Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN MATERI

KOMPETISI DALAM KEBAIKAN DAN ETOS KERJA

Guru Pengampu

Muhlis, S.Pd

Di Susun Oleh Kelompok 2

1. Ashar Taufik

2. Dewi Novianti

3. Eka Ramdani

4. Febriansyah

5. Febrianti Rahayu Rukmana

6. Vera

Kelas X 3

SMA Negeri 21 Bone

Tahun Pelajaran 2023


KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini


mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan judul Berpilaku taat dan kompetisi dalam kebaikan
dan etos kerja

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pendidikan


agama islam terutama untuk perilaku terpuji. Dengan mempelajari isi dari
makalah ini diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi islam yang
sesungguhnya, saleh, beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi
masyarakat.

Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan
semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide
untuk menyusun makalah ini.

Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk


menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar yang
dapat kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan
datang.

                                                                           Pancaitana, 11 September 2023

                                                                       

                  Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang........................................................................................ 3

1.2  Rumusan Masalah................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Berkompetisi………….....………………………………...4

2.2  Pengertian Kebaikan ……………….......………………………………4

2.3 Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam

      Surat Al-Baqarah:148 dan Surat Al Fathir :32..........................................5

2.4. Pentingnya Taat Kepada Aturan Dalam Islam……........................…….8

2.5. Perilaku Etos Kerja…………………….........…………………………..9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 12

3.2 Saran........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Allah SWT telah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa


untuk saling kenal mengenal. Allah SWT juga telah menurunkan kepada ummat
manusia setiap masa seorang Rasul dengan membawa syari’atnya masing-masing.
Kita tahu ada ummat Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Islam, serta ummat yang lain.
Setiap ummat pemeluk agama ( Kabilah ) mempunya kiblat sendiri, Orang Yahudi
mempunyia Kiblat sendiri yang mereka menghadap kepadanya. Orang Nasrani
juga mempunyai kiblat sendiri yang mereka  menghadap kepadanya. Allah
memberi petunjuk kepada Ummat muhammad kepada Kiblat yang di ridhoi Allah
SWT yaitu Ka’bah. Umat Islam di perintah oleh Allah SWT untuk berlomba-
lomba dengan ummat yang lain dalam berbuat kebaikan, semua perbuatan akan
mendapatkan penilaian dari Allah SWT, amal siapakah yang dinilai baik oleh
Allah SWT? Jawabannya tentu harus di kembalikan kepada Allah SWT.

1.2      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal
yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :

1.  Apa pengertian dari berkompetisi ? dan Apa pengertian kebaikan?

2.   Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-


Baqarah:148 serta Surat Al Fathir : 32

1.3.      Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.    Agar kita mengetahui dan memahami perintah Allah SWT untuk
berkompetisi dalam berbuat kebaikan.

2.   Untuk mengingatkan kita agar senantiasa berbuat kebaikan, kapanpun dan


dimanapun.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1      Pengertian Berkompetisi

Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan


objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against
(melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa
disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas


mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu
atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari
struktur reward dalam suatu situasi.

2.2  Pengertian Kebaikan

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan


dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar,
jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut
nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang
konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih
jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,
dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan
yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai
tujuan akhir untuk arah hidupnya.

Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila


membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan
yang membuatnya baik sebagai manusia

Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan manusiadapat


dipandang melalui beberapa cara, yaitu :

a)   Objektif, keadaan perseorangan tidak dipandang.


b)   Subjektif, keadaan perseorangan diperhitungkan.

c) Batiniah, berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsic)

d) Lahiriah, berasal dari perintah atau larangan Hukum Positif


(ekstrinsik)Perbuatan yang sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik atau
netralkarena alasan atau keadaan. Biarpun mungkin taraf keburukannya dapat
berubahsedikit sedikit, orang tidak boleh berbuat jahat untuk mencapai
kebaikan.Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan
alasandan keadaannya. Suatu alasan atau keadaan yang jahat sekali, telah cukup
untuk menjahatkan perbuatan. Kalau kejahatan itu sedikit, maka kebaikan
perbuatanhanya akan dikurangi.Perbuatan netral memproleh kesusilaannya,
karena alasan dan keadaannya.Jika ada beberapa keadaan, baik dan jahat, sedang
perbuatan itu sendiri ada baik atau netral dipergunakan.

2.3 Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat Al-
Baqarah:148 dan Surat Al Fathir : 32

Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita
Ummat Islam untuk berlomba-lomba dengan ummat yang lain dalam berbuat
kebaikan. Diantaranya Surah al-Baqarah ayat 148 dan surah fathir ayat 32 :

A. Surah Al-Baqarah,2: 148

Isi Kandungan

Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah untuk
ibadah pada zamanya. Umat Islam menhadapkan wajahnya dalam beribadah
menuju ke arah Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah. Umat
nabi Ibrahim dan Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani
Izrail dan umat Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan
ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan
menunjukkan rah kiblat yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh
terhadap apa yang diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh
taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat
sendiri sesuai dengan keinginanya.

Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh
dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan
perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan
membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan
meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya
senantiasa menyala nyala.

Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap
perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil
appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat
sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak
ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari
pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki
dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang
sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik baiknya
untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat
sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat
senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.

Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia


berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman Allah
yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali
kepada manusia itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah
ayat; 25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan
Surat Yunus : 7. Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran
yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan
hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa
melakukan amal amal perbuatan yang baik.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

 Kita harus berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk berbuat
kebaikan sebanyak-banyaknya, dan juga meyakini bahwa nantinya akan ada
hari kiamat/hari pembalasan.
 Meyakini bahwa setelah hidup di dunia masih ada kehidupan yang selanjutnya
yaitu di alam kubur dan alam akhirat, sehingga di dunia ini kita harus berbuat
kebaikan yang sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat nanti.
 Sebagai seorang muslim kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya, contohnya, adalah menggunakan waktu luang untuk memperbanyak
ibadah kepada Allah swt.
 Memperbanyak berbuat kebaikan karena nantinya akan mendapatkan
pembalasan di hari pembalasan nanti. Ingat, bahwa kebaikan sekecil apapun
yang kita kerjakan selama di dunia ini pasti akan mendapatkan balasan,
sebaliknya kejahatan sekecil apapun juga akan mendapatkan balasan.
 Senang berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta alam sekitarnya
sebagai bukti dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. 
 Di sekolah kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan, misalnya dalam
belajar, dalam mengerjakan ulangan secara jujur, sehingga kita bisa
mendapatkan nilai yang terbaik dan memuaskan.

B. Surat Al Fathir : 32

Isi Kandungan :

Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam
tiga derajat kedudukan manusia :

1. Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan


menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah
SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.

2. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya


berada pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.

3. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa
aktif dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi
dengan senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan
yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat
dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari.

Allah swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya yang


terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang
dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam
bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan.
Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan
mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan
izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan
apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga apa yang
dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang
tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan
itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di
pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.

Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik


untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia
mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu
memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah
tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca
Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta
mengamalkan apa yang ada didalamnya.

Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga
tingkatan :

1. Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat
hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang
merupakan godaan syaitan.

2. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk
berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan
apabila terperosok kedalam kemungkaran.

3. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena
memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan
kebaikan kebaikan dan beramal shalih.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

 Kita harus selalu berusaha untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa dengan
menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang
telah menjadi larangannya.
 Selalu berusaha semaksimal mungkin dalam berbuat kebaikan
 Bertaubat apabila melakukan suatu kejahat, dan berusaha untuk tidak
mengulanginya lagi
 Menjadikan amal shalih sebagai kebutuhan kita

2.4. Pentingnya Taat Kepada Aturan Dalam Islam

Pengertian taat artinya tunduk, baik kepada Allah Swt., pemerintah, orang
tua dan lain-lain, tidak berlaku curang, dan setia.

·         Pengertian aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan.


Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah
diatur baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Di rumah terdapat
aturan, di sekolah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat aturan, di
mana saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat dengan maksud agar
terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa adanya tujuan.
Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku. Taat kepada
Allah Swt. adalah hal yang paling utama, namun kita juga harus taat kepada para
pemimpin kita selama tidak bertentangan dengan aturan agama.

·         Aturan yang tertinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu
aturan-aturan yang terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan
yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di
bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh para pemimpin (amir), baik pemimpin
pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin
keluarga.

·         Peranan para pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil


sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan stabil tanpa adanya
pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah
negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan
luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin
karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak melakukan
maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.

·         Ayat dan hadis yang berhubungan dengan ketaatan pada aturan dan
pimpinan. Dalam agama Islam, banyak dalil yang menunjukkan perintah untuk
mentaati pemerintah, selain dalam hal maksiat kepada Allah. Diantaranya firman
Allah dalam Al-Quran :

ِ ‫ش< ْي ٍء فَ< ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا‬ َ ‫س<و َل َوُأولِي اَأْل ْم< ِر ِم ْن ُك ْم فَ<ِإنْ تَنَ<<ا َز ْعتُ ْم فِي‬
ُ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطي ُعوا هَّللا َ َوَأ ِطي ُع<<وا ال َّر‬
‫ول ِإنْ ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر‬
ِ ‫س‬ُ ‫َوال َّر‬

·         "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu." (QS. An-Nisa: 59)

2.5. Perilaku Etos Kerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup


yangg khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah
semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok. Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini,
cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja
Muslim dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim
bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu
manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.  Etos
Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,
memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang
mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
performance). 

Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang


melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk
memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai
suatu manifestasi dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada
prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan
sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera
kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya,
menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap
pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).

Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia,


sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat
dirinya sebagai hamba Allah SWT.  Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia,
maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau
mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk
amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan
menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia. 

Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang
muslim. Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran,
apalagi menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup
yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada
hakekatnya merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang memiliki etos
kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh
manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk
melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu :
dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan
dimensisyariat (aku berbuat). 

Perilaku mulia dalam etos kerja yang perlu dilestarikan adalah:


1. Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang
diinginkan (“man jada wa jada” – Siapa yang giat, pasti dapat)

2. Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang
terkecil, dan mulai dari sekarang.”

3. Pentang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.

ِ ‫س <تُ َردُّونَ ِإلَ ٰى َع<<الِ ِم ا ْل َغ ْي‬


‫ب‬ َ ‫سولُهُ َوا ْل ُمْؤ ِمنُونَ ۖ َو‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
ُ ‫سيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َر‬
َ‫ش َها َد ِة فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
َّ ‫َوال‬
Artinya:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu,


begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan
kepada Allah yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitahukan-Nya kepada kamu apa yang telah kemu kerjakan.”  (Q.S. At-
Taubah/9 : 105)

Pada Q.S. At-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt.


memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh
sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut.
Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan
membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan
diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan
atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suatu nikmat apabila telah disyukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya lagi.
Dan janganlah sampai berbudi rendah, tidak mengingat terima kasih. Tidak
syukur atas nikmat adalah suatu kekufuran. Kalau nikmat yang telah
dianugerahkan Allah tidak disyukuri, mudah saja bagi Allah mencabutnya
kembali, dan menghidupkan kita di dalam gelap.

Meskipun Rasul sudah diutus, ayat sudah diberikan, al-Qura'n sudah diwahyukan,
hikmat sudah diajarkan dan kiblat sudah terang pula, semuanya tidak akan ada
artinya kalau tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur. Orang yang tidak
mensyukuri nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan rnerasai nikmat Islam itu.
Maka zikir dan syukur, adalah dua pegangan teguh yang banyak diterangkan di
dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.

Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak lepas dari
sebuah dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap
harinya ,entah kita sadari atau tidak.Apabila kita ingin berbuat baik kepada orang
lain.Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan orang tersebut sehingga
terjadi salah paham diantara sesama.

Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus,
jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud
yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana
keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar
sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.

3.2 Saran
Berbuat kebaikan jelas diperintahkan oleh Allah SWT. Perintah untuk
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dapat kita temukan dalam Al-Quran
maupun Al-Hadist.

DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/materi-perilaku-taat-kompetisi-dalam-kebaikan-dan-etos-kerja-ggtH

https://id.scribd.com/document/518915883/BAB-I-Meraih-Kesuksesan-Dengan-
Kompetisi-Dalam-Kebaikan-Dan-Etos-Kerja

Anda mungkin juga menyukai