Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

”EPILOG”

Mata kuliah: AIK (II)


Dosen pengampu: sofyang.S.Pd.I., M.A.

Oleh: Kelompok

IMRAN(220222141)
Muhammad thoriqhidayat(2202221460)
Indah(2202221460)
Nurul ismiranda(220222151)
LisnaIndah Zaid(220222152)

UNIVERSITAS MUUHAMMADIYAH SINJAI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
/23
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1. Latar belakang ................................................................................................... 4
2. Rumusan masalah ............................................................................................. 4
3. Tujuan ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5
1. Mengetahui Definis dari Ibadah, Akhlak dan Muamallah ................................................. 5
2. Memahami Pribadi Berkualitas........................................................................................... 8
3. Memahami Keluarga Sakinah ............................................................................................. 11
4. Memahami Tujuan dan Manfaat keluarga Sakinah mawadah dan Warahmah. .................. 13
Ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah ..................................................................... 17
5.
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 18
1. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
2. Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa
penulis bersyukur atas tersusunnya makalah ini yang berjudul “EPILOG” Tujuan kami
menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita
semua.Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-
pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

1 oktober 2023

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudn dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang upan manusia yang
sejahtera lahir dan lahir dan batin. batin. Petunjuk-petunjuk Petunjuk-petunjuk agama
mengenai mengenai berbagai berbagai kehidupan kehidupan manusia, manusia,
sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal
dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, progresif,
menghargai akal menghargai akal pikiran pikiran melalui melalui pengembangan ilmu
pengembangan ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam
memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
sosial, menghargai waktu, bersikap bersikap terbuka, terbuka, demokratis, demokratis,
berorientasi berorientasi pada kualitas, kualitas, egaliter, egaliter, kemitraan, kemitraan,
anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia
dan bersikap positif lainnya. Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran
Alquran adalah moral yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan
social, dapat dilihat misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan
peningkatan keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia. Nilai
suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya,
semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang
mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah tentang dalam makalah ini yaitu
tentang “Ibadah, Akhlak dan Muamalah untuk menciptakan pribadi berkualitas, keluarga
sakinah dan masyarakat utama”.

C. Tujuan
1. Mengetahui Definis dari Ibadah, Akhlak dan Muamallah.
2. Memahami Pribadi Berkualitas.
3. Memahami Keluarga Sakinah.
4. Memahami Tujuan dan Manfaat keluarga Sakinah mawadah dan Warahmah.
5. Ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengetahui definisi dari Ibadah, Akhlak dan Muamallah.

1. Ibadah
Ibadah berasal dari kata Arab “Ibadah (jamak: ‘ibadat) yang
berarti pengadilan, pengadilan, penghambaan, penghambaan, ketundukkan,
ketundukkan, dan kepatuhan. kepatuhan. secara bahasa (etimologi) berarti logi) berarti
merendahkan diri ahkan diri serta tunduk serta tunduk dan menghamb dan
menghambakan diri. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai
banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melakukan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.
b. Ibadah adalah merendahkan merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.
c. Ibadah adalah sebut h sebutan yang me an yang mencakup seluruh apa yan uh apa yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Ibadah inilah
yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman dalam QS.Adz-Dzaariyaat :
56-58

Artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki
sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Kemudian Syarat diterima ibadah disisi Allah, haruslah terpenuhi dua
syarat, yaitu ikhlas karena Allah, mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi wa
sallam (ittiba’)”.
2. Ahlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya“khuluqun”
yang berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut
istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan
salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha
dan
pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu
dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka
disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku
tersebut baik disebut akhlak mahmudah.
Akhlak merupakan perilaku yang tampak ( terlihat ) dengan jelas, baik dalam
kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah.
Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun
pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola
perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada alam. Akhlak
islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami adalah akhlak yang
bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah.
Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga
dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk.
Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar,
akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq ( pencipta ) dan
makhluq ( yang diciptakan ). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia yaitu untuk. memperbaiki hubungan makhluq ( manusia ) dengan khaliq (
Allah Ta’ala) dan hubungan baik antara makhluq dengan makhluq.
Allah SWT berfirman Surah Al-Maidah, ayat 8 :

Allah SWT berfirman Surah Al-Maidah, ayat 8 :

Artinya “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlakutidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk
suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di
dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak
berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.
Hadits-hadits Nabi saw. demikian beragam berbicara tentang akhlak.
Terkadang berisi perintah dan anjuran untuk berhias dengan akhlak yang terpuji
dalam bergaul dengan manusia. Ada kalanya beliau menyebut besarnya pahala
akhlak mulia dan beratnya pahala akhlak dalam timbangan. Pada kesempatan
yang lain, beliau memperingatkan manusia dari akhlak yang buruk dantercela.
Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullah saw pernah
bersabda: akhlaknya baik paling yang adalah kalian antara di terbaik yang

Sesungguhnya ” (HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no.


2321).
3. Muamalah
Muamalah berasal dari kata yang semakna dengan mufa’alah (saling berbuat),
yang menggambarkan adanya suatu aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari (Harun, 2007). Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata
aamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang
lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang
harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling
melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling
menderita dari satu terhadap yang lainnya.
Hubungan fiqih muamalah dengan fiqih lain dalam islam yaitu ibadah
Mahdhoh dan Ibadah Ghairu Mahdhoh. Ibadah Mahdhoh yaitu ibadah yang
memiliki pelaksanaannya sudah ada ketentuannya dalam Al-Qur’an maupun
hadits sedangkan Ghairuh Mahdhoh adalah ibadah dengan memiliki
pelaksanaannya belum ada ketentuaan baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian
muamlah;
a. Menurut Louis Ma’luf : pengertian muamalah adalah hukum-hukum
syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia,
seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya.
b. Menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah
peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan
dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan,
perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan
dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang
telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci
untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di
antara mereka.

c. Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu


muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan olehmanusia
dalam hal tukar menukar maupun dalam hal utang piutang. Allah SWT
berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280

Artinya “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.

B. Pribadi berkualitas
Keberadaan akhlak mulia bagi setiap pribadi berkualitas, adalah buah dari keimanan
yang kental. Dan ini merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam kehidupan manusia.
Untuk itu, sejak awal kita harus berusaha memburu keilmuan tentang itu sebagai bekal dalam
membangun kehidupan berumah tangga.
Dalam hal ini, kita telah sepakat bahwa kemuliaan akhlak bangsa ini akan tumbuh
dengan baik, bila individu-individu dalam keluarga itu telah
memiliki akhlak mulia. Dan Rasulullah Saw adalah contoh utama pembentuk akhlak dalam
kehidupan setiap muslim. Dalam sebuah hadits, Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya aku
diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad).
Harapan demikian, insya Allah akan terwujud, manakala setiap diri kita meniatkan
secara sungguh-sungguh lagi ikhlas mengharap ridha-Nya. Sehingga dari sini akan terbentuk
sebuah tatanan yang terjalin dengan nilai-nilai akhlakul karimah. Dan melalui nilai-nilai
ini dan disiplin yangdiamalkan oleh anggota masyarakat, maka akan lahirlah sebuah
masyarakat yang aman, damai, harmonis dan diselimuti ruhiah Islam. Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan-keikhlasan- kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

1. Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan.


Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan
lahir-bathin dan dunia-akherat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai
perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan. Nabi Saw bersabda,
"Bahagialah dengan limpahan kebaikan bagi orang-orang yang bila dihadiri
(berada dalam kumpulan) tidak dikenal, tetapi apabila tidak hadir tidak pula
kehilangan. Mereka itulah pelita hidayah. Tersisih daripada mereka segala
fitnah dan angkara orang yang zalim." (HR. Imamal-Baihaqi).
2. Kedua, amanah. Yaitu sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap orang.
Dalam suatu sumber menyebutkan, amanah adalah asas ketahanan ummat,
kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Singkatnya,
amanah berarti sesuatu yang dipercayakan sehingga kita harus menjaga amanah
tersebut. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Alquran, yang artinya:
"….maka tunaikanlah oleh orang yangdiamanahkan itu akan amanahnya
dan bertakwalah kepada Allah Tuhannya;…." (QS. Al Baqarah: 283).

3. Ketiga, adil. Bersifat adil, berarti menempatkan/ meletakan sesuatu pada


tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah.
Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap
diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda,
"Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika
bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah,
dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang
membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil, dan kagum
seseorang dengan dirinya sendiri." (HR. Abu Syeikh).
4. Keempat, bersyukur. Bersyukur pada tataran menjadi pribadi unggul
berlaku pada dua keadaan.
(a) Sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh
Sang Pencipta adalah sama, baik sedikit atau banyak.

(b) Bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan daripada Allah, supaya


kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah berfirman, "….
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan sekiranya kamu mengingkari -kufur- (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).

5. Kelima, tekun. Ketekunan ini tidak lain adalah usaha dengan rajin, keras hati
dan bersungguh-sungguh. Islam sendiri, jauh-jauh hari telah
menggalakan umatnya untuk tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan.
Sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan berjaya. Nabi Saw dalam sabdanya
menyebutkan, "Sesungguhnya Allah SWT menyukai apabila seseorang bekerja,
dia melakukan dengan tekun." (HR. Abu Daud). Perilaku ketekunan seseorang
ini, maka akan meningkatkan produktivitasnya, melahirkan suasana kerja yang
aman, dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat sekitarnya.

6. Keenam, disiplin. Yaitu ketaatan pada aturan dan tata tertib. Untuk itu,
berdisiplin dalam menjalankan suatu kerja akan dapat menghasilkan mutu kerja
yang cemerlang. Sehingga perilaku disiplin ini, akan mengantarkan hasrat
negara untuk menjadi maju dan unggul dapat dicapai lebih cepat lagi, bila
dibandingkan dengan perilaku tidak disiplin.Lebih dari itu, dengan berdisiplin
diri, seseorng itu akan dapat menguatkan pegangannya terhadap ajaran agama
dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang serta prestatif unggul.
7. Ketujuh, sabar. Yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak
lekas patah hati; tidak lepasputusasa;dsb)-tenang-.Ddalam menghadapi

cobaan hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/

pribadi unggul. Hal ini seperti dikehendaki Allah SWT dalam QS. Ali

Imran:200:

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala


kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara kebajikan) dan kuatkanlah
kesabaranmu (lebih dari kesabaran musuh di medan perjuangan) dan
tetaplah bersiap siaga (dengan kekuatan pertahanan di perbatasan negerimu)
dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung
(berjaya)."Akhirnya, dengan dimilikinya sifat-sifat unggul tersebut, maka
seseorang akan sangat beruntung karena ia mampu mengemudi hidupnya dengan
"kesempurnaan". Dan kondisi demikian, membuat seseorang dapat berperan
dengan baik kepada dirinya dan alam sekitarnya.

8. kedelapan, jujur. yaitu sifat yang apabila berkata ia selalu berkata jujur, benar
dan apa adanya atau sesuai dengan realita(apa yang telah dilakukan).Jujur
adalah ketika kita mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Jujur
juga bisa berarti sikap kita menyikapi suatu keadaan. Atau bisa juga jujur di
katakan apa yang kita pikirkan dan kita rasakan di dalam hati sesuai apa yang
kita ucapkan di mulut.“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seorang yang
selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang
jujur (shidiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada
kejahatan,dan kejahan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan
mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong
(kadzdzab). (H.R. Bukhari).
C. Keluarga sakinah

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.“
(QS : Ar-Ruum:21).
Dalam ayat diatas, Allah menyampaikan bahwa manusia diciptakan
berpasangan antara istri dan suaminya untuk mendapatkan keternangan,
keterntraman, dan kasih sayang. Hal tersebut merupakan tanda kuasa Allah dan
nikmat yang diberikan bagi mereka yang bisa mengambil pelajarannya.

1. Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah istilah sekaligus doa yang
sering kali dipanjatkan dan diharapkan oleh para muslim yang tela Makna Keluarga
yang Sakinah Sakinah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ketenangan,
ketentraman, aman atau damai. Lawan kata dari ketentraman atau ketenangan
adalah keguncangan, keresahan, kehancuran. Sebagaimana arti kata tersebut,
keluarga sakinah berarti keluarga yang didalamnya mengandung ketenangan,
ketentraman, keamanan, dan kedamaian antar anggota keluarganya.
2. Makna Keluarga yang Mawaddah
Mawaddah berasal pula dari bahasa Arab yang artinya adalah perasaan kasih
sayang, cinta yang membara, dan menggebu. Mawaddah ini khususnya
digunakan untuk istilah perasaan cinta yang menggebu pada pasangannya.
Dalam islam, mawaddah ini adalah fitrah yang pasti dimiliki oleh
manusia. Muncul perasan cinta yang menggebu ini karena hal-hal yang
sebabnya bisa dari aspek kecantikan atau ketampanan pasangannya,
moralitas, kedudukan dan hal-hal lain yang melekat pada pasangannya atau
manusia ciptaan Allah. Kriteria calon istri menurut islam dan kriteria calon
suami menurut islam bisa menjadi aspek yang perlu dipertimbangkan untuk
memunculkan cinta pada pasangan nantinya.Adanya perasaan mawaddah
pastinya mampu membuat rumah tangga penuh cinta dan sayang. Tanpa adanya
cinta tentunya keluarga menjadi hambar. Adanya cinta membuat pasangan
suami istri serta anak-anak mau berkorban, mau memberikan sesuatu
yang lebih untuk keluarganya. Perasaan cinta mampu memberikan perasaan
saling memiliki dan saling menjaga.Keluarga yang ada perasaan mawaddah
tentunya memunculkan nafsu yang positif (nafsu yang halal dalam
aspekpernikahan). Kita bisa melihat, keluarga yang tidak ada mawaddah
tentunya tidak akan saling memberikan dukungan, hambar, yang
membuat rumah tangga pun seperti sepi. Perselingkuhan dalam rumah tangga
bisa saja terjadi jika mawaddah tidak ada dalam keluarga. Masing-masing
pasangan akan mencari cinta lain dari orang lain.Keluarga yang penuh
mawaddah bukan terbentuk hanya karena jalan yang instan saja. Perasaan cinta
dalam keluarga tumbuh dan berkembang karena proses dipupuknya lewat cinta
suami istri serta anak-anak. Keindahan keluarga mawaddah tentunya sangat
didambakan bagi setiap. Ketidakpercayaan adalah salah satu aspek yang
membuat gagal keluarga sakinah terwujud. Misalnya saja pasangan saling
mencurigai, adanya pihak atau orang yang mengguncang rumah tangga atau
perlawanan istri terhadap suami. Hukum melawan suami menurut islam
tentunya menjadi hal yang harus diketahui pula oleh istri untuk menjaga
sakinah dalam keluarga.Dengan adanya ketenangan, ketentraman, rasa aman,
kedamaian maka keguncangan di dalam keluarga tidak akan terjadi. Masing-
masing anggota keluarga dapat memikirkan pemecahan masalah secara jernih
dan menyentuh intinya. Tanpa ketenangan maka sulit masing-masing bisa
berpikir dengan jernih, dan mau bermusyawarah, yang ada justru perdebatan,
dan perkelahian yang tidak mampu menyelesaikan masalah.Konflik dalam
keluarga akan mudah terjadi tanpa adanya sakinah dalam keluarga.

3. Makna Keluarga yang Rahmah


Kata Rahmah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ampunan,
rahmat, rezeki, dan karunia. Rahmah terbesar tentu berasal dari Allah SWT yang
diberikan pada keluarga yang terjaga rasa cinta, kasih sayang, dan juga
kepercayaan. Keluarga yang rahmah tidak mungkin muncul hanya sekejap
melainkan muncul karena proses adanya saling membutuhkan, saling menutupi
kekurangan, saling memahami, dan memberikan pengertian.Rahmah atau
karunia dan rezeki dalam keluarga adalah karena proses dan kesabaran suami
istri dalam membina rumah tangganya, serta melewati pengorbanan juga
kekuatan jiwa. Dengan prosesnya yang penuh kesabaran, karunia itu pun juga
akan diberikan oleh Allah sebagai bentuk cinta tertinggi dalam keluarga.
Rahmah tidak terwujud jika suami dan istri saling mendurhakai. Untuk itu perlu
memahami pula mengenai ciri-ciri suami durhaka terhadap istri dan ciri-ciri istri
durhaka terhadap suami.
D. Tujuan dan Manfaat keluarga Sakinah mawadah dan Warahmah

Keluarga adalah unit terkecil dalam sebuah masyarakat. Keluarga bukan hanya sekedar
hubungan formal antara suami, istri, dan anak-anak namun juga memiliki fungsi dan tugas
tersendiri dalam masyarakat. Allah tidak pernah memberikan sebuah aturan dan menciptakan
sesuatu tanpa ada alas an dan manfaat yang akan diperoleh. Semua aturan yang diberikan
Allah senantiasa dikembalikan kepada misi dan penciptaan manusia di muka bumi ini.
Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah perintah Allah yang juga diberikan
kepada keluarga untuk diwujudkan bersama. Dengan adanya keluarga yang sakinah,
mawaddah, wa rahmah hal ini akan mampu membantu misi dan tujuan dalam keluarga yang
islami bisa terwujud.

1. Menunjang Misi Kekhalifahan Manusia di Muka Bumi

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk
beribadah kepada-Ku” (QS Az - Zariyat : 56).
Manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi semata-mata untuk beribadah
kepada Allah. Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah
maka tujuan beribadah kepada Allah sebagai satu-satunya Illah mampu
dibentuk, dikondisikan, dan saling didukung dari keluarga. Keluarga sakinah
mawaddah dan rahmah anggotanya, baik suami, istri, dan anak-anak akan saling
mengarahkan untuk menjalankan misi ibadah kepada Allah. Keluarga sakinah
mawaddah rahmah bukan hanya cinta manusia belaka, namun lebih jauh cinta
kepada keillahiahan.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ” (QS Al-
Baqarah : 30).

Allah pun menciptakan manusia untuk menjadi khalifah fil ard. Khalifah fil
ard artinya adalah manusia melaksanakan pembangunan dan
memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran di muka bumi
lewat jalan apapun. Bisa menjadi ibu rumah tangga, profesi, memberdayakan
ummat, dsb. Dengan adanya keluarga sakinah yang penuh cinta dan rahmah,
maka misi kekhalifahan ini bisa dilakukan dengan penuh semangat, dukungan
dan juga saling membantu untuk menutupi kekurangan. Adanya profesi atau
karir dari masing-masing suami, istri justru bukan malah menjauh dan
saling tidak bertatap wajah. Adanya hal tersebut justru membuat mereka saling
mendukung agar masing-masing juga banyak berkarya untuk agama dan
bangsa, karena keluarga bagian dari pembangunan ummat.
2. Menjadi Ladang Ibadah dan Beramal Shalih

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS : At Tahrim: 6)
Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga diri dan keluarga dari api
neraka. Artinya, untuk menjauhi api neraka manusia diperintahkan untuk
memperbanyak ibadah dan amalan yang shaleh. Hal ini belum tentu mudah
jika dijalankan sendirian. Untuk itu, adanya keluarga yang baik dan sesuai
harapan Allah tentunya keluarga pun bisa menjadi ladang ibadah dan amal
shalih karena banyak yang bisa dilakukan dalam sebuah keluarga.
Seorang ayah yang bekerja mencari nafkah halal demi
menghidupi keluarga dan anak anaknya tentu menjadi pahala dan amal ibadah
sendiri dalam keluarga.
Begitupun seorang ibu yang mengurus rumah tangga atau membantu
suami untuk menghidupi keluarga adalah ladang ibadah dan amal shalih
tersendiri. Kewajiban istri terhadap suami dalam islam bisa menjadi ladang
ibadah tersendiri. Begitupun Kewajiban suami terhadap istri adalah pahala
tersendiri bagi suami dalam keluarga. Mendidik anak dalam islam juga
merupakan bagian dari Ladang ibadah dan amal shalih hanya akan bisa
dilakukan secara kondusif oleh keluarga yang terjaga rasa cinta, sayang, dan
penuh dengan ketulusan dalam menjalankannya. Untuk itu diperlukan keluarga
dalam sakinah, mawaddah, wa rahmah yang bisa menjalankan ibadah dan amal
shalih dengan semaksimalnya.
3. Tempat menuai cinta, kasih, sayang dan memenuhi kebutuhan

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS An- Nahl : 72)
Allah memberikan rezeki yang baik-baik salah satunya memberikan nikmat
keluarga dan keturunan. Hal tersebut tentunya hal yang mahal dalam sebuah
ikatan keluarga. Karena tidak semuanya dapat menikmati hal tersebut. Padahal,
keluarga dan perasaan kenyamanan cinta adalah fitrah yang menjadi kebutuhan
setiap manusia. Wanita shalehah idaman pria shaleh adalah salah satu bentuk
kebahagiaan tersendiri dalamkeluarga.
Dengan adanya keluarga sakinah mawaddah wa rahman, tentunya kebutuhan-
kebutuhan yang diperlukan manusia bisa dipenuhi dalam keluarga. Kebutuhan
tersebut mulai dari rasa aman, tentram, rezeki berupa harta, cinta, sexual dari
pasangan, kehormatan, dan tentunya bentuk-bentuk ibadah yang bisa dilakukan
dalam amal salih berkeluarga.
Istri adalah amanah dari suami begitupun sebaliknya. Membangun rumah
tangga dalam islam buka hanya amanah suami dan istri, namun lebih jauh dari
itu adalah amanah dari Allah karena pernikahan dalam islam dibentuk
atas dasar nama Allah. Keluarga dan Rumah tangga bukanlah tanpa ada
kegoncangan dan ujian, namun atas dasar dan nilai-nilai agama semua itu
mampu diselesaikan hingga redamnya kegoncangan. Keluarga Sakinah,
Mawaddah dan warahmah bukan hanya tujuan, melainkan proses untuk
menggapai kebahagiaan lebih dari dunia, yaitu kebahagiaan di akhirat.

E. Ciri-Ciri Keluarga Sakinah Mawaddah


1. Saling menghargai pendapat pasangan

Dalam rumah tangga, suami memiliki peran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
istri. Hal ini ditegaskan dalam ayat terakhir Q.S Al-Baqarah ayat 228: “..para suami
mempunyai kelebihan di atas mereka (para istri)..”
Kepemimpinan suami dalam rumah tangga, memang sangat dibutuhkan, ya, Bela. Akan
tetapi, bukan berarti semua keputusan harus dibuat dan diputuskan oleh diri sendiri. Istri
juga memiliki peran sebagai anggota keluarga di sana. Keluarga yang mampu untuk
sali.

2. Tidak melanggar larangan Allah

Kehidupan keluarga yang aman, damai dan stabil bisa membawa keselamatan bagi
setiap anggota keluarga. Untuk mencapai hal ini, biasanya dilakukan oleh keluarga yang
taat akan semua peraturan Allah dan tidak melanggar larangannya. Aturan untuk
bertanggung jawab atas semua yang dilakukan, dijelaskan dalam hadist berikut:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadist ini menjadi pedoman agar selalu berpikir dalam bertindak. Keluarga yang
jujur dan memiliki tujuan hidup yang jelas, adalah salah satu ciri-ciri keluarga yang
sakinah, mawadah, warahmah.

3. Menghargai juga pendapat orang lain

Ciri-ciri keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah selanjutnya adalah selalu
menghargai pendapat orang lain. Setiap suami dan istri harus menghargai pendapat
orang lain. Walaupun orang lain tidak ikut serta merta dalam kehidupan rumah tangga,
akan tetapi sesekali perlu menghargai pendapatnya. Keluarga yang bisa terbuka dengan
pendapat yang membangun bisa menjadikan kehidupan keluarga lebih baik.

4. Selalu dianugerahkan cinta dan kasih sayang

Keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah selalu melibatkan dan


mengutamakan cinta dan kasih sayang didalamnya. Cinta dan kasih sayang selalu
bertambah jika dibarengi dengan kebaikan dan kelembutan sikap antar pasangan.
Begitupun sebaliknya, jika tidak ada kebaikan di antaranya, maka kedamaian akan jauh
dari keluarga tersebut.

5. Terpeliharanya hak antar suami dan istri

Pelajaran rumah tangga terbaik banyak dicontohkan dari kisah para Nabi, lho, Bela.
Seperti misalnya kisah rumah tangga Nabi Muhammad SAW dengan Aisha. Dilansir
dari syaria.com bahwa Aisha masih mendoakan istri pertama Nabi yaitu Khadijah,
walaupun ia sangat cemburu padanya. Hal Ini ia lakukan karena selalu mengingat
kebaikan Khadijah. Aisha menghargai hak Nabi sebagai suami dengan tetap mendoakan
Khadijah, walaupun sudah meninggal dan tidak pernah ia temui sebelumnya. Dengan
tetap menjaga hak antar suami dan istri, terbukti rumah tangga akan senantiasa damai
dan dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang.
Ciri-ciri keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah di atas bisa kamu jadikan
acuan untuk bisa diterapkan di keluarga kalian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Pengertian Akhlak
Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa
Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat
yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan.
Keberadaan akhlak mulia bagi setiap pribadi berkualitas, adalah buah dari keimanan yang
kental. Dan ini merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam kehidupan manusia.
Untuk itu, sejak awal kita harus berusaha memburu keilmuan tentang itu sebagai bekal
dalam membangun kehidupan berumah tangga. Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa
rahmah adalah istilah sekaligus doa yang sering kali dipanjatkan dan diharapkan oleh para
muslim yang telah menikah dan membina keluarga. Keluarga sakinah, mawaddah, dan
rahmah tentunya bukan hanya sekedar semboyan belaka dalam ajaran islam. Hal ini menjadi
tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat yang Allah berikan bagi mereka yang mampu
membina keluarganya.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran para pembaca bisa
berisi kritik, atau saran terhadap penulis juga atau untuk menanggapi terhadap kesimpulan
dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2020) Fiqih Ibadah. Deepublish, 2020

Habibah, S. (2015) Akhlak Dan Etika Dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar. 1(4)

Harun, M. H. (2007) Fiqih Muamalah. Muhammadiyah Universy


Press.
Http://ahmad-humaedi.blogspot.co.id/2011/06/makalah keluarga-
Https://umarhashona.wordpress.com/2014/11/11/konsep-manusia-
berkualitas-menurut-al-quran-dan-upaya-pendidikan/
Http://agusyan92.blogspot.com/p/membangun-generasiberkualitas.html
Http://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/keluarga-sakinah-
mawaddah-wa-rahmah

Anda mungkin juga menyukai