“STUDI HADIST”
OLEH:
RISQI KELENIA ANGGRAINI (103220072)
SHELLY CHOIRUNISA (103220078)
Dosen Pengampu:
Suprapto, Lc., M.Ag
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atasrahmat dan hidayah-
Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata kuliah
studi Hadist, dengan judul “ILMU AL-JARH WA AL-TADIL”. Dengan tulisan ini kami diharapkan
mahasiswa mampu untuk memahami makna dari Ilmu Al- Jarh Wa Al-Tadil. Kami sadar materi kuliah ini
terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi
informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang
beridentitas nasional, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
Tujuan.....................................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
Pengertian ilmu al-jarh wa al-Tadil.........................................................................................................5
Kegunaan ilmu al-jarh wa al-Tadil..........................................................................................................6
objek ilmu al-jarh wa ta’dil......................................................................................................................7
Lafadz-Lafadz Jarh Wa Ta’dil.................................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak semua hadis itu bersifat terpuji perawinya dan tidak semua hadis-hadis itu bersifat dhaif
perawinya, oleh karena itu para periwayat mulai dari generasi sahabat sampai dengan generasi
mukharrijul hadis tidak bisa kita jumpai secara fisik karena mereka sudah meninggal dunia.
Untuk mengenali mereka baik kelebihan maupun kekurangan mereka dalam periwayatan, maka
diperlukan informasi dari berbagai kitab yang ditulis oleh ulama ahli kritik para periwayat hadis.
Kritik para periwayat hadis itu tidak hanya berkenaan dengan hal- hal yang terpuji saja tapi
juga hal-hal tercela juga. Hal-hal dapat dikemukakan untuk dijadikan pertimbangan dalam
hubungan yang tepat atau tidak diterimanya riwayat hadis yang mereka riwayatkan. Untuk itulah
lebih jelasnya disini penulis akan membahaas tentang ‘’ Ilmu Jarh wa Ta’dil ‘’
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, objek, dan kegunaan dari Ilmu al-jarh wa al-ta’dil ?
2. Untuk mengetahui lafadz-lafadz dan maratib al- Jarh wa al- ta’dil ?
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa, dengan memfathah-kan huruf jim (dibaca ja) jarh artinya adalah akibat atau bekas
luka pada tubuh disebabkan oleh senjata. Kalau di-dhammah-kan (dibaca ju) jurh dikatakan sebagai isim
dari kata kerjanya.Ada pula yang mengatakan jurh berkaitan dengan jasmani yang diakibatkan oleh
senjata, sedangkan jarh adalah akibat perkataan, yang menimbulkan bekas secara maknawi atau
mengenai sisi kehormatan seseorang.1
Secara Jughawi lafad al jarh adalah mashdar berarti "melukai sebagian badan yang
memungkinkan darah dapat cepat mengalir" (Al-Abb Lowes Ma'luf, 1935: 83), selanjumya dikatakan
bahwa al-jarh mempunyai arti "mang-'aib-kan seseorang yang oleh karenanya ia menjadi kurang". Di
samping itu juga mempunyai arti menolak seperti dalam kalimat "Hakim itu menolak saksi"2
1
ARIFIN JOHAR, ‘Pendekatan Ulama Hadis Dan Ulama Fiqh Dalam Menelaah Kontroversial Hadis’, USHULUDDIN, Vol XXII.No 2 (2014),
Hlm151
2
Al-jarh W A Al-ta Dil, ‘Al-Jarh Wa Al-Ta’dil’, Alqalam, vol 10 no 2 (1995), hlm 24.
3
Redaksi, Al-Jarh Wa At-Ta’dil, Upaya Menjaga Kemurnian Syariat, 14th edn (Asy Syariah, 2019).
4
Al-jarh W A Al-ta Dil, ‘Al-Jarh Wa Al-Ta’dil’, Alqalam, vol 10 no (1995), hlm 26, <1515-313-3654-1-10-20190215.pdf>.
2) Kegunaan ilmu al-jarh wa al-Tadil
Ilmu jarh wa al-ta'dil sangat berguna untuk menentukan kualitas perawi dan nilai hadisnya.
Membahas sanad terlebih dahulu harus mempelajari kaidah-kaidah ilmu jarh wa al-ta'dil yang telah
banyak dipakai para ahli, mengetahui syarat-syarat perawi yang dapat diterima, cara menetapkan keadilan
dan kedhabitan perawi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan bahasan ini. Seseorang tidak akan dapat
memperoleh biografi, jika mereka tidak terlebih dahulu mengetahui kaidah-kadah jarh dan ta'dil, maksud
dan derajat (tingkatan) istilah yang dipergunakan dalam ilmu ini, dari tingkatan ta'dil yang tertinggi
sampai pada tingkatan jarh yang paling rendah. 5Jelasnya ilmu jarh wa ta'dil ini dipergunakan untuk
menetapkan apakah periwayatan seorang perawi itu bisa diterima atau harus ditolak sama sekali. Apabila
seorang perawi "dijarh" oleh para ahli sebagai rawi yang cacat, maka periwayatannya harus ditolak.
Sebaliknya bila dipuji maka hadisnya bisa diterima selama syarat-syarat yang lain dipenuhi. Adapun
informasi jarh dan ta'dilnya seorang rawi bisa diketahui melalui dua jalan, yaitu: 6
a. Popularitas para perawi di kalangan para ahli ilmu bahwa mereka dikenal sebagai orang yang adil,
atau rawi yang mempunyai 'aib. Bagi yang sudah terkenal dikalangan ahli ilmu tentang keadilannya,
maka mereka tidak perlu lagi diperbincangkan lagi keadilannya, begitu juga dengan perawi yang
terkenal dengan kefasikan atau dustanya maka tidak perlu lagi dipersoalkan.
b. Berdasarkan pujian atau pen-tarjih-an dari rawi lain yang adil. Bila seorang rawi yang adil
menta'dilkan seorang rawi yang lain yang belum dikenal keadiannya, maka telah dianggap cukup dan
rawi tersebut bisa menyandang gelar adil dan periwayatannya bisa di terima. Begitu juga dengan
rawi yang di tarjih. Bila seorang rawi yang mentarjihnya maka periwayatannya menjadi tidak bisa
diterima. Sementara orang yang melakukan ta'dil dan tarjih harus memenuhi syarat sebagai berikut:
berilmu pengetahuan, taqwa, wara', jujur, menjauhi sifat fanatik terhadap golongan dan mengetahui
ruang lingkup ilmu jarh dan ta'dil ini.
5
Dr. Mahmud at- Thahan, “Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadits”, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995, hlm 100
6
Drs. Munzier Suparta, “Ilmu Hadits”, Jakarta : PT Raja Grafindo, Persada, hlm 33
3) objek ilmu al-jarh wa ta’dil
a) Untuk menghukumi dan mengetahui status perawi hadis.
b) Untuk mengetahui kedudukan hadis atau martabat hadis, karena tidak mungkin mengetahui status
hadis tanpa mengetahui kaidah ilmu al-jarh wa ta’dil
c) Mengetahui syarat-syarat perawi yang maqbul. Bagaimana keadilannya, ke-dlabitan-nya serta
perkara yang berkaitan dengannya.7
7
Mohd Sukri hanapi, PENGAPLIKASIAN KAEDAH HADITH AL-MAWDU IY DALAM PENYELIDIKAN Abstrak
Applying the Thematic Hadith Method in Research Related to Islam Abstract’, vol 1 no 2 (2016), hlm 132
8
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, hlm 313.
d. Menunjukkan keadilan dan kedhabitan, tapi dengan lafadz yang tidak mengandung arti kuat
ingatan dan adil (tsiqah), misalnya:
ٌ ْص ُدو
1) Orang yang sangat jujur (ق َ )
2) Orang yang dapat memegang amanat ( ) َمْأ ُموْ ٌن
َ )اَل بَْأ.
3) Orang yang tidak cacat (ْس بِه
َ )فُاَل ٌن
ٌ ض ِعي
2) Orang yang lemah (ْف
3) Orang yang ditolak hadisnya ()فُاَل ٌن َمرْ ُدوْ ٌد ْال َح ِديْث
e. Menunjukkan kepada kelemahan dan kekacauan rawi mengenai hafalannya, misalnya:
1) Orang yang tidak dapat dibuat hujjah hadisnya ()فُاَل ٌن اَل يُحْ تَجُّ بِ ِه
2) Orang yang tidak dikenai identitasnya ()فُاَل ٌن َمجْ هُوْ ٌل
3) Orang yang mungkar hadisnya ()فُاَل ٌن ًم ْن َك ٌر ْال َح ِديْث
f. Menyifati rawi dengan sifat-sifat yang menunjuk kelemahannya, tapi sifat itu berdekatan dengan
adil, misalnya:
1) Orang yang didla'ifkan hadisnya (ُضعِّفَ َح ِد ْيثَه
ُ )
2) Orang yang diperbincangkan ( )فُاَل ٌن ُمقَا ٌل فِ ْي ِه
ٌ )فُاَل ٌن فِ ْي ِه َخ ْل
3) Orang yang disingkiri (ف
Orang yang ditarjih menurut tingkatan pertama sampai dengan tingkatan keempat haditsnya tidak dapat
dibuat hujjah sama sekali. Adapun orang-orang yang ditarjih menurut tingkatan-tingkatan kelima dan
keenam, haditsnya masih dapat dipakai sebagai i’itibar (tempat membandingkan). 10
BAB III
10
Ibid., hlm 318.
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu Jarh Wa Ta’dil merupakan Ilmu
yang membahas tentang kaidah-kaidah mencela para rawi dan mengadilkannya.
Latar belakang terjadinya ilmu jarh wa ta’dil dimulai sejak adanya periwayatan hadits, sebagai
usaha ahli hadits dalam memilih dan menentukan hadits sahih dan dhaif.
Pertentangan jarh wa ta’dil terhadap seorang perawi, maka menimbulkan pendapat yang
dipandang shahih oleh Ibnu Shalah, Ar Razy, AL Amidy dan lain-lain adalah arah itu
didahulukan atas ta’dil secara muthlaq.
DAFTAR PUSTAKA
JOHAR ARIFIN, ‘Pendekatan Ulama Hadis Dan Ulama Fiqh Dalam Menelaah Kontroversial
Hadis’, USHULUDDIN, Vol XXII.No 2 (2014), Hlm151
Dr. Mahmud at- Thahan, “Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadits”, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995,
hlm 100
Drs. Munzier Suparta, “Ilmu Hadits”, Jakarta : PT Raja Grafindo, Persada, hlm 33