Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan nikmatnya yang tak ternilai
harganya, sehingga penulis telah selesai menulis makalah ini yang berjudul : menghindari ahlak
Madzumah dan membiasakan ahlak mahmudah
Selanjutnya salam sejahtera juga penulis haturkan kepada tokoh ilmuan sedunia yaitu Nabi
Muhammad Saw yang merupakan salah seorang yang sudah terbukti keberhasilannya dalam hal
mengajarkan nilai nilai kebenaran ataupun mendidik, merobah peradaban manusia, dan sikap
serta cara pandang dan pola hidup sebagai mana layaknya.
Terimakasih kepada kawan-kawan yang ikut memberi andil, sport serta motivasi dalam
rangka penulisan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami mengharap saran
dan kritik yang konstruktif demi perbaikan penyusunan makalah dilain hari.
Akhir kata semoga makalah ini bisa menambah wawasan kita semua.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ………………………………………………. I


KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak Madzmumah…………………………… 2
2.2 Yang termasuk sifat Madzumah……………………………. 3
2.3 Pengertian ahlak Mah mudah………………………………. 6
2.4 Yang termasuk aklhak Mah mudah………………………… 7
2.5 Pentingnya menghindari akhlak Madzumah dan membiasakan
ahlak Mah mudah………………………………………….. 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola hubungan manusia dengan sang khaliq yakni Allah SWT. (hablu minallah) sangat
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Karena pada hakikatnya pada jiwa
setiap orang pasti terdapat dua sifat yang bertentangan, yakni akhlak terpuji dan akhlak
tercela.

Dimana akhlak terpuji akan senantiasa berorientasi pada kebaikan-kebaikan yang


membawa maslahah, baik kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang lain yang dalam hal ini
disebut dengan istilah akhlak al-mahmudah atau akhlak al-karimah dan perilaku tercela
berupa sifat-sifat yang senantiasa mengarahkan manusia untuk berbuat keburukan yang
daripadanya akan mendatangkan madharat terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang
dalam hal ini disebut dengan istilah akhlakul madzmumah.
Meskipun demikian dalam makalah ini tidak serta merta membahas semua pokok kajian
tentang akhlak yang berkaitan dengan akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah,
melainkan dalam makalah ini akan lebih spesifik membahas topik yang berkenaan dengan
akhlak madzmumah yakni meliputi akhlak madzmumah terhadap Allah SWT, akhlak
madzmumah terhadap dirinya sendiri maupun akhlak madzmumah terhadap orang lain dan
hal-hal lain yang berkaitan dengannya.
Sehingga dengan kita mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan akhlak tercela tersebut
kita sebagai hamba Allah SWT yang taat, dapat selalu mawasdiri terhadap akhlak
madzmumah dan senantiasa menghindarinya sehingga jalan kita untuk meraih ridho dan
mendekatkan dir kita kepada-Nya akan menjadi lapang dan mudah.

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana Pengertian dari Akhlak Madzmumah ?


B. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Madzmumah?
C. Bagaimana Pengertian dari Akhlak Mah mudah ?
D. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Mahmudah?

1
BAB II.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak Madzmumah


Akhlak secara bahasa berarti tindakan, perilaku, dan juga perangai. Adapun
madzmumah sendiri memiliki arti kekejian (radza’il), buruk atau tercela. Adapun semua
biang sifat-sifat buruk juga disebut dengan akhlak yang tercela yang dari padanya dapat
terbentuk sifat tercela yang menjijikan di dalam jiwa (khaba’its fi al-nafs), penyakit
dalam jiwa dan juga sifat yang merusak (shifat muhlikat), Sehingga dengan demikian
akhlak madzmumah dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang tidak baik, yang
tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang
dalam nilai, tidak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak
dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian
yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak
disukai kehadirannya oleh manusia. Dan daripadanya akan memberikan dampak negatif
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang berada disekitarnya.
Pendapat lain juga menyebutkan bahwasanya yang disebut dengan akhlak
madzmumah ialah semua sifat, perkataan ataupun perbuatan yang tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan sehingga dianggap buruk atau tercela dan bernilai negatif.
Meskipun demikian menurut AL-Ghazali asal mula yang menjadi biang dari adanya
akhlak madzmumah tersebut yakni kelobaan, ekses nafsu seksual, nafsu untuk berkata
berlebihan, amarah hebat, rasa iri, rasa dendam, cinta dunia, cinta harta, kebakhilan,
kemegahan, kesombongan, kecongkakan, dan penipuan terhadap diri sendiri, dan untuk
membuang biang-biang dari sifat tersebut dapat dilakukan dengan jalan riyadhah dan
membiasaan menahan diri atau mujahadah.

2
2.2 Yang termasuk sifat Madzumah

1. Ria
Sifat ria berhubungan erat dengan sifat sum’ah yang mana menurut imam Ghazali ria
berasal dari kata ru’ya yang berarti memperlihatkan, atau secara jelasnya dapat difahami
dengan “ingin dilihat orang-orang supaya mendapat kedudukan atau pujian” sedangkan
sum’ah berasal dari kata sama’ yang berarti mendengar, memperdengarkan, atau juga
menceritakan (amal kebaikan).

2. Nifak / Munafik
Nifak dari segi bahasa memiliki arti berpura-pura pada agamanya. Sedangkan dari segi
istilah yaitu orang yang menyembunyikan kekafirannya namun menyatakan
keimanannya.

3
3. ‘Ananiya
‘Ananiyah yaitu sikap mementingkan diri sendiri. Dapat pula diartikan dengan egois atau
ingin menang sendiri karena kedua sikap itu memiliki kesamaan, yakni sikap
individualistik.
Manusia adalah makhluk sosial (zone poloticon) yang sepanjang hidupnya sangat
membutuhkan bantuan orang lain, untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh
sebab itu sifat ‘ananiyah sangat tidak pantas dimiliki oleh manusia, sebab hal ini
bertentangan dengan naluri manusia itu sendiri. Sikap perilaku ‘aniyah atau mementingkan
diri sendiri, merupakan sikap yang tidak terpuji. Selain itu, dapat menimbulkan akibat
negatif bagi pelakunya,
4. Putus asa
Putus asa adalah hilangnya suatu harapan, cita-cita, keinginan dan gairah hidup untuk
meraih masa depan yang gemilang. Putus asa selain merupakan sifat tercela yang harus
dihindari dan dijauhi, juga termasuk sifat buruk yang dapat merugikan pelakunya.
Sifat putus asa harus dihindari oleh semua orang, meskipun sedang ditimpa musibah atau
beban yang sangat berat, hendaknya kita tidak boleh berputus asa. Sebab sikap perilaku
putus asa hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Adapun hal-
hal negatif yang ditumbuhkan dari sikap putus asa sangat banyak, misalnya banyak orang
yang rela mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, atau hilang akalnya menjadi gila dan
sebagainya.
5 Takabur
Menurut bahasa takabur artinya sombong, angkuh, besar kepala, atau merasa diri paling
besar. Adapun menurut istilah takabur adalah sikap perilaku menyombongkan diri terhadap
orang lain. Takabur juga dapat diartikan sebagai sikap perilaku menganggap orang lain
lebih rendah dibandingkan dirinya.
Diantara nilai-nilai negatif yang ditimbulkan akibat perbuatan takabur adalah sebagai
berikut:
 Hidupnya banyak dipengaruhi oleh hawa nafsu setan, sehingga akal sehatnya kurang
berfungsi.
 Tidak pernah instropeksi diri sehingga selamanya tidak mengenali kekurangan dan
kelemahan dirinya.

4
 Tidak mendapat ampunan dari Allah sepanjang kesombongan masih bercokol
dihatinya.
6. Hasad
Hasad menurut bahasa adalah Iri atau tidak suka. Adapun menurut istilah hasad ialah sifat
iri atau tidak suka kepada orang lain yang mendapat nikmat Allah, baik berupa prestasi
maupun materi kekayaan. Sifat hasad muncul dari keinginan yang berlebihan terhadap apa
yang diraih oleh orang lain, sedangkan jalan untuk memperoleh seperti yang didapat oleh
orang lain tersebut telah tertutup. Tertutup jalannya karena tidak memiliki kemampuan
seperti yang dimiliki oarang lain yang sukses tersebut.
7. Ghibah
Ghibah ialah menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan membicarakan aib atau
kekurangan orang lain, tanpa diketahui oleh orang yang sedang dibicarakannya itu.
Kebiasaan seperti itu, biasanya disebabkan oleh kebiasaan seseorang yang kurang
memperhatikan dirinya sendiri karena merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Selain
itu, dapat juga disebabkan oleh rasa benci terhadap oarang yang sedang dibicarakan.
Nilai-nilai negatif akibat perbuatan ghibah:

a. Memutuskan ikatan silaturrahmi antara sesama saudara muslim


b. Menimbulkan sikap balas dendam dari pihak yang digunjing
c. Menimbulkan permusuhan dan persengketaan
d. Mendapat kutukan dan murka dari Allah SWT
e. Melanggar etika berbicara dalam pergaulan
8. Fitnah
Fitnah artinya perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang dimaksudkan untuk
menjatuhkan, menjelekkan, menodai nama baik orang lain, atau merugikan
kehormatannya.
Mefitnah merupakan perbuatan yang sangat tercela yang harus dihindari dari setiap
muslim. Sebab perbuatan memfitnah sangat besar bahayanya dibandingkan dengan
perbuatan membunuh sekalipun. Jika membunuh hanya merusak jasmani orang maka
memfitnah dapat merusak mental, jiwa dan raga sekaligus.
2.3 Pengertian ahlak Mah mudah

5
Akhlak mahmudah adalah etika perilaku manusia yang mencerminkan sifat yang terpuji
terhadap manusia, Allah SWT maupun terhadap lingkungan hidup. Akhlak yang baik
dilahirkan oleh sifat- sifat yang baik juga, oleh karena itu dalam jiwa manusia dapat
menelurkan perbuatan- perbuatan lahiriyah yang baik
Baik dalam bahasa Arab disebut Khoir, dalam bahasa inggris disebut good . dalam beberapa
kamus dan ensiklopedia diperoleh pengertian baik sebagi berikut:
1. Baik berarti sesuatu yangh telah mencapai kesempurnaan
2. Baik berarti sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan sebagainya.
3. Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan
memberikan kepuasan
4. Baik berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan
5. Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan
sengan atau bahagia, bila ia dihargai secara positif.
Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimilki seseorang
misalnya sabar, benar dan tawakal, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin
seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Al-ghazali menerangkan adanya
pokok keutamaan akhlak yang baik, antara lain mencari hikmah, bersikap berani, bersuci
diri, berlaku adil.

2.4 Yang termasuk aklhak Mah mudah

6
1. Sifat-Sifat terpuji
 Ikhlas : Kata ikhlas Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan
perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk.
 Amanah : Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan)
sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya.
 Adil : Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain
ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah.
 Bersyukur : Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui adanya
kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat
tersebut.Sedangkan makna syukur secara syar’i adalah : Menggunakan nikmat AllahSWT
dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya.
 Husnuzzan : berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang menimpa dirinya dan orang
lain atau disebut juga positive thinking.
 Rela berkorban : rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau demi
seseorang.
 Ridho : suka, rela dan senang. Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk
menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita.
 Sabar : tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridho
dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
 Tawakal : berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu
hasil dari suatu pekerjaan.
 Qona’ah : adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat
ketidakpuasan atau kekurangan..
 Bijaksana : suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara hati-hati dan
penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya
sendiri ataupun pada orang lain.
 Percaya diri : keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan
suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur
tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan.
 Sabar : yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, tidak
lepas putus asa, tenang, dan lain- lain). Di dalam menghadapi cobaan hidup.

7
 Memelihara Amanah : Amanah menurut bahasa ( etimologi ) ialah kesetiaan, ketulusan
hati, kepercayaan ( istiqomah ) atau kejujuran.
 Bersifat Hemat : Hemat ( Al iqtishad ) ialah menggunakan sesuatu yang tersedia berupa
harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak
kurang dan tidak berlebebihan. Adapun macam- macam hemat adalah: Penghematan
harta benda, Penghematan tenaga, Penghematan waktu.
 Bersifat Berani : Sifat berani termasuk dalam fadilah akhlakul karimah. Berani bukanlah
semata- mata berani berkelahi di medan laga, melainkan sesuatu sikap mental seseorang,
dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai
jiwanya pada masa- masa kritis ketika bahaya diambang pintu itulah orang yang berani.
 Bersifat Malu Al Haya’ : Malu ialah malu terhadap Allah dan malu terhadap diri sendiri
dikala melanggar peraturan – peraturan Allah.perasaan ini dapat menjadi bimbingan
kepada jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista.
 Memelihara Kesucian Diri : Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara
kehormatan sebaiknya dilakukan pada setiap waktu, hendaknya dimulai dari memelihara
hati untuk tidak berbuat rencana dan angan – angan yang buruk.
 Menepati Janji : Janji adalah suatu ketepatan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang
untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesui dengan ketetapannya.
Biarpun janji itu yang dibuat sendiri tetapi tidak terlepas darinya, melainkan mesti
ditepati dan ditunaikan
 Intropeksi Diri (Muhasabah) : Orang yang bertawakkal salah satu sikapnya ialah
intropeksi diri. Dimana ia akan intropeksi diri apabila ia kurang sukses daam
menjalankan sesuatu ia tidak membuat dirinya “drop”, melainnkan ia selalu intropeksi
pada diri, dapat dikatakan muhasabah. Senantiasa mengoreksi apa yang telah
dilakukannya. Setelah itu ia akan berusaha menghindari faktor penyebab suatu kegagalan
tersebut serta senantiasa memberikan yang terbaik pada dirinya.
 Jihad : Jihad di jalan Allah SWT adalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga
untuk memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan
meninggikan kalimat-Nya.
 Qanaah : berarti rela menerima kenyataan hidup yang dialami, tidak berkeluh kesah, tidak
pula mebayangkan kesenangan yang diterima orang lain.

8
AKHLAK TERPUJI TERHADAP ALLAH

 Bertaubat (At-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah
dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik
 Bersabar (Ash-Shabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada
kesulitan yang dihadapinya. Tetapi bukan berarti bahwa sabar itu langsung menyerah
tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka
sabar yang dimaksudkannya adalah sikap yang diawali dengan ikhtisar, lalu diakhiri
dengan ridha dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan
 Bersyukur (Asy-Syukru), yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan
sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH kepadanya, baik yang bersifat
fisik maupun non fisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang
member nikmat, yaitu ALLAH
 Bertawakkal (At-Tawakkal), yaitu menyerahkan segala urusan kepada ALLAH setelah
berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Oleh
karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi bila seseorang ingin mendapatkan sesuatu
yang diharapkannya, ia harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkan
ketentuannya kepada ALLAH. Maka dengan cara yang demikian itu, manusia dapat
meraih kesuksesan dalam hidupnya
 Ikhlas (Al-Ikhlaash), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya (menunjuk-nunjukkan kepada
orang lain) ketika mengerjakan amal baik, maka amalan seseorang dapat dikatakan
jernih, bila dikerjakannya dengan ikhlas
 Raja (Ar-Rajaa), yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang
disenangi dari ALLAH S.W.T., setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu, bila tidak mengerjakan penyebabnya, lalu
menunggu sesuatu yang diharapkannya, maka hal itu disebut “tamanni”
 Bersikap takut (Al-Khauf), yaitu suatu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang
tidak disenangi dari ALLAH, maka manusia perlu berupaya agar apa yang ditakutkan itu,
tidak akan terjadi.

AKHLAK TERPUJI TERHADAP MANUSIA


A. Akhlak terhadap Orang tua

9
 Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian, mengikuti anjurannya dan
tidak melanggar larangannya;
 Tidak boleh membentak ibu-bapak, menyakiti hatinya, apalagi memukul. Ibu dan bapak
harus diurus atau dirawat dengan baik;
 Bersikap merendahkan diri dan mendoakan agar mereka selalu dalam ampunan dan kasih
sayang Allah S.W.T.
 Sebelum berangkat dan pulang sekolah hendaklah membantu orang tua;
 Menjaga nama baik kedua orang tua di masyarakat
 Memberi nafkah, pakaian, dan membayarkan hutangnya kalau mereka tidak mampu atau
sudah tua
 Menanamkan hubungan kasih sayang terhadap orang yang telah ada hubungan kasih
sayang oleh ibu-bapaknya.
 Apabila kedua orang tua itu telah meninggal misalanya, maka kita sebagai anaknya
berkewajiban berbakti kepada mereka seperti: Menyembahyangkan jenazahnya,
Memintakan ampunan kepada Allah, Menyempurnakan janjinya, Memuliakan
sahabatnya, Menghubungi anak keluarganya yang bertalian dengan keduanya.
B. Akhlak terhadap Saudara
 Menghormati dan mencintai mereka. Karena kita dengan saudara asal-mulanya dari ayah
dan ibu. Mencintai mereka sama dengan kita mencintai diri sendiri.
 Menghormati saudara yang lebih tua sebagaimana menghormati orang tua,
mengindahkan nasihat-nasihatnya dan tidak menentang perintahnya.
 Mencintai dan menyayangi yang lebih kecil dengan penuh kasih sayang sebagaimana
orang tua menyayangi mereka.
 Saling bantu-membantu sekuat tenaga, sabar terhadap mereka. Jika bersalah, berilah
peringatan secara halus dan ramah-tamah.

2.5 Pentingnya menghindari akhlak Madzumah dan membiasakan ahlak Mah mudah

10
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwwa ahlak madzumah adalah ahlak yang tercela
baik kepada Allah maupun kepada sesame manusia, sedangkan ahlak Mahmudah adalah
aklhak baik kepada Allah dan sesama.
Dalam hidup beragama dan bermasyarakat sangat penting menghindari ahlka madzumah
karena ahlak madzumah akan menimbulkan angkara murka, permusuhan dan
ketidakharmonisan dalam bermasyarakat sehingga hidup terasa tidak tenteram.
Sebaliknya kita harus bisa membiasakan diri bersikap ahlak mahmudah, dimana ahlak
tersebut merupakan ahlak baik kepada Allah dan kepada sesame, sehingga dalam kehidupan
ini kita merasa tenteram dan damai, lingkungan social bertetanggapun damai, serta merasa
tenteram hati kita karena kita terjaga ibadah dan perasaan baik kita kepada Allah
Seorang muslim yang memiliki sifat berprilaku terpuji ( ahlak mahmudah ) akan selalu
berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan berkecukupan, dan bebas dari
keserakahan. Karena, pada hakikatnya kekayaan atau kemiskinanan seseorang terletak pada
hati, bukan pada harta yang dimlikinya. Bila kita perhatikan banyak orang yang hidupnya
berkecukupan bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan dan kesengsaraan.
Misalnya, koruptor yang hartanya melimpah tetapi hatinya dibayangi rasa was-was dan sulit
tidur karena perasaan tidak tenang, takut kejahatannya terbongkar pemerintah. Tetapi
sebaliknya, banyak orang yang kekurangan namun hidupnya tenang penuh kegembiraan.
Misalnya, petani yang membawa hasil panen kepasar. Ia merasa gembira dan puas atas hasil
panennya bahkan sebagian ia bagikan kepada para tetangga, rasa puas yang dimiliki oleh
petani tersebut membuat jiwanya tentram dan damai.

BAB III
PENUTUP

11
3.1 Kesimpulan

Akhlak madzmumah dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang tidak baik, yang
tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam
nilai, tidak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui,
tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan
dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Klasifikasi dari Akhlak Madzmumah dibagi
menjadi 3 macam, yaitu:
A. Akhlak Tercela Terhadap Allah
1. Ria
2. Nifak
B. Akhlak Tercela Terhadap Diri Sendiri
1. Ananiya
2. Putus asa
3. Tamak
4. Takabur
C. Akhlak Madzmumah Kepada Orang Lain
1. Hasad
2. Ghibah
3. Fitnah
Sebagai seorang muslim sebaiknya kita menghindari ahlak Madzumah dan membiasakan
ahlak mahmudah, dimana ahlak madzumah membawa berbagai keburukan baik dalam kehidupan
bermasyarakan maupun merusak ibadah. Sedangkan ahlak mahmudah membawa berbagai
kebaikan dalam kehidupan sehingga kehidupan kita merasa damai tenteram, berkah dan
mendapat ridho Allah SWT.

12

Anda mungkin juga menyukai