Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JENIS-JENIS AKHLAK, DAN SISTEM PENILAINYA


BAIK BURUK MENURUT AJARAN ISLAM

Dosen Pengampu: Faridatul Munawaroh,S.Pd.I.,M.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 2


1.Rahmatul Nur Billaqisti ( 12092023020135)
2. Maftuhatul mutmainnah ( 12092023020075 )
3. Sry wahyuni ( 12092023020163 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tembilahan, 24 Februari 2024

1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................................2
BAB I (Pendahuluan) ..............................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................3
BAB II (Pembahasan) .............................................................................................4
2.1 Jenis-Jenis Akhlak................................................................................................4
2.2 Sistem Penilaian Akhlak.......................................................................................9
2.3 Baik Buruk Akhlak dalam Ajaran Islam.............................................................14
BAB III (Penutup)..................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata “Alkhulukul” dan kata yang terakhir ini
mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna “kejadian”.
Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti “menjadikan”.
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat
yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar,
kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga
memutuskan hubungan silaturahmi.
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Qur’an yang
dalam penjabarannya yang dilakukan hadits Muhammad saw. Masalah akhlak dalam ajaran
Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuarikan pada
bagian terdahulu.
Menurut ajaran Islam penentu baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an
dan al-hadits. Jika kita perhatikan al-Qur’an maupun hadits dapat dijumpai berbagai istilah
yang mengacu kepada yang baik, dan adapula istilah yang mengacu kepada yang baik,
misalnya: al-Hasanah, Thayyibah, Khairah, karimah, Mahmudah, Azizah dan Al-Birra.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja jenis-jenis akhlak ?
2. Bagaimana sistem penilaian akhlak ?
3. Bagaimana baik buruk akhlak dalam ajaran islam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui jenis-jenis akhlak.
2. Mengetahui sistem penilaian akhlak.
3. Mengetahui bagaimana baik buruk akhlak dalam ajaran Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis – Jenis Akhlak
Dalam Islam, akhlak mengacu pada perilaku, sikap, dan moralitas seseorang. Akhlak
mencakup aspek etika, moralitas, dan tata krama yang diatur oleh ajaran agama Islam.
Akhlak adalah bagian penting dari ajaran Islam yang melibatkan hubungan antara
manusia dengan Allah dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia. Akhlak
tewujud melalui proses aplikasi sistem nilai atau norma yang bersumber dari Al-Quran
dan Hadis yang bersifat mengarahkan, membimbing dan membangun peradaban
.manusia. Akhlak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, di antaranya yaitu :

Macam-Macam Akhlak dan Contohnya


Berdasarkan pengertian akhlak, maka secara garis besar maka, pada dasarnya akhlak itu
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Akhlak Mulia atau Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah atau Karimah)


Akhlak mulia atau terpuji disebut juga dengan Akhlakul Mahmudah atau Akhlakul Karimah
yaitu sikap dan tingkah laku yang mulia atau terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan
lingkungannya. sifat mulia tersebut bagi setiap muslim perlu diketahui yang bersumber dari
Al Quran dan hadis. Sifat terpuji sangat memberikan jaminan keselamatan kehidupan
manusia, dalam hubungan dengan Allah, kehidupan pribadi, bermasyarakat dan negara.

MACAM MACAM AKLAQ BAIK

At-Taqwa, merupakan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-
nya Allah SWT. Al-ahfal, merupakan kelembutan,berjinak-jinak lembut dengan manusia dan
senang dengan mereka. Al-aqah atau persaudaraan merupakan suatu ikatan antara dua orang
yang sudah pasti rasanya kasih sayang antara keduanya. As-siddiq atau benar merupakan
mengabarkan sesuatu dengan sesuai realita. Al-amanah merupakan mendirikan hak Allah dan
hak hambanya Allah di dalam hidup ada 2 hak:-yang berhubungan dengan Allah SWT dan
yang berhubungan dengan anak Adam atau manusia.untuk mengetahui hak tersebut ini kita
harus belajar fiqh  Al-Fath terpelihara merupakan satu sifat untuk mencegah orang dari pada
haram, dan kehinaan syahwat, iffah itu adalah satu sifat untuk mencegah seseorang dari pada
perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWTB Al-muruah atau Marwah merupakan suatu
sifat yang mengajak seseorang untuk berjalan dengan kemuliaan akhlak dan Kebagusan
sikap. Al-hilmu lemah lembut merupakan sifat yang membuat seseorang meninggal kan
penyiksaan terhadap orang yang marah kepada dirinya padahal dia mampu membalasnya.
Az-zahaq dermawan merupakan memberikan harta dengan tiada satu masalah dan tidak
menuntut untuk diberikan kembali kepada dirinya. At-tawazuq merendahkan diri merupakan
rendah hati, rendah diri yang tidak membuat diri seseorang menjadi hina.

2. Akhlak Buruk atau Tercela (Al-Akhlaqul Mazmumah)


Akhlak tercela disebut juga Akhlakul mazmumah yaitu Sikap dan tingkah laku yang
buruk terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lain serta lingkungan. Berdasarkan
pengertian akhlak buruk, maka diharapkan agar setiap muslim menghindari sifat tercela

4
karena ini sangat merusak kehidupan manusia, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
bermasyarakat maupun kehidupan bernegara, dab begitu juga hubungan dengan Allah.

MACAM MACAM AKLAQ BURUQ

Al-khiziq atau dusta merupakan mengabarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan realita
Al-hibbu atau licik merupakan menyembunyikan keburukan dan merencanakan untuk
menyakiti.
Al-hasad atau dengki merupakan berencana, bercita-cita untuk menghilangkan nikmat yang
dimiliki oleh orang lain. Al-lagibah merupakan yang dibencikan oleh saudaramu yang
dihibahkan walaupun di depannya.ghibah itu tidak mesti di belakang di depanpun.walau apa
yang kita sebut dia benci itu juga dinamakan ghibah.

Contoh Akhlak Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah)


Ada beberapa sifat-sifat yang dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu:

a. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Allah


Akhlak mulia terhadap Allah diartikan sebagai tingkah laku manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya yang pada prinsipnya manusia yang beriman dan berakhlak mengakui terhadap
keEsaan Allah, yang telah menciptakan manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di
muka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya:

‫َو ُهّٰللا َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّوَجَعَل َلُك ُم الَّسْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَدَةۙ َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur.” (QS. An Nahl(16) : ayat 78).
Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan tubuh yang kokoh
dan sempurna serta melengkapinya dengan panca indra seperti, pendengaran, penglihatan,
penciuman, akal pikir dan hati nurani. manusia harus bersyukur dengan panca indra yang
diberikan Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna, sudah sepantasnya manusia
mensyukuri apa yang telah Allah berikan dan menggunakan alat panca indra tersebut untuk
memperhatikan bukti keesaan Allah, serta taat dan patuh kepada-Nya.

Contoh Akhlak mulia terhadap Allah diantaranya:

1. Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan
seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat
yang ikhlas, menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan
amal yang baik.
2. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha
untuk menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari
ridha-Nya.
4. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun
non fisik, dan meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-Nya.
5. Bertawakal – Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya
kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang diharapkan.

5
6. Harapan – Sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah.
7. Bersikap Takut – Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya.

b. Contoh Akhlak Mulia Terhadap Sesama Manusia


Sesuai dengan pengertian akhlak mulia, maka bukan hanya dilakukan kepada Allah SWT,
tetapi juga perlu dilakukan kepada sesama manusia. Selain itu, salah satu faktor kuatnya iman
seseorang, terlihat dari perilakunya sehari-hari terhadap orang lain, bagi muslim yang
menaati peraturan akan tercermin akhlak mulia nya terhadap sesama.

1) Menjaga hubungan baik


Seperti halnya saling tolong menolong dengan tetangga, saling memberi jika ada rezeki lebih,
atau saling membantu dalam hal kebaikan.

2) Berkata benar
Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita, membuat masukan /
opini yang salah dan masyarakat terkadang mengikuti berita yang ternyata tidak benar
kenyataan (hoax).

3) Tidak meremehkan orang lain


Allah memerintahkan bagi orang yang beriman, untuk tidak merendahkan orang lain. Merasa
dirinya lebih, padahal kita tidak sadar ada yang lebih baik dan lebih berpikiran daripada
luasnya pemikiran kita.

4) Bersangka baik (Husnuzon)


Husnuzan kepada sesama adalah sifat terpuji yang harus diterapkan dengan lahir dan batin,
ucapan dan sikap, agar apa yang kita jalani selalu diridhai oleh Allah. Karena sikap suuzon
itu ibarat “manusia memakan daging manusia yang sudah meninggal.” Sebagaimana firman
Allah :

‫َّو اَل َتَج َّسُسْو ا َو اَل َيْغ َتْب َّبْعُض ُك ْم َبْعًض ۗا َاُيِح ُّب َاَح ُد ُك ْم َاْن َّيْأُك َل َلْح َم َاِخ ْيِه َم ْيًتا َفَك ِر ْهُتُم ْو ُۗه َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َتَّواٌب َّر ِح ْيٌم‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya


sebahagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada` Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha
Penyayang.” QS. Al-Hujurat : ayat 12.

5) Kasih sayang
Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan tetapi
sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan
dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative lain
seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya yang
mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap :

 Sopan santun
 Rasa tolong menolong
 Pemurah

6
 Pemaaf
 Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
 Menepati janji

Untuk melihat berbagai contoh akhlak baik terpuji dan mulia lainnya, Grameds dapat
membaca buku 28 Akhlak Mulia yang di dalamnya menjelaskan pengertian, ciri, dan juga
contoh perbuatan yang menunjukkan akhlak terpuji seseorang.

c. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Diri Sendiri


Selain akhlak kepada Allah dan terhadap sesama manusia, tak lupa akhlak terhadap diri
sendiri. Yang artinya menjaga sifat jasmani dan rohani semakin lebih baik setiap waktunya.
Dengan cara :

1. Memelihara kesucian dan kehormatan diri


2. Qana’ah : menerima apa adanya pemberian dari Allah.
3. Berdo’a kepada Allah
4. Sabar dengan ketentuan Allah
5. Tawakal kepada Allah
6. Rendah Hati
Contoh Akhlak
Tercela (Al-Akhlaqul Mazmumah)
a. Contoh Akhlak mazmumah kepada Allah
1) Musyrik
Merupakan mempersekutukan (meminta / memohon) selain kepada Allah dengan makhluk-
Nya. Seperti menyembah berhala pun termasuk dalam hati yang musyrik. Karena ini
bertentangan dengan ajaran tauhid.

‫َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِرْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم‬

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar .” (QS. Lukman : ayat
13).

2) Takabbur
Sikap menyombongkan diri dan tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini. Adapun yang
menyebabkan seseorang menjadi takabur, salah satunya karena rupa tampan atau cantik,
kedudukan jabatan yang tinggi, kekayaan dan lain sebagainya. Salah satu ayat Allah yang
menerangkan ketakaburan manusia, QS. An-Nahl: 29

‫َفاۡد ُخ ُلۤۡو ا َاۡب َو اَب َجَهَّنَم ٰخ ِلِد ۡي َن ِفۡي َهاؕ‌ َفَلِبۡئ َس َم ۡث َو ى اۡل ُم َتَك ِّبِر ۡي َن‬

“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Pasti itu seburuk-
buruk tempat orang yang menyombongkan diri.”(Qs. An-Nahl : ayat 29).

7
3) Murtad
Sikap mengganti keyakinan diri dan beralih ke keyakinan yang lain dari agama islam /
singkatnya keluar dari agama islam. Maka akan mendapatkan hukuman riddah (hukuman
mati) saat di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah:

ۗ ‫َو َم ْن َّيْر َتِد ْد ِم ْنُك ْم َعْن ِدْيِنٖه َفَيُم ْت َو ُهَو َك اِفٌر َفُاوٰۤل ِٕىَك َح ِبَطْت َاْع َم اُلُهْم ِفى الُّد ْنَيا َو اٰاْل ِخ َرِةۚ َو ُاوٰۤل ِٕىَك َاْص ٰح ُب الَّناِۚر ُهْم ِفْيَها‬
‫ٰخ ِلُد ْو َن‬

“Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : ayat 217).

4) Munafik
Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura / tidak tulus hatinya mengikuti
ajaran Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan perbuatan menipu dan
menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah:

‫َاْلُم ٰن ِفُقْو َن َو اْلُم ٰن ِفٰق ُت َبْعُضُهْم ِّم ْۢن َبْع ٍۘض َيْأُم ُرْو َن ِباْلُم ْنَك ِر َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْقِبُضْو َن َاْيِدَيُهْۗم َنُسوا َهّٰللا َفَنِسَيُهْم ۗ ِاَّن اْلُم ٰن ِفِقْيَن‬
‫ُهُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama),
mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan
mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka
Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang
yang fasik.” (Qs. At-Taubah : ayat 67)

Adapun tanda-tanda orang munafik, menurut sebuah Hadis Rasulullah SAW, Bersabda:

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga (yaitu) apabila berbicara ia berbohong, apabila
berjanji ia menyalahi dan apabila diserahi amanah ia curang.” (HR. Bukhari, Muslim)

b. Contoh Akhlak mazmumah kepada sesama


Tingkah laku atau sikap seseorang terhadap sesama yang tidak sesuai dengan ajaran tuntunan
Al-qur’an dan hadis diantaranya:

1. Mudah marah (Al-Ghadhab) : Yaitu kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang
mengakibatkan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
2. Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu) : Yaitu sikap seseorang yang ingin menghilangkan
kebahagian / kenikmatan orang lain dan rasa ingin menggagalkan kebaikan orang lain
karena berhasil menjadi lebih baik dan sukses.
3. Mengumpat (Al-Ghiiba) : Yaitu perilaku seseorang yang menghasut orang lain untuk
tidak suka kepada seseorang dan membicarakan keburukannya.
4. Berbuat aniaya (Al-Zhulmu) : Yaitu perbuatan yang akan merugikan orang lain baik
materi maupun non-materi. Dan sebagian mengatakan, seseorang yang mengambil hak
orang lain.
5. Kikir (Al-bukhlu) : Yaitu sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain, baik
dalam hal jasa maupun materi.

8
2.2 Sistem Penilaian Akhlak
Naluri manusia paling kuat yang merupakan hidayah fitriyah adalah ingin
mempertahankan hidupnya di dunia ini. Naluri ini dimiliki setiap manusia, meskipun dia
sadar bahwa hidup ini fana dan sementara. Naluri ini dimiliki setiap manusia, meskipun dia
sadar bahwa hidup ini fana dan sementara. Naluri mempertahankan hidup juga dimiliki oleh
biantang. Paham materialisme berkeykinan bahwa kehidupan yang lebih baik dan
kebahagiaan berpusat pada keempurnaan materi, termasuk jasad. aliran spiritualisme
berkeyakinan bahwa kebahagiaan sangat tergantung pada kepuasan jiwa. Para filosof
umumnya berpendapat bahwa kebahagiaan bias dicapai dengan kemampuan akal manusia.
Akal merupakan perangkat penting untuk menggapai kebenaran dan kemuliaan.
Umat Islam akan merasa bahagia jika mendapat keutamaan dari kehadiran Allah Swt.
Baik dunia maupun akhirat.
Berikut merupakan uraian system penilaian akhlak menurut beberpa madzhab, aliran,
dan paham dalam Islam.
a. Sistem Ahli Sunnah
Ahlu sunnah waljama’ah mempunyai arti “ahlu” bermakna golongan dan “asunnah”
bermakna segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad SAW. Aljamaah ini banyak
sekali yang memberi makna, antara lain golongan yang mayoritas umat Islam yang setia
kepada pemimpin umat Islam. Dan adapula yang mengartikan Aljamaah sebagai golongan
para sahabat Nabi. Jadi arti dari “ahlu sunnah walajamah” adalah golongan yang berpegang
teguh pada Al-Qur’an , sunnah Rasulullah SAW, dan kesepakatan para mujtahid.
Sebelumnya ahli sunnah waljama’ah ini dipelopori oleh Abu Al-Husan Al-Asy’ari
(260-320H/873-935M) dan Abu Mansyur Al-Maturidi (332H/943M). Mereka membagi
kajian ilmunya dengan cara menggali dari Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
Segala awamir yang dima’rufkan Allah SWT adalah baik dan segala nawahi yang
dimunkarkan Allah SWT adalah buruk. Tidak ada kebaikan atau keburukan secara absolute,
tetapi semuanya itu menurut instruksi dari Allah SWT. Adapun yang bersifat absolute adalah
kekuasaan dan keadilan Allah yang terletak pada iradat-Nya. Namun keadilan tidak wajib
bagi Allah, karena apabila wajib maka kekuasaan-Nya tidak mutlak lagi. Ittulah sebabnya
para ahli kalam membedakan antara sifat – sifat yang wajib bagi Allah menurut akal dan juga
dalil akal yang jumlahnya 13 atau 20 dengan asma’ul husna yang jumlahnya 99.
a. Sistem Mu’tazilah
Secara bahasa kata mu’tazilah berasal dari kata i’tazila yang berarti “berpisah” atau
“memisahkan diri”, yang berarti juga “menjauh” atau “menjauhkan diri”. Secara teknis,
istilah mu’tazilah menunjuk pada dua golongan.
Golongan pertama (mu’tazilah I) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini
tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menyikapi
pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan – lawannya, terutama Muawiyah, Aisyah,
dan Abdullah bin Zubair.
Golongan kedua (Mu’tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang
berkembang dikalangan Khawarij dan Murji’ah akibat peristiwa tahkim. Menurut Ahmad
9
tafsir ada mu’tazilah yang lahir karena menghindari bentrokan politis dan ada yang lahir
karena bentrokan pemikiran fanatik.
Ajaran pokok ini mempunyai tujuh bagian:
1. Tentang sifat – sifat Allah.
2. Kedudukan Al-Qur’an
3. Melihat Allah di akhirat
4. Perbuatan manusia
5. Antropomorisme
6. Dosa besar
7. Keadilan Allah

Pancasila Mu’tazilah
Ajaran Mu’tazilah dikenal dengan al-ushul al-khamsah, yang oleh Harun Nasution
diistilahkan sebagai Pancasila Mu’tazilah.
1.Al-Tauhid
Yang berarti “pengesaan Tuhan”, merupakan prinsip yang paling uatama dan sekaligus
merupakan intisari dari ajaran Mu’tazilah. Sebenarnya setiap madzhab teologis dalam Islam
memegang doktrin al-tauhid ini. Namun bagi aliran M’utazilah tauhid memiliki arti yang
spesifik. Tuhan harus disucikan dari apa pun yang dapat mengurangi kemahaesaan-Nya.
Hanya Tuhanlah satu – satunya yang Esa dan unik dan tak ada satupun yang menyamai-Nya.
Oleh karena itu hanya Dial ah yang qadim (terdahulu). Bila ada yang qadim lebih dari satu,
maka telah terjadi ta’addud al-qudama (berbilangnya dzat yang tak berpermulaan.

2. Al’Adl (Tuhan Maha Adil)


Ajaran tentang kadilan ini berkait erat dengan beberapa hal, antara lain :
a.Perbuatan manusia
Menurut Mu’tazilah manusia melakukan dan menciptakan perbuatan sendiri terlepas
dari kehendak dan kekuasaan Tuhan, baik secara langsung atau tidak.

b.Berbuat baik dan terbaik


Kewajiban Tuhanlah untuk berbuat baik, bahkan terbaik bagi manusia. Tuhan tidak
mungkin jahat dan aniaya karena akan menimbulkan kesan Tuhan penjahat dan penganiaya,
sesuatu tidak layak bagi Tuhan.

10
c.Mengutus Rasul
Mengutus Rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan karena alasan – alasan
sebagai berikut :
1. Tuhan berlaku baik kepada manusia, dan hal itu tidak dapat terwujud kecuali dengan
mengutus Rasul kepada mereka.
2. Al-Qur’an secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk memberikan belas kasih
kepada manusia. Cara terbaik untuk maksud tersebut adalah dengan mengutus Rasul.
3. Tujuan diciptakannya manusia untuk beribdah adalah untuk beribadah kepada Allah. Agar
tujuan tersebut berhasil yaitu dengan cara mengutus Rasul.
3. Al-Wa’ad wa al-Wa’id
Ajaran ini berarti janji dan ancaman. Tuhan yang Maha adil dan Maha bijaksana tidak
akan melanggar janji-Nya. Perbuatan Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-Nya sendiri, yaitu
memberi pahala surga bagi yang berbuat baik (al-muthi) dan mengancam dengan siksa neraka
bagi yang durhaka (al-ashl). Begitu pula janji Tuhan untuk memberi ampunan bagi yang
melakukan taubat nashuha pasti benar adanya.
4. Al-Manzilah bain al-Manzilatain
Inilah ajaran yang menyebabkan lahirnya madzhab ini, yakin berkenaan dengan status
orang yang beriman (mukmin) yang melakukan dosa besar dan belum bertaubat, dengan
status bukan lagi Mukmin atau kafir, munafiq, tetapi fasik. Hanya saja bila belum bertaubat,
dia akan dimasukan ke neraka dan kekal di sana, tetapi siksanya lebih ringan dibanding orang
kafir.
5. Al-‘Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy’an al-Munkar
Ajaran ini menekan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaiakan kepada kebenaran
dan kebaikan. Dan ini merupakan kensekuensi logis dari keimanan seseorang. Pengakuan
keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan yang baik, diantaranya dengan menyuruh orang
berbuat baik dan mencegahnya dari kejahatan. Ajaran ini sangat berpotensi menimbulkan
kekerasan, kekacauan, dan kedzaliman. Sejarah mencatat kekerasan yang pernah dilakukan
Mu’tazilah ketika menyiarkan ajarannya, seperti tentang kemakhlukan Al_qur’an yang
mengorbankan banyak ulama’.
Ajaran ini bukan monopoi konsep Mu’tazilah. Fase tersebut sering digunakan di dalam
Al-Qur’an. Arti asal ma’ruf adalah apa yang telah diakui dan diterima oleh masyarakat
karena mengandung kebaikan dan kebenaran. Lebih spesifik lagi, al-ma’ruf adalah apa yang
diterima dan diakui Allah. Sedangkan al-munkar adalah sebaliknya. Frase tersebut bararti
seruan untuk berbuat seseuatu sesuai dengan keyakinan sebenar – benarnya serta menahan
diri dengan mencegah timbulnya perbuatan yang bertentangan dengan norma tuhan.
Contoh lain secara kausalitas. Allah tidak ikut campur dalam kehendak alam dan
kehendak manusia, tetapi ada hukum kausalitas yang berlaku bagi alam dan manusia, seperti
terjadinya hujan.

11
Di zaman ini mungkin yang mempunyai kemiripan dengan Mu’tazilah adalah kaum
Muhammadiyah yang menggarap persoalan sosial, pendidikan, dan kemasyarakatan.
Menurut Mu’tazilah manusia bebas untuk bertabat, dan segala amal manusia dan di
ganjar allah SWT seadil-adilnya dan seproporsional mungkin. Apabila manusia tidak bebas
melakukan perbuatannya, ini berarti allah SWT tidak adil.
Demikian pula apabila allah meminta pertanggungjawaban manusia atas amalnya. Jadi
menurut pandangan penulis allah itu menyuruh kita berbuat baik dan melarang perbuatan
yang dilarangnya.
b. Sistem Jabariyah
Landasan pemikiran madzhab ini adalah bahwa pada hakekatnya perbuatan seorang
hamba disandarkan langsung kepada Allah. Tidak diminta untuk taat tapi dipaksa untuk
melakukan segala perbuatan di luar kehendak dan usahanya, maka Allah SWT menciptakan
segala perbuatan sebagaimana Dia menciptakan seluruh materi. Jadi adanya pahala dan
siksaan adalah paksaan.
Para sejarawan telah banyak berbicara dan menjelaskan siapa yang sebenarnya terlebih
dahulu memiliki pendapat di atas dan menyebarkannya. Disini kami tuliskan sedikit pendapat
mengenai faham Jabariyah sebagai mana yang di tulis oleh Al-Murtadha dalam Al-Muriyah
wa Al-’Amail.
Ulama pertama , Abdullah Bin Abbas, ketika berbicara di hadapan kaum Jabariyah di
kota Syam. Dia melontarkan kritik ”Mengapa kalian memerintahkan orang-orang untuk
bertaqwa, padahal kalian menyesatkan mereka. Kalian melarang orang-orang berbuat maksiat
tetapi kalian justru memperlihatkan kemaksiatan. Wahai putra-putra kaum munafik, penolong
kaum zhalim, dan penjaga masjid kaum fasik, kalian hanya berdusta kepada Allah, kalian
harus bertanggungjawab atas dosa-dosa kalian kepada Allah.”
Ulama kedua, Hasan Al-Bashri, berbicara di kota Bashrah, ” Barang siapa yang tidak
beriman kepada Allah serta qodho’ dan qodar-Nya, maka dia telah kafir. Sesungguhnya Allah
tidak kurang apapun, meskipun ditaati ataupun didurhakai, karena Dia adalah Raja dari segala
raja, dan Penguasa dari segala penguasa. Untuk itu, Allah memberi kebebasan kepada
manusia: apakah mau taat atau durhaka. Jika Allah memaksa makhluk-Nya supaya taat
kepada-Nya, maka mereka tentu tidak akan mendapat pahala. Dan, andaikata mereka dipaksa
untuk berbuat maksiat, maka mereka pasti tidak akan disikasa. Semua orang tidak dipaksa
oleh kehendak Allah. Untuk itu, jika mereka taat kepada Allah, maka Dia pasti akan
menebarkan Rahmat.”
Pendapat ini sebenarnya sudah mulai muncul pada masa para sahabat, akan tetapi
npada awalnya hanya diucapkan kam musyrik sebagaimana dijelaskan oleh Al-Quran. Orang
Islam ang pertama kali menyebarkan paham ini adalah Al-Ja’d bin Dirham. Dia menerima
faham ini dari orang Yahudi di Syria. Kemudian disebarkan ke Bashrah, terutama kepada Al-
Jahm bin Shafaran. Dalam kitab Syarah Al-’Uyun, Al-Jahm bin Shafwan menerima suatu
ajaran dari Al-Ja’d bin Dirham yang kemudian dinamakan ajaran al-jahmiyah.sementara itu
Al-Ja’d bin Dirham menerima ajaran tersebut dari Ibnu Sam’an, sedangkan Sam’an
menerimanya dari Thalut bin A’shim al-Yahudi.

12
Ajaran Al-Jahm bin Shafwan bukan merupakan aliran Jabariyah, akan tetapi
mempunyai ajaran lain di antaranya:
a. Al-Jahm beranggapan, tidak ada sesuatu apaun yang bersifat kekal.
b. Keimanan itu merupakan ma’rifat sedangkan kekufuran merupakan kebodohan. Iman
adalah pengetahuan dan kufur adalah kebodohan.
c. Firman Allah itu bersifat baru bukan lama.
d. Allah Swt tidak mengidentikan diri sebagai ”sesuatu” yang hidup bagaikan alam
semesta.
e. Al-Jahm membantah bahwa Allah Swt bisa dilihat kelak dihari kiamat
Para ulama salaf dan kholaf telah membantah ajaran tersebut, seperti yang dilakukan
hasan Al-Bashri dan sebelumnya Ibnu Abbas. Perlu diketahui ajaran Jabariyah banyak di
ingkari oleh banyak kelompok ulam kalam, ahli fiqih, dan ahli hadist.
Allah Swt berfirman, aku akan memalingkan orang-orang yang menyombangkan
dirinya dimuka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasan-Ku.jika melihat
ayat-Ku, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika melihat petunjuk, mereka tidak akan
menempuhnya, tetapi jika melihat kesesatan, mereka justru mendekatinya. Hal itu terjadi
karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan selalu lalai darinya. Begitulah, banyak
orang yang mencoba meniti jalan yang disangkanya terang, padahal sebenarnya sesat dan
gelap gulita.
c. Sistem Qodariyah
Aliran ini dipelopori oleh Ghoilan Ad-Dimasyqi dan Ma’bad Al-Juhani. Qodiriyah
berasal dari kata qodara ( ‫ )َقَد َر‬yang mengandung arti kemampuan dan kekuatan. Kaum
Qodariyah adalah golongan islam yang meyakini bahwa manusia mempunyai kekuatan
mutlak dan kebebasan untuk menentukan segala macam perbuatan sesuai dengan
keinginannya tanpa ada intervensi dari tuhan.Jadi menurut Qodariyah manusia harus bebas
menentukn nasibnya sendiri. Manusia beba memilih amal yang baik dan yang buruk, jadi
kalau Allah maha adil mestinya memberi pahala orang yang beramal baik dan sebaliknya.
Paham Qodariyah berlawanan dengan paham Jabariyah. Menurut paham Qodariyah,
manusia harus bebas dan merdeka memilih amalnya sendiri.
Untuk mengatasi kedua paham yang saling bertentangan , yaitu Qodariyah dan
Jabariyah sebaiknya kita menyimak firman Allah dalam surah al-Ra’d [13] ayat 11,:

‫َلٗه ُمَع ِّقٰب ٌت ِّم ۢۡن َبۡي ِن َيَد ۡي ِه َوِم ۡن َخ ۡل ِفٖه َيۡح َفُظۡو َنٗه ِم ۡن َاۡم ِر ِهّٰللاؕ‌ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيَغِّيُر َم ا ِبَقۡو ٍم َح ّٰت ى ُيَغِّيُر ۡو ا َم ا ِبَاۡن ُفِس ِه ۡمؕ‌ َو ِاَذ ۤا َاَر اَد ُهّٰللا ِبَقۡو ٍم‬
‫ُس ۤۡو ًء ا َفاَل َم َر َّد َلٗهۚ‌ َو َم ا َلُهۡم ِّم ۡن ُدۡو ِنٖه ِم ۡن َّواٍل‬

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

13
Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran
dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki
dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat
Hafazhah.Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-
sebab kemunduran mereka.
e. Sistem Shufiyah
Paham sufiyah yang dilansir para sufi berpendapat bahwa pendidikan akhlaq tersusun
atas tiga fase:
1. Fase takhalli atau takhliyah, yaitu membasmi sifat-sifat duniawiyah yang terdapat
dalam diri manusia. Takhliyah zhahiriyah yaitu menjauhkan diri dari kejahatan tujuh macam
anggota maksiat zhahir, ketujuh tersebit adalah faraj, lisan, tangan, mata, telinga, kaki, dan
perut. Kemudian, manusia melakukan Takhliyah bathiniyah yang didahului dengan taubat
yaitu dengan cara Istigfar, menyesal, dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
2. Fase Tahalli, mengisi jiwa seseorang dengan jiwa mahmudah yang merupakan ibadat
qolbi. Maka hiasilah diri nkita dengan taqwa, hati yang bersih, dan sifat siddiq.
3. Fase Tajalli, adalah pengalaman Puncak yang dicari para pecinta Allah. dimana fase ini
telah jelaslah Allah dalam kehidupan jiwa, fase ini hasil usaha dari fase pertama dan kedua.
Meskipun dalam diri manusia cenderung berbuat kejahatan, namun usaha yang pertama dan
yang utama adalah menjauhkan diri dari larangan Allah. Meninggalkan larangan-Nya lebih
berat dari pada mengerjakan perintah-Nya. Hal ini terjadi karena pengaruh lingkungan. Untuk
itu bagi orang tua agar mendidik anaknya dengan baik mulai sedini mungkin.
2.3 Baik Buruk Akhlak Dalam Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Qur’an yang
dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam ajaran
Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuraikan pada
bagian terdahulu.
Menurut ajaran Islam penentu baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadits dapat dijumpai berbagai
istilah yang mengacu kepada baik, dan adapula istilah yang mengacu kepada yang baik
misalnya: Al-Hasanah, Thayyibah, Khairah, Karimah, Mahmudah, Azizah dan Birra.
Al-Hasanah sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Raqb al-Asfahani adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik.
AlHasanah selanjutnya dapat dibagi 3 bagian, pertama hasanah dari segi akal, kedua dari segi
hawa nafsu/keinginan, dan yang ketiga hasanah dari segi panca indera. Lawan dari hasanah
adalah al-sayyiah, yang termasuk al-hasanah misalnya keuntungan, kelapangan rezki dan
kemenangan. Sedangkan yang termasuk al-sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan dan
keterbelakangan. Pemakaian kata Al-Hasanah yang demikian itu misalnya kita jumpai pada
ayat Q.S. AlQashash ayat 84 yang berbunyi:
‫َم ْن َج ۤا َء ِباْلَحَس َنِة َفَلٗه َخْيٌر ِّم ْنَهۚا َو َم ْن َج ۤا َء ِبالَّسِّيَئِة َفاَل ُيْج َزى اَّلِذ ْيَن َع ِم ُلوا الَّسِّيٰا ِت ِااَّل َم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬
Artinya: Barang siapa yang datang (membawa) kebaikan. Maka baginya (pahala) yang
lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa)
14
kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan
kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak atau sistem perilaku
merupakan tolok ukur perbuatan manusia yang terdapat acuan untuk menilai perbuatan
tersebut baik atau buruk berdasarkan ajaran dari Allah. Akhlak secara umum terbagi 2 yaitu
Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) dan Akhlak Madzmumah (akhlak tercela). Sistem
penilaian akhlak antara lain : sistem ahli sunnah, sistem mu’tazilah, sistem jabariyah, sistem
qodariyah, dan sistem shufiyah. Menurut ajaran Islam penentu baik dan buruk harus
didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits.

3.2 Saran
Demikianlah pembahasan terhadap kajian akhlak. Semoga dari apa yang disajikan
bisa membawa manfaat bagi penulis dan lebih-lebih kepada para Manusia adalah makhluk
ciptaan Allah dengan segala kelebihan dan kekurangannya, untuk itu apabila di dalam
penyajian karya ilmiah mata kuliah “Akhlak Tasawuf” ini terdapat sesuatu yang lebih, maka
semata-mata itu hanyalah berasal dari Allah SWT dan apabila terdapat sesuatu yang
mengganjal hati para pembaca, maka itu adalah sebuah kesalahan pribadi dari kami. Untuk
itu kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang ada dan berharap
kepada pembaca dan dosen bersangkutan untuk menegur kami bila ada kesalahan agar bisa
kami perbaiki di kemudian hari. Semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Elmubarok dkk, Zaim. 2011.Islam Rahmatan Lil’alamin.Semarang: Universitas Negeri


Semarang Press.
Al-Ghazali,Imam.1989.Pedoman Amaliah Ibadat, Semarang:CV.Wicaksana
Zaharuddin AR dan Hasanuddin Sinaga.2004 Pengantar Studi Akhlak.Jakarta : PT Raja
Grafindodo Persada
Asmaran. 2002.Pengantar Studi Akhlak.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Yatimin, Abdullah.2007.Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an.Jakarta: Sinar Grafika
Offest. Al-Asfahani, Al-Rhaqib. Mu’jam Mufrodat Al-Fadz Al-Qur’an Beirut : Dr. Al-
Firk, tth.
M.Dkk, S.M. Imamudin.1994.Aliran Aliran Teologi Islam dan EnsiklopediaIslam.Jakarta
: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve

16

Anda mungkin juga menyukai