Anda di halaman 1dari 15

KEPRIBADIAN DA’I

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Dakwah

Dosen Pengampu: Achmad Abrory Arief, S. Sos. I., M.Pd.

Oleh:

1. Ahmad Saifulloh (1190302032)


2. Hanifah Azzahraa (1190302049)
3. Shabna Dafita (1190302058)

PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AZ-ZAYTUN INDONESIA
(IAI AL-AZIS)
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Etika Dakwah
dengan judul “Kepribadian Da’i”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna
dan masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Ustadz Achmad Abrory Arief, S. Sos. I., M.Pd.yang telah membimbing dan
mengarahkan agar kami bisa memperoleh ilmu yang lebih luas lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penyusun

Indramayu, 22 November 2020

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................1
C. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................1
BAB II..............................................................................................................3

A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN DA’I..............................................3


B. MACAM-MACAM KEPRIBADIAN DA’I.......................................3
C. PENGARUH KEPRIBADIAN DA’I DALAM DAKWAH..............8
BAB III..........................................................................................................10

A. KESIMPULAN.................................................................................10
B. SARAN.............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dakwah Islam yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW. pada awalnya
adalah mendidik kader-kader dakwah, di mana kader-kader ini nantinya akan
menjadi tokoh-tokoh dakwah yang handal dalam menegakkan kalimat Allah
yaitu agama Islam. Selain itu diharapkan pula dapat meneladani sikap Rasulullah
sebagai suri teladan yang baik. Seorang da’i harus mempunyai persiapan-
persiapan yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti.
Sangat susuah di bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da’i
tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk
baik secara pribadi ataupun sosial. Seperti firman Allah dalam Al-Quran surah
Ali-Imran:104. Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S Ali-Imran : 104).

Juru dakwah (da’i) adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang
menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya
kegiatan dakwah. Seorang a’i yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah da’i
yang bersifat umum. Dalam hal ini berarti bukan saja da’i yang professional,
akan tetapi berlaku juga untuk setiap orang yang hendak menyampaikan maupun
mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah,
hendakanya memiliki kepribadian yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kepribadian da’i?
2. Apa macam-macam kepribadian da’i?
3. Apa pengaruh kepribadian da’i dalam dakwah?
4. Apa tujuan makalah ini disusun?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian kepribadian da’i.

1
2. Untuk memahami macam-macam kepribadian da’i.
3. Untuk memahami pengaruh kepribadian da’i dalam dakwah.
4. Untuk menambah ilmu dan memenuhi tugas mata kuliah Etika Dakwah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN DA’I


Kepribadian menurut kebanyakan orang adalah pengaruh yang
ditimbulkan seseorang atas diri orang lain, atau sebagai kesan utama yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain.

Kepribadian adalah sikap dan perilaku seseorang yang terlihat oleh orang
lain di luar dirinya. Sikap dan perilaku itu memberi gambaran mengenai sifat-
sifat khas, watak, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki, minat dan
perhatian, hobby, kebiasaan dalain-lain sebagai isi kepribadian seseorang.

Kepribadian adalah kualitas secara keseluruhan dari seseorang yang


tampak dari cara-cara berbuat, cara-cara berfikir, cara-cara mengeluarkan
pendapat, sikap, minat, filsafat hidup dan kepercayaan.

Kepribadian Dai adalah sifat atau akhlak yang harus tertanam dalam diri
seorang dai, yang mengemban amanah berdakwah dijalan Allah.

Penjelasan tentang dakwah yang dilakukan oleh orang-orang selain Rasul


terdapat dalam ayat berikut: ‘Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata
sesungguhnya aku termasuk orangorang yang menyerahkan diri.’

B. MACAM-MACAM KEPRIBADIAN DA’I


Sosok Da’i yang memiliki kepribadian sangat tinggi dan tak pernah
kering digali adalah Rosulullah SAW. Hal ini Allah isyaratkan dalam firman-
Nya surat Al Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Seorang da’i hendaklah mengambil pelajaran dari Rosulullah SAW dan


para sahabat serta para ulama saleh terdahulu yang telah berjuang menegakkan

3
nilai-nilai luhur yang ada dalam ajaran Islam. Menurut sifatnya kepribadian Da’i
dibagi menjadi dua bagian,

1. Kepribadian yang bersifat rohaniah

Kriteria kepribadian yang baik sangat menentukan keberhasilan


dakwah, karena pada hakikatnya berdakwah tidak hanya menyampaikan
teori, tapi juga harus memberikan teladan bagi umat yang diseru. Keteladanan
jauh lebih besar pengaruhnya daripada kata-kata, hal ini sejalan dengan
ungkapan hikmah “kenyataan itu lebih menjelaskan dari ucapan”.

a. Beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

Yaitu takwa dengan sebenar-benarnya taqwa, mengimani dan


mengikuti aturan-aturan-Nya, melaksanakan segala perinta-Nya dan menjauhi
segala yang dilarang-Nya.

Sifat dasar da’i ini dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an:

َ ‫اس بِ ۡالبِ ِّر َوت َۡن َس ۡونَ اَ ۡنفُ َس ُكمۡ َواَ ۡنتُمۡ ت َۡتلُ ۡونَ ۡال ِك ٰت‬
َ‫ب‌ؕ اَفَاَل ت َۡعقِلُ ۡون‬ َ َّ‫اَت َۡا ُمر ُۡونَ الن‬

Artinya: “Apakah kamu menyuruh manusia berbuat kebaikan padahal


kamu lupa terhadap dirimu sendiri sedangkan kamu sendiri membaca kitab
Tuhan. Apakah kamu tidak berpikir.” (QS. Al-Baqarah:44)

b. Dalam Hal Taubat

Sifat taubat dalam diri da’i, berarti ia harus mampu untuk lebih
menjaga atau takut untuk berbuat maksiat atau dosa dibandingkan orang-
orang yang menjadi mad’u-nya. Jika ia merasa telah melakukan dosa atau
maksiat hendaklah ia bergegas untuk bertaubat dan menyesali atas
perbuatannya.

c. Dalam Ibadah

Seorang da’i adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah


dalam setiap perbuatan atau perkataan di mana pun dan kapan pun. Dan
segala ibadahnya ditujukan dan diperuntukkan hanya kepada Allah, dan
bukan karena manusia (riya’).

4
d. Amanah dan Shidiq

Amanah (terpercaya) dan Shidiq (jujur) adalah sifat utama yang harus
dimilki seorang da’i sebelum sifat-sifat yang lain, karena ia merupakan sifat
yang dimiliki oleh seluruh para nabi dan rasul. Amanah dan shidq adalah dua
sifat yang selalu ada bersama, karena amanah selalu bersamaan dengan shidq
(kejujuran), maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya, dan tidak
ada manusia terpercaya yang tidak jujur. Amanah dan shidq merupakan
hiasan para nabi dan orang-orang saleh, dan mestinya juga menjadi hiasan
dalam pribadi da’i karena apabila seorang da’i memiliki sifat dapat dipercaya
dan jujur maka mad’u akan cepat percaya dan menerima ajakan dakwahnya.

e. Pandai Bersyukur

Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang merasakan


karunia Allah dalam dirinya, sehingga perbuatan dan ungkapannya
merupakan realisasi dari rasa kesyukuran tersebut. Syukur dengan perbuatan
berarti melakukan kebaikan, syukur dengan lisan berarti selalu mengucapkan
ungkapan-ungkapan yang baik (kalimat thayyibat). Syukur juga mempunyai
dua dimensi, syukur kepada Allah dan syukur kepada manusia. Seorang da’i
yang baik adalah da’i yang mampu menghargai nikmat-nikmat Allah dan
menghargai kebaikan orang lain.

f. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan pribadi

Apa yang dilakukan seorang da’i merupakan bagian dari perhatiannya


kepada umat, ia menginginkan umat beriman dan selamat dunia akhirat.

g. Ramah dan penuh pengertian

Yaitu menunjukkan sikap hormat dan menghargai kepada siapapun.

h. Tawaddu (rendah hati)

Rendah hati bukanlah rendah diri (merasa terhina dibanding derajat


dan martabat orang lain), tawaddu (rendah hati) dalam hal ini adalah sopan
dalam pergaulan, tidak sombong, tidak suka menghina, dan mencela orang
lain. Da’i yang mempunyai sifat tawaddu akan selalu disenangi dan dihormati

5
orang karena tidak sombong dan berbangga diri yang dapat menyakiti
perasaan orang lain.

i. Sederhana dan jujur

Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan dakwah,


dalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhan.
Sederhana di sini adalah tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya,
sehingga dengan sifat sederhana seorang ini orang tidak merasa segan dan
takut kepadanya.

j. Tidak memiliki sifat egois

Ego adalah suatu watak yang menonjolkan keakuan, angkuh dalam


pergaulan, merasa diri paling hebat, terhormat, dan lain-lain. Sifat ini benar-
benar harus dijauhi oleh da’i. Orang yang mempunyai sifat ego hanya akan
mementingkan dirinya sendiri, maka bagaimana mungkin seorang da’i akan
dapat bergaul dan memengaruhi orang lain jika ia sendiri tidak peduli dengan
orang lain.

k. Sabar dan tawakal

Yaitu sikap pasrah dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah


setelah berusaha secara maksimal.

l. Memiliki jiwa toleran

Toleransi dapat dipahami sebagai suatu sikap pengertian dan dapat


mengadaptasi diri secara positif (menguntungkan bagi diri sendiri maupun
orang lain) bukan toleransi dalam arti mengikuti jejak lingkungan. Salah satu
contoh ayat yang menunjukkan sifat toleransi dalam surat Al-Kafirun ayat 6
yang artinya “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”

m. Sifat terbuka (demokratis)

Seorang da’i adalah manusia biasa yang juga tidak luput dari salah
dan lupa. Karena itu agar dakwah dapat berhasil, da’i diharuskan memiliki
sifat terbuka dalam arti bila ada kritikan dan saran hendaklah diterima dengan

6
gembira, bila ia mendapat kesulitan sanggup bermusyawarah dan tidak
berpegang teguh pada pendapat (ide) nya yang kurang baik.

n. Tidak memiliki penyakit hati

Sombong, dengki, ujub, dan iri harus disingkirkan dari sanubari


seorang da’i. Tanpa membersihkan sanubari dari sifat-sifat tersebut, tidak
mungkin tujuan dakwah akan tercapai. Salah satu contoh penyakit hati bila
seseorang merasa iri bila temannya mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat,
sifat tersebut membuat seseorang tidak mungkin mengajak kepada kebaikan
bila dirinya sendiri iri melihat sasaran dakwah mendapat kebahagiaan.

o. Berakhlak mulia

Dalam kata lain, memiliki budi pekerti yang mulia dalam seluruh
perkataan dan perbuatannya. Rasulullah SAW sendiri diutus tidak lain untuk
memperbaiki moralitas umat manusia.

p. Disiplin dan bijaksana

Menepati seluruh norma agama dan masyarakat dan melakukan


sesuatu penuh pemikiran dan pertimbangan yang matang.

q. Wara’ dan berwibawa

Sikap wara’ adalah menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang


berguna dan mengindahkan amal shaleh, sikap ini dapat menimbulkan
kewibawaan seorang da’i. Sebab kewibawaan merupakan faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk percaya menerima suatu ajakan.

r. Tidak Memiliki Penyakit Hati

Sombong, dengki, ujub, dan iri harus disingkirkan dari sanubari


seorag da’i.

2. Kepribadian yang bersifat jasmani


1) Sehat jasmani

7
Dakwah memerlukan akal yang sehat, sedangkan akal yang sehat
terdapat pada badan yang sehat pula. Di samping itu, dengan kesehatan
jasmani seorang Da’i mampu memikul beban dan tugas dakwah.

2) Berpakaian sopan dan rapi

Pakaian yang sopan, praktis dan pantas mendorong rasa simpati


seseorang pada orang lain bahkan pakaian berdampak pada kewibawaan
seseorang.

C. PENGARUH KEPRIBADIAN DA’I DALAM DAKWAH


Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Ta’ala di dalam al-Quran (an-Nahl
[16]:125), bahwa salah satu metode dakwah yang bisa kita pergunakan untuk
mengajak umat manusia menjadi hamba-hamba Allah, yaitu dakwah bil-hikmah
(kebaikan atau contoh yang baik). Metode ini apabila dilakukan dengan baik dan
terarah, maka kekuatan dari dakwah akan memberikan dampaknya yang cukup
signifikan kepada umat manusia.

Dakwah dengan kepribadian yang baik telah teruji dan terbukti


keberhasilannya karena secara praksis telah diterapkan oleh Rasulullah SAW dan
para sahabat RA. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan dari dakwah bil-hikmah
dengan mengedepankan akhlaqul karimah bisa menjadi senjata dakwah yang sangat
ampuh.

Di dalam surat an-Nahl ayat 125 Allah telah berfirman kepada orang-orang
yang beriman untuk menyampaikan dakwah dengan penuh kebijaksanaan dan
memberikan nasehat yang baik. Oleh karena itu, dengan menunjukkan akhlak yang
mulia kepada mad’u (objek dakwah),akan dapat memberikan pengaruh positif yang
sangat besar untuk bisa menundukkan hatinya. Karena pada dasarnya ketika
berdakwah yang harus ditundukkan adalah hati si mad’u.Dan memang dakwah bil-
hikmah inilah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW.

Di dalam beberapa riwayat kita bisa mengambil pelajaran yang berharga


tentang keefektifan dari dakwah bil-hikmah ini,salah satu diantaranya adalah tentang
bagaimana masuk Islamnya Abu Bakar RA. Menurut Mush’ab bin Zubair, kaum

8
muslimin sepakat manamakannya sebagai ash-Shiddiq sebab dialah yang pertama
kali dan bersegera menyatakan kebenaran Rasulullah SAW serta selalu bersikap jujur
dan benar. Dan Abu Bakar RA tidak serta merta masuk Islam tanpa dalil dan hujah
apapun,akan tetapi akhlak mulia yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW di
sepanjang hidup beliau adalah merupakan dalil jitu dan paling kuat yang
menyebabkan Abu Bakar RA langsung menyatakan diri masuk Islam setelah
pendakwaan kerasulan dari Nabi Muhammad SAW. Kekuatan karakter dan akhlak
fadhilah dari YM Rasulullah SAW lah yang dapat menundukkan hati Abu Bakar RA.
Sebagaimana di berbagai riwayat disebutkan bahwa, sebelum pendakwaan
kerasulannya, beliau SAW sudah masyhur dengan kepribadiannya yang santun,jujur
dan berakhlak tinggi. Sehingga orang-orang Quraisy memberikan gelar al-amin
(yang dapat dipercaya) terhadap beliau SAW, jauh sebelum pendakwaan kerasulan
beliau SAW. Oleh karena itu di dalam al-Quran Allah Ta’ala berfirman :

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هللاِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هللاَ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هللاَ َكثِيرًا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu suri
teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).

Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh


kepribadian juru dakwah. Sikap penuh keyakinan bahwa dakwah yang disampaikan
akan diterima dengan baik oleh pendengar, sikap yakin bahwa apa yang disampaikan
adalah perintah Allah SWT, serta sikap optimis dan pantang menyerah adalah ciri-
ciri kepribadian seorang juru dakwah.

Jika diteropong dengan Psikologi, kepribadian Da’i sangat berhubungan erat


dengan keberhasialan atau kesuksesan kegiatan dakwah. Dalam melaksanakan
kegiatan dakwah akan banyak cobaan yang dihadapi oleh juru dakwah. Oleh Karena
itu kepribadian seorang da’i berperan penting dalam keberhasilan proses dakwah.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Da’i adalah orang yang mengajak orang lain, baik secara langsung
maupun tidak langsung, melalui lisan, tulisan maupun perbuatan untuk
mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar luaskan ajaran Islam,
melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.

Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang da’i terbagi menjadi dua
yaitu kepribadian yang bersifat rohaniah dan jasmaniah. Kepribadian yang
bersifat rohaniah di antaranya beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, ahli
taubat, ahli ibadah, amanah dan shiddiq, dan lain sebagainya. Kepribadian yang
bersifat jasmaniah yakni sehat jasmani dan berpakaian sopan dan rapi.

Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh


kepribadian juru dakwah. Sikap penuh keyakinan bahwa dakwah yang
disampaikan akan diterima dengan baik oleh pendengar, sikap yakin bahwa apa
yang disampaikan adalah perintah Allah SWT, serta sikap optimis dan pantang
menyerah adalah cirri-ciri kepribadia seorang juru dakwah.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah diatas masih terdapat kekurangan
masih menuju penyempurnaan. Kami akan terus berusaha memperbaiki
makalah menjadi lebih baik lagi dengan berpedoman pada banyak sumber,
dan mendengar serta mempertimbangkan saran–saran dari semua pihak yang
kompeten dibidangnya. Maka dari itu kami, dengan pikiran dan tangan
terbuka menerima kritik dan saran mengenai isi maupun pembahasan
makalah tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin Pimay (hand Out. Pengantar Ilmu Dakwah. 2010).


http://rizalalsam.blogspot.com/2010/12/mengenal-dai-dan-kepribadiannya.html
(Senin,03-10-2011).
Machsin Lalu E & Faizah. 2006.Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Nashori S Fuad& Djamaluddin Ancok. 1995. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Syihata Abdullah.1978. Dakwah Islamiyah. Jakarta: Departemen Agama
RI.Putriyani Ayu, Kepribadian Da’I, http://pratamawijaya199.blogspot.com
Syukir, Asmuni, Kepribadian Da’i dalam proses dakwah,
https://naskahtua.blogspot.com
Kalam Sindo, Q.S Al Baqarah, https://kalam.sindonews.com

11

Anda mungkin juga menyukai