Anda di halaman 1dari 15

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT AKHLAK MENGENAI

KRITERIA BAIK DAN BURUK

Makalah ini disusun guna umtuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu: Sukardi M.Ag.

Disusun oleh :
1. Muhammad Dwi Saputra (63020230178)
2. Miftakhul Jannah (63020230179)
3. Faiq Fernanda Razif (63020230180)
4. Sayid Akbar Imanu (63020230181)
5. Eka Tyastuti (63020230182)

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2024

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Assalamualaikum wr wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf
yang di berikan oleh Dosen Pengampu Sukardi M.Ag dengan tepat waktu.

Makalah dengan judul “Aliran-aliran Filsafat Akhlak Mengenai Kriteria


Baik dan Buruk” yang kami susun bertujuan untuk memberikan wawasan kepada
pembaca mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi tersebut. Kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna mohon maaf apabila ada salah penulisan maka
dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna untuk pertimbangan perbaikan
makalah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan arahan dan menyumbangkan ide dan pemikirannya demi tersusunnya
makalah ini, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembacanya.

Salatiga, 29 April 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Pengertian Akhlak ...................................................................................... 2
B. Manfaat Akhlak.......................................................................................... 2
C. Pengertian Baik Dan Buruk ...................................................................... 3
D. Aliran Tentang Baik Dan Buruk............................................................... 5
BAB III ................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang buruk. Kadang-kadang
disuatu tempat, perbuatan itu dianggap salah atau buruk. Hati manusia
memiliki perasaan dan dapat mengenal, perbuatan itu baik atau buruk dan
benar atau salah.

Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relative, hal ini disebabkan


adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut.
Perbuatan tolak ukur tersebut, disebabkan karena perbedaan agama,
kepercayaan, cara berfikir, ideologi, lingkungan hidup, dan sebagainya.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai


kekuatan insting. Hal ini berfungsi bagi manusia untuk dapat membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, yang berbeda-beda, karena pengaruh
kondisi dan situasi lingkungan. Dan seandainya dalam satu lingkungan pun
belum tentu mempunyai kesamaan insting. Kemudian pada diri manusia juga
mempunyai ilham yang dapat mengenal nilai suatu itu baik atau buruk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak?
2. Apa manfaat akhlak?
3. Apa pengertian baik dan buruk?
4. Apa aliran tentang baik dan buruk?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui manfaat akhlak
3. Untuk mengetahui pengertian baik dan buruk
4. Untuk mengetahui aliran tentang baik dan buruk

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Kata "akhlak" menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri (asli) pada
manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah
akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan), dan
yang kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku. Inilah
pengertian akhlak secara garis besar sebagaimana tersebut dalam beberapa
kamus.
Para ulama dan sarjana mendefinisikan akhlak sesuai dengan aliran
atau ajaran yang mereka anggap benar. Aliran sosiologis mendefinisi- kan
akhlak sesuai dengan disiplin sosiologi (ilmu kemasyarakatan), aliran
idealisme mendefinisikannya sesuai dengan ajaran mereka, demikian pula
aliran utilitarianisme (yang menekankan aspek kegunaan) dan naturalisme
(yang menekankan pada panggilan alam atau kejadian manusia itu sendiri
atau fitrahnya). Namun demikian, dalam pembahasan ini saya tidak ingin
membicarakannya secara lebih mendetail, karena masing-masing memiliki
praduga dengan acuan sendiri-sendiri.
Demikian pula dengan para ahli filsafat atau ilmu kalam, mereka
menta'rifkan akhlak dengan ta'rif masing-masing, seperti Ibnu Rusyd, Ibnu
Sina, dan Ibnu Maskawaih. Begitu pula dengan sebagian ahli tasawuf,
seperti at-Tusturi, al-Junaid, Abu Ali ar-Rudzbari, al-Ghazali, dan lainnya

B. Manfaat Akhlak
Manfaat akhlak bagi manusia bukan hanya untuk membedakan baik
dan buruk, benar dan salah, atau mengarahkan manusia agar hidup sesuai
aturan yang berlaku di masyarakat guna menciptakan kehidupan harmonis.
Bukan pula untuk sekadar membangun pandangan dunia (world outlook)
dan pandangan hidup (way of life) atau memastikan terwujudnya harkat dan
martabat manusia dan kemanusiaan. Adapun manfaat akhlak bagi manusia

2
yang paling esensial adalah menyadarkan manusia bahwa dirinya adalah
hamba Allah.
Manfaat akhlak yang pertama adalah mendidik manusia untuk
berakhlak mulia kepada Allah dengan beriman kepada-Nya, ber- ibadah
hanya kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun dan siapa pun,
dan tidak mempertuhankan sesama manusia atau makhluk lain seperti jin
dan setan. Manfaat akhlak yang kedua yaitu mendidik manusia untuk jadi
pribadi yang baik, seperti tergerak untuk berbuat baik kepada sesama, alam,
dan lingkungan hidup, memiliki energi untuk mengembangkan diri jadi
pribadi yang lebih baik, meningkatkan kepedulian, tanggung jawab.

C. Pengertian Baik Dan Buruk


Dengan mengutip pendapat Arsitoteles dan filosofis Yunani lainya
Ibnu Misakawaih menjelaskan bahwa atau kebaikan itu tujuan tiap sesuatu
atau tujuan terakhir. Dari definisi ini baik itu bisa dimaknai sebagai sessuatu
yang berharga bagi setiap tujuan. Dalam pengertianya yang lebih praktis
yang baik itu bisa bermakna sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan,
yang baik itu sesuatu yang rassa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, dan
seterusnya, yang baik itu sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Sedangkan
dalam konteks tingkah laku manusia, yang baik ialah tingkah laku yang
menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai, apabila kebaikan
itu seseorang menjadi kebaikan yang kongkrit.
Kebaikan itu sesuatu yang bila itu merupakan zat maka ia
mengandung kebaikan bagi pemiliknya, bila keadaan ia memberikan rasa
puas dan senang bagi yang mengalaminya, bila suatu capainya makai a
merupakan puncak kesempurnaan bagi yang mencapainya, bila itu nilai
makai a merupakan kebenaran. Dari pengertian ini maka dapat diikhtisarkan
bahwa baik atau kebaikan itu adalah:
1. Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
2. Sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan

3
3. Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan,
yang memberikan kepuasan
4. Sesuatu yang sesuai dengan keinginan
5. Bila ia mendatangkan Rahmat, memberikan rasa senang atau Bahagia,
baik bila dihargai secara positif.

Keadaan yang berkebalikan dengan baik atau kebaikan itu yang


disebut sebagai yang buruk atau keburukan. Jadi yang dipandang buruk
ialah sesuatu yang tidak baik, yang tidak pantas, tidak paptut, tidak
sempurna, tidak benar, dan sebagainya.

Dari pengertian buruk sebagaimana diterangkan di atas, maka dapat


diikhtisarkan bahwa yang buruk atau keburukan itu ialah:

1. Tidak baik, tidak yang seperti seharusnya, tak sempurna dalam kualitas,
di bawah standar, kurang dalam nilai, tidak mencukupi.
2. Keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui,
tidak dapat diterima.
3. Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus.
4. Perbuatan buruk berarti yang bertentangan dengan norma-norma
Masyarakat yang berlaku.

Karena sifatnya, baik yang baik maupun yang buruk, mendorong


manusia untuk meraih kebaikan dan menghindari keburukan. Namun
karena baik dan buruk itu ditentukan oleh penilaian manusia itu sendiri
tentang hal apa yang baik dan yang buruk maka boleh jadi yang baik
menurut satu orang merupakan yang buruk baik yang lain atau sebaliknya
yang buruk menurut satu orang merupakan hal baik menurut yang lain. Hal
ini terjadi karena kriteria baik dan buruk bertolak dari kepentingan manusia
sendiri.

Sekalipun kriteria apa yang baik dan yang buruk itu berbeda menurut
masing masing orang namun sebenarnya secara obyektif semua orang
memiliki tujuan yang sama yaitu bahwa semuanya ingin baik atau

4
mengharapkan ingin meraih kebaikan. Tujuan akhir yang sama ini dalam
ilmu etika disebut sebagai “kebaikan tertinggi”.

D. Aliran Tentang Baik Dan Buruk


Ada banyak paham atau aliran tentang baik dan buruk yang
berkembang di dunia sejak zaman kuno hingga zaman sekarang. Beberapa
aliran utama yang bicara tentang baik dan buruk dalam sistem etika tersebut
diantaranya:
1. Aliran Hedonisme
Aliran Hedonisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk
adalah”kebahagiaan” karenanya suatu perbuatan apabila dapat
mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik, dan sebaliknya
perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan
kebahagiaan, yang merupakan dorongan daripada tabiatnya dan
ternyata kebahagiaan adalah tujuan akhir dari hidup manusia, oleh
karenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang sebagai
keutamaan(perbuatan mulia/baik).Maksud dari “kebahagiaan” itu
menurut aliran ini adalah Hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan
kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Karenanya kelezatan
bagi aliran ini adalah merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan
dipandang baik menurut kadar kelezatan yang terdapat padanya dan
sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang ada
padanya.
Aliran Hedonisme, bahkan tidak saja mengajarkan agar manusia
mencari kelezatan, karena pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak
sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru menyatakan: hendaklah
manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan apabila ia disuruh
memilih di antara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling
besar kelezatannya.
Maksud paham ini adalah bahwa manusia hendaknya mencari
kelezatan yang sebesar-besarnya bagi dirinya. Dan setiap perbuatannya

5
harus diarahkan kepada kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam
memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya
kelezatan dan kepedihannya. Dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang
yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
2. Aliran sosialisme (adat istiadat)
Baik dan buruk menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat
istiadat yang berlaku dan dipegangi oleh masyarakat. Orang yang
mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang
yang menentang tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk dan
mendapat hukuman secara adat. Adat istiadat selanjutnya dipandandang
sebagai pendapat umum. Ahmad Amin mengatakan bahwa tiap bangsa
atau daerah mempunyai adat tertentu mengenai baik dan buruk.
Di masyarakat akan kita jumpai adat istiadat yang berkenaan
dengan cara berpakaian, makan, minum, dan sebagainya. Orang yang
mengikuti cara yang demikian itulah yang dianggap orang baik, dan
orang yang mengingkarinya adalah orang yang buruk. Kelompok yang
menilai baik dan buruk menurut adat ini dalam pandangan filsafat
dikenal dengan aliran sosialisme. Paham ini muncul dari anggapan
karena masyarakat itu terdiri dari manusia, maka masyarakat lah yang
menentukan nilai baik dan buruk perbuatan manusia itu sendiri. Karena
hakikat dari adat itu sendiri sebenarnya adalah produk budaya manusia
yang sifatnya Nisbi dan relafit, maka nilai baik dan buruk tersebut
juga sangat relatif.
3. Aliran instuinismene
Aliran instuinismene berpendirian bahwa setiap manusia
mempunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat membedakan sesuatu
itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi, sumber
pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yang
buruk adalah kekuatan naluri, kekuatan batin atau bisikan hati nurani
yang ada pada tiap-tiap manusia.

6
Oleh karena itu, apabila seseorang melihat sesuatu perbuatan,
maka pada dirinya timbul semacam ilham yang member petunjuk
tentang nilai perbuatan itu dan selanjutnya ditetapkanlah hukum
perbuatan itu baik atau buruk. Dengan demikian, maka kebanyakan
manusia sependapat atas keutamaan sifat benar, dermawan ataupun
berani dan semacamnya, demikian pula mereka sepakat atas sifat-sifat
kebalikannya yang cela dan keji.
Para pengikut aliran instuisi, berpendapat bahwa manusia
mengerti hal-hal yang baik dan yang buruk secara lansung dengan
melihatnya sekilas panndang. Perbuatan-perbuatan baik dan buruk
dikur dengan daya tabiat batiniah, karenanya dikatakan, benar adalah
wajib karena benar termasuk sifat utama buak karena darurat dank
arena pendirian orang banyak atau jaminan kemewahan serta buka
berarti diluar tabiatnya. Demikian pula pencurian adalah buruk karena
dalam tabiatnya termasuk sifat melampaui batas atau permusuhan pada
orang lain dan merampas kekuasaanya dengan tanpa hak.
4. Aliran Idealisme
Aliran ini sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran
manusia. Mula-mula dalam filsafat abrat kita temui dalam bentuk ajaran
yang murni dari Plato yang menyatakan bahwa alam, cita-cita adalah
kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide. Aristoteles memberikan
sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide
sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan
menjalankann pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya, dapat dikatakan
sepanjang masa tidak pernah paham idealism hilang sama sekali. Pada
abad pertenagahn, satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua
ahli pikir adalah idealisme ini. Pada zaman Aufklarung, ulama-ulama
filsafat yang mengakui aliran serba dua, seperti Descartes dan Spinoza
yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan
ataupun dua-duanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting

7
dari pada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat
digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjan
masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil fisafat yang
mendalam. Puncak zaman Idealisme pada masa abad ke 18 dan ke 19
adalah periode idealiisme. Pada saat itu, Jerman besar sekali
pengaruhnya di Eropa.
5. Aliran Utilitarisme
Secara bahasa utilis berarti berguna. Paham ini berpendapat
bahwa yang baik adalah yang berguna. Kalau ukuran ini berlaku bagi
perorangan disebut individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan
negara disebut sosial. Tokoh alliran ini adalah John Stuart Mill(1806-
1873). Bertolak dari namanya, utilitarisme di tuduh menyamakan
kebaikan moral dengan manfaat. Aliran ini pun di anggap sebagai “etika
sukses”, yaitu etika yang menilai kebaikan orang dari apakah
perbuatannya menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak.
Pokok-pokok pandangannya adalah sebagai berikut :
a. Baik buruknya suatu perbuatan atas dasar besar kecilnya manfaat
yang ditimbulan bagi manusia
b. Kebaikan yang tertinggi (summunn bonum) adalah utility(manfaat)
Segala tingakah manusi selalu diarahkan pada pekerjaan yang
membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya.
c. Tujuannya adalah kebahagiaan (happines) orang banyak.
d. Pengorbanan misalnya dipandang baik jika mendatangkan manfaat.
Lain dari pada itu hanyalah sia-sia belaka. Utilitarisme disebut
universal karena yang menjadi norma moral, bukanlah akibat-akibat
baik bagi si pelaku itu sendiri, melainkan akibat-akibat baik
diseluruh dunia. Utilitarisme menuntut perhatian kepada
kepentingan dari semua orang yang terpengaruh oleh tindakan itu,
termasuk kepentingan si pelaku itu sendiri.

8
6. Aliran Evolusi
Paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dialam
ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya sampai pada
kesempurnaan. Paham seperti ini tidak hanya berlaku pada benda-
benda yang tampak, seperti binatang, manusia dan tumbuh-tumbuhan,
akan tetapi juga berlaku pada benda yang tidak dapat diihat dan diraba
oleh indera,seperti moral dan akhlak.
Paham evolusi pertama muncul dibawa oleh seorang ahli
pengetahuan bernama “LAMARCK”. Dia berpendapat bahwa jenis-
jenis binatang itu merubah satu sama lainnya. Dan menolak pendapat
yang mengatakn bahwa jneis-jenis itu berbeda-beda dan tidak dapat
berubah-ubah. Alasan lainnya bahwa jenis-jenis itu tidak terjadi pada
satu masa akan tetapi bermula dari binatang rendah, menigkat dan
beranak satu dari lainnya dan berganti dari jenis ke jenis lain.
Ada dua faktor pergantian yaitu :
1. Lingkungan : mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan.
2. Warisan: bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan
pertengahan perpindahan pada cabang-cabangnya. Paham ini
disebut paham pertumbuhan dan kepentingan(evalition).
7. Aliran Religionisme
Paham ini berpendapat bahwa yang dianggap baik adalah
perbuatan yang sesuai denngan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan
buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Paham ini,terhadap keyakinan teologis yaitu keimanan kepada Tuahan
sangat memegang peran penting. Karena tidak mungkin orang berbuat
sesuai dengan kehendak Tuhan, apabila yang melakukan tidak beriman
kepada-Nya.
Perlu diketahui, bahwa didunia ini ada bermacam-macam
agama yang dianut, dan masing-masing agama menentukan baik buruk
menurut ukuranya agama masing-masing. Agama Hindu, Budha,
Yahudi, Kristen dan Islam, masing-masing agama tersebut memiliki

9
pandangan dan tolok ukur tentang baik dan buruk antra yang satu
dengan lainya berbeda-beda dan juga ada persamaanya.

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kata "akhlak" menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri (asli) pada manusia
dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini
memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan), dan yang
kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku.
2. Manfaat akhlak bagi manusia bukan hanya untuk membedakan baik dan
buruk, benar dan salah, atau mengarahkan manusia agar hidup sesuai aturan
yang berlaku di masyarakat guna menciptakan kehidupan harmonis. Bukan
pula untuk sekadar membangun pandangan dunia (world outlook) dan
pandangan hidup (way of life) atau memastikan terwujudnya harkat dan
martabat manusia dan kemanusiaan. Adapun manfaat akhlak bagi manusia
yang paling esensial adalah menyadarkan manusia bahwa dirinya adalah
hamba Allah.
3. Baik ialah tingkah laku yang menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan
disebut nilai, apabila kebaikan itu seseorang menjadi kebaikan yang
kongkrit. Keadaan yang berkebalikan dengan baik atau kebaikan itu yang
disebut sebagai yang buruk atau keburukan. Jadi yang dipandang buruk
ialah sesuatu yang tidak baik, yang tidak pantas, tidak paptut, tidak
sempurna, tidak benar, dan sebagainya.
4. Beberapa aliran utama yang bicara tentang baik dan buruk dalam sistem
etika tersebut diantaranya: Aliran Hedonisme, sosialisme, instuinismen,
idealism, utilitarisme, evolusi, religionisme,

11
DAFTAR PUSTAKA

Bahaf, M. A. (2015). Akhlak Tasawuf. In M. A. Bahaf, Akhlak Tasawuf (p. 43).


salatiga: Penerbit A-Empat, 2015.
Dr. Muhamad Afif Bahaf, M. (2015). Akhlak Tasawuf. Serang: A-Empat Putri
Kartika Banjarsari C1.
Ismail, P. D. (2023). Akhlak Tasawuf. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.
MAHMUD, P. D. (1996). Karakteristik Umat Terbaik Telaah Manhaj, Akidah
Dan Harakah. Jakarta: Gema Insani Press.

12

Anda mungkin juga menyukai