Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

KAJIAN BAIK DAN BURUK

Dosen Pengampu:

Sirojudin Ahmad, M.H.

Disusun oleh:

Rosyidah Azzim Annafi’ ( 103220075 )

Sefti Amelia Maisaroh (103220077)

Rizky Wahyu Widodo (103220073)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PONOROGO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “KAJIAN BAIK DAN BURUK”dengan tepat waktu.
Makalah ini diperuntukkan untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata
kuliah ‘AKHLAK TASAWUF”dengan dosen pengampu bapakSirojudin Ahmad,
M.H.Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan –
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini kami menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada
dosen pengampu yang selalu memberikan dukungannya.

Ponorogo,13Maret 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
A.Pengertian Baik dan Buruk .........................................................................................6
B.Ukuran Baik dan Buruk................................................................................................6
C.Macam-macamaliransertagagasanmerekamengenaibaik dan buruk..........................9
D.Baik dan Buruk menurut islam..................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................................13
A.Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Baik dan buruk adalah persoalan yang pertama kali muncul di kalangan
para filsuf Yunani. Persoalan ini pula yang menjadi pembicaraan utama
dalam kajian ilmu akhlak dan ilmu estetika. Sebelum membahas lebih
dalam tentang baik dan buruk alangkah baiknya untuk memahami kedua
istilah tersebut yaitu baik dan buruk. Istilah baik dan buruk merupakan dua
kata yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.
Setiap filsuf hampir mebicarakan persoalan ini, terutama para filsuf
dari kalangan Marxisme. Di kalangan para teolog, persoalan ini
memunculkan perdebatan yang sengit diantara aliran – aliran. Mu’tazilah,
umpanya, berpendapat bahwa akal manusia mampu membedakan mana
yang baik dan buruk. Ini berbeda dengan aliran Ahlus Sunnah wa Jamaah,
diantaranya Asy’ariyyah. Mereka berpendapat bahwa penentu baik dan
buruk mutlak merupakan otoritas wahyu, bukan domain akal.
Pembicaraan mengenai baik dan buruk penting karena dua alasan.
Pertama, persoalan ini menjadi pembahasan utama ilmu akhlak sekaligus
menjadi inti keberagaman seseorang. Kedua, mengetahui pandangan Islam
tentang persoalan ini di tengah maraknya berbagai aliran yang
memperbincangkan persoalan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertin dari baik dan buruk ?


2. Apa saja penentuan baik dan buruk menurut beberapa aliran ?
3. Apa saja sifat dan ukuran baik dan buruk ?
4. Apa saja pengertian baik dan buruk menurut islam ?

C. Tujuan

4
1. Untuk mengetahui pengertan/arti baik dan buruk
2. Untuk mengetahui sifat ukuran baik dan buruk
3. Untuk mengetahui macam-macam sifat baik dan buruk
4. Untuk mengetahui pengertian bai dan buruk menurut islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baik dan Buruk

Pengertian baiksecarabahasaadalahterjemahandari kata khoir


dalam bahasa Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Louis Ma`luf
dalam kitab Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan[1].Adapula pendapat
bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan,
diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah
baik, apabila hal tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan
disebut nilai (value), yang apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi
kebaikan yang kongkrit.

Yang disebut baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan


yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Dalam
bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah syarr. Dan diartikan
dengan sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya,
taksempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai,
kejijahat, tidak bermoral dan perbuatan yang bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku.

Definisi diatas, memberikan kesan bahwa sesuatu yang disebut baik


atau buruk itu1 relative. Dengan demikian nilai baik atau buruk menurut
pengertian2 tersebut bersifat relatif dan subyektif, karena bergantung
kepada individu yang menilainya.

1
Abuddin Nata,2006. AhklakTasawuf. Jakarta:Rajagrafindo, h.104
2
Louis Ma’luf, Munjid,al-Maktabah al-Katulikyah, tt. Beirut, h.198

6
Dalam mendefinisikan baik buruk setiap orang berbeda- beda. Sebab
sumber penentu baik dan benar, yaitu Tuhan dan manusia, wahyu dan
akal, agama dan filsafat

B. Ukuran Baik dan Buruk


Kebanyakan manusia berselisih dalam pandangannya mengenai
sesuatu: diantara mereka ada yang melihatnya baik dan diantara
merekaada yang melihatnya buruk, bahkan ada orang yang melihat
sesuatu baik dalam waktu ini, lalu melihatnya buruk pada waktu lain.

Setiap gerak dan langkah untuk mencari nilai, sudah tentu manusia
memiliki suatu standar untuk mengukur sesuatu yang baik dan buruk,
kendati ukuran tersebut berlainan antara yang satu dengan yang
lainnya.

Ukuran baik dan buruk dalam ilmu akhlak antara lain:

1. Adat Istiadat3

Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat


tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam
berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan
masyarakat sekitarnya ataupun kelomponya akan menjadi problem
dalam beriteraksi. Masing-masing kelompok atau masyarakat tertentu
memiliki batasan-batasan tersendiri tentang hal-hal yang harus diikuti
dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain.
Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang mereka anggap baik dan
melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.

2. Nurani

3
Dudung Rahman Hidayat, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bagian 3 Pendidikan DisiplinIlmu,
(Jakarta:PT Imperial Bhakti Utama,2007), h.19

7
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk.Kekuatan tersebut dapat
mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya
akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika
telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing-masing
individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan
kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu
yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.

3. Rasio

Rasio merupakan anugrah Tuhan yang diberikan kepada manusia,


yang membedakannya dengan makhluklain. Dengan rasio yang
dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang
buruk.Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang
berakibat baiklayak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu
sebaliknya. Penilaian manusia akan terus berkembang dan mengalami
perubahan dengan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki.

4. Pandanganindividu

Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota atau masyarakat


yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang
berbeda dengan kebanyakan orang dikelompoknya.Masing-masing
individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan
pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau
masyarakatnya.Masing-masing individu memiliki hak untuk
menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukandan mana
yang dinggapnya buruk. Tidakmustahil apa yang semula dianggap
buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat
seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya bahwaapa yang
dianggapnya buruk adalah baik.

8
5. Norma Agama

Saluruh agama didunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan


buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bola dibandingkan
dengan ukuranbaik dan buruk dimatanurani, rasio, adat istiadat dan
pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relative dan
dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu.ukuranbaik dan buruk
yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya
dan dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu, ajaran tuhan lebih
bersifat universal. Lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun
kelompok.

C. Macam-macam aliran serta gagasan mereka mengenai baik dan buruk

a. Aliran Hedonisme

Aliran Hendonisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah


“kebahagiaan” karenanya suatu perbuatan apabila dapat
mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itubaik, dan sebaliknya
perbuatan ituburuk, apabila mendatangkan penderitaan. Baik dan
buruk adalah berdasarkan pertimbangan nafsu dan naluri.[5]

Beberapa pandangan aliran hendonisme:

1). Setiap perbuatan yang dikatakani tususila apabila perbuatan itu


mengandung 4kelezatan dan kenikmatan;

2). Kelezatan dan 5kenikmatan merupakan suatu tolak ukur dalam


menentukan baik buruknya suatu perbuatan.

b. AliranEudaemonisme

4
Mohdliki Hamid, PengajianTamadun Islam, (Jakarta:Propesinal Pendidikan,2008).h.121
5
RosihonAnwar, AkhlakTasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.72

9
Aliran ini ditemukan oleh Aristoteles (384-322 SM). Dalambukunya,
nicomedian ethics, ia mengenukakan bahwa dalam setiap
kegiatannya, manusia mengejar suatu tujuan, sedangkan tujuan
btertinggi atau terakhir hidup manusia adalah kebahagiaan.Tetapi,
Aristoteles beranggapan bahwa tidak semua hal bias diterima sebagai
kebahagiaan. Ada yang beranggapan bahwa kesenangan sebagai
kebahagiaan, dan ada pula yang mengnggap ketentraman sebagai
kebahagiaan.

c.Aliran Utilitarianisme

Maksud dari paham ini ialah agar manusia dapat mencari


kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesame manusia atau semua
makhluk yang memiliki perasaan.

d.Aliran Intuitionisme

Aliran Intuitionisme berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai


kekuatan naluri batiniah yang dapat mambedakan sesuatu itu baik atau
buruk dengan hanya selintas memandang. Jadi, sumber pengetahuan
tentang suatu perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk adalah
kekutan naluri, kekuatan batin atau bisikan hatinurani. Baik dan buruk
adalah berdasarkan ilham ataupun kekuatan batin seseorang.[6]

e.Aliran Naturalisme

Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut


alirannaturalisme ialah perbuatan yang sesuai dengan fitrah/ naluri
manusia itusendiri, bai kmengenai fitrah lahir maupun fitrah batin.
Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan dari
pada setiap manusia di dapat dengan jalan memenuhi panggilan nature
atau kejadian manusia itu sendiri. Itulah sebabnya aliran ini disebut
naturalisme.

10
Manusia menuju tujuannya dengan naluri akal pikirannya. Karena
akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk
mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan
kewajibannya dengan berpedoman kepada akal. Akhlak yang menjadi
pedoman hidupnya. Seolah-olah naluri itulah jalan lurus, dimana akal
sebagai suluh yang manerangi menuju jalan tujuan kesempurnaan.[7]

D. Baik dan buruk menurut islam

Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


‘alaihi wa Sallam bersabda: “Beranggapan jelek adalah perangai yang
jelek.” Riwayat Ahmad dan sanadnya lemah.

Adanya berbagai istilah kebaikan yang demikian variatif yang diberikan


Al-Qur’an dan Hadis itu menunjukkan bahwa penjelasan tentang
sesuatu yang baik menurut ajaran Islam jauh lebih lengkap dan
komprehensif dibandingkan dengan arti kebaikan yang dikemukakan
sebelumnya. Berbagai istilah yang mengacu pada kebaikan itu
menunjukkan bahwa kebaikan dalam pandangan Islam meliputi
kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa, kesejahteraan
di dunia dan akhirat serta akhlak yang mulia.

Untuk menghasilkan kebaikan yang demikian, Islam memberikan tolok


ukur yang jelas, yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu ditujukan
untuk mendapatkan keridlaan Allah yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan ikhlas.
Selanjutnya dalam menentukan perbuatan yang baik dan buruk itu,
Islam memperhatikan kriteria lainnya yaitu dari segi cara melakukan

11
perbuatan itu. Seseeorang yang berniat baik, tapi dalam melakukannya
menempuh cara yang salah, maka perbuatan itu dipandang tercela.

Selain itu perbuatan yang dianggap baik oleh Islam juga adalah
perbuatan yang sesuia dengan petunjuk Al-Qur’an Dan Al-Sunnah, dan
perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang bertentangan dengan Al-
Qur’an dan Al-Sunnah. Namun demikian, Al-Qur’an dan Al-Sunnah
bukanlah sumber ajaran yang eksklusif atau tertutup. Kedua sumber itu
bersikap terbuka untuk menghargai bahkan menampung pendapat akal
pikiran, adat istiadat dan sebagainya yang dibuat manusia, dengan catatan
semuanya itu tetap sejalan dengan petunjuk al-qur’an dan al-sunnah..

Ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada logika dan filsafat
dengan berbagai alirannya tertampung dalam istilah etika, atau ketentuan
baik-birik yang didasarkan atas istilah adat istiadat tetap diakui dan
dihargai keberadaannya6. Ketentuan baik-buruk yang terdapat pada etika
dan moral dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk menjabarkan
ketentuan baik dan buruk yang ada didalam Al-Qur’an.

6
Abd Haris, Etika HamkaKonstruksiEtikBerbasisRasional-Religius.
(Yogyakarta:LKiS,2010),h.119-120

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur,


bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Dengan demikian yang
dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik.
Aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk
ini adalah aliran hedonisme, intuisisme (humanisme), utilitarianisme,
eudaemonisme, dan naturalisme.
Baik atau buruk itu relatif sekali, karena tergantung pada pandangan
dan penilaian masing-masing yang merumuskan. Dengan demikian nilai
baik atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat relatif dan subyektif,
karena bergantung kepada individu yang menilainya.
Ajaran Islam bersumber dari wahyu Allah SWT berupa al-Qur`an
yang dalam penjabarannya dicontohkan oleh Sunah Nabi Muhammad
SAW. Masalah akhlak dalam ajaran Islam mendapatkan perhatian besar.
Istilah baik dan buruk menurut Islam harus didasarkan pada petunjuk al-
Qur`an dan al-Hadis. Kalau kita perhatikan, istilah baik dan buruk dapat
kita jumpai dalam Qur`an maupun Hadis, seperti al-hasanah, thayyibah,
khairah, karimah, mahmudah, al-birr, dan azizah.

B. Saran

Dalam menjalani kehidupan sekarang ini pembaca disarankan dalam


menentukan baik buruknya segala sesuatu berpegang pada Al – qur’an dan
As- sunnah karena Al – Quran sebagai pedoman hidup yang berlaku
sepanjang masa dan As- Sunnah sebagai penjelas dan penguat Al Qur’an.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata,2006. AhklakTasawuf. Jakarta:Rajagrafindo


Ma’lufLouis, Munjid,al-Maktabah al-Katulikyah, tt. Beirut
HidayatDudung Rahman, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bagian 3
Pendidikan DisiplinIlmu,(Jakarta:PT Imperial Bhakti Utama,2007)
HamidMohdliki, PengajianTamadun Islam, (Jakarta:Propesinal
Pendidikan,2008)
AnwarRosihon, AkhlakTasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)
HarisAbd, Etika HamkaKonstruksiEtikBerbasisRasional-Religius.
(Yogyakarta:LKiS,2010)

14

Anda mungkin juga menyukai