Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN AHKLAQ (DEFINISI POKOK PERSOALAN HUBUNGAN

DENGAN ILMU-ILMU LAIN) DAN MANFAAT MEMPELAJARINYA

Dosen Pengampu : Drs. Zulfahri,M.A

Di Susun Oleh

Maya Ningsih
Nanda Arianti
Rizka Anggi Lestari
Siti Hanisah Saragih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


AL-HIKMAH TEBING TINGGI

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta.

Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah akhlaq
tasawuf yang berjudul “pengertian akhlaq (definisi pokok persoalan hubungan dengan ilmu-
ilmu lain) dan manfaat mempelajarinya. kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Zulfahri,M.A yang telah membimbing kami.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. mungkin didalam makalah kami banyak kesalahan oleh karena itu kami berharap
kritik dan saran dari dosen pembimbing dan para pembaca agar kedepannya lebih baik lagi,
Terima Kasih.

Tebing Tinggi, 11 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Pengertian Akhlak ........................................................................... 3


B. Sumber Dan Kedudukan Akhlak .................................................... 4
C. Pembagian Akhlak .......................................................................... 5
D. Ruang Lingkup Akhlak ..................................................................6
E. Manfaat Mempelajari Akhlak ......................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................... 10
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlaq adalah suatu keadaan yag melekat pada jiwa seseorang yang darinya akan
lahir perbuatan-perbuatan secara spontan tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau
penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan terpuji menurut pandangan akal dan
syariat, ia adalah akhlak yang baik. Namun, jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang
buruk dan tercela, ia adalah akhlak yang buruk.

Akhlak sesungguhnya berasal dari kondisi mental yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang. Ia telah menjadi kebiasaan sehingga ketika melakukan perbuatan tersebut
seseorang tidak perlu memikirkan nya. istilah akhlak sebenarnya merupakan istilah yang netral
yang mencakup pengertian perilaku baik dan buruk seseorang.

Dalam fenomena kehidupan di masyarakat, setiap warga masyarakat wajar untuk


menyesuaikan tingkah lakunya menurut situasi aktual yang ada di hatinya dan mengadaptasikan
dengan situasi lingkungan tempat ia berada. Peranan yang paling tepat ialah bilamana ia mampu
bertindak multi peranan, peranan silih berganti, ia harus mampu memerankan diri sebagai
individu dan juga sebagai anggota masyarakat.

Diantara tujuan mempelajari Tasawuf adalah untuk membentuk akhlak yang baik,
hati yang bersih, berbuat ikhlas, bersikap khusyu‟, sabar, tawakkal, muqorobah, muroqobah, dan
seluruh sifat yang terpuji. Lebih dari itu, Tasawuf harus dipahami dihayati serta dirasakannya
sebagai suatu kebutuhan dan kenikmatan.

Akhlak yang luhur dalam kehidupan keseharian merupakan suatu keniscayaan bagi
seorang Muslim yang muttaqin, sedangkan tasawuf menjadikan agama tidak saja dimengerti atau
dipahami tetapi juga dihayati serta dirasakannya sebagai suatu kebutuhan, bahkan lebih dari itu
suatu kenikmatan berhadapan dengan sang Khalik (pencipta alam semesta). Rasa muraqabah dan
muqarabah seorang hamba merupakan bukti kedekatan hamba dengan Tuhannya sehingga akan
terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela dan menghinakan.

1
B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan akhlak
2. sebutkan sumber dan kedudukan akhlak
3. sebutkan pembagian akhlak
4. jelaskan ruang lingkup akhlak
5. sebutkan manfaat mempelajari akhlak

C. Tujuan
1. mengetahui apa itu akhlak
2. mengetahui sumber dan kedudukan akhlak
3. mengetahui pembagian akhlak
4. mengetahui ruang lingkup akhlak
5. mengetahui manfaat mempelajar akhlak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Secara lughat (bahasa) akhlak adalah bentuk jamak dari khilqun atau khuluqun yang
artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabi‟at. Kata akhlak ini mempunyai akar kata
yang sama dengan kata khaliq yang bermakna pencipta dan kata makhluq yang artinya ciptaan,
yang diciptakan, dari kata khalaqa, menciptakan. Dengan demikian, kata khulq dan akhlak yang
mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan yang termasuk di dalamnya
kejadian manusia.1

Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah adalah kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran terlebih dahulu.2 Dalam kepustakaan, kata akhlak diartikan juga sebagai sikap yang
melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik mungkin buruk, seperti yang telah
dijelaskan di atas. Dengan demikian, kata akhlak berarti sikap yang timbul dari dalam diri
manusia, yang terjadi tanpa pemikiran terlebih dahulu sehingga terjadi secara spontan dan tidak
dibuat buat.3

Oleh karena itu, akhlak dapat dimaknai tata aturan atau norma kepribadian dan
prilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia (hablumminannas), manusia dengan
Tuhan (hablumminallah), serta manusia dengan alam semesta (lingkungannya).

Berikut ini beberapa defenisi kata akhlak yang dikemukakan para ahli, antara lain:

Menurut pendapat Imam-al-Ghazali selaku pakar di bidang akhlak yang dikutip oleh
Yunahar Ilyas yaitu:

1
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Graha Ilmu
2
Oemar Hamalik, (2001), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
3
M. Daud Ali, (1998), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

3
„Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika
sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang
baik, dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk‟.4

Sedangkan Aminuddin mengutip pendapat Ibnu Maskawah (w. 421 H/ 1030 M) yang
memaparkan defenisi kata akhlak ialah kondisi jiwa yang senantiasa mempengaruhi untuk
bertingkahlaku tanpa pemikiran dan pertimbangan.5

Pendapat lain dari Dzakiah Drazat mengartikan akhlak sedikit lebih luas yaitu

“Kelakukan yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, dan kebiasaan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup
keseharian”.6

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat
atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar
telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Dapat dipahami juga bahwa akhlak itu harus
tertanam kuat/tetap dalam jiwa dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara akal, juga
harus benar secara syariat Islam yaitu al-Quran dan al-Hadits.

B. Sumber dan Kedudukan Akhlak

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam agama Islam. Pentingnya
kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qouliyah (sunnah dalam bentuk perkataan)
Rasulullah seperti yang telah diuraikan Yunahar Ilyas yaitu :

4
Yunahar Ilyas, (2006), Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
5
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Graha
Ilmu
6

Dzakiah Daradzat, (1993), Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta : CV. Ruhama,

4
a. Rasulullah Saw., menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi dalam
sejarah penyampaian Islam di muka bumi ini. Seperti yang yang terdapat dalam hadist
yaitu :

Artinya,”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.(HR.


Bukhari).

b. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah Saw
pernah mendefenisikan agama itu dengan akhlak yang baik (husn al-kluluq).
c. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari
kiamat. Seperti hadist Rasulullah Saw bersabda :

Artinya :”Tidak ada satu pun yang lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang
hamba mu‟min nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik…”(HR. Tirmidzi).

Jadi dapat dipahami bahwa dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau
buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Quran dan Sunnah). Maka sudah jelas
bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), objektif, konfrehensif dan universal untuk
menentukan baik dan buruk hanyalah al-Quran dan Sunnah, bukan yang lain lain.

C. Pembagian Akhlak

Dalam kaitan pembagian akhlak ini, Ulil Amri Syafri mengutip pendapat
Nashiruddin Abdullah yang menyatakan bahwa :

secara garis besar dikenal dua jenis akhlak; yaitu akhlaq al karimah (akhlak terpuji),
akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al mazmumah (akhlak tercela),
akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut syariat Islam. Akhlak yang baik dilahirkan oleh
sifat-sifat yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang buruk.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah adalah perbuatan atau perkataan yang

5
mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat Allah, baik itu perintah
maupun larangan_Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan fitrah yang sehat.7

Sedangkan menurut Aminuddin akhlak terbagi pada dua macam yaitu akhlak terpuji
(akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah).

a. Akhlak Terpuji Akhlak terpuji adalah sikap sederhana yang lurus sikap sedang tidak
berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepat janji,
istiqamah, berkemaan, berani, sabar, syukur, lemah lembut dan lain-lain.
b. Akhlak Tercela Akhlak tercela yaitu semua apa-apa yang telah jelas dilarang dan dibenci
oleh Allah swt yang merupakan segala perbuatan yang bertentangan dengan akhlak
terpuji.8

D. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak sebagai suatu tatanan nilai yaitu merupakan sebuah pranata sosial yang
berdasarkan pada ajaran syariat Islam. Sedangkan akhlak sebagai sebuah tingkah laku atau tabiat
manusia yang merupakan perwujudan sikap hidup manusia yang menjelma menjadi sebuah
perbuatan atau tindakan. Untuk menentukan perbuatan dan tindakan manusia itu baik atau buruk,
Islam menggunakan barometer syariat agama Islam yang berdasarkan wahyu Allah Swt.
Sedangkan masyarakat umum lainnya ada yang menggunakan norma-norma adat istiadat
ataupun tatanan nilai masyarakat yang dirumuskan berdasarkan norma etika dan moral.

Dalam Islam, tatanan nilai yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk
dirumuskan dalam konsep akhlakul karimah, yang merupakan suatu konsep yang mengatur
hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan sang Maha Pencipta yaitu Allah
Swt., dan manusia dengan alam sekitarnya. Secara lebih khusus juga mengatur hubungan
manusia dengan dirinya sendiri.

ruang lingkup akhlak terdiri dari beberapa bagian sebagaimana yang telah dijelaskan
Muhammad Daud Ali yaitu :

7
Ulil Amri Syafri, (2014), Pendidikan Karakter Berbasis Al Quran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
8
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, Jakarta

6
a) Akhlak terhadap Allah atau Pencipta (Kholik)
i. Mentauhidkan Allah

Mentauhidkan Allah yaitu mengesakan Allah dan tidak menduakannya. Mencintai


allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-firman_Nya
dalam al-Quran sebagai pedoman hidup dan kehidupan.

ii. Taqwa
Artinya melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan_Nya.
iii. Senantiasa berdoa dan hanya meminta kepada Allah.
iv. Tawakkal (berserah diri) kepada Allah9

Allah yang telah menciptakan manusia, maka hendak lah manusia senantiasa
bersujud serta menyembah allah. Menurut Abuddin Nata ada empat alasan mengapa manusia
perlu berakhlak kepada Allah yaitu :

a. Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia dari air yang
ditumpahkan keluar dari antara tulang pungggung dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq : 57).
Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian
diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim) setelah ia
menjadi segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan
selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu‟minun : 12-13).
b. Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping anggota badan
yang kokoh dan sempurna pada manusia.
c. Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuhtumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q. S. Al-Jatsiah :
12-13).
d. Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan untuk
menguasai daratan dan lautan (Q. S. Al-Isra‟ : 70).10

9
9M. Daud Ali, (1998), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
10
Abudin Nata, (1997), Akhlak Tasawuf , Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

7
b) Akhlak Terhadap Makhluk (Semua Ciptaan Allah)

Akhlak terhadap makhluk ini dibagi dalam dua bagian, yaitu :

I. Akhlak terhadap Manusia

Akhlak terhadap manusia ini juga dapat dirincikan lagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :

a. Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW)

Akhlak terhadap Rasulullah antara lain :

1. Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya,


2. Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri tauladan dalam hidup dan kehidupan,
3. Menjalankan apa yang diperintahkan dan tidak melakukan apa yng dilarang.11

b. Akhlak terhadap Orang Tua

a) Akhlak terhadap Orang tua antara lain :


b) Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya,
c) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang,
d) Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, menggunakan kata-kata lemah lembut,
e) Berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya,
f) Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-
duanya telah meninggal dunia

c. Akhlak terhadap Keluarga dan Karib Kerabat

Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat antara lain :

1. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
11
M. Daud Ali, (1998), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

8
2. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak,
3. Berbakti kepada Ibu Bapak,
4. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang,
5. Memelihara hubungan silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia,
6. Memelihara keturunan12
d. Akhlak terhadap Masyarakat

1. Memuliakan tamu,
2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan,
3. Saling menolong dan melakukan kebajikan dan takwa, 4) Menganjurkan anggota
masyarakat termasuk diri sendiri dan orang lain agar tidak melakukan perbuatan jahat
(mungkar),
4. Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya,
5. Bermusyawarah dalam segala urusan dan mengenaikan kepentingan bersama,
6. Mentaati keputusan yang telah diambil,
7. Menepati janji

E. Manfaat Mempelajari Akhlak

1. meningkatkan derajat manusia


2. menuntun kepada kebaikan
3. manifestasi kesempurnaan iman
4. keutamaan dihari kiamat
5. kebutuhan pokok dalam keluarga
6. membina kerukunan antar tetangga
7. untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan Negara
8. dunia betul-betul membutuhkan akhlakul kharimah

12
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (1991), Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah akhlak sudah tidak jarang lagi terdengar di tengah kehidupan masyarakat.
Mungkin hampir semua orang sudah mengetahui arti kata akhlak tersebut, karena perkataan
akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi agar lebih meyakinkan
pembaca sehingga mudah untuk dipahami maka kata akhlak perlu diartikan secara bahasa
maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap akhlak akan lebih jelas substansinya.

Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di
dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa
adanya pertimbangan pemikiran lagi.

Secara lughat (bahasa) akhlak adalah bentuk jamak dari khilqun atau khuluqun yang
artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabi‟at. Kata akhlak ini mempunyai akar kata
yang sama dengan kata khaliq yang bermakna pencipta dan kata makhluq yang artinya ciptaan,
yang diciptakan, dari kata khalaqa, menciptakan. Dengan demikian, kata khulq dan akhlak yang
mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan yang termasuk di dalamnya
kejadian manusia.

B. saran

kita harus menjaga akhlak bagi itu dengan teman, saudara, tetangga, maupun guru karena akhlak
yang baik akan banyak yang menyayangi. orang yang bertakwa berarti orang yang berakhlak

10
mulia, berbuat, dan berbudi luhur. didalam pendekatan diri kepada allah kita harus selalu ingat
kepada hal-hal yang bersih dan suci.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Graha Ilmu

Oemar Hamalik, (2001), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

M. Daud Ali, (1998), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ulil Amri Syafri, (2014), Pendidikan Karakter Berbasis Al Quran, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (1991), Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara,

Abudin Nata, (1997), Akhlak Tasawuf , Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

Yunahar Ilyas, (2006), Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Dzakiah Daradzat, (1993), Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta : CV.
Ruhama,

11

Anda mungkin juga menyukai