net/publication/368211985
CITATIONS READS
0 87
4 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Antonius Sigid Priharsanto on 03 February 2023.
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya yang maha kuasa, kami mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Agama dengan baik dan tepat waktu, dengan judul Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ini:
1. Kepada Bapak Ali Akbar Gayo, S.E., M.M., M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Agama.
2. Kepada orang tua dan tim kelompok yang memberikan dukungan dan motivasi dalam
pengerjaan karya tulis ini.
3. Kepada teman dekat serta rekan-rekan yang telah membantu dalam pengerjaan karya
tulis ini.
Kelompok 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka adapun masalah-
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu akhlak, etika dan moral?
2. Apa perbedaan antara akhlak, etika, dan moral?
3. Mengapa manusia harus didasari oleh akhlak, etika, dan moral?
4. Bagaimana ketiga esensi tersebut berpengaruh dalam kehidupan?
5. Bagaimana penerapan Etika, Moral, dan Akhlak dalam kehidupan Sehari-hari?
2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Akhlak
Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.
Akhlak berasal dari kata Khuluqun yang berarti budi pekerti, penakai, tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik, seperi contohnya bisa
mengkomunikasikan sesuatu dengan baik, tidak berbohong, tidak berbuat curang, selalu jujur
dalam pekataan dan perbuatan.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Cara membedakan akhlak, moral, dan etika, yaitu
dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak
ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolak ukur
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam adat istiadat, Adat
adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang mengatur tingkah laku manusia antara satu sama lain
yang lazim dilakukan di suatu kelompok masyarakat dan dalam akhlak menggunakan ukuran
Al-Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya.
Dalam konteks Islam, akhlak dimaknai sebagai pandangan dan sikap hidup yang
terpuji, yang berlandaskan pada ajaran Allah yang termaktub dalam Al-Quran dan yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Apabila semangat Qurani memancar dalam
kehidupan seseorang atau suatu masyarakat, maka hal itu merupakan pertanda bahwa
masalah akhlak telah eksis dalam dirinya.
Banyak pemikir telah memberikan batasan tentang hal termaksud. Bertens, misalnya
memandang akhlak atau moralitas sebagai keseluruhan asas dari nilai yang berkenaan
dengan baik dan buruk. Semua bangsa mempunyai pengalaman terhadap baik dan buruk,
tetapi tidak selalu ada pendapat yang sama tentang apa yang harus dianggap baik atau
buruk itu. Pengertian tentang baik dan buruk merupakan sesuatu yang umum, yang
terdapat di mana-mana dan di segala zaman. Dengan kata lain, akhlak atau moralitas
merupakan suatu fenomena manusiawi (kemanusiaan) yang universal (Bertens,K. 1997: 7 -
12).
Menurut Gunawan Setiardja (1997:91), apabila kita berbicara mengenai moral
atau"ethos" seseorang atau sekelompok orang, maka yang dimaksud adalah bukan hanya
apa yang biasa di lakukan orang atau sekelompok orang itu, melainkan juga apa yang
menjadi pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa yang tidak
baik, mengenai apa yang patut dan apa yang tidak patut untuk dilakukan. Perbuatan-
perbuatan atau perilaku orang pada umumnya, tidak selalu adalah tanda, adalah manifestasi
keyakinan atau pandangan hidup orang.
3
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Akhlak sendiri terdiri dari dua pendekatan yang dapat didefinisikan, yaitu lingustic
(kebahasaan) dan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitve) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan), tsulasi majid
af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi’ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Untuk menjelaskan dari segi istilah, para pakar seperti Ibnu Miskawih (w. 421 H/1030 M)
yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka menyatakan bahwa akhlak ialah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015 – 1111 M) yang dikenal sebagai hujjatul Islam
(pembela Islam) menyatakan akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Akhlak Mahmudah
Akhlak Mahmudah merupakan sebab kebahagiaan dunia dan akhirat. Mahmudah
sendiri berfokus seperti beribadah kepada Allah, melaksanakan perintah-Nya, serta
menjauhi segala larangan-Nya. Contoh : Ikhlas (melakukan sesuatu dengan kebaikan
yang murni) dan Amanah (dapat dipercaya).
2. Akhlak Madzmumah
Madzmumah merupakan asal penderitaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Madzmumah berfokus pada ujub, riya’, dengki, berbuat kerusakan, serta sifat-sifat
dan perilaku yang tidak terpuji.
Secara lebih terperinci obyek atau lapangan akhlak dalam Islam itu meliputi
bagaimana seharusnya hubungan manusia dengan penciptanya, manusia terhadap dirinya
sendiri, manusia terhadap keluarganya, manusia terhadap masyarakatnya, manusia yang satu
dengan masyarakat lainnya, manusia terhadap hewan, dan manusia terhadap mahluk lain.
(Mansyur, 1987:16).
2.2 Moral
Moral merupakan standar perilaku yang memungkinkan setiap orang untuk dapat
hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok. Moral dapat mengacu pada sanksi-sanksi
masyarakat terkait perilaku yang benar dan dapat diterima.
Secara Etimologi Moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak mores) yang berarti
kebiasaan, adat. Kata mos (mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam
bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan dengan ―aturan
4
kesusilaan‖ ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dari
sifat peran lain, kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik maupun buruk. kata 'moral' sering disamakan dengan kata 'etika',
karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti kebiasaan, adat. Moral itu sendiri
dapat diartikan sebagai : nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Di samping itu, terdapat kata yang
berhubungan dengan moral yang merupakan kata berimbuhan yang berasal dari kata 'moral',
yaitu 'moralitas'. 'Moralitas' adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Jadi, Moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu
perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Apabila diartikan sebagai tindakan baik dan buruk dengan ukuran adat, maka konsep
moral yang berhubungan dengan konsep adat sendiri terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Adat Shahihah
Moral dalam masyarakat yang sudah lama dilaksanakan secara turun-temurun dari
berbagai generasi, di mana nilai-nilainya telah disepakati secara normatif dan tidak
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Adat Fasidah
Kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi bertentangan dengan
ajaran Islam
3. Tujuan Moral
Tindakan yang diarahkan pada target tertentu, misal ketertiban sosial, keamanan, dan
perdamaian. Dalam moralitas Islam, tujuannya adalah mencapai kemaslahatan
duniawi dan ukhrawi.
5
Moral juga dapat dipahami untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik dan buruk, serta benar dan salah. Jika dikaitkan dalam
kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka orang tersebut tingkah
lakunya baik.
2.3 Etika
Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial
berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan
etika melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang
membentuk etika adalah moral. Etika hanya mengatur tentang cara manusia dalam bertindak
dan tidak memperhatikan kondisi fisik dari manusia. Ruang lingkup etika meliputi analisis
dan penerapan konsep mengenai kebenaran, kekeliruan, kebaikan, keburukan, dan tanggung
jawab. Pengelompokan etika secara umum terdiri dari etika deskriptif, etika normatif, etika
deontologi, dan etika teleologi. Manfaat dari etika adalah adanya pengendalian diri individu.
yang dapat mempermudah pemenuhan atas kepentingan kelompok sosial.
Kata 'etika' berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos. Secara umum, artinya
kebiasaan atau kehendak baik yang bersifat tetap. Sedangkan dalam bentuk tunggal, kata ini
juga memiliki beberapa arti yang berkaitan dengan tempat atau pemikiran. Maknanya sebagai
tempat ialah tempat tinggal yang biasa, padang rumput, atau kandang. Sementara maknanya
sebagai pemikiran ialah kebiasaan, adat, akhlak, watak, sikap atau cara berpikir. Dalam
filsafat, makna etika yang digunakan adalah sebagai cara berpikir. Istilah ini digunakan dalam
filsafat pertama kalinya oleh Aristoteles (384–322 SM) untuk menjelaskan tentang filsafat
moral. Dalam pengertian ini, etika diartikan sebagai ilmu tentang adat dan kebiasaan.
Etika juga dapat mengatur serta mengarahkan fitrah manusia pada sifat yang mulia
dan memperbaiki perbuatan manusia yang dilakukannya. Etika sendiri terbagi menjadi tiga,
yaitu :
1. Etika Deskriptif
Bersifat fakta dan apa adanya—terjadi secara transparan dalam nilai dan perilaku
manusia, serta realita kebudayaan yang berkembang di masyarakat.
2. Etika Normatif
Tuntunan yang bertujuan agar manusia lebih terarah lebih baik, serta menghindarkan
dari segala perbuatan buruk dengan kaidah atau norma yang telah disepakati di
masyarakat.
3. Etika Metaetika
- Seseorang atau kelompok dapat mengemukakan penilaian mengenai perilaku
manusia.
- Sebagai alat kontrol bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu
aktivitas.
- Tuntunan agar bersikap sopan dan santun, sehingga memberi dampak positif bagi
masyarakat.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
1. Sudut pandang bahasa
Akhlak berasal dari bahasa Arab ―khuluqun‖ yang memiliki arti budi pekerti atau
tingkah laku. Etika adalah ―ethos‖ berasal dari bahasa Yunani yang berarti kebiasaan.
Sedangkan, moral berasal dari bahasa latin yaitu ―mos‖ artinya tentang kelakuan.
8
5. Selalu mengabdi kepada Allah;
6. Bergetar hatinya bila menyebut nama Allah;
7. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu, tidak sombong dan angkuh;
8. Bersikap arif kepada orang awam;
9. Mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri;
10. Menghormati orang lain, terutama tamu dan tetangga sekitar;
11. Berbicara selalu baik, santun, dan penuh makna;
12. Tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi persoalan;
13. Tidak menyakiti orang lain, baik perkataan, tindakan, ataupun pikiran;
14. Ciri-ciri orang berakhlak ialah ridha kepada Allah, cinta dan beriman pada rukun
iman yang keenam, taat beribadah, selalu menepati janji, amanah, sopan dalam
ucapan dan perbuatan, qanaah, tawakkal, sabar, syukur, dan tawadhu (Anwar, 2008).
9
Akan tetapi yang terjadi secara realita adalah kurangnya kesadaran akan ketiga poin
tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai penyimpangan sosial di masyarakat. Beberapa
kasus yang sering didapat dalam penyimpangan sosial, seperti pergaulan bebas, kurangnya
perhatian dari orangtua, ingin mengikuti tren (yang tidak dilakukan secara filtrasi), himpitan
ekonomi yang berujung pelarian, serta kurangnya pendidikan karakteristik secara spesifik.
Menghadapi permasalahan yang muncul sehingga harus melakukan usaha yang keras dalam
membudayakan etika, moral, dan juga akhlak agar tidak mudah terpengaruh dengan
masuknya budaya barat secara bebas. Akhlak, etika, dan moral bank dikesampingkan karena
menganggap ketiganya tidak membawa pengaruh yang besar pada kesuksesan seseorang.
Padahal, hal tersebut justru membawa kualitas manusia tersebut lebih terarah.
Pada penyelesaian masalah terkait penyimpangan akhlak, etika, dan moral adanya
strategi yang digunakan untuk menanam pendidikan tersebut kepada masyarakat (terutama
anak). Pendidikan karakter merupakan salah satu penyelesaian masalah yang kerap terjadi.
Pokok-pokok dalam pendidikan karakter perlu ditanamkan, yakni kesopanan, perilaku baik,
kejujuran, religius, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, dan semangat kebangsaan.
Hal ini diketahui bahwa pentingnya mengadakan pembelajaran, penerapan, dan
pembiasaan akhlak sejak dini yang akan mempengaruhi karakter pada diri seseorang, sesuai
dengan etika dan norma yang berlaku. Pembentukan tersebut juga tidak lepas dari kaitan pada
psikologi (meliputi perasaan, sifat, kehendak, pemahaman, khayal, kemerdekaan, yang
keseluruhan dibutuhkan oleh ilmu akhlak.
Psikologi mempelajari tingkah laku manusia selaku anggota masyarakat sebagai
manifestasi dan aktivitas rohaniah, baik dalam kelompok maupun di luar kelompok.
Tentunya ini sangat mempengaruhi antara satu sama lain dalam bermasyarakat. Sementara
ilmu akhlak memberikan gambaran tentang perkara yang baik dan buruk, serta perkara halal
dan haram.
Pada pelaksana pengajaran itu sendiri, terdapat banyak tantangan ketika mengajarkan
pendidikan tersebut kepada anak—belum bisa melakukan filtrasi terhadap media-media yang
bersifat campuran dan lebih fokus terhadap hasil tanpa menikmati proses. Hal dasar yang
dapat dilakukan adalah tetap melihat perkembangan sang anak (sembari memberi pendidikan)
yang diiringi dengan menanamkan mindset abstrak yang bersifat konkret, salah satunya ialah
keadilan.
Dalam mendukung perkembangan sosial, maka beberapa rekomendasi yang dapat
dilakukan berupa :
Kesadaran kemampuan dalam mengenal standar akhlak, etika dan moral, yang
didukung dengan komitmen yang bersifat positif.
Mengontrol dorongan dan kepuasan sesaat dengan cara mengalihkan pada kegiatan
yang positif dan bermanfaat.
Rendah hati baik dalam mengetahui keterbatasan diri dan kemampuan rasionalisasi
diri.
Melakukan pengembangan pola-pola perilaku yang baik sehingga menjadi kebiasaan.
Meningkatkan komitmen diri untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar meskipun
berada dalam kondisi yang sulit.
10
3.4 Contoh Kasus Korupsi Dalam Bisnis:
Kasus pengadaan LNG di PT Pertamina (Persero)
Berdasarkan akhlak termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar Al- Qur'an dan As- Sunnah. Berdasarkan etika termasuk dalam perbuatan
menyimpang dalam tolak ukurnya adalah melanggar etika secara pikiran atau akal manusia.
Berdasarkan moral termasuk dalam perbuatan menyimpang dalam tolak ukurnya adalah
melanggar norma yang hidup dalam masyarakat.
11
Penerapan-penerapan yang dapat dilakukan dalam sehari-hari adalah sebagai berikut.
I. Etika
A. Bergaul dengan Orang Lain
Sebagaimana dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 10 :
B. Etika di Jalan
Sebagaimana dalam Q.S. An-Naml ayat 17-18 :
12
5. Membantu seseorang ketika tersesat di jalan.
6. Melindungi seseorang ketika terjadi perselisihan.
ِ خ ط ُ َ٘ ا
ۚ ُِ ْ طَ بٞ َّ د اى ش ِ اْل َ ْس
ُ ّ ِ ج اب َٗ ََل ر َز َّج ِ ع ُ٘اٞ َ ض َح ََل اَل ط ْ ٜ ِ بط م ُ ي ُ٘ا ٍِ ََّ ب فُ َّ ْ ُّ َٖ ب اىَٝ َ ب أٝ
ٌِ ٞ ِ إ ِ ّ َّ ٔ ُ ى َ ن ُ ٌْ عَ ذ ٌُّٗ ٍُ ج
”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Tafahum
Memilih dan memilah lingkungan yang mana pantas untuk bertahan dan
menjauh.
13
Ta’awun
Saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasulullah SAW mengatakan
bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat
Islam yang lain.
E. Etika Berbicara
Sebagaimana dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 148-149 :
14
ُ ْ َ ْ٘ ًِ اىٝ ِْ ٍِ ِ ىِ ي صَّ ََل حٛ
ِ َّ ِر مْ ِش َّللاٰٚ َ ج َُ ع َ خِ ف َ ب عْ ع َ ْ٘ ا إ ِ ى َ َِ آ ٍَ ْ ُ٘ا إ ِ ر َ ا ّ ُ ٘ ِدٝ ُّ َٖ ب اى َّ ِزَٝ َ ب أٝ
َُ ٘ َُ َ ْ ٌش ى َ ن ُ ٌْ إ ِ ُْ م ُ ْ ْ ز ُ ٌْ ر َعْ يٞ ْ َع ۚ رٰ َ ى ِ ن ُ ٌْ َخٞ َ َٗ ر َ ُس ٗا اىْ ج
II. Moral
Nilai-nilai moral sangat penting dalam tahap kehidupan. Sebagian besar nilai-
nilai yang kita miliki sebagai orang dewasa telah ditanamkan dalam diri selama
bertahun-tahun sejak masa kanak-kanak.
Beberapa contoh pendidikan moral yang bisa diterapkan di rumah, antara lain:
a. Mengajarkan anak untuk selalu mengucapkan "terima kasih" saat diberi sesuatu
atau dibantu oleh orang lain.
15
b. Membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan. Sebagaimana dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 151 :
d. Memberi salam ketika bertemu dengan orang yang lebih tua. Sebagaimana dalam
Q.S. An-Nisa’ ayat 86 :
ْ َ م ُ ّوِ شٰٚ َ ُّ٘ا ث ِ ؤ َ ْح غَ َِ ٍِ ْ ْ َٖ ب أ َ ْٗ ُس د ُّٗ َٕب ۗ إ ِ َُّ َّللاَّ َ مَ ب َُ عَ يٞ َّ خٍ ف َ َحٞ ز ُ ٌْ ث ِ ز َ ِحٞ ِ ّ ٞ ح
ٍنٜ ُ َٗ إ ِ ر َ ا
ج ابٞ غ
ِ َح
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”
e. Mengucapkan kata "tolong" saat meminta bantuan orang lain. Sebagaimana dalam
Q.S. Al-Madinah ayat 2 :
َٗ ََلْٛ َ َِ آ ٍَ ْ ُ٘ا ََل ر ُ ِح ي ُّ ٘ا ش َ ع َ ب ئ ِ َش َّللاَّ ِ َٗ ََل اى ش َّ ْٖ َش اى ْ َح َش اًَ َٗ ََل اى ْ َٖ ذٝ ُّ َٖ ب اى َّ ِزَٝ َ ب أٝ
ٌْ ُ ض َ٘ ا ّ ا ب ۚ َٗ إ ِ ر َ ا َح ي َ ي ْ ز
ْ ض اَل ٍِ ِْ َس ث ّ ِ ِٖ ٌْ َٗ ِس ْ َ َ ج ْ ز َغ ُ٘ َُ فٝ ًَذ اى ْ َح َش ا َ ْ ٞ َ َِ اى ْ جٞ ٍِّ اىْ ق َ ََل ئ ِ ذ َ َٗ ََل آ
ُْ َ ص ذ ُّٗ م ُ ٌْ عَ ِِ اىْ ََ غ ِْج ِذ اىْ َح َش ا ًِ أ َ ُْ َ َ ْج ِش ٍَ ْ َّ ن ُ ٌْ شَ ْ َآ ُُ ق َ ْ٘ ًٍ أٝ ص طَ ب د ُٗا ۚ َٗ ََل ْ فَب
ۚ ُِ اْل ث ْ ٌِ َٗ اىْ ع ُ ذ َْٗ ا
ِ ْ ٚ َ بٗ ّ ُ٘ا عَ ي َ َ ۖ َٗ ََل ر َعٰٙ َ٘ ْ اى ْ ج ِ ِّش َٗ اى ز َّقٚ َ بٗ ّ ُ٘ا عَ ي َ َ ر َع ْ ز َذ ُٗا ۘ َٗ ر َع
ذ ُ اى ْ ِع ق َ بةٝ َٗ ا ر َّق ُ٘ا َّللاَّ َ ۖ إ ِ َُّ َّللاَّ َ ش َ ِذ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
16
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”
f. Memberi tempat duduk untuk ibu hamil, orang tua, atau orang yang sakit saat
berada di tempat umum.
g. Tidak menyontek. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 18 :
ٌٍ ٞ َِ َ ْ ِ بص ٍَ ش َّ ب ٍن ث
ٍ ََّ َٕ
“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.”
ٍ ْ ُش صَ ب ف َّ بٞ َّ ض َٗ اىط
ْ د ۖ م ُ ٌّو ق َ ذ ِ اْل َ ْس
ْ َٗ د ِ بٗ ا َ ََ َّ اى غٜ ِ ح ى َ ٔ ُ ٍَ ِْ ف ُ ِ ّ ُ غ َ جٝ َ َّأ َى َ ٌْ ر َ َش أ َ َُّ َّللا
َُ ُ٘ َ ف ْ ع َ يٝ ٌٌ ث ِ ََ بٞ ِ َح ٔ ُ ۗ َٗ َّللاَّ ُ عَ يٞ ِ عَ يِ ٌَ صَ ََل ر َٔ ُ َٗ ر َغْ ج
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di
bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah
mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.”
III. Akhlak
Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan
iman yang dimilikinya dengan mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap
tingkah laku sehari-hari, dan akhlak yang seharusnya diaktualisasikan dalam
kehidupan seorang muslim adalah:
A. Akhlak kepada Allah
1. Mentauhidkan Allah dan tidak syirik kepada Allah, beriman kepada Allah dan
hanya menyembah Allah tidak menduakan Allah.
17
Contoh : menyembah pohon, berhala.
2. Berdzikir kepada Allah, memohon ampunan-Nya karena kita manusia pasti
melakukan kesalahan.
Contoh : kita merasa paling benar dibandingkan orang lain.
3. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
Contoh : Dzikir (mengingat Allah di berbagai situasi dan kondisi—diucapkan
dengan mulut maupun hati, agar dapat menenangkan hati) dan Berdoa
(pengakuan atas keterbatasan manusia di dunia)
4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu
tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan
orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah
18
F. Akhlak terhadap sesama makhluk
1. Memanfaatkan alam, bukan berarti menghabiskan semua yang ada di alam.
Contoh: adanya tanah diolah agar bias menjadi lahan pertanian.
2. Menjaga alam, tidak merusak alam.
Contoh: tidak membakar hutan, tidak menebang pohon sembarangan
19
BAB IV
KESIMPULAN
Kehidupan tidak lepas dari perkembangan dunia yang beraneka ragam budaya,
sehingga banyak yang berlomba-lomba dalam mengikuti gaya hidup masa kini—hal ini
menyebabkan lupanya ada komponen utama dalam prinsip hidup, sehingga banyak yang
tidak menghiraukan ataupun mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak, etika, dan moral memiliki kesamaan arti, cakupan dan tujuan. Namun pun
demikian, juga juga memiliki perbedaan satu sama lainnya. Dalam perspektif Islam akhlak
sangat berkaitan erat karena sama-sama bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Akhlak adalah salah satu dimensi keilmuan yang perlu digunakan dalam berbagai lini
dan profesi kehidupan untuk meningkatkan kualitas ilmu, iman dan amal. Keberadaannya
bahkan dianggap mampu menentukan maju atau mundurnya suatu negara, agama, dan
bangsa. Oleh karena itu, bahasan tentang akhlak adalah sesuatu yang dipentingkan. Tulisan
diatas dapat disimpulkan kepada tiga hal, di antaranya :
1. Akhlak adalah sikap dalam diri seseorang yang menjadi kebiasaan dan bisa
mengarah pada suatu perbuatan.
2. Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam
hidup manusia. Ini mencakup semua hal, terutama tentang gerak-gerik pikiran
dan rasa yang kemudian memunculkan pertimbangan sikap.
3. Moral berupa nilai dan ketentuan baik buruk. Sedangkan etika lebih berbicara
soal ilmu yang bersumber pada adat istiadat. Kemudian, akhlak berupa
perangai yang bersumber pada Alquran dan sunnah.
Ketiga esensi tersebut tidak lepas dari masalah kehidupan manusia itu sendiri—
terlebih bagaimana menghadapi perkembangan globalisasi yang pesat, namun disertai
berbagai tantangan dalam melihat sikap masyarakat terhadap suatu persoalan yang dialami.
Menghadapi permasalahan yang muncul sehingga harus melakukan usaha yang keras
dalam membudayakan etika, moral, dan juga akhlak agar tidak mudah terpengaruh dengan
masuknya budaya barat secara bebas. Akhlak, etika, dan moral bank dikesampingkan karena
menganggap ketiganya tidak membawa pengaruh yang besar pada kesuksesan seseorang.
Padahal, hal tersebut justru membawa kualitas manusia tersebut lebih terarah.
Pada penyelesaian masalah terkait penyimpangan akhlak, etika, dan moral adanya
strategi yang digunakan untuk menanam pendidikan tersebut kepada masyarakat (terutama
anak). Pendidikan karakter merupakan salah satu penyelesaian masalah yang kerap terjadi.
Pokok-pokok dalam pendidikan karakter perlu ditanamkan, yakni kesopanan, perilaku baik,
kejujuran, religius, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, dan semangat kebangsaan.
Dalam mendukung perkembangan sosial, maka beberapa rekomendasi yang dapat
dilakukan berupa :
Kesadaran kemampuan dalam mengenal standar akhlak, etika dan moral, yang
didukung dengan komitmen yang bersifat positif.
20
Mengontrol dorongan dan kepuasan sesaat dengan cara mengalihkan pada
kegiatan yang positif dan bermanfaat.
Rendah hati baik dalam mengetahui keterbatasan diri dan kemampuan
rasionalisasi diri.
Melakukan pengembangan pola-pola perilaku yang baik sehingga menjadi
kebiasaan.
Meningkatkan komitmen diri untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar
meskipun berada dalam kondisi yang sulit.
21
DAFTAR PUSTAKA
Reksiana. 2018. "Kerancuan Istilah Karakter, Akhlak, Moral dan Etika" dalam Jurnal :
Thaqafiyyat Bahasa, Peradaban, dan Informasi Islam
Mawardi, Al. 2012. "Etika, Moral, dan Akhlak" dalam jurnal : Agama Islam (hlm. 78-83).
Artikel Scholar
Ahmad, Nurul Aulia. 2022. ―Pendidikan Moral: Pengertian,Contoh, Tujuan, dan Cara
Mengajarkannya pada Anak Sejak Kecil‖, https://www.orami.co.id/magazine/pendidikan-
moral, diakses pada 2 Desember 2022
M, Ahmad Fahri Rivaldi dkk. 2021. "Makalah Konsep Etika, Moral dan Akhlaq",
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-45-bekasi/akuntansi/konsep-etika-
moral-dan-akhlaq/21521635, diakses pada 19 November 2022
Anisah, Rafiqatul. 2020. "Memahami Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral", diakses pada 19
November 2022
Hulaima. 2020. "Penerapan Etika, Moral dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-hari",
https://www.kompasiana.com/hulaima1202/5ea2626cd541df0a89572a36/penerapan-etika-
moral-dan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari, diakses pada 19 November 2022
22
Maulina, Isnaini dkk. 2019. "Makalah Etika, Moral, dan Akhlak",
https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_
AKHLAK, diakses pada 19 November 2022
https://youtu.be/h41HuwbQuRc (Kelompok 5)
23