Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak dan Tasawuf
Disusun oleh :
Kelompok 4
Bismillahiroahmanirrahim
penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Awal
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Pngertian tentang akhlak baik dan akhlak buruk ......................................... 6
B. Ukuran akhlak baik dan akhlak buruk ......................................................... 7
C. Faktor penyebab terjadinya keburukan akhlak ............................................ 8
D. Dampak dari keburukan akhlak ................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku keburukan adalah hina dan sesuatu yang dilarang oleh petunjuk
agama dan harus ditinggalkan dengan berbagai bentuk dan jenisnya, namun dalam
kehidupan beragama umat Islam di Indonesia saat ini, kata dan perbuatan buruk
sering terdengar. Terkadang pula muncul ungkapan yang salah dalam mengklaim
seseorang atau suatu kelompok dikarenakan pola pikir dan kurangnya pengetahuan
sehingga sesuatu yang baik dianggap buruk dan buruk dianggap baik. Tentu saja
sikap dan istilah buruk yang dilontarkan oleh individu atau suatu kelompok kepada
kelompok lain tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri dalam konteks
hubungan sosial. Istilah buruk juga tidak sangat menyenangkan bagi orang yang
dituduh dengan ungkapan tersebut, bahkan tidak jarang istilah tersebut bisa
menyulut konflik dan mengobarkan permusuhan antara sesama pemeluk suatu
agama dengan kata lain terjadilah keburukan dalam hal interaksi sosial. Maka perlu
adanya solusi dengan pengkajian yang mendalam sesuai petunjuk al-Qur‟an.
4
menghasilkan rumusan-rumusan konseptual mengenai keburukan. Selain itu
dengan pengkajian keburukan ini, dapat menghasilkan kajian tentang dampak dan
solusi terhadap keburukan dalam hubungannya dengan berbagai keburukan
sehingga seseorang terhindar dari keburukan dan dampaknya tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun Kemudian baik, dari segi bahasa adalah terjemahan dari kata khair
dalam bahasa arab, atau good dalam bahasa inggris. Akhlak baik biasa disebut
akhlak terpuji yang merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab akhlak
mahmudah. Mahmudah merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida yang berarti
”dipuji”.akhlak terpuji deisebut dengan akhlaq karimah (akhlak mulia), atau
makarim al-akhlaq (akhlak mulia), atau al-akhlaq al-munjiyat (akhlak yang
menyelamatkan pelakunya). Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan
bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.1
Kata buruk sepadan dengan kata evil, bad dalam bahasa Inggris yang bisa
diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, keji, jahat, tidak bermoral, tidak dapat
diterima, atau sesuatu yang tercela. Akhlak buruk atau tercela merupakan tingkah
laku tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya
sebagai manusia.
Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa
keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. Bila
dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik)
menurut Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan
alam manusia tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku
manusia dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh
pelaku.
1
Nata, Abdul.Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Parsada.2014
6
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu
definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang
dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan
terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang
akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan
dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku.
2. Rasio
Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang
membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia
dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya
manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik
dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus
berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman –
pengalaman yang mereka miliki.
7
Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan
kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu
yang tidak menjad i kebiasaan mereka.2
4. Pandangan Individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau
masyarakat yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang
berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing individu
memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri
meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya. Masing–masing
individu memiliki hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik untuk
dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula
dianggap buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat
seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang
dianggapnya buruk adalah baik.
5. Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk
menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran
baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu.
Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang
dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama
kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena
norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran
Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu
maupun kelompok.
2
Prof Dr. Rosihon Anwar,M.Ag Akhlak dan Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2010
8
berbuat baik. Mengenai syariah, syari’ah memberikan kepada kita tuntunan
mengenai cara-cara beridah dan bermuamalah. Dan kemudian ihsan memberikan
tuntunan mengenai cara-cara berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk
terhadap Allah dan terhadap makhluk-Nya.
Persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap individu, untuk
mendorong segala macam perbuatannya. Dan akan terganggu peradaban manusia
oleh keburukan moral manusia, sehingga harapannya untuk mencapai kebahagian
dalam hidupnya tidak akan tercapai. Dari persoalan yang terjadi mengenai
keburukan moral atau akhlak, penulis menyimpulkan ada tiga hal yang melatar
belakangi terjadinya keburukan akhlak, diantaranya.
1. Pergaulan bebas yang buruk
Salah seorang sahabat nabi yang bernama ‘Alqamah sangat berhati-hati
terhadap pergaulannya dengan mengatakan, temanmu yang akhlaknya buruk
jangan dijadikan sahabatmu, sahabat yang baik adalah dapat menasehati bila
engkau melakukan perbuatan buruk. Bahkan dikatakan bahwa jika ada musuh
yang bisa mendekatkanmu kepada Allah, maka hal itu lebih baik dari pada teman
akrab yang menjauhkan kamu dari Allah. Pergaulan yang buruk dengan teman
sebaya, sangatlah berbahaya terhadap perkembangan akhlaknya. Begitu
pentingnya memilih teman pergaulan, maka Rasulullah SAW, sering
mengingatkan dengan mengatakan :
“Agama yang dianut oleh seseorang dapat dilihat dari agama (yang dianut)
oleh teman pergaulannya, (sifat buruk seseorang dapat dicontoh oleh temen
sepermainannya). HR. Abu Daud.
2. akibat dari buku bacaan, tontonan dan pengaruh pemikiran hedonime
Kemudian, kemerosotan akhlak akibat dari buku bacaan, tontonan, dan
pemikian hedonime, sangat gampang merasuk ke dalam pergaulan generasi
muda. Pergaulannya dengan teman-temannya lebih tinggi frekuensinya di
bandingkan dengan pergaulan dengan orang tuanya di rumah, ini menjadi
pekerjaan yang berat bagi orang tua. Dari pergaulannya di luar rumah ia
mendapatkan buku bacaan, tontonan negatif dan pemikiran hedonisme yang
dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, dan perilakunya.
3. Lemahnya tingkat pendidikan generasi mudanya
9
Mengenai rendahnya pendidikan generasi muda, menyebabkan rendahnya
iman dan ibadah pada dirinya, kemudian kecenderungan nafsunya tidak dapat
dikendalikan lagi. Ia tidak lagi memiliki rasa malu dan rasa sabar, kecuali hanya
mampu menuruti keinginannya. Di tambah dengan pergaulan yang bebas dan
buku bacaan dan tontonan yang buruk maka inilah yang menjadi landasan
terjadinya keburukan akhlak.
Dari ketiga hal tersebut maka akan menimbulkan sifat-sifat yang buruk yang
tentu akan merusak peradaban manusia yaitu sifat Al-Akhlaku al- Madhmumah
atau perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk
yang lain. Maka itu akan membuat suatu kehancuran akhlak dalam
bermasyarakat dan persaudaraan, bahkan itu akan membuat suatu kebinasaan
dalam sebuah bangsa.
Akhlak buruk perorangan hanya berdampak negatif lebih kepada dirinya
sendiri, namun lain cerita jika itu menjadi akhlak buruk suatu bangsa maka
dampak negatifnya akan sangat luas. Dan suatu bangsa yang bermoral buruk,
akan merusak agamanya karena sering terjadi pelanggaran agama yang
dilakukan oleh masyarakatnya, sehingga agama hanya menjadi mainan umatnya,
Pada sejatinya agama harus difungsikan sebagai alat pengendali dan pengontrol
bagi perbuatan manusia.
Akhlak buruk juga mempengaruhi keamanan masyarakat seperti terjadinya
pencurian, pembunuhan dan lain sebagainya. Kehidupan masyarakat yang
seharusnya mewujudkan sikap saling menolong dan saling memanfaatkan
kemampuan masing-masing anggota msyarakat, tidak dapat terwujud, lantaran
terganggu oleh keburukan akhlak bangsa.
Penulis menyimpulkan bahwa tidak akan pernah ada rumah tangga yang
bahagia, bila anggota keluarga tersebut berakhlak buruk, begitupun tidak ada
sebuah bangsa yang hidup makmur dan sejahtera apabila bangsa tersebut
masyarakat di dalamnya berakhlak buruk begitupun pemimpinnya.
Islam datang untuk membina dan mendidik manusia bagai khalifah Allah di
bumi ini. Menanamkan perilaku baik, dilaksanakan di rumah tangga dan di
masyarakat. Ibnu Taymiyyah mengungkapkan, bahwa keburukan akhlak
seseorang karena hatinya kosong dari pendidikan dan ilmu pengetahuan, yang
10
disebut sebagai orang yang memiliki hati yang sakit atau mati. Oleh karena itu
pendidikan iman, ibadah dan pemberian ilmu pengetahuan agama harus
senantiasa ditekankan dari semenjak usia dini agar menjadi kebiasaan dan
menjadi sebuah akhlak yang baik.
“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman yang buruk
(akhlaknya), bagaikan orang yang sedang membawa minyak wangi dengan
orang yang sedang meniup api dapur. Kepada orang yang membawa minyak
wangi; apakah ia mendekatimu, ”atau engkau (yang mendekatinya) karena
engkau akan membelinya, atau engkau akan mendapatkan bau harumnya. Lalu
kepada orang sedang meniup api dapur, apakah api itu akan menghanguskan
pakaianmu, atau engkau sendiri yang akan merasakan panasnya api tersebut”.
H.R Bukhari.
Berbagai akibat tersebut dibedakan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
• Akibat Takwini atau Wad’i yaitu akibat perbuatan dosa yang berkaitan
dengan hukum penciptaan atau kodrati dan hukuman yang dirasakan secara
langsung.
• Akibat Praktis yaitu sebagaimana paada zaman Nabi dahulu, berbagai azab
dari langit turun menimpa sejumlah kaum hingga membinasakan mereka.25
Al-Qur‟an memberikan kesaksian atas peristiwa tersebut dalam surat al-
A‟râf/ 7: 4.
• Akibat Batin yaitu akibat perbuatan buruk atau dosa yang berkaitan dengan
efek-efek yang akan merusak hati, mengotori cermin hati, serta
11
melenyapkan kemampuan untuk meningkatkan kesempurnaan maknawi,
menimbulkan keresahan hati, tidak tenang, depresi, rasa takut, dan
gangguan jiwa lainnya.
• Akibat akhirat yaitu azab Allah yang akan ditimpakan kepada orang-orang
yang berbuat keburukan di alam setelah kematian kelak seperti azab neraka.
Sebagaimana QS. al-Sajdah/ 32: 21.
“Sungguh orang yang paling kubenci dan paling jauh dariku kelak di akhirat
adalah orang yang paling jelek akhlaknya diantara kalian”. (HR Ahmad, dan di
sahihkan oleh Al Albani)
Orang yang jelek akhlaknya adalah orang yang Allah Ta’ala penuhi
telinganya dengan cacian manusia dan ia sendiri mendengarnya. Dari Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda
“Penghuni Surga yaitu orang yang Allah penuhi telinganya dengan pujian
yang baik dari manusia, dan ia mendengarnya. Dan Penghuni Neraka yaitu orang
yang Allah penuhi telinganya dengan cacian manusia dan ia sendiri
mendengarnya”. (HR Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani)
Orang yang jelek akhlaknya akan mengundang bagi dirinya rasa gelisah,
gundah, dan sempit, dan menularkan bagi orang lain kejelekan. Berkata Salamah
Bin Dinar Rahimahullah:
12
1. Mengingat akibat yang akan diperoleh jika melakukan perbuatan tersebut.
2. Berupaya untuk menghindari tempat-tempat yang dapat membawa kepada
perbuatan maksiat.
3. Mengetahui dan memahami kisah-kisah orang yang mengikuti dan melakukan
kemaksiatan, setelah itu berusaha untuk menjauhi dan meninggalkan.
4. Mengingatkan diri bahwa condong dan merasa nyaman kepada dunia dapat
membuat seseorang lalai dan lupa hakikat keberadaannya di dunia yaitu untuk
mengabdi kepada Allah.
5. Berjuang untuk selalu menjaga diri dari hal-hal yang dapat membawanya
terjerumus dalam kemaksiatan, di antaranya dengan berbuat adil, jujur,
konsisten dalam menegakkan hukum positif yang telah diatur, meneladani nilai-
nilai spiritualitas.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Muhamad Rizki Malik (Mahasantri Mabna Syekh Abdul Karim), “ faktor penyebab
terjadinya keburukan akhlak”, ma’had aljamiah, pers: Jakarta, 2016,
(https://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/index.php/2016/12/22/faktor-penyebab-
terjadinya-kebburukan-akhlak/) diakses pada 20 maret 2023, pkl 15.00 WIB.
Ustadz Hadhrami, “efek buruk dari akhlak yang jelek”, pers: 27/11/2017,
(https://www.hisbah.net/efek-buruk-dari-akhlak-yang-jelek/) diakses pada
20 maret 2023, pkl 15.40 WIB.
Amrin. Riski Abdurrahman, “akhlak baik dan akhlak buruk”, jurnal pers: 2015
Ismail andi. “akibat buruk akhlak yang buruk”, Persakademia.edu: februari 2013,
(https://www.academia.edu/8397767/Akibat_Buruk_Akhlak_yang_Buruk),
diakses pada 20 maret 2023, pkl 16.35 WIB.
15