MAKALAH
“KONSEP BAIK DAN BURUK”
Dosen Pengampu:Abd Quddus Al Badani,S.Pd.I.M.Pd
1. Linda (202200426029)
2. Ira herma juliani (202200426047)
3. Nisaul mutmainnah (202200426056)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PALAPA NUSANTARA-NTB
TA.2022\2023
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, puji syukur kehadirat Allah
SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan
hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan
makalah Akhlak Tasawuf dapat terselesaikan.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa
risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai
kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa
menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penulis miliki,
untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya hanya kepada
Allah SWT., jualah penulis memohon Rahmat dan Ridho-Nya.
ii
iii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
A. Latar Balakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
A. Pengertian.......................................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk.
Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator
untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu
yang mutlak dan relati
Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan
rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki
indikator yang pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah adalah Bagaimana
ukuran menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Baik dan Buruk ?
2. Apakah Ukuran Baik Buruk dalam ilmu akhlak?
3. Apa sajakah aliran baik dan buruk?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Baik dan Buruk
2. Untuk mengetahui Ukuran yang dipakai dalam menilai baik dan buruk
3. Untuk mengetahui aliran baik buruk
iv
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau
good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa
yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.1
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa Arab)
yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that which is
morally right or acceptable sedangkan kebalikan Kata baik adalah buruk, kata buruk
sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa
Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa
keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. Bila dihubungkan
dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut
Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia
tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap
baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku.
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi,
sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan,
sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku.
Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani
melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga
adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang
memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.
1
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2014. Hlm 198
v
vi
Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
1. Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan
mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik
dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing –
masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan
ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan
yang dianggap buruk.
2. Rasio
3. Adat
vi
vii
mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan
mereka.3
4. Pandangan Individu
5. Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk
menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik
dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat
ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu.
Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat
dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan
ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal,
lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan
karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia.
Menurut Poedja Wijatna berhubungan dengan perkembangan pemikiran
manusia dengan pandangan filsafat tentang manusia (Antropologi Metafisika) dan ini
tergantung pula dari Metafisika pada umumnya.
3
Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002. Hlm 105
vii
viii
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang
berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh
oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang
baik dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk,
dan kalau perlu dihukum secara adat.
Adat istiadat selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum, Ahmad Amin
mengatakan bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat yang tertentu dan
menganggap baik bila mengikutinya,mendidik anak-anaknya sesuai dengan adat
istiadat itu, dan menanamkan perasaan kepada mereka, bahwa adat istiadat itu akan
membawa kepada kesucian,sehingga apabila seseorang menyalahi adat istiadat itu
sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.4
Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tuah, karena berlatar pada
pemikiran filsfat Yunani, khususnya pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM),
yang selanjutnya dikembangkanoleh cyrenics sebagaimana telah diuraikan diatas,
dan belakangan ditumbuh kembangkan freud.
Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang banyak mendatangkan
kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan
bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan adapula yang
mendatangkan kesedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang
harus dilakukan,maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan.
Epicurus sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau
keezatan itu adalah tujuan manusia.tidak ada kebaikan dalm hidup selain kelezatan
dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Dan akhlaq itu tak lain dan tak bukan
adalah berbuat untuk menghasilkan kelezatan dan kebahagiaan serta keutamaan.
4
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2014. Hlm 201
viii
ix
Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang baik
adalah yang berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut individual,
dan jika berlaku bagi masyarakat dan Negara disebut social.
Paham penentuan baik buruk berdasarkan nilai guna ini mendapatkan
perhatian di masa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik
cukup meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun
demikian paham ini terkadang cenderung ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari
sudut pandang materialistik. Orang tua yang sudah jompo misalnya semakin kurang
ix
x
dihargai, karena secara material tidak ada lagi kegunaanya. Padahal kedua orang
tua tetap berguna untuk dimintakan nasihat dan doanya serta kerelaanya. Selain itu
paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya untuk
memperjuangkan kepentingan politik misalnya tidak segan-segan menggunakan
fitnah, khianat, bohong, tipu muslihat, kekerasan, paksaan dan lain sebagainya,
sepanjang semua yang disebutkan itu ada gunanya.
Namun demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya
berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bias
diterima. Dan kegunaan bias juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang
tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang
yang baik adalah orang yang member manfaat pada yang lainnya, ( HR. Bukhari ).
x
xi
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan. Dalam pahan ini keyakinan teologis, yakni keimanan
kepada tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau
berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkut tidak beriman
kepada-Nya. Menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap yang paling baik dalam
praktek. Namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidak
umuman dari ukuran baik dan buruk yang digunakannya.
Diketahuia bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan
masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing-masing.
Agama Hindu, Yahudi, Kristen dan islam, misalnya, masing-masing memiliki
pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-
beda. Poedjawijatna mengatakan bahwa pedoman itu tidak sama, malahan di sana-
sini tampak bertentangan : misalnya tentang poligami, talak dan rujuk, aturan
makan dan minum, hubungan suami dan istri dan sebagainya.
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang
ada di ala mini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju
kepada kesempurnaanya. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-
benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan, tetapi juga
berlaku pada benda yang tak dapat dilihat atau diraba oleh indera, seperti akhlak
dan moral.
Herbert Spencer ( 1820-1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris yang
berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara
sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan ke arah
cita-cita yabg dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-
cita itu dan buruk bila jauh dari padanya. Sedang tujuan manusia dalam hidup ini
ialah mencapai cita-cita atau paling tidak mendekatinya sedekat mungkin. 5
5
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2014. Hlm 180
xi
xii
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk
al-qur’an dan al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai
istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk.
Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah, thayyibah,
khairah.
Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al-raghib al- Asfahani adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik.
Al-hasanah terbagi menjadi 3 bagian, pertama hasanah dari segi akal, kedua dari segi
hawa nafsu/keinginan dan hasanah dari segi pancaindera. Pemakaian kata al-hasanah
kta jumpai pada ayat-ayat yang berbunyi :
ِاَّن قلى َاْح َس ـُن ِهَي ِباَّلِتْي َو َج اِد ْلُهْم اْلَحَس َنـِة َو اْلَم ْو ِع َظـــِة َم ِة ِباْلِح ْك َر ِّبَك َس ِبْيـــِل ِاٰل ـى ُاْدُع
﴿ ﴾ ِباْلُم ْهَتـــــِد ْيَن َاْعَلُم َو ُهَو َس ِبْيـــِله َع ْن َض َّل ِبَم ْن َاْعَلُم ُهَو َر َّبَك١٢٥
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S al-Nahl, 16:
125)”.
Adapun kata at-tayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang
memberikan kelezatan kepada pancaindera dan jiwa seperti makan dan sebagainya. Hal
ini misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi :
“Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-
baik yang kami berikan kepadamu. (Q.S. al-baqarah, 2:57)”.
Selanjutnya kata al-khair digunakan utnuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh
seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang
bermanfaat misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi “
ِبِهَم ا َيَّطَّوَف َأْن َع َلْيِه ُجَناَح َفاَل اْعَتَم َر َأِو اْلَبْيَت َح َّج َفَم ْن ۖ ِهَّللا َش َع اِئِر ِم ْن َو اْلَم ْر َو َة الَّص َفا ِإَّن
ۚ َع ِليٌم َش اِك ٌر َهَّللا َفِإَّن َخْيًرا َتَطَّوَع َو َم ْن
xii
xiii
Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah.
Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang melakukan
kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan
lagi Maha Mengetahui (Q.S. al-baqarah, 2: 158)”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xiii
xiv
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini
bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau
good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa
yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
Beberapa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan
buruk diantaranya :
1. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
2. Evolusi (Evolution)
3. Religiosme
4. Vitalisme
5. Intuition ( Humanisme )
6. Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )
7. Aliran Hedoisme
8. Paham Utilitarianisme
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2014.
Zahri, Mustafa. Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 2001.
Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002.
xiv
xv
xv