Anda di halaman 1dari 17

KAJIAN ETIKA, MORAL DAN SUSILA

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah


Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu :
Sirojudin Ahmad, S. Ag., M.H.

Disusun Oleh :
Rizqi Wahyu Rizmayanti ( 103220074 )
Singgih Prasetyo ( 103220080 )
Sthefani Ririn Sihvinani (103220082 )

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Kajian Etika,
Moral dan Susila ”. Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dan karya tulis ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan – kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pengampu yang selalu
memberikan dukungannya.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan
dari makalah ini.

Ponorogo, 10 Maret 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................................5

A. Pengertian Etika, Moral,dan Susila.................................................................5

1) Etika............................................................................................................5

2) Moral...........................................................................................................6

3) Susila...........................................................................................................8

B. Hubungan Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak........................................8

C. Pengertian Kebebasan, Tanggungjawab, dan Hati Nurani...........................10

1) Kebebasan.................................................................................................10

2) Tanggungjawab.........................................................................................11

3) Hati Nurani................................................................................................12

D. Hubungan Akhlak Dengan Kebebasan,


Tanggung Jawab Dan Hati Nurani................................................................13
BAB III : PENUTUP.......................................................................................................15

A. Kesimpulan..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : akhlak, etika,
moral dan lain-lain. Semua tercantum dalam Qur’an dan hadis. Dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku seseorang,
apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan
bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.

Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan
akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada
saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini
yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka kami bermaksud menyusun makalah ini dengan
alasan ingin mengetahui lebih jauh lagi apa pengertian dan perbedaan antara akhlak,
etika, moral, serta susila.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika, Moral, dan Susila ?
2. Apa hubungan etika, moral, akhlak, dan susila?
3. Apa pengertian kebebasan, tanggung jawab, dan hati nurani, serta apa
hubungannya dengan akhlak ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Moral, dan Susila


1) Pengertian Etika
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang artinya
kebiasaan. 1Dalam istilah filsafat etika diartikan sebagai ilmu tentang sesuatu yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. sedangkan secara epistemologi
etika dan moral memiliki kemiripan, akan tetapi sejalan dengan perkembangan
ilmu dan kebiasaan di kalangan cendekiawan ada pergeseran arti. Etika cenderung
dipandang sebagai suatu cabang ilmu dalam filsafat ilmu mempelajari nilai baik
dan buruk manusia. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong manusia
untuk melakukan tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma.2

Beberapa pendapat mengenai etika diantaranya :

Menurut K Bertens, dalam buku etikanya menjelaskan bahwa etika berasal dari
bahasa Yunani kuno yaitu ethos, dalam bentuk tunggal memiliki beberapa arti
antara lain kebiasaan adat akhlak watak perasaan sikap dan cara berpikir dan
dalam bentuk jamak artinya yaitu adat kebiasaan titik dalam arti ini, etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik Tata cara hidup dengan baik pada
diri seseorang atau kepada masyarakat.

Kebiasaan hidup yang baik ini kemudian dibekukan dalam bentuk kaidah, aturan,
atau norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami dan dianjurkan diajarkan
secara lisan dalam masyarakat titik kaidah, norma atau aturan ini pada dasarnya
menyangkut baik buruk perilaku manusia atau etika dipahami sebagai ajaran yang
di dalamnya berisi perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia
yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.3

Menurut Maryani dan ludikdo etika merupakan seperangkat aturan atau norma
atau pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang harus dilakukan

1
Nurul Qamar dan Farah Syah Rezah, Etika Profesi Hukum, (Makassar : CV Sosial Politic Genius,
2017), 57
2
Abdullah Idi, Dinamika Sosiologis Indonesia, (Yogyakarta : PT LKS Pelangi aksara, 2015), 190
3
A.Sony Keraf, Etika Lingkungan, (Jakarta : Buku Kompas, 2002), 2

2
maupun harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi.

Dari beberapa pengertian etika di atas maka dapat disimpulkan bahwa etika
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang adat kebiasaan seseorang yang
mengatur nilai buruk baiknya perilaku manusia kepada diri seorang maupun
kepada masyarakat.

2) Pengertian Moral

Moral dari secara etimologis berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Secara terminologis, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut
dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat menyimpulkan bahwa antara etika
dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.

Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat
diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang
pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara

3
hati, serta nasihat.4 Namun demikian, etika dan moral memiliki perbedaan,
diantaranya yaitu: etika, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Etika lebih bersifat
pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan moral berada
dalam tataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.

Dengan demikian, tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat. Etika dan moral mempunyai arti yang sama tetapi dalam pemakaian
sehari- hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang
ada.

Kesadaran moral erat pula hubungannya dengan hati nurani atau dalam istilah
disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa Arab disebut
dengan qalb, fuad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal:

a. perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.

b. kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang
objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku
pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang
sejenis.5

c. kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa moral lebih mengacu
kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan oleh masyarakat. Nilai
atau sistem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai faktor yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketenteraman. Nilai-nilai
tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan otonom individu, rasional, dan
kebebasan. Jika nilai- nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang,
4
Jamrah Jamil, Etika Profesi Guru, (Sumatera Barat : CV. Azka Pustaka, 2022), 34
5
Ibid, 35

4
maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan
dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari
luar.6

3) Pengertian Susila

Susila berasal dari bahasa Sansekerta yang tersusun dari dua suku kata, su yang
berarti baik dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Dari
pengertian ini susila dapat dipahami sebagai acuan atau pedoman tata cara
berperilaku seseorang di tengah-tengah masyarakat. Sehingga dapat disebut
sebagai orang yang memiliki susila bagi orang yang melakukan perbuatan yang
baik, sebaliknya disebut sebagai orang yang asusila atau tidak baik jika melakukan
perbuatan buruk, misalnya wanita yang menjajakan diri kepada laki-laki hidung
belang disebut dengan wanita tuna susila. Disebut wanita tuna susila karena si
wanita yang menjajakan diri dipandang cacat susila.7 Pengertian susila seperti ini
memiliki kedudukan yang sama dengan etika, yakni sebagai petunjuk atau
pedoman tingkah laku, sekalipun susila tidak seperti etika yang berupaya
mendalami kenapa perbuatan itu dipandang baik dan buruk, dan dalam hal ini,
susila lebih seperti moral sebagai ukuran baik dan buruk suatu perbuatan yang
berkembang di masyarakat.

Di dalam kamus bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta kata
susila diartikan sebagai sopan; beradab; baik budi bahasanya. Sedangkan
kesusilaan, yakni kata susila yang memperoleh awalan ke dan akhiran, diartikan
kesopanan; sopan santun; keadaban." Pengertian ini lebih menunjukkan kepada
keadaan baik pikiran, tutur kata, tingkah-laku dan cara hidup baik individual
maupun sosial. Dalam bentuk seperti ini maka susila sama dengan moral yang
merupakan prinsip atau ukuran baik atau buruknya suatu perbuatan yang mengacu
kepada nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.

B. Hubungan Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak

Ditinjau dari aspek obyek yang dijadikan perhatian utama oleh etika, moral, susila,
dan akhlak memiliki kesamaan yakni perbuatan manusia. Lebih tepatnya menentukan
hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dikerjakan manusia untuk dinilai baik-

6
Ibid, 36
7
Muhamad Afif Bahaf, Akhlak Tasawuf, (Serang : Penerbit A-Empat,2015), 28

5
buruknya. Dan dengan demikian dapat dipastikan bahwa tujuan keempat istilah ini
pun sama dalam rangka membimbing dan membentuk perilaku manusia agar menjadi
baik, mulia, dan terhormat sehingga dapat terwujud pergaulan yang damai, tentram,
sejahtera, dan harmonis diantara sesama anggota masyarakat. sesama di masyarakat.

Namun, jika dilihat dari sumber yang dijadikan parameter dalam menentukan baik
dan buruk maka akan dijumpai perbedaan diantara etika, moral, susila, dan akhlak.
Etika menggunakan akal sebagai penentu baik dan buruknya suatu perbuatan, moral
dan susila menjadikan adat kebiasaan yang berkembang di masyarakat sebagai ukuran
menentukan baik dan buruk suatu perbuatan, sedangkan akhlak ukuran baik dan buruk
suatu perbuatan ditentukan menurut keterangan Al-Qur'an dan Hadits. Perbedaan lain
antara etika, moral, susila dan akhlak ialah jika etika lebih kepada nilai atau ketentuan
yang bersifat teoritis, moral dan susila bersifat sebagai petunjuk atau ketentuan yang
bersifat praktis, sedangkan akhlak mengandung petunjuk ketentuan baik yang bersifat
teoritis maupun praktis. Selain itu, jika etika dan akhlak menilai tingkah laku manusia
secara universal, sedangkan moral dan susila menilai tingkah laku manusia dalam
lingkup lokal.8

Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan
akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Ke semua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan
tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah.9

Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian
baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-hadis.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral
dan susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif
diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.

8
Muhamad Afif Bahaf, Akhlak Tasawuf, (Serang : Penerbit A-Empat,2015), 29
9
Fidya Arie Pratama, Etika Profesi Sistem Informasi Akuntansi, (Yogyakarta : K-Media,2018), 13

6
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-
Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia
sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.10

C. Pengertian Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Hati Nurani.


1) Pengertian Kebebasan

Akhlak seseorang dapat dinilai dari perilaku individu itu sendiri. Perilaku
seseorang dapat dikatakan bebas apabila tidak terikat oleh sesuatu apapun, bebas
dalam arti individu tersebut dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa
yang dilakukannya. Dia juga dapat memilih diantara berbagai kemungkinan yang
tersedia. Kebebasan disini tidak terikat dengan jenis kelamin, suku, ataupun hal
lain yang bersifat fisik. Kebebasan merupakan hak setiap manusia dan melampaui
jenis kelamin, suku, bahasa, agama, dan lain-lain.

Sikap moral dewasa dalam diri manusia adalah sikap bertanggung jawab. Tidak
mungkin ada tanggung jawab jika tidak ada kebebasan. Inilah hubungan antara
kebebasan dengan tanggung jawab. Kebebasan berarti kemampuan untuk
menentukan diri sendiri dan kemampuan untuk bertanggung jawab. Tingkah laku
manusia yang didasarkan pada sikap dan pola pikir seseorang, berarti adalah
tingkah laku yang berdasarkan pada kesadaran diri sendiri. Sejalan dengan adanya
kebebasan maka seseorang dituntut untuk bertanggung jawab atas tindakannya,
paling tidak terhadap hati nurani dan keyakinannya.

Hati nurani merupakan wadah bagi manusia agar memperoleh saluran ilham dari
Tuhan. Sebenarnya hati nurani lebih cenderung kepada berbuat kebaikan daripada
keburukan. Untuk itu, hati nurani harus menjadi dasar pertimbangan dalam
melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia. Kebebasan yang menyalahi
hati nurani, tentu saja bertentangan dengan moral manusia yang baik. Akhlak yang
baik biasanya dilakukan tanpa paksaan, bebas, sesuai hati nurani, dan dapat
dipertanggungjawabkan. adalah tidak dalam keadaan diam, tetapi dapat melakukan
apa saja yang dinginkan selama masih dalam norma-norma atau peraturan-
peraturan yang telah ada dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan
Negara.
10
Ibid, 14

7
Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut
semua urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai
keinginan, baik individu maupun kelompok namun tidak bertentangan dengan
norma-norma, aturan-aturan, dan perundang-undangan yang berlaku.

Kebebasan sebagaimana dikemukakan Ahmad Charris Zubair adalah terjadi


apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu
paksaan dari keterikatan kepada orang lain. Seseorang disebut bebas apabila:

1. Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang akan dilakukannya.

2. Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.

3. Tidak dipaksa atau terikat untuk membuat sesuatu yang tidak dapat dipilihnya
sendiri ataupun dicegah dari perbuatan yang dipilihnya sendiri oleh kehendak
orang lain negara atau kekuasaan apapun.11

Dari segi sifatnya kebebasan dibagi 3 yaitu :

a. Kebebasan Jasmaniah yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan


mempergunakan anggota badan yang kita miliki.
b. Kebebasan kehendak rohaniah yaitu kebebasan untuk menghendaki
sesuatu.
c. Ketika kebebasan yang dalam arti luas berarti tidak adanya macam-macam
ancaman, tekanan, larangan dan desakan yang tidak sampai dengan
paksaan fisik.

Dalam Islam, kebebasan yang diberikan kepada manusia adalah kebebasan


yang dipimpin oleh Wahyu. Manusia bebas untuk berperilaku berlandaskan
norma-norma seperti yang digariskan dalam Alquran. Salah satu kebebasan
yang didapat disebutkan di sini adalah kebebasan untuk menyatukan
pendapat, namun harus dilandasi pikiran yang sehat.

2) Pengertian Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab adalah suatu cara yang direncanakan dengan suatu
pedoman dengan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah

11
Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta : Rajawali Pers, 1990), 39

8
ditentukan mengenai tanggung jawab, bersikap dan berperilaku melaksanakan
tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.

Berdasarkan beberapa pengertian sikap yang telah dikemukakan oleh para


ahli, peneliti memfokuskan pada sikap tanggung jawab. Banyak divisi
tanggung jawab yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya Thomas
lickona yang menjelaskan bahwa tanggung jawab adalah Sisi aktif dari moral.
Tanggung jawab termasuk menjaga diri sendiri dan orang lain, memenuhi
kewajiban, berkontribusi terhadap masyarakat kita, meringankan beban, dan
membangun sebuah dunia yang lebih baik.12 Dari definisi tersebut, dapat
diartikan tanggung jawab merupakan suatu tindakan menunaikan Tugas atau
kewajiban seseorang untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya dengan
penuh komitmen agar terciptanya kehidupan yang layak tidak setiap orang
juga dituntut untuk memberikan kontribusi dan juga manfaat bagi masyarakat
sekitar.13

Sikapi-sikap tanggung jawab sangat dibutuhkan oleh siswa di sekolah


dasar terutama dalam kehidupan sehari-hari siswa yang belajar dan
mengembangkan tanggung jawabnya akan jauh lebih berani dalam mengambil
suatu keputusan dan selalu berbuat dengan memberi contoh yang baik kepada
orang lain karena merasa sebagai kewajiban moral untuk selalu melakukan
yang terbaik dalam memecahkan permasalahan.

Dapat dikatakan bahwa bertanggung jawab merupakan sikap berani yang


dimiliki seseorang tidak berani di sini tidak hanya keberanian seseorang dalam
mengambil suatu tindakan atau keputusan namun berani dalam menanggung
segala risiko konsekuensinya juga.

3) Pengertian Hati Nurani

Hati nurani itu merupakan keputusan akal budi untuk menentukan hal yang baik
atau benar dan buruk dari setiap tindakan kita. Kepribadian seseorang terbentuk
12
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membuat Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), 106
13
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, ( Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,2016), 158

9
dari segala sikap dan tindakan yang sejalan dengan nilai-nilai kebijakan atau yang
malah bertentangan dengan nilai-nilai kebijakan tersebut. Seseorang dapat
dikatakan mempunyai kepribadian yang baik jika perbuatan-perbuatannya
menunjukkan kualitas moral yang baik. Untuk mencapai hal ini, peran hati nurani
hati sangatlah penting yaitu untuk membantu seseorang memutuskan segala hal
sesuai dengan akal sehat dan sesuai dengan Hukum Tuhan.

Hati nurani atau suara hati itu merupakan tempat dimana Allah dan manusia
bertemu. Atau dalam bahasa Gaudium et Spec “sanggar suci Allah”. Sanggar suci
ini merupakan suatu tempat yang diletakkan oleh Allah sendiri dalam hati setiap
manusia titik suatu tempat di mana manusia bertemu dengan Allah lewat
pergumulan dan pengalaman-pengalaman hidup yang membantu untuk memilih
yang baik dari yang jahat. Sebagai tempat suci harus dihormati, didengar dengan
keputusan yang baik dan harus dituruti. Martabat hukum itu ialah jika manusia
mematuhinya, maka menurut hukum itu pula ia akan diadili.14

Mendefinisikan hati nurani sebagai instansi dalam diri kita yang menilai tentang
moralitas perbuatan-perbuatan kita secara langsung kini dan di sini. Hati nurani
berkaitan dengan penghayatan tentang yang baik atau buruk berhubungan dengan
tingkah laku konkret kita tidak hati nurani ini memerintah atau melarang kita
untuk melakukan sesuatu kini dan di sini. Ia tidak berbicara tentang yang umum
melainkan tentang situasi integrasi pribadi kita adalah murtabat terdalam kita titik
Johan Henry Newman mengartikan hati nurani sebagai hati yang menyerukan
suara Tuhan sendiri titik karena sifat Kemukakan penegasan atau tuntutannya,
Suara Hati merupakan suatu gejala manusiawi yang mengatasi keterbatasan
manusia dan menunjukkan pada realitas mengatasi manusia yakni Allah sendiri
sebagai yang mutlak15.

D. Hubungan Akhlak Dengan Kebebasan, Tanggung Jawab Dan Hati Nurani

Akhlak seseorang dapat dinilai dari perilaku individu itu sendiri. Perilaku
seseorang dapat dikatakan bebas apabila tidak terikat oleh sesuatu, bebas dalam
arti individu tersebut dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang
dilakukannya. Dia juga dapat memilih diantara berbagai kemungkinan yang

14
K. Bertens, Etika, (Yogyakarta : Kanisius, 2013), 41
15
Imam al Ghozali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, (Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2008), 222-225

10
tersedia. Kebebasan disini tidak terikat dengan jenis kelamin, suku, ataupun hal
lain yang bersifat fisik. Kebebasan merupakan hak setiap manusia dan melampaui
jenis kelamin, suku, bahasa, agama, dan lain-lain.

Sikap moral dewasa dalam diri manusia adalah sikap bertanggung jawab. Tidak
mungkin ada tanggung jawab jika tidak ada kebebasan. Inilah hubungan antara
kebebasan dengan tanggung jawab. Kebebasan berarti kemampuan untuk
menentukan diri sendiri dan kemampuan untuk bertanggung jawab. Tingkah laku
manusia yang didasarkan pada sikap dan pola pikir seseorang, berarti adalah
tingkah laku yang berdasarkan pada kesadaran diri sendiri. Sejalan dengan
adanya kebebasan maka seseorang dituntut untuk bertanggung jawab atas
tindakannya, paling tidak terhadap hati nurani dan keyakinannya.

Hati nurani merupakan wadah bagi manusia agar memperoleh saluran ilham dari
Tuhan. Sebenarnya hati nurani lebih cenderung kepada berbuat kebaikan daripada
keburukan. Untuk itu, hati nurani harus menjadi dasar pertimbangan dalam
melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia. Kebebasan yang
menyalahi hati nurani, tentu saja bertentangan dengan moral manusia yang baik.
Akhlak yang baik biasanya dilakukan tanpa paksaan, bebas, sesuai hati nurani,
dan dapat dipertanggungjawabkan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. PengertianEtika, Moral, dan Susila
a. Etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang adat kebiasaan seseorang
yang mengatur nilai buruk baiknya perilaku manusia kepada diri seorang
maupun kepada masyarakat.
b. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi
dengan masyarakat. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, begitu juga sebaliknya.
c. Susila dapat dipahami sebagai acuan atau pedoman tata cara berperilaku
seseorang di tengah-tengah masyarakat.
2. HubunganMoral dan Susila dengan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan
akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya dan menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga
sejahtera batiniah dan lahiriah.
3. Pengertian, Tanggung Jawab, dan Hati Nurani serta hubungannya dengan akhlak
a. kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut semua
urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai keinginan,
baik individu maupun kelompok namun tidak bertentangan dengan norma-
norma, aturan-aturan, dan perundang-undangan yang berlaku.
b. Sikap tanggung jawab adalah suatu cara yang direncanakan dengan suatu
pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
mengenai tanggung jawab, bersikap dan berperilaku melaksanakan tugas dan
kewajiban yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

12
c. Hati nurani itu merupakan keputusan akal budi untuk menentukan hal yang
baik atau benar dan buruk dari setiap tindakan kita.
d. masalah kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani adalah merupakan faktor
dominan yang menentukan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan
akhlak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bahaf, Muhamad afif, Akhlak Tasawuf. Serang : A-Empat, 2015.

Bertens, K , Etika. Yogyakarta : Kanisius, 2013.

Ghozali, Al Iman, Ringkasan Ihya Ulumuddin. Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2008.

Idi, Abdullah, Dinamika Sosiologis Indonesia, Yogyakarta : PT LKS Pelangi aksara, 2015.

Jamil, Jamrah, Etika Profesi Guru. Sumatera Barat : CV. Azka Pustaka, 2022.

Keraf, A. Sony, Etika Lingkungan. Jakarta : Buku Kompas, 2002.

Kurniawan, Syamsul, Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,2016.

Lickona, Thomas, Untuk Membuat Karakter. Jakarta : Bumi Aksara, 2012.

Ludjito, Susunan Masyarakat Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus, 1986.

Pratama, Fidya Arie, Etika Profesi Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta : K-Media, 2018.

Qamar, Nurul, Farah, Syah Rezah, Etika Profesi Hukum. Makassar : CV Sosial Politic
Genius, 2017.

Zubair, Ahmad Charris, Kuliah Jakarta : Rajawali Pers, 1990.

14

Anda mungkin juga menyukai