Anda di halaman 1dari 20

KONSEP NEGARA, BANGSA DAN PERKEMBANGANYA

Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan pada tugas mata kuliah

“Hukum Tata Negara”

Dosen Pengampu:

FAHRIL UMAROH, SH.,M.H.

Disusun oleh kelompok 1/HTN C :

Muhammad Fakhrudin 103200033

Sthefani Ririn Sihvinani 103220082

Virda Destry Anti 103220086

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang konsep negara, bangsa dan
perkembangannya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
hukum tata negara dan yang memberi tugas yaitu Bapak dosen Fahril Umaroh, S.H., M.H.
Kami telah melakukan observasi pada beberapa sumber referensi sehingga kami
mendapatkan hasil yang cukup.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
teman-teman. Dan kami menerima kritik dan saran apabila ada kesalahan dalam pembuatan
makalah ini.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Ponorogo, 14 September 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
A. Pengertian Konsep Negara........................................................................................................4
B. Pengertian Bangsa.....................................................................................................................8
C. Perkembangan Konsep Negara................................................................................................10
D. Perkembangan Konsep Bangsa................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
A. Konsep negara bangsa secara umum......................................................................................15
B. Perkembangan negara dan bangsa..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengwali kuliah hukum pada kesempatan hari ini dengan Judul makalah yang
tertulis “Konsep Negara, Bangsa dan Perkembanganya”, walaupun tidak menyebut
tentang Indonesia di judul makalah tersebut dapat di fahami bahwa konteks yang akan
dibahas dalam mata kuliah Hukum Tata Negara ini adalah pengertian negara dalam
teori umum lingkupnya nyambung dengan Hukum Tata Negara yang berlaku di
Negara Republik Indonesia yang sifatnya kongkrit dan dibatasi oleh waktu tertentu
yaitu mulai Proklamsi Kemerdekaan RI Tanggal 17 Agustus 1945. Dengan adanya
Proklamasi Kemerdekaan RI Tanggal 17 Agustus 1945 itu, maka menjadi awal
adanya disiplin ilmu tentang Hakum Tata Negara Indonesia secara formal, ditambah
dengan mempelajari struktur sejarah bangsa Indonesia ini sebelum hari
kemerdekaannya.
Makalah Hukum Tata Negara ini ditulis oleh penulis dengan berisi materi-
materi tentang pengertian “Konsep Negara, Bangsa dan Perkembanganya”. Manfaat
makalah ini tentu bisa menjadi sumber referensi mahasiswa HTN dalam menulis
tugas makalah maupun sebagai bahan pembelajaran kuliah hukum.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut tentang konsep negara dan bangsa secara umum ?
2. Bagaimana perkembangan konsep negara dan bangsa menurut teori yang ada ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep negara dan bangsa secara umum.
2. Mahasiswa dapat memahami perkembangan konsep negara dan bangsa menurut
teori yang sudah ada.

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Negara

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di
mana terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya,
pertahanan keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat
unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta
pengakuan dari negara lain. Secara umum, dalam konsep teori modern, negara terbagi
ke dalam dua bentuk: negara kesatuan (unitarianisme) dan negara serikat (federasi).
Istilah negara di terjemahkan dari kata-kata asing yaitu “steat” (bahasa
Belanda dan Jerman). “state” (Bahasa Inggris. “Etat” (bahasa Perancis). Kata “Staat,
State, etat itu diambil dari kata bahasa latin yaitu “status” atau statum” yang artinya
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifata yang tegak dan tetap.
Kata “status” atau “statum” lazim diartikan sebagai “standing” atau “station”
(kedudukan) yang dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia
sebagaiman diartikan dalam istilah “Status Civitatis” atau “Status Republicae. 1
Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf
Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Dikalangan
intelektual muslim ada Al-Farabi adalah seorang ilmuwan dan filsuf muslim yang
terdapat karya-karyanya yaitu dalam kitab al-Siyasah alMadaniyah dan dan kitab Ara‟
ahl al-Madinah al-Fadilah yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan
demokrasi selanjutnya.2 juga dari Beberapa pendapat tersebut antara lain :
a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga
dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan
berkecukupan.
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata
dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka
oleh kekuasaan berdaulat.

1
II and PLURALISME, “NEGARA DAN PLURALISME AGAMA (Studi Pemikiran Hasyim Muzadi Tentang Pluralisme
Agama Di Indonesia Pasca Orde Baru),” 22.
2
Kurniawan, “Masyarakat Dan Negara Menurut Al-Farabi,” 13.

5
c. Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari
warganya untuk ketaatan melalui kekuasaan yang sah.3
d. Mengutip dari Abdul Qadim Zalum, definisi negara menurut al-Mawardi
adalah alat atau sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan.
Karena Islam sudah menjadi ideologi politik bagi masyarakat dalam
kerangka yang lebih konkret, bahwa Islam memerintahkan kaum Muslimin
untuk menegakkan negara dan menerapkan aturan berdasarkan hukum-
hukum Islam.4
e. Menurut penulis negara di dalam HTN negara di pandang sebagai
organisasi, yang terdiri dari empat unsur pokok negara yaitu unsur rakyat,
wilayah, pemerintahan dan pengakuan dari negara asing secara de facto
maupun di jure.

Selanjutnya membahas tentang bentuk negara yang ada menurut teori saat ini,
bentuk negara yang terpenting dan banyak dianut berbagai negara di dunia ialah:
negara kesatuan(Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi). Disamping 2 bentuk
itu, dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya, bentuk Negara dapat
digolongkan ketiga kelompok yaitu: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi. Dan monarki
terbagi menjadi tiga yaitu: Monarki absolute, Monarki konstitusional, dan Monarki
parlamenter. Beberapa teori terjadinya negara adalah Teori hukum alam, Teori
ketuhanan dan Teori perjanjian.5

Dalam teori Ilmu Negara pengertian tentang teori bentuk Negara sejak dahulu
kala dibagi menjadi dua yaitu: monarchie dan republik. Jika seorang kepala negara
diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan maka bentuk negaranya disebut
monarchie dan Kepala Negaranya disebut raja atau ratu. Jika kepala negara dipilih
melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan yang ditentukan, maka bentuk
negaranya disebut republik dan Kepala Negaranya adalah seorang Presiden.6

Membahas tentang konsep negara, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,


konsep berarti; pengertian, gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham),
rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan. Agar segala kegiatan berjalan dengan
3
Raihan, “Pengertian Negara,” 4–5.
4
Diana, “Al-Mawardi Dan Konsep Kenegaraan Dalam Islam,” 8.
5
Putri, “Unsur-Unsur Negara,” 9.
6
Gabriel, “Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Negara,” 8.

6
sistematis dan lancar, dibutuhkan suatu perencanaan yang mudah dipahami dan
dimengerti. Konsep merupakan sebuah rencana untuk mencapai sesuatu, biasanya
hanya menjelaskan secara garis besar dan abstrak tujuan yang ingin dicapai.
Konsep didalam suatu negara biasanya bisa diketahui dan dipelajari didalam
konstitusi yang berlaku pada suatu negara. Karena konstitusi merupakan aturan dasar
yang menjadi acuan peraturan perundang-undangan dibawahnya, oleh karena itu
penting untuk memahami apa itu konsep negara dilihat dari sisi konstitusi. Untuk
memahami konsep negara perlu diketahui ada beberapa contoh konsep negara yang
penulis sajikan saat ini, berikut ulasanya :

Pertama, ada konsep negara hukum. Di zaman modern, konsep Negara


Hukum di Eropah Kontinental dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul
Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu
“rechtsstaat’. Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum
dikembangkan atas kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”.
Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah
‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha Negara.

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap
Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:

1. Supremacy of Law.

2. Equality before the law.

3. Due Process of Law.7

Contohnya konsep negara hukum yang dianut dalam Undang-Undang Dasar


Republik Indonesia Tahun 1945 adalah negara hukum yang aktif dan dinamis. Model
negara hukum seperti ini menjadikan sebagai pihak yang aktif berorientasi pada
pemenuhan dan perwujudan kesejahteraan rakyat sesuai dengan prinsip welvaarstaat
7
Asshiddiqie, “Gagasan Negara Hukum Indonesia,” 2–3.

7
(Ridlwan, 2012). Sebagai negara hukum, segala tindakan penyelenggara negara dan
warga negara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.8

Dalam konsep negara hukum kombinasi yang paling ideal Bersama dengan
sistem negara demokrasi, Negara demokrasi merupakan negara yang menganut bentuk
atau mekanisme sistem pemerintahan dengan mewujudkan kedaulatan rakyat atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Demokrasi selalu
berhubungan dengan hak asasi manusia. Upaya untuk menegakan demokrasi
merupakan upaya umat manusia dalam rangka menjamin dan melindungi hak
asasi,karena demokrasi merupakan salah satu sistem politik yang memberi
penghargaan atas hak dasar manusia.9

Contoh kedua, Konsep negara khilafah, negara khilafah adalah suatu negara
yang dipimpin oleh seorang khalifah yang menerapkan hukum syara’. Negara khilafah
merupakan kekuatan politik praktis yang berfungsi menerapkan dan memberlakukan
hukum-hukum Islam serta mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia sebagai sebuah
risalah dengan dakwah dan jihad. Hal ini merupakan implikasi dari pemahaman
mereka terhadap, misalnya QS. al-Nur: 55, lalu tafsiran beberapa ayat al-Qur’an, di
antaranya QS. al-Ma’idah: 49.10 negara khilafah inilah satu-satunya tariqah yang
dijadikan Islam untuk menerapkan sistem dan hukum-hukumnya secara menyeluruh
dalam kehidupan masyarakat.11

Ketiga, ada Konsep negara menurut ikhawanul muslimin sebagaiman yang


diungkpakan oleh salah seorang tokoh ikhwanul muslimin Sayid Qutub dalam
bukunya Al- Adalah alItjima’iyah fi al-Islam adalah sebagai berikut pertama:
Pemerintah Supra Nasional kedua: Persamaan Hak Antara Para Pemeluk Berbagai
Agama ketiga: negara harus berdasar tiga asas, yakni keadilan penguasa, ketaatan
rakyat dan permusyawaratan antara pengusaha dan rakyat. Menurut ikhwanul
muslimin Negara atau Pemerintah harus menegakan pelaksanaan syariat Islam secara
total.12

8
Aswandi and Roisah, “Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia
(HAM),” 5.
9
Humaira, “Konsep Negara Demokrasi,” 3.
10
Hayati, “Konsep Khilafah Islᾱmiyyah Hizbut Tahrir Indonesia,” 15.
11
Parno, “Konsep Negara Khilafah Menurut Taqiyuddin An-Nabhani,” 39–40.
12
Sanusi, “Konsep Negara Menurut Ihkwanul Muslimin,” 22.

8
Terakhir, pendapat yang disampaikan ibnu Khaldun, konsep negara yang
ideal adalah terwujudnya sistem tata nilai keadilan (supremasi hukum),
tanggungjawab (vertikal dan horizontal), kemampuan pemimpin (intelektual dan
strategis), serta moralitas-religius. Kesemua syarat tersebut seyogyanya dimiliki oleh
setiap pemimpin dan unsur aparatur negara. Bila konsep ini telah dimiliki pada setiap
individu, maka mereka secara bersama-sama akan berupaya mengendalikan warna
kebijakan kenegaraan dalam rangka terciptanya ketertiban, keharmonisan sosial, serta
tumbuhnya peradaban umat yang dinamis dan kondusif.13

B. Pengertian Bangsa

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan


banyaknya etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain,
masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang
anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam.
Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan. Bila dikelola
secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan energi hebat.
Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa
menimbulkan bencana dahsyat.14
Bangsa merupakan kelompok manusia yang dianggap Nasional mempunyai
identitas bersama, serta memiliki kesamaan, ideologi, agama, sejarah, serta budaya.
Mereka pada umumnya dianggap mempunyai asal usul keturunan yang sama.
Pengertian bangsa atau nation itu dalam bahasa Arab sering diungkapkan dengan
istilah ummah (ummat-un, umat), seperti United Nations, Persatuan Bangsa-Bangsa,
yang terjemah Arabnya ialah al-Umam al-Muttahidah, Umat-umat Bersatu. 15
Pengertian Bangsa menurut Ahli:
a. Ir. Soekarno: Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar,
mempunyai keinginan bersatu, keinginan untuk hidup bersama,
mempunyai persamaan nasib atau karakter, persamaan watak, tetapi yang
hidup di atas satu wilayah yang nyata.

13
Nizar, “Konsep Negara Dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun,” 12.
14
Makna, “A. Pengertian Persatuan Dan Kesatuan Bangsa,” 1.
15
SAPITRI, “KONSEP NEGARA IDEAL MENURUT PEMIKIRAN AL-FARABI DAN RELEVANSINYA DENGAN
PEMBANGUNAN NEGARA-BANGSA INDONESIA,” 16.

9
b. Joseph Stalin: Bangsa adalah suatu komunitas rakyat yang stabil yang
terbentuk atas dasar kesamaan wilayah, bahasa, ekonomi, serta perasaan
psikologis yang terwujud dalam budaya bersama.16
c. Menurut Mochtar Pabotinggi pengertian bangsa dan nation itu berbeda.
Bangsa adalah kolektivitas sosiologis, sementara nation adalah kolektivitas
politik.17

Asal – usul bangsa dan Faktor-faktor pembentukan suatu bangsa sangat


berkaitan dengan identitas yang menyatukan masyarakat. Faktor tersebut antara lain
sebagai berikut:

1. Primordial, yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan kekerabatan,


kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa dan adat istiadat.
2. Sakral/kudus, dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan agama yang dianut
oleh masyarakat dan dalam hal ini agama dapat membentuk suatu ideologi
doktrin yang kuat dalam masyarakat, sehingga keterkaitannya dapat
menimbulkan bangsa.
3. Tokoh, menjadi salah satu faktor pembentuk bangsa karena bagi
masyarakat, tokoh dijadikan sebagai panutan untuk mewujudkan misi-misi
bangsa.
4. Sejarah, merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena sejarah
dan pengalaman masa lalu seperti penderitaan akan melahirkan solidaritas
sehingga memungkinkan untuk membentuk satu tekad dan satu tujuan
antar kelompok masyarakat.
5. Perkembangan Ekonomi, dikatakan sebagai faktor pembentukan bangsa
karena semakin meningkatnya perkembangan ekonomi semakin beragam
pula kebutuhan masyarakat sehingga membuat masyarakat semakin
ketergantungan satu sama lain dan secara tidak langsung akan membuat
masyarakat ingin membentuk satu kesatuan yaitu bangsa sebagai jalan
untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.18

Unsur-unsur bangsa (dalam arti sosio-antropologis)

1. Tempat tinggal (homeland) dan tanah kelahiran yang sama,


16
menurut Ahli et al., “PENGERTIAN BANGSA,” 1.
17
Alfaqi, “Melihat Sejarah Nasionalisme Indonesia Untuk Memupuk Sikap Kebangsaan Generasi Muda,” 2.
18
menurut Ahli et al., “PENGERTIAN BANGSA,” 2.

10
2. Kesamaan budaya, adat, agama dan Bahasa
3. Persamaan darah, hubungan kekeluargaan, keturunan (hereditas).

Unsur terbentuknya suatu bangsa menurut arti politis yang bersifat etis

1. Adanya keinginan bersama untuk memperoleh kemajuan dan kedamaian


hidup
2. Adanya nasib dan penanggunggan yang sama
3. Mendiami suatu wilayah bersama yang dianggap wilayah dari bangsa yang
berkaitan.19

C. Perkembangan Konsep Negara

Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep
‘rechtsstaat’ dan ‘the rule of law’, juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’ yang
berasal dari perkataan ‘nomos’ dan ‘cratos’. Perkataan nomokrasi itu dapat
dibandingkan dengan ‘demos’ dan ‘cratos’ atau ‘kratien’ dalam demokrasi. ‘Nomos’
berarti norma, sedangkan ‘cratos’ adalah kekuasaan. Yang dibayangkan sebagai
faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Karena
itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip
hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam istilah Inggeris yang dikembangkan oleh
A.V. Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan prinsip “rule of law” yang berkembang di
Amerika Serikat menjadi jargon “the Rule of Law, and not of Man”. Yang
sesungguhnya dianggap sebagai pemimpin adalah hukum itu sendiri, bukan orang.
Dalam buku Plato berjudul “Nomoi” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggeris dengan judul “The Laws”, jelas tergambar bagaimana ide nomokrasi itu
sesungguhnya telah sejak lama dikembangkan dari zaman Yunani Kuno.
Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropa Kontinental
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan
lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’’. Sedangkan dalam
tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas kepeloporan A.V.
Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”. Menurut Julius Stahl, konsep Negara
Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen
penting, yaitu:

19
menurut Ahli et al., 4.

11
1. Perlindungan hak asasi manusia.
2. Pembagian kekuasaan.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
4. Peradilan tata usaha Negara.

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara
Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:

1. Supremacy of Law.
2. Equality before the law.
3. Due Process of Law.
Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di
atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of Law’ yang
dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di
zaman sekarang. Bahkan, oleh “The International Commission of Jurist”, prinsip-
prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak
memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman sekarang makin
dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi. Prinsip-prinsip yang
dianggap ciri penting Negara Hukum menurut “The International Commission of
Jurists” itu adalah:
1. Negara harus tunduk pada hukum.
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Profesor Utrecht membedakan antara Negara Hukum Formil atau Negara Hukum
Klasik, dan Negara Hukum Materiel atau Negara Hukum Modern. 20 Negara Hukum
Formil menyangkut pengertian hukum yang bersifat formil dan sempit, yaitu dalam
arti peraturan perundang-undangan tertulis. Sedangkan yang kedua, yaitu Negara
Hukum Materiel yang lebih mutakhir mencakup pula pengertian keadilan di
dalamnya. Karena itu, Wolfgang Friedman dalam bukunya ‘Law in a Changing
Society’ membedakan antara ‘rule of law’ dalam arti formil yaitu dalam arti
‘organized public power’, dan ‘rule of law’ dalam arti materiel yaitu ‘the rule of just
law’. Pembedaan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa dalam konsepsi negara
hukum itu, keadilan tidak serta-merta akan terwujud secara substantif, terutama
karena pengertian orang mengenai hukum itu sendiri dapat dipengaruhi oleh aliran
20
Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar, Jakarta, 1962, hal. 9.

12
pengertian hukum formil dan dapat pula dipengaruhi oleh aliran pikiran hukum
materiel. Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit dalam arti peraturan
perundang-undangan semata, niscaya pengertian negara hukum yang dikembangkan
juga bersifat sempit dan terbatas serta belum tentu menjamin keadilan substantive.
Karena itu, di samping istilah ‘the rule of law’ oleh Friedman juga dikembangkan
istilah ‘the rule of just law’ untuk memastikan bahwa dalam pengertian kita tentang
‘the rule of law’ tercakup pengertian keadilan yang lebih esensiel daripada sekedar
memfungsikan peraturan perundang-undangan dalam arti sempit. Kalaupun istilah
yang digunakan tetap ‘the rule of law’, pengertian yang bersifat luas itulah yang
diharapkan dicakup dalam istilah ‘the rule of law’ yang digunakan untuk menyebut
konsepsi tentang Negara Hukum di zaman sekarang.

D. Perkembangan Konsep Bangsa

Kata bangsa berasal dari bahasa Sansekerta "vamsa" yang berarti keturunan dalam
tradisi kekuasaan, atau juga disebut dinasti dalam konteks kerajaan-kerajaan Hindu.
Dari segi ini, maka nation memiliki makna serupa, karena berasal dari kata Latin "natio"
yang artinya lahir atau muncul. Dari sini kita mengenal kata "nasional" yang sama
artinya dengan bangsa, dan "nasionalisme" yang artinya kebangsaan.
Dalam perkembangannya, makna bangsa berubah sehingga bukan lagi merujuk pada
dinasti, garis keturunan, atau kelahiran, melainkan juga ke kesamaan dalam hal suku,
ras, bahasa, kebudayaan, dan seterusnya. Sebuah bangsa bahkan kemudian menjadi apa
yang dikatakan lebih dari dua abad yang lalu oleh Ernest Renan sebagai, "... a soul, a
spiritual principle... the desire to live together, the will to perpetuate the value of the
heritage that one has received in an undivided form" (1992, hal. 21).
Dari segi ini, konsep "nation" seringkali dikaitkan dengan keinginan untuk lepas dari
sistem kerajaan dan kedinastian, khususnya yang terjadi di Eropa. Dengan kata lain,
konsep ini dianggap konsep "modern". Sebagaimana dikatakan Calhoun (1993), wacana
tentang bangsa dan kebangsaaan atau nasionalisme (nationalism) muncul pada Abad
XVII di Inggris dalam bentuk pemberontakan terhadap monarki, kemudian
pemberontakan Abad XVIII di "benua baru" (sekarang menjadi Amerika Serikat dan
Kanada), Revolusi Perancis tahun 1789, dan perpecahan di Jerman akibat revolusi di
tetangganya itu.

13
Konsep bangsa dan kebangsaan di masa itu segera. berkonotasi politik karena
merupakan upaya sekelompok orang yang merasa senasib-sepenanggungan untuk
membentuk kedaulatan sendiri, lepas dari kekuasaan sebelumnya (raja atau sistem
tradisional lainnya). Sejak itu, bangsa dan kebangsaan menjadi wacana pokok dalam
upaya modern oleh sekelompok orang untuk memiliki kedaulatan politik. Artinya lagi,
unit-unit budaya yang semula berlandaskan warisan tradisi, kesamaan bahasa, dan
kesamaan nasib, kini berubah menjadi unit politik.
Tinjauan sejarah yang terlalu Eropa-sentris di atas dikoreksi oleh Gat dan Yakobson
(2013), yang mengatakan bahwa pemikiran tentang sebuah kehidupan bersama dalam
kesatuan sudah muncul lebih awal di perjalanan sejarah manusia, misalnya dalam
bentuk pengelompokan manusia berdasarkan etnik atau ras tertentu. Dapat dikatakan,
kebangsaan dimulai ketika sekelompok manusia mulai berpikir tentang hak-hak politik
berdasarkan kesamaan etnik (atau yang lazim disebut political ethnicity). Etnisitas atau
kesatuan-etnik di sini diartikan sebagai "sebuah populasi yang memiliki hubungan
kekerabatan (nyata maupun dibayangkan) dan kesamaan kebudayaan". Dengan definisi
seperti ini, maka kerajaan-kerajaan sebelum masa "modern" di Eropa pun sebenarnya
bersemangat kebangsaan.
Seringkali beberapa etnik merasa perlu untuk bersatu (unifikasi). melahirkan wilayah-
kedaulatan vang lebih besar. Proses seperti ini terjadi di wilayah yang sekarang kita
sebut Nusantara (lihat Wibawa, 2001). Pengelompokan kehidupan di masa Deutro-
Melayu di 300 SM berlanjut sampai kedatangan agama Hindu-Budha dan selama itu
banyak kelompok etnik berevolusi dari sekadar desa (wanua) atau kelompok-kelompok
petani, menjadi nagari atau bahkan kemudian menjadi kerajaan kecil. Ketika tradisi
Hindu masuk lewat migrasi dan perdagangan, berkembanglah kerajaan-kerajaan sebagai
sebuah wilayah yang berdaulat. Pola seperti ini terus berkembang karena kedaulatan
memerlukan kebersamaan dan identitas-bersama ini akan melahirkan loyalitas.
Dari sejarah seperti itu, maka kebangsaan bukan terbatas pada semangat untuk
membebaskan diri dari sistem kerajaan, sebab kerajaan itu sendiri pun berlandaskan
pada semangat untuk hidup bersama dan memiliki identitas bersama, selain juga
bertumpu ada loyalitas rakyat terhadap rajanya. Konsep Eropa tentang bangsa dan
kebangsaan yang berontak terhadap kerajaan lebih tepat diletakkan dalam konteks
pembentukan wilayah-berdaulat baru yang tidak melingkupi dan terbatas pada satu
ruang etnis tertentu saja, sebagaimana kemudian muncul dalam bentuk "negara-bangsa"
(atau nation-states).

14
15
BAB III

PENUTUP

A. Konsep negara bangsa secara umum

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi yang
didalamnya terdapat suatu pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, dan
sosial kemasyarakatan. Secara umum, dalam konsep teori modern, negara terbagi
ke dalam dua bentuk: negara kesatuan (unitarianisme) dan negara federal. Negara
memiliki beberapa fungsi, antara lain: mensejahterakan serta memakmurkan
rakyat, melaksanakan pemeliharaan, dan perlindungan serta keamanan.
Bangsa merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarah, serta pemerintahan sendiri. Dalam konteks
politik, bangsa merupakan sekelompok orang yang rasa dan ikatan kesatuannya
berdasarkan pada kesamaan cita-cita, tujuan, nasib sehingga mendorong mereka
untuk hidup bersama dalam wilayah tertentu demi kelangsungan hidup dan
eksistensi mereka. Unsur-unsur bangsa meliputi kesamaan asal usul keturunan,
adat, bahasa, dan sejarah, serta pemerintahan sendiri. Anggota suatu bangsa hanya
terikat oleh kesamaan tertentu, serta tidak ada bukti dokumentasi atau identitas.
Sementara itu, keanggotaan suatu negara memiliki kesamaan dengan bukti
identitas yang jelas.

B. Perkembangan negara dan bangsa

Konsep Negara: Negara Merujuk pada masyarakat yang menetap di wilayah


tertentu dan wujud untuk memerintah kerajaan. Konsep negara adalah kerajaan
berdaulat bebas yang menadbir wilayah yang diiktirafkan oleh negeri lain.
Konsep Bangsa: Konsep bangsa Merujuk pada suatu komunitas yang
mempunyai identitas budaya. Pada dasarnya, istilah negara bangsa adalah
gabungan dua dimensi utama iaitu negara dan bangsa. Menurut Abdul Rahman
Embong (2001), konsep negara bangsa Eropah bermula dengan lahirnya
kumpulan negara yang menentang kekuasaan feodal dan proses pembentukan
sistem baru yang disebut tahun 1991. Matlamat utama pembinaan negara bangsa
adalah bagi mencapai status

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Ahli, Pengertian Bangsa menurut, Ernest Renan, Otto Bauer, Ben Anderson, Hans Kohn, F.
Ratzel, Joseph Stalin, and Ir Soekarno. “PENGERTIAN BANGSA,” n.d.

Alfaqi, Mifdal Zusron. “Melihat Sejarah Nasionalisme Indonesia Untuk Memupuk Sikap
Kebangsaan Generasi Muda.” Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan 13, no.
2 (2016): 209–16.

Asshiddiqie, Jimly. “Gagasan Negara Hukum Indonesia.” In Makalah Disampaikan Dalam


Forum Dialog Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Yang Diselenggarakan
Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan, 2011.

Aswandi, Bobi, and Kholis Roisah. “Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam
Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (HAM).” Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia 1, no. 1 (2019): 128–45.

Diana, Rashda. “Al-Mawardi Dan Konsep Kenegaraan Dalam Islam.” TSAQAFAH 13, no. 1
(2017): 157–76.

Gabriel, Ega. “Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Negara.” Fakultas Hukum Universitas


Ekasakti-AAI Padang, Https://Osf. Io/Wzx3d/Download Diakses 11 (2020).

Hayati, Nilda. “Konsep Khilafah Islᾱmiyyah Hizbut Tahrir Indonesia: Kajian Living al-
Qur’an Perspektif Komunikasi.” Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman
12, no. 1 (2017): 169–200.

Humaira, Annisa. “Konsep Negara Demokrasi,” 2021.

II, BAB, and NEGARA DAN PLURALISME. “NEGARA DAN PLURALISME AGAMA
(Studi Pemikiran Hasyim Muzadi Tentang Pluralisme Agama Di Indonesia Pasca
Orde Baru).” NEGARA DAN PLURALISME AGAMA, n.d.

Kurniawan, Puji. “Masyarakat Dan Negara Menurut Al-Farabi.” Jurnal El-Qanuniy: Jurnal
Ilmu-Ilmu Kesyariahan Dan Pranata Sosial 4, no. 1 (2018): 101–15.

Makna, B. “A. Pengertian Persatuan Dan Kesatuan Bangsa,” n.d.

Nizar, Samsul. “Konsep Negara Dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun.” Jurnal Demokrasi
2, no. 1 (2003).
Parno, Mr. “Konsep Negara Khilafah Menurut Taqiyuddin An-Nabhani.” PhD Thesis,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017.

Putri, Leni. “Unsur-Unsur Negara,” 2021.

Raihan, Wisesa Atha. “Pengertian Negara,” 2021.

Sanusi, Ahmad. “Konsep Negara Menurut Ihkwanul Muslimin.” Al Ahkam 14, no. 2 (2018):
1–24.

SAPITRI, RISKI LIA. “KONSEP NEGARA IDEAL MENURUT PEMIKIRAN AL-


FARABI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBANGUNAN NEGARA-
BANGSA INDONESIA.” PhD Thesis, UIN Raden Intan Lampung, 2020.

Anda mungkin juga menyukai