Guru Pengampu
Muhlis, S.Pd
1. Ashar Taufik
2. Dewi Novianti
3. Eka Ramdani
4. Febriansyah
6. Vera
Kelas X 3
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan
semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide
untuk menyusun makalah ini.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berkompetisi………….....………………………………...4
2.2 Pengertian Kebaikan ……………….......………………………………4
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 12
3.2 Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal
yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1.3. Tujuan Penulisan
1. Agar kita mengetahui dan memahami perintah Allah SWT untuk
berkompetisi dalam berbuat kebaikan.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berkompetisi
2.2 Pengertian Kebaikan
2.3 Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat Al-
Baqarah:148 dan Surat Al Fathir : 32
Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita
Ummat Islam untuk berlomba-lomba dengan ummat yang lain dalam berbuat
kebaikan. Diantaranya Surah al-Baqarah ayat 148 dan surah fathir ayat 32 :
Isi Kandungan
Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah untuk
ibadah pada zamanya. Umat Islam menhadapkan wajahnya dalam beribadah
menuju ke arah Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah. Umat
nabi Ibrahim dan Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani
Izrail dan umat Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan
ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan
menunjukkan rah kiblat yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh
terhadap apa yang diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh
taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat
sendiri sesuai dengan keinginanya.
Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh
dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan
perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan
membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan
meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya
senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap
perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil
appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat
sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak
ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari
pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki
dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang
sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik baiknya
untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat
sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat
senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.
Kita harus berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk berbuat
kebaikan sebanyak-banyaknya, dan juga meyakini bahwa nantinya akan ada
hari kiamat/hari pembalasan.
Meyakini bahwa setelah hidup di dunia masih ada kehidupan yang selanjutnya
yaitu di alam kubur dan alam akhirat, sehingga di dunia ini kita harus berbuat
kebaikan yang sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat nanti.
Sebagai seorang muslim kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya, contohnya, adalah menggunakan waktu luang untuk memperbanyak
ibadah kepada Allah swt.
Memperbanyak berbuat kebaikan karena nantinya akan mendapatkan
pembalasan di hari pembalasan nanti. Ingat, bahwa kebaikan sekecil apapun
yang kita kerjakan selama di dunia ini pasti akan mendapatkan balasan,
sebaliknya kejahatan sekecil apapun juga akan mendapatkan balasan.
Senang berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta alam sekitarnya
sebagai bukti dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt.
Di sekolah kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan, misalnya dalam
belajar, dalam mengerjakan ulangan secara jujur, sehingga kita bisa
mendapatkan nilai yang terbaik dan memuaskan.
B. Surat Al Fathir : 32
Isi Kandungan :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam
tiga derajat kedudukan manusia :
3. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa
aktif dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi
dengan senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan
yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat
dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga
tingkatan :
1. Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat
hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang
merupakan godaan syaitan.
2. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk
berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan
apabila terperosok kedalam kemungkaran.
3. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena
memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan
kebaikan kebaikan dan beramal shalih.
Kita harus selalu berusaha untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa dengan
menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang
telah menjadi larangannya.
Selalu berusaha semaksimal mungkin dalam berbuat kebaikan
Bertaubat apabila melakukan suatu kejahat, dan berusaha untuk tidak
mengulanginya lagi
Menjadikan amal shalih sebagai kebutuhan kita
Pengertian taat artinya tunduk, baik kepada Allah Swt., pemerintah, orang
tua dan lain-lain, tidak berlaku curang, dan setia.
· Aturan yang tertinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu
aturan-aturan yang terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan
yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di
bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh para pemimpin (amir), baik pemimpin
pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin
keluarga.
· Ayat dan hadis yang berhubungan dengan ketaatan pada aturan dan
pimpinan. Dalam agama Islam, banyak dalil yang menunjukkan perintah untuk
mentaati pemerintah, selain dalam hal maksiat kepada Allah. Diantaranya firman
Allah dalam Al-Quran :
ِ ش< ْي ٍء فَ< ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا َ س<و َل َوُأولِي اَأْل ْم< ِر ِم ْن ُك ْم فَ<ِإنْ تَنَ<<ا َز ْعتُ ْم فِي
ُ يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطي ُعوا هَّللا َ َوَأ ِطي ُع<<وا ال َّر
ول ِإنْ ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر
ِ سُ َوال َّر
· "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu." (QS. An-Nisa: 59)
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang
muslim. Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran,
apalagi menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup
yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada
hakekatnya merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang memiliki etos
kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh
manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk
melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu :
dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan
dimensisyariat (aku berbuat).
2. Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang
terkecil, dan mulai dari sekarang.”
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu nikmat apabila telah disyukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya lagi.
Dan janganlah sampai berbudi rendah, tidak mengingat terima kasih. Tidak
syukur atas nikmat adalah suatu kekufuran. Kalau nikmat yang telah
dianugerahkan Allah tidak disyukuri, mudah saja bagi Allah mencabutnya
kembali, dan menghidupkan kita di dalam gelap.
Meskipun Rasul sudah diutus, ayat sudah diberikan, al-Qura'n sudah diwahyukan,
hikmat sudah diajarkan dan kiblat sudah terang pula, semuanya tidak akan ada
artinya kalau tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur. Orang yang tidak
mensyukuri nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan rnerasai nikmat Islam itu.
Maka zikir dan syukur, adalah dua pegangan teguh yang banyak diterangkan di
dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak lepas dari
sebuah dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap
harinya ,entah kita sadari atau tidak.Apabila kita ingin berbuat baik kepada orang
lain.Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan orang tersebut sehingga
terjadi salah paham diantara sesama.
Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus,
jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud
yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana
keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar
sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.
3.2 Saran
Berbuat kebaikan jelas diperintahkan oleh Allah SWT. Perintah untuk
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dapat kita temukan dalam Al-Quran
maupun Al-Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/materi-perilaku-taat-kompetisi-dalam-kebaikan-dan-etos-kerja-ggtH
https://id.scribd.com/document/518915883/BAB-I-Meraih-Kesuksesan-Dengan-
Kompetisi-Dalam-Kebaikan-Dan-Etos-Kerja