Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MATERI AQIDAH AKHLAK

“Pengertian Akhlak, Macam – Macam Akhlak dan Manfaat Berakhlak”

Disusun Oleh Kelompok 1 Kelas 3C

Anggota :

1. Aulia Ismail (2111210052)

2. Zorian Eldiansyah (2111210051)

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Nurul Fadhillah, M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas dari mata
kuliah materi aqidah akhlak dengan judul “ Pengertian Akhlak, Macam – Macam
Akhlak dan Manfaat Berakhlak.“

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bunda Dra. Hj. Nurul


Fadhillah, M.Pd., yang mana mengampu mata kuliah materi aqidah akhlak dalam
memberikan tugas yang diamanahkan. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima
kasih terhadap pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
harapan, pikiran maupun materinya, sehingga tugas mata kuliah ini mampu
diselesaikan.

Dalam hal ini penulis sudah berusaha semaksimalnya pada pembuatan dan
penyusunan, sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Karena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk perbaikan
dan kebaikan dalam kepenulisan penugasan di masa yang akan datang. Asa
penulis pada makalah ini ialah memberikan profit bagi penulis maupun pembaca
dalam kehidupan sehari – hari. Aamiin.

Bengkulu, 27 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Akhlak ........................................................................... 3
B. Macam-Macam Akhlak ................................................................... 10
C. Manfaat Berakhlak .......................................................................... 22
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 26
A. Kesimpulan ..................................................................................... 26
B. Saran ................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pertama yang dituju oleh Islam adalah membangun “manusia
yang shalih” yang pantas menjadi khalifah di bumi yang difirmankan Allah SWT
dalam al – Qur’an Surah al – Baqarah ayat ke-30, yang mana telah dimuliakan
oleh Allah dengan semulia-mulianya, yang telah diciptakan-Nya dalam penciptaan
yang paling baik dan yang ditaklukan untuknya semua apa yang ada dilangit dan
apa yang ada di bumi. Ia adalah manusia yang lengkap padanya karakteristik
kemanusiaan dan terangkat dari karakter binatang ternak ataupun binatang buas.
Manusia yang shalih inilah yang merupakan dasar keluarga yang shalih,
masyarakat yang shalih dan umat yang shalih.

Untuk menjadi manusia yang shalih tentu kita perlu mempelajari apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari atau ditinggalkan, karena hidup
manusia tidak hanya mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesuciannya, tapi
kadang pula mengarah kepada keburukan. Apalagi pada era globalisasi ini,
dimana ada juga yang melakukan hal-hal yang dominan pada kemudaratan yang
jelas dilarang oleh Allah SWT maupun nabi Muhammad SAW, seperti berzina,
mabuk, berhura-hura, berjudi. Hal-hal tersebut sudah jelas-jelas dilarang oleh
Allah SWT. Maka dari itu diperlukan penjelasan lebih mendalam tentang akhlak.

Pengertian akhlak itu bermacam-macam pendapat . Akhlak pada umumnya


menerangkan tentang perilaku atau perbuatan manusia . Akhlak itu sangat penting
bagi manusia . Akhlak manusia itu ada dua yaitu akhlak yang baik dan akhlak
yang buruk . Akhlak merupakan kehendak manusia dan sumber akhlak pun
bermacam-macam . untuk meraih kesempurnaan akhlak , seseorang harus melatih
diri dan membisakannya dalam kehidupan sehari-hari . Seseorang harus melatih
diri dan membiasakannya dalam berkehendak baik .Akhlak seseorang bukanlah
tindakan yang direncanakan pada saat-saat tertentu . Akhlak juga merupakan
keutuhan kehendak dan perbuatan yang melekat pada seseorang yang pada
seseorang akan tampak pada perilakunya sehari-hari.

1
Akhlak juga memiliki istilah lain yaitu etika, moral dan kesusilaan. Akhlak
itu tersumber dari agama dan dari bukan agama. Akhlak bagi manusia itu
sangatlah penting, karena sifat seseorang itu akan terlihat dari akhlaknya. Banyak
manfaat yang didapat dari ilmu tentang akhlak. Kerukunan adalah adanya suasana
persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda
secara suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu
proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakkerukunan serta
kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai
serta tenteram (berhubungan dengan Pancasila sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa). Oleh karenanya, Penulis dalam makalah ini akan memaparkan
penjelasan dari pengertian akhlak, apa saja macam dari akhlak, dan apa manfaat
dari berakhlak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Akhlak secara etimologi maupun terminologi?

2. Apa saja macam-macam akhlak?

3. Apa manfaat dari berakhlak?

C. Tujuan

Penulis maupun pembaca memahami pengertian dari akhlak baik secara


bahasa maupun istilah dan mengetahui macam-macam dari akhlak serta memetik
hikmah dan mengamalkan hikmah atau manfaat akhlak dalam kehidupan sehari-
hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
1. Pengertian Akhlak secara Etimologi
“Akhlak” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa
hanya diartikan sebagai budi pekerti dan kelakuan. Padahal akhlak mempunyai
makna yang lebih dari sekadar itu. Dalam bahasa Inggris, kata ini dapat
diterjemahkan sebagai character/personality. Kata “Akhlak” berasal dari bahasa
Arab Akhlaq, bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khulq. Dalam kepustakaan,
akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku)
entah itu nantinya baik (akhlakul mahmudah) maupun buruk (akhlakul
madzmumah).1

Dalam al-Qur’an, kata khulq yang merujuk pada pengertian perangai,


disebut sebanyak dua kali, yaitu :

     

Artinya : “(Agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang
dahulu.” (QS. Asy-Syu’ara : 137)

    

Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang


agung.” (QS. Al-Qalam : 4)

Dalam bahasa sehari-hari, ditemukan pula istilah etika atau moral, yang
artinya sama dengan akhlak. Walaupun sebenarnya, kesamaan antara istilah-
istilah tersebut terletak pada pembahasannya, yaitu persoalan mengenai bak dan
buruk.

1
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018),
hlm. 346.

3
Menurut Ibnu Al-Jauzi, al-khuluq adalah etika yang dipilih seseorang.
Disebut khuluq, karena etika bagaikan khalqah, atau biasa dikenal dengan istilah
karakter pada diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa khuluq, adalah etika
yang menjadi pilihan dan diusahakan oleh seseorang. Adapun etika yang sudah
menjadi tabiat bawaan, disebut al-khaym.

Meskipun seringkali akhlak dengan etika atau moral dianggap sama,


sesungguhnya kata akhlak lebih luas cakupannya dibanding etika atau moral, yang
sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Akhlak meliputi segi-segi kejiwaan
dari tingkah laku seseorang, secara lahiriah dan batiniah.2

Perumusan pengertian akhlak menjadi media yang memungkinkan adanya


hubungan baik antara khaliq dengan makhluq, dan antara makhluq dengan
makhluq. Maka dari itu, Akhlaq ialah adanya hubungan yang khusus antara
makhluq dan khaliq.3 Secara ringkas bisa dijelaskan seperti ini :

a. Khaliq (Allah Maha Pencipta)

Allah Sang Pencipta, yang menciptakan segala sesuatu. Alam


semesta beserta isinya termasuk manusia di dalamnya, dari makhluk yang
paling kecil hingga yang terbesar, dari makrokosmos hingga mikrokosmos
adalah ciptaan Allah.

         


  

Artinya : “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia


berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya
mengatakan kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia.” (QS. Al-Baqarah : 117)

2
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: Amzah, 2016), hlm.2
3
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati (Jakarta: Al-Mawardi Prima,
2012), hlm. 202

4
       
         
        

Artinya : “segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang
menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai
macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua,
tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Faathir : 1)

Allah Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu dan me netapkan


hukum-hukum atas segala sesuatu itu. Serta Dia pula yang mengatur
bagaimana sebaiknya berhubungan dengan-Nya.

b. Khalaqa (kemampuan Allah mencipta)

Allah mempunyai kemampuan luar biasa, yaitu menciptakan segala


sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
batu besi, bulan, matahari, bintang, tata surya, galaksi dan lain sebagainya.

        


 

Artinya : “Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa


Sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada
sama sekali?” (QS. Maryam : 67)

c. Makhluq (hasil ciptaan Allah)

Makhluk adalah hasil karya (kreasi) Allah, yang dapat bergerak


dan tumbuh bekembang. Berbagai jenis makhluk Allah ciptakan dan
tersebar di seluruh pelosok langit dan bumi. Bahkan di bumi-bumi yang
lain, yang tidak pernah kita bayangkan eksistensinya.

5
       

Artinya : “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-
Nya.” (QS. Ali Imran : 2)

        


     

Artinya : “Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari


agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang
di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83)

d. Akhlaq (sifat Allah pada ciptaan-Nya)

Akhlak adalah proyeksi hidup manusia dalam mencermin kan


peranan sifat-sifat Allah sebagai 'abdillah untuk mengemban amanah Sang
Khaliq. Atau memerankan sifat sifat Khaliq yang ada dalam diri setiap
makhluk, yang dapat menciptakan segala sesuatu dari diri manusia.

     

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan


(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang Tinggi Yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Shaad :46)

2. Pengertian Akhlak secara Terminologi


Adapun pengertian akhlak secara terminologi, menurut para ulama sebagai
berikut.
a. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah hay'at atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya lahur perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan
pertimbangan dan pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu

6
tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, ia
dinamakan akhlak yang baik, tetapi jika ia menimbulkan tindakan yang
jahat, maka ia dinamakan akhlak yang buruk.
b. Ibnu Maskawaih
Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya... ada pula
yang diperoleh dan kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada
mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian
dilakukan terus-menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
c. Muhyiddin Ibnu Arabi
Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat
tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut
pada seseorang boleh jadi menupakan tabiat atau bawaan, dan boleh jadi
juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.
d. Syekh Makarim Asy-Syirazi
Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batin
manusia.
e. Al-Faidh Al-Kasyani
Akhlak adalah tangkapan untuk menunjukkan kondisi yang
mandiri dalam jiwa, darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa didahuhlui perenungan dan pemikiran.

f. Dr. Ahmad Muhammad Al-Hufi


Akhlak adalah adat yang dengan sengaja dikehendaki
keberadaannya. Dengan kata lain, akhlak adalah azimah (kemauan yang
kuat) tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi
adat (kebiasaan) yang kepada kebaikan atau keburukan.
g. Dr. Ahmad Amin

7
Akhlak adalah kebiasaan kehendak. Artinya, apabila kehendak itu
membiasakan sesuatu, kebiasaannya itu disebut sebagai akhlak.
h. Al-Qurthubi
Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya
disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dan kejadiannya.
i. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia,
yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan
cara yang disengaja.
Dari beberapa definisi di atas, menjadi jelas bahwa akhlak sesungguhnya
berasal dari kondisi mental yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Ia
telah menjadi kebiasaan, sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut,
seseorang tidak perlu lagi memikirkannya. Bahkan seolah perbuatan tersebut telah
menjadi gerak refleks.
Sebagai contoh, akhlak seorang muslim yang terpuji setiap akan tidur. la
selalu menggosok gigi, berwudhu, dan berdoa. Rutinitas tersebut dilakukan secara
terus-menerus, hingga menjadi sebuah kebiasaan. Hal ini seolah menjadi
perbuatan yang bersifat refleks, dan tidak perlu lagi berpikir panjang untuk
melakukannya. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa itulah akhlak orang muslim
tersebut setiap kali akan tidur.
Istilah akhlak sebenarnya merupakan istilah yang netral, yaitu mencakup
pengertian perilaku baik dan buruk seseorang. Jika perbuatan yang dilakukan
seseorang itu baik, disebut dengan istilah al-akhlaq al-karimah (akhlak yang
mulia). Namun jika perbuatan yang muncul dari seseorang itu buruk, disebut
dengan al-akhlaq al-madzmumah (akhlak tercela).
Dalam percakapan sehari-hari, kata akhlak kerap dianggap mewakili
segala perangai baik (positif). Misalnya, "Si Aisyah itu orangnya berakhlak."
Dalam hal ini. Aisyah berarti memiliki akhlak yang baik. Ketika akhlak dipahami
sebagai suatu keadaan yang melekat pada diri seseorang, maka suatu perbuatan
baru bisa disebut akhlak jika memenuhi beberapa syarat berikut. Pertama,
perbuatan tersebut dilakukan secara berulang ulang. Artinya, jika suatu perbuatan

8
hanya dilakukan sesekali, tidak dapat disebut akhlak. Kedua, perbuatan tersebut
muncul dengan mudah, tanpa dipikirkan terlebih dahulu, sehingga ia benar-benar
merupakan suatu kebiasaan. Artinya, jika perbuatan tersebut timbul karena
terpaksa, sebab beberapa pertimbangan atau berbagai motif yang lain, tidak bisa
dikatakan akhlak.
Dorongan jiwa yang melahirkan suatu perbuatan, pada dasarnya
bersumber dan kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia. Di antara
kekuatan batin tersebut sebagai berikut.
1) Tabiat (pembawaan), yaitu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh
lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri (ghanizah) dan faktor warisan
sifat-sifat dari orangtua atau nenek moyangnya. Dorongan itu disebar al-khuluq
al-fithriyah.
2) Akal pikiran, yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan
manusia. Misalnya, setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Faktor
kejiwaan ini hanya dapat menilai sesuatu yang lahir atau tampak, dan biasa
disebut al-aqlu.
3) Hati nurani, yaitu dorongan jiwa yang hanya dipengaruhi oleh faktor
intuitif (widan). Oleh karena itu, ia hanya dapat menilai hal-hal yang sifatnya
abstrak (batin). Dorongan yang mendapatkan keterangan atau ilham dari Allah ini,
disebut juga bashirah.
Ketiga kekuatan kejiwaan dalam diri manusia inilah, yang
menggambarkan hakikat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, konsepsi
pendidikan dalam Islam selalu memerhatikan ketiga kekuatan tersebut. Hal ini
dilakukan agar potensi tersebut dapat berkembang dengan baik dan seimbang,
sehingga terwujud manusia yang ideal (insan kamil) menurut konsepsi Islam.
Membincangkan akhlak tidak dapat terlepas dari kehendak dan adat
(kebiasaan), yang merupakan faktor penentu dari akhlak. Dari kedua faktor
tersebut, kehendak menjadi faktor utama yang menjadi motor penggerak. sehingga
timbul sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan manusia.
Kehendak mempunyai dua macam perbuatan, pada saat tertentu ia menjadi
pendorong, namun pada saat yang lain ia menjadi penolak. Misalnya, terkadang

9
kehendak mendorong kekuatan manusia untuk membaca, menulis, atau berpidato.
Namun pada saat yang lain mencegah kekuatan manusia, misalnya melarang
berkata atau berbuat sesuatu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kehendak adalah sumber
segala macam perbuatan. Dari kehendak itulah timbul segala kebaikan dan
keburukan, bahkan keutamaan dan kehinaan.4
Adapun definisi akhlak menurut pandangan penulis, yakni suatu keadaan
yang melekat pada jiwa seseorang, yang dari hal itu akan menimbulkan
perbuatan-perbuatan secara spontan; tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan tersebut menimbulkan perbuatan yang
terpuji dari menurut point of view akal dan syariat Islam, maka disebut akhlaqul
mahmudah. Sebaliknya, apabila keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang
buruk dan tercela, ia adalah akhlaqul madzmumah.

B. Macam – Macam Akhlak


Dengan dijelaskannya akhlak dari uraian etimologi serta terminologi,
dapat dijelaskan bahwa akhlak secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
akhlak mahmudah atau akhlaq al-karimah dan akhlak madzmumah. Akhlak
mahmudah adalah akhlak mulia, sebagaimana yang dikehendaki Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah. Akhlak ini dapat diartikan sebagai akhlak orang-
orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Adapun akhlak madzmumah
adalah akhlak yang dibenci oleh Allah dan Rasulullah, sebagaimana akhlak orang-
orang kafir, orang-orang musyrik, dan orang-orang munafik. Sebagaimana Firman
Allah dalam Quran Surah Al-Fatihah : 1-7.
Dalam Surah Al-Fatihah, dijelaskan mengenai akhlak orang orang yang
terpuji dan tercela. Orang-orang yang memiliki akhlak terpuj memulai setiap
tindakannya dengan membaca basmalah. Dengan demikian. mereka telah bertekad
bahwa seluruh perbuatannya hanya untuk beribadah dan meminta pertolongan
kepada Allah . Selain itu, juga sekaligus berdoa kepada Allah agar dibimbing ke
jalan yang lurus, jalan yang penuh nikmat, dan ridha-Nya.

4
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 3-8

10
Sebaliknya, orang-orang yang memiliki akhlak tercela adalah orang-oran
yang berperilaku atas nama selain Allah. Mereka adalah orang-orang yan
menghambakan diri pada hawa nafsunya. Orang-orang yang selalu berada di jalan
yang sesat, jalan menuju neraka, jalan yang nikmatnya sementara, dan jalan yang
dibenci oleh Allah.
1. Akhlak Mahmudah
Secara etimologi, akhlak mahmudah adalah akhlak yang terpuji.
Mahmudah merupakan bentuk ma’ful dari kata hamida, yang berarti
dipuji. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq
al-karimah, atau al-akhlaq al-manjiyat (akhlak yang menyelamatkan
pelakunya).
Adapun mengenai pengertian akhlak mahmudah secara
terminologi, para ulama berbeda pendapat. Berikut ini dikemukakan
beberapa penjelasan tentang pengertian akhlak mahmudah atau akhlak
terpuji.
a.Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan
dan kedekatan kepada Allah, sehingga mempelajari dan mengamalkannya
merupakan kewajiban individual setiap muslim.
b.Menurut Ibnu Qayyim, pangkal akhlak terpuji adalah ketundukan
dan keinginan yang tinggi. Sifat-sifat terpuji, menurutnya berpangkal dari
kedua hal tersebut. Ia memberikan gambaran tentang bumi yang tunduk
pada ketentuan Allah. Ketika air turun menimpanya, bumi merespons
dengan kesuburan dan menumbuhkan yang indah. Demikian pula manusia,
tatkala diliputi rasa ketundukan kepada Allah, kemudian turun taufik dari
Allah, ta akan meresponsnya dengan sifat-sifat terpuji.
c.Menurut Abu Dawud As-Sistani, akhlak terpuji adalah perbuatan
perbuatan yang disenang, sedangkan akhlak tercela adalah perbuatan
perbuatan yang harus dihindari.
Jadi, yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah perilaku
manusia yang baik dan disenangi menurut individu maupun sosial, serta
sesuai dengan ajaran yang bersumber dari Tuhan. Akhlak mahmudah

11
dilahirkan oleh sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia,
demikian pula akhlak madzmumah, dilahirkan oleh sifat-sifat madmumah.
Oleh karena itu, sikap dan tingkah laku yang lahir, adalah cermin dan sifat
atau kelakuan batin seseorang.
Berdasarkan objek yang dituju, akhlak terpuji dapat dikategorikan
sebagai berikut : akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri sendiri, akhlak
terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat, dan akhlak terhadap
lingkungan.
1) Akhlak Terhadap Allah
Adapun diantaranya dapat dilakukan dengan menauhidkan Allah,
taubat, husnuzhan (berbaik sangka), dzikrullah, tawakal, dan tadharru
(merendahkan diri kepada Allah).
        
         
            
   
Artinya : “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih
(dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang
mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-
orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar : 3)
      
         
        
       
       
       

12
       
        
         
     
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur : 31)
      
Artinya : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah : 152)
           
        
           
 
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena

13
itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”(QS. Ali Imran 159)
2) Akhlak Terhadap Rasulullah
Adapun diantaranya dapat dilakukan dengan mencintai Rasulullah,
menaati Rasulullah, bershalawat dan salam kepada Rasulullah.
        
     
    
Artinya : “Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya),
mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-
baiknya.”(QS. An-Nisa’ : 69)
        
     
Artinya : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS.
Al-Ahzab : 56)
3) Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Adapun diantaranya dapat dilakukan dengan sabar, syukur, amanat,
shidqu (jujur), wafa’(menepati janji), iffah (memelihara kesucian diri),
ihsan (berbuat baik), dan al-Haya’ (malu).
     
    

14
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS.
Ali Imran : 200)
       
          
 
Artinya : “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan Ucapan yang teguh itu[788] dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat
apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim : 27)
         
         
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al-Isra’ : 34)

ٰ
ِّ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َِن ْالبِر‬
َ ‫ت َرسُوْ َل اللّـ ِه‬ُ ‫ َسَأ ْل‬: ‫ال‬
َ َ‫ ق‬،  ‫ي‬ ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫اس ْب ِن َس ْم َعا ِن ْاََأل ْن‬
ِ ‫َع ِن النَّ َّو‬
. ُ‫ك َو َك ِرهْتَ َأ ْن يَطَّلِ َع َعلَ ْي ِه النَّاس‬َ ‫ص ْد ِر‬
َ ‫ـي‬ ْ ِ‫ َو ْاِإل ْث ُم َما َحاكَ ف‬، ‫ق‬ِ ُ‫ اَ ْلبِرُّ ُحسْنُ ْالـ ُخل‬: ‫ال‬َ َ‫ فَق‬، ‫َو ْاِإل ْث ِم‬
‫َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬

َّ َ‫ـي َو يَـحْ ُر ُم َعل‬


َ َ‫ي ؟ ق‬
: ‫ال‬ ْ ِ‫ـحلُّ ل‬ ْ ِ‫ َأ ْخبِرْ ن‬، ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬: ‫ت‬
ِ َ‫ـي بِ َمـا ي‬ ُ ‫ قُ ْل‬: ‫َوع َْن ثَ ْعلَبَةَ ْال ُخ َشنِ ِّي قَا َل‬
ْ ‫ اَ ْلبِرُّ َما َس َكن‬: ‫ال‬
ُ‫َت ِإلَ ْي ِه النَّ ْفس‬ َ َ‫ فَق‬، ‫ي النَّظَ َر‬ َّ ِ‫ب ف‬ َ ‫ص َّو‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو‬ َ ‫ص َّع َد النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ف‬
ْ َ‫ لَـ ْم تَ ْس ُك ْن ِإلَ ْي ِه النَّ ْفسُ َوالَ ي‬ ‫ َو ْاِإل ْث ُم َما‬، ُ‫اط َمَأ َّن ِإلَ ْي ِه ْالقَ ْلب‬
َ‫ َوِإ ْن َأ ْفتَاك‬، ُ‫ط َمِئ َّن ِإلَ ْي ِه ْالقَ ْلب‬ ْ ‫َو‬
َ‫ْالـ ُم ْفتُوْ ن‬
Dari an-Nawwâs bin Sam’ân al-Anshari, ia berkata: “Aku bertanya
kepada Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebajikan dan

15
dosa, maka beliau menjawab, “Kebajikan adalah akhlak yang baik dan
dosa adalah apa yang membuat bimbang (ragu) hatimu dan engkau tidak
suka dilihat (diketahui) oleh manusia.” [HR. Muslim]
Dan dari Abu Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata: Aku berkata,
“Wahai Rasulullâh! Jelaskan apa saja yang halal dan haram bagiku.”
Beliau bersabda, “Kebajikan ialah apa saja yang apa saja yang menjadikan
jiwa tenang dan hati menjadi tenteram. Dan dosa ialah apa saja yang
menjadikan jiwa tidak tenang dan hati tidak tenteram kendati para pemberi
fatwa berfatwa kepadamu.” [HR. Ahmad]5
4) Akhlak Terhadap Keluarga
Adapun diantaranya dapat dilakukan dengan birrul walidain
(berbakti kepada orang tua), bersikap baik kepada saudara, membina dan
mendidik keluarga, dan memelihara keturunan.
       
        

Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Al-Luqman : 14)
5) Akhlak Terhadap Masyarakat
Adapun diantaranya dapat dilakukan dengan berbuat baik kepada
tetangga, ta’awun(saling menolong), tawadhu(merendahkan diri terhadap
sesuatu), hormat kepada teman dan sahabat, dan silaturrahim dengan
kerabat.
        
       
        
5
https://almanhaj.or.id/12259-kebajikan-dan-dosa.html

16
        
       
        
      
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang
yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka
bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-
Maidah : 2)
6) Akhlak Terhadap Lingkungan
Yaitu dengan menjaga kelestarian alam sekitar serta cinta kepada
tanah air dan negara.
         
         
         
       
        
        
          
 

17
Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. dan
Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa
awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami
turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan
itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh
merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-A’raf : 56-58)

2. Akhlak Madzmumah
Secara etimologi, kata madzmumah berasal dari bahasa Arab yang
artinya tercela. Oleh karena itu, akhlak madzmumah artinya akhlak tercela.
Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak
keimanan seseorang, dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia.
Akhlak tercela juga menimbulkan orang lain merasa tidak suka terhadap
perbuatan tersebut.
Akhlak tercela adalah akhlak yang bertentangan dengan perintah
Allah Dengan demikian, pelakunya mendapat dosa karena mengabaikan
perintah Allah. Adapun dosa yang dilakukan oleh para pelakunya
dikategorikan menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil.
Para ulama fuqaha sepakat, bahwa dosa besar adalah dosa yang
pelakunya diancam hukuman dunia, azab di akhirat, dan dilaknat oleh
Allah dan Rasulullah . Dosa yang pelakunya diancam dengan hukuman
dunia, misalnya mencuri, korupsi, merampok, dan membunuh. Adapun

18
dosa yang pelakunya diancam dengan siksa di akhirat, seperti
kemunafikan, kebatilan, dan lalai mengerjakan shalat.
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa dosa besar
adalah dosa yang akibat buruknya atau kerusakan yang ditimbulkan cukup
besar. Di samping merugikan orang lain, pelaku dosa besar juga tidak akan
disenangi oleh masyarakat. Segala macam bentuk akhlak tercela dilarang
oleh agama. Perbuatan akhlak tercela apabila dilakukan, akan memperoleh
dosa dari Allah. Oleh karena itu, akhlak tercela hendaknya dihindari oleh
setiap muslim.
Di antara perbuatan akhlak tercela adalah asy-syirk (syirik), al-kufr
(kufur), tidak percaya kepada Allah, nifak (munafik), fasik (melupakan
Allah), armat (egoistis), al-bukhl (bakhil), al-khiyanah (khianat), azh-
zhulmu (aniaya), al-ghadhab (marah), al-kadzbu (menipu), al-ghibah
(mengumpat), al-hasad (dengki), at-takabur (sombong), qathan nafs
(membunuh), as-sirqah (mencuri), ar-rya' (pamer ingin dipuji), dan an-
namimah (adu domba)6. Berikut ini firman-firman Allah yang berkaitan
dengan akhlaqul madzmumah:
       
     
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali
Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang
yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 34)

        


    
Artinya : “Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk
(mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan

6
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 232-234

19
permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum
yang tidak mau mempergunakan akal.” (QS. Al-Maidah :38)
          
     
  
Artinya : “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad)
lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya
Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan
Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. An-Nisa’:
54)
       
          
        
       
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
        
         
Artinya : “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya'
kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu)
Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS.Al-Anfaal : 47)

C. Manfaat Berakhlak

20
Dari tujuan mempelajari akhlak bahwasanya ini mendorong kita menjadi
orang orang yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-
hari. Sebab akhlak tidak cukup hanya dipelajari, namun perlu diimplementasikan
dalam kehidupan, sehingga bisa bermanfaat.
Dengan akhlak, seseorang dapat membedakan perbuatan yang merupakan
akhlak yang terpuji, dan perbuatan akhlak yang tercela. Seseorang yang
mengedepankan akal sehatnya, akan memilih untuk berperilaku dengan akhlak
mulia. Sebaliknya, seseorang yang tidak menggunakan akal sehatnya, akan
berperilaku dengan akhlak tercela dan akan merugikan dirinya sendiri.
Ilmu dari akhlak pun sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, hal ini pantas untuk dipelajari dan dipahami secara mendalam.
Ilmu akhlak berarti akhlak yang berpijak dari pengetahuan, yang digali dari
berbagai pendekatan dan hasil-hasil penelitian. Pendekatan ilmiah dapat dilakukan
dengan menggali hikmah dari pengalaman kehidupan manusia, perjalanan sejarah
manusia dan kebudayaan, serta dari cara pandang manusia terhadap lingkungan di
sekitarnya.
Pendekatan tersebut termasuk pendekatan yang bersifat empiris, yaitu pen
dekatan yang berpegang pada pengalaman sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Dalam pendekatan empiris, kebenaran adalah segala sesuatu yang telah dialami
dan bersifat objekut. Visualisasi kebenaran, didukung oleh pancaindra dan
penyimpulan dari berbagai pengalaman manusia yang saling berhubungan. Hal ini
memungkinkan sejarah, kisah-kisah umat terdahulu, dan mungkin saja penafsiran
terhadap legenda dan mitos-mitos, dapat diambil hikmah dan dijadikan pelajaran
oleh umat manusia sekarang dan yang akan datang.
Sejarah kehidupan dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat
kelemahan manusia di masa lalu, untuk kemudian memperbaikinya sekarang.
Akhlak umat manusia terdahulu, merupakan syariat yang terus-menerus
disempurnakan dan direkonstruksi, demi kepentingan masa depan manusta
Generasi yang akan datang akan menimba hikmah kehidupan dari umat
terdahulu. Apabila generasi baru tidak peduli dan kurang pandai membaca situasi
dan kondisi yang akan datang, mereka akan menemukan masalah yang lebih berat.

21
Alhasil, mereka akan mengalami kesulitan untuk memecahkannya Oleh sebab itu,
pandai-pandailah belajar dari sejarah masa lalu, agar setiap kebodohan dan
ketertinggalannya tidak dipelihara, melainkan digantikan oleh pola kehidupan
yang lebih inovatif dan konstruktif.
Akhlak merupakan tindakan kreatif yang penuh dengan cipta, karsa, dan
karya, melalui pemberdayaan akal budi yang luhur. Idealisme manusta seharus
ava terus dipelihara, guna menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran hakiki, yang
berdampak pada kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Hikmah ataupun
manfaat mempelajari akhlak adalah meningkatkan kehidupan ke taraf yang lebih
baik. Di antaranya sebagai berikut :
1. Peningkatan amal ibadah yang lebih baik, lebih khusyuk, dan lebih
ikhlas.
2. Peningkatan ilmu pengetahuan untuk meluruskan perilaku dalam
kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
3. Peningkatan kemampuan mengembangkan sumber daya diri, agar lebih
mandiri dan berprestasi.
4 Peningkatan kemampuan bersosialisasi, melakukan silaturrahmi, dan
membangun ukhuwah atau persaudaraan dengan sesama manusia dan
sesama muslim. Adapun ukhuwah yang perlu diwujudkan, adalah a)
ukhuwah basharryah, yaitu persaudaraan antarmanusia yang berprinsip
pada persamaan derajat, sebagai manusia atau al-musawwah; b) ukhuwah
insaniyah, yaitu persaudaraan antarmanusia yang beretika dan saling
memahami diri, dari segala kelebihan dan kekurangannya; dan c) ukhuwah
wathaniyah, yaitu persaudaraan antarbangsa atau antarnegara, sebagai
bagian dari diplomasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara, untuk
menjunjung tinggi nilai nilai kebersamaan melalui prinsip kemerdekaan
dan kesetaraan.
5. Peningkatan penghambaan jiwa kepada Allah yang menciptakan
manusia beserta alam dan isinya. Kesadaran terdalam manusia, adalah
menyadari berapa dirinya sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan

22
Allah, kecuali Allah memberinya kekuatan dan kemampuan kepada
manusia untuk bertindak.
6. Peningkatan kepandaian bersyukur dan berterima kasih kepada Allah
atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya
7. Peningkatan strategi beramal shaleh, yang dibangun atas dasar
rasionalitas Hal inilah yang akan membedakan, antara orang-orang yang
berilmu dan orang-orang yang taklid oleh sebab kebodohannya.7
Dengan mempelajari berakhlak, tindakan manusia akan diukur secara
kualitatif dan mempertimbangkan syariat yang datang dari ajaran Allah dan
Rasul-Nya. Beribadah bukan semata untuk melaksanakan kewajiban atau
menggugurkannya, tetapi merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat di tawar-
tawar. Beribadah merupakan bukti kesadaran tertinggi manusia. Karena dalam
beribadah, keyakinannya tentang kelemahan diri sebagai hamba, dan kekuatan
Dzat Tuhan Yang Maha Perkasa, tengah berada di puncaknya. Di balik semua itu,
beribadah adalah tekad yang bulat dari seorang hamba yang berharap dapat
berjumpa dengan Allah.

7
Ibid

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak menurut pandangan penulis, yakni suatu keadaan yang melekat
pada jiwa seseorang, yang dari hal itu akan menimbulkan perbuatan-perbuatan
secara spontan; tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian.
Jika keadaan tersebut menimbulkan perbuatan yang terpuji dari menurut point of
view akal dan syariat Islam, maka disebut akhlaqul mahmudah. Sebaliknya,
apabila keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang buruk dan tercela, ia adalah
akhlaqul madzmumah.
Akhlak secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak
mahmudah atau akhlaq al-karimah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah
adalah akhlak mulia, sebagaimana yang dikehendaki Allah dan dicontohkan oleh
Rasulullah. Akhlak ini dapat diartikan sebagai akhlak orang-orang yang beriman
dan bertakwa kepada Allah Adapun akhlak madzmumah adalah akhlak yang
dibenci oleh Allah dan Rasulullah, sebagaimana akhlak orang-orang kafir, orang-
orang musyrik, dan orang-orang munafik.
Akhlak memiliki manfaat sebagai peningkatan amal ibadah yang lebih
baik, lebih khusyuk, dan lebih ikhlas. Dan dikarenakan tindakan manusia akan
diukur secara kualitatif dan mempertimbangkan syariat yang datang dari ajaran
Allah dan Rasul-Nya. Dengan berakhlak menghindari diri dari sikap semena-
mena.

B. Saran
Kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan,
karena penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna dalam makalah yang ringkas ini. Untuk itu, penulis mengharapkan

24
saran-saran dari para pembaca, khususnya dari dosen pengampu, supaya makalah
yang penulis buat bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, H. 2012. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati. Jakarta:


Al-Mawardi.
Daud Ali, M. 2018. Pendidikan Agama Islam. Depok: PT Rajagrafindo
Persada.
Munir Amin, S. 2016. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah.
https://almanhaj.or.id/12259-kebajikan-dan-dosa.html (Diakses pada 25
September Pukul 21.00 WIB)

25

Anda mungkin juga menyukai