‫ َح ٔ ُ ۗ َٗ َّللاَّ ُ عَ ي‬ٞ ِ ‫عَ يِ ٌَ صَ ََل ر َٔ ُ َٗ ر َغْ ج‬
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di
bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah
mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.”

III. Akhlak
Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan
iman yang dimilikinya dengan mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap
tingkah laku sehari-hari, dan akhlak yang seharusnya diaktualisasikan dalam
kehidupan seorang muslim adalah:
A. Akhlak kepada Allah
1. Mentauhidkan Allah dan tidak syirik kepada Allah, beriman kepada Allah dan
hanya menyembah Allah tidak menduakan Allah.

17
Contoh : menyembah pohon, berhala.
2. Berdzikir kepada Allah, memohon ampunan-Nya karena kita manusia pasti
melakukan kesalahan.
Contoh : kita merasa paling benar dibandingkan orang lain.
3. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
Contoh : Dzikir (mengingat Allah di berbagai situasi dan kondisi—diucapkan
dengan mulut maupun hati, agar dapat menenangkan hati) dan Berdoa
(pengakuan atas keterbatasan manusia di dunia)
4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu
tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan
orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah

B. Akhlak terhadap Rasulullah


1. Mengikuti dan menjalankan Sunnah Rasul.
Contoh: mengaji, datang ke pengajian.
2. Bersholawat kepada Rasul, karena memang sudah kewajiban yang diberikan
Allah kepada umatnya untuk senantiasa bersholawat kepada Rasul agar kita
bisa mendapatkan syafaatnya kelak baik di dunia maupun di akhirat.

C. Akhlak terhadap diri sendiri


1. Sikap sabar, kita harus selalu sabar dalam keadaan apapun dan bersikap sabar
dapat menaikkan derajat manusia.
2. Sikap syukur, kita harus selalu bersyukur atas segala hal yang telah Allah
berikan kepada kita.

D. Akhlak terhadap keluarga


1. Mendidik keluarga agar menjadi keluarga yang baik.
Contoh: orang tua mengajari anaknya tata cara sholat dan mengaji
2. Memelihara keturunan, artinya kita harus menghindarkan anak atau keturunan
kita dari hal yang tidak baik. Karena keturunan merupakan penerus kita kelak.

E. Akhlak terhadap sesama manusia


1. Menjalin persaudaraan
2. Saling tolong menolong, jika ada orang yang kesusahan kita wajib membantu
sebisa kita
3. Menepati janji, merupakan sebagian dari iman.

18
F. Akhlak terhadap sesama makhluk
1. Memanfaatkan alam, bukan berarti menghabiskan semua yang ada di alam.
Contoh: adanya tanah diolah agar bias menjadi lahan pertanian.
2. Menjaga alam, tidak merusak alam.
Contoh: tidak membakar hutan, tidak menebang pohon sembarangan

19
BAB IV
KESIMPULAN

Kehidupan tidak lepas dari perkembangan dunia yang beraneka ragam budaya,
sehingga banyak yang berlomba-lomba dalam mengikuti gaya hidup masa kini—hal ini
menyebabkan lupanya ada komponen utama dalam prinsip hidup, sehingga banyak yang
tidak menghiraukan ataupun mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak, etika, dan moral memiliki kesamaan arti, cakupan dan tujuan. Namun pun
demikian, juga juga memiliki perbedaan satu sama lainnya. Dalam perspektif Islam akhlak
sangat berkaitan erat karena sama-sama bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Akhlak adalah salah satu dimensi keilmuan yang perlu digunakan dalam berbagai lini
dan profesi kehidupan untuk meningkatkan kualitas ilmu, iman dan amal. Keberadaannya
bahkan dianggap mampu menentukan maju atau mundurnya suatu negara, agama, dan
bangsa. Oleh karena itu, bahasan tentang akhlak adalah sesuatu yang dipentingkan. Tulisan
diatas dapat disimpulkan kepada tiga hal, di antaranya :

1. Akhlak adalah sikap dalam diri seseorang yang menjadi kebiasaan dan bisa
mengarah pada suatu perbuatan.
2. Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam
hidup manusia. Ini mencakup semua hal, terutama tentang gerak-gerik pikiran
dan rasa yang kemudian memunculkan pertimbangan sikap.
3. Moral berupa nilai dan ketentuan baik buruk. Sedangkan etika lebih berbicara
soal ilmu yang bersumber pada adat istiadat. Kemudian, akhlak berupa
perangai yang bersumber pada Alquran dan sunnah.

Ketiga esensi tersebut tidak lepas dari masalah kehidupan manusia itu sendiri—
terlebih bagaimana menghadapi perkembangan globalisasi yang pesat, namun disertai
berbagai tantangan dalam melihat sikap masyarakat terhadap suatu persoalan yang dialami.
Menghadapi permasalahan yang muncul sehingga harus melakukan usaha yang keras
dalam membudayakan etika, moral, dan juga akhlak agar tidak mudah terpengaruh dengan
masuknya budaya barat secara bebas. Akhlak, etika, dan moral bank dikesampingkan karena
menganggap ketiganya tidak membawa pengaruh yang besar pada kesuksesan seseorang.
Padahal, hal tersebut justru membawa kualitas manusia tersebut lebih terarah.
Pada penyelesaian masalah terkait penyimpangan akhlak, etika, dan moral adanya
strategi yang digunakan untuk menanam pendidikan tersebut kepada masyarakat (terutama
anak). Pendidikan karakter merupakan salah satu penyelesaian masalah yang kerap terjadi.
Pokok-pokok dalam pendidikan karakter perlu ditanamkan, yakni kesopanan, perilaku baik,
kejujuran, religius, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, dan semangat kebangsaan.
Dalam mendukung perkembangan sosial, maka beberapa rekomendasi yang dapat
dilakukan berupa :

 Kesadaran kemampuan dalam mengenal standar akhlak, etika dan moral, yang
didukung dengan komitmen yang bersifat positif.

20
 Mengontrol dorongan dan kepuasan sesaat dengan cara mengalihkan pada
kegiatan yang positif dan bermanfaat.
 Rendah hati baik dalam mengetahui keterbatasan diri dan kemampuan
rasionalisasi diri.
 Melakukan pengembangan pola-pola perilaku yang baik sehingga menjadi
kebiasaan.
 Meningkatkan komitmen diri untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar
meskipun berada dalam kondisi yang sulit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Reksiana. 2018. "Kerancuan Istilah Karakter, Akhlak, Moral dan Etika" dalam Jurnal :
Thaqafiyyat Bahasa, Peradaban, dan Informasi Islam

Mawardi, Al. 2012. "Etika, Moral, dan Akhlak" dalam jurnal : Agama Islam (hlm. 78-83).
Artikel Scholar

Ahmad, Nurul Aulia. 2022. ―Pendidikan Moral: Pengertian,Contoh, Tujuan, dan Cara
Mengajarkannya pada Anak Sejak Kecil‖, https://www.orami.co.id/magazine/pendidikan-
moral, diakses pada 2 Desember 2022

Finiel, Dina. 2020. ―Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari‖,


https://www.kompasiana.com/bintangdewi/5fc7b832d541df740a13c962/aktualisasi-akhlak-
dalam-kehidupan-sehari-hari, diakses pada 2 Desember 2022

Darmawan, Kasis. 2019. ―Etika Bisnis dalam Perspektif Al-Qur’an‖,


https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/379/1/Skripsi%20Kasis%20Darmawan.pdf, diakses pada
2 Desember

Wikipedia. 2022. "Akhlak", https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak, diakses pada 19 November


2022

Wikipedia. 2022. "Moral", https://id.wikipedia.org/wiki/Moral, diakses pada 19 November


2022

Wikipedia. 2022. "Etika", https://id.wikipedia.org/wiki/Etika, diakses pada 19 November


2022

M, Ahmad Fahri Rivaldi dkk. 2021. "Makalah Konsep Etika, Moral dan Akhlaq",
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-45-bekasi/akuntansi/konsep-etika-
moral-dan-akhlaq/21521635, diakses pada 19 November 2022

Anisah, Rafiqatul. 2020. "Memahami Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral",


https://nuriska.id/memahami-perbedaan-akhlak-etika-dan-moral, diakses pada 19 November
2022

Anisah, Rafiqatul. 2020. "Memahami Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral", diakses pada 19
November 2022

Hulaima. 2020. "Penerapan Etika, Moral dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-hari",
https://www.kompasiana.com/hulaima1202/5ea2626cd541df0a89572a36/penerapan-etika-
moral-dan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari, diakses pada 19 November 2022

22
Maulina, Isnaini dkk. 2019. "Makalah Etika, Moral, dan Akhlak",
https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_
AKHLAK, diakses pada 19 November 2022

Alfatih, Hamsina Halasi. 2019. "Generasi Krisis Moralitas, Bagaimana Solusinya?",


https://tegas.co/2019/07/27/generasi-krisis-moralitas-bagaimana-solusinya, diakses pada 19
November 2022

Nizar. 2017. "Hubungan Etika dan Agama dalam Kehidupan Sosial",


https://www.neliti.com/publications/231177/hubungan-etika-dan-agama-dalam-kehidupan-
sosial, diakses pada 19 November 2022

Hayumuti, H. 2017. "Kendala Implementasi Etika Moral dan Akhlak", http://repository.um-


surabaya.ac.id/3893/7/KENDALA_IMPLEMENTASI_ETIKA_MORAL_DAN_AKHLAK.p
df, diakses pada 19 November 2022

Isriani, Nur Jamaliyah. 2017. "Etika, Moral, dan Akhlak",


http://nurjamaliyahisraini.blogspot.com/2017/03/makalah-etika-moral-dan-akhlak.html,
diakses pada 19 November 2022
Darojah, Inarotuzzakiyati (2013) Nilai-Nilai Moral dalam Novel 5 cm (Kajian Semiotik
Roland Barthes).

https://youtu.be/h41HuwbQuRc (Kelompok 5)

23

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai