ISSN: 1829-8169
Sulaeman
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon
Email: eman__man09@yahoo.com
ABSTRAK ABSTRACT
Jurnalis perempuan adalah seorang individu yang Female journalist is an individual who does the job
melakukan pekerjaan wartawan dalam meliput of journalists in covering the field. This study
lapangan. Penelitian ini berkaitan dengan pertains to how the news coverage of women
bagaimana bputan berita perempuan jurnalis di journalist in the mass media field in the city
bidang media massa di kota Ambon untuk menjadi Ambon to become a journalist, and how they have
seorang jurnalis, dan bagaimana mereka telah constructed the meaning the profession and
dibangun arti profesi dan profesionalisme professionalism of journalist built up through
wartawan dibangun melalui pengalaman experience of communication with its around. The
komunikasi dengan sekitar nya. Penelitian ini study is based on a social construction perspective
didasarkan pada perspektif konstruksi sosial dan and has a symbolic interactjonist perspective, with
memiliki perspektif interaksionis simbolik, dengan the research methods of unstructured in-depth
metode penelitian terstruktur wawancara interviews with some observations to complement
mendalam dengan beberapa pengamatan untuk the data gained through the interviews.
data diperoleh melalui wawancara. Based on the sufferers' interviews and observations on
Berdasarkan wawancara dan observasi penderita the motivation, profession, and professionalism of
'pada motivasi. profesi, dan profesionalisme women journalist of news coverage field, we
wartawan perempuan dari bidang liputan berita, have developed a typology of meaning the
kami telah mengembangkan tipologi berarti construction and themes related ifb* their
pembangunan dan tema yang berkaitan dengan communication experiences. The subjects
pengalaman komunikasi mereka. Subyek dianggap considered their women journalist in because of
wartawan perempuan mereka dalam karena motif motive and m-order-to-motive of working in the
dan di-order-to-motif yang bekerja di media, media, independence of profession, and the
independensi profesi, dan permintaan kesadaran demand of social responsibility awareness on the
tanggung jawab sosial pada profesionalisme professionalism of journalist reporting news. The
wartawan melaporkan berita. Subyek telah subjects have been discriminated against by the
didiskriminasi oleh lingkungan surround dibangun surround environment constructed journalist
wartawan profesi pekerjaan pria. Memperlakukan profession a man's job. Treat their cultural
lingkungan budaya mereka dengan menciptakan environment by creating stereotypes trouble setting
stereotip masalah pengaturan waktu pada time on the job and household matters as the nature
pekerjaan dan rumah tangga hal-hal sebagai sifat of women.
perempuan. Keywords: women journalist, motivation,
Kata Kunci: Penalaran proporsional, rasio dan profession, professionalism, social construction,
proporsi, pemecahan masalah symbolic interactionist perspective
berhadapan dengan kepentingan pemilik media. menggunakan informasi dari pihak pemilik
Jurnalis tidak lebih ditempatkan sebagai media dan sumber-sumber resmi yang sudah
pekerja, mereka belum diposisikan sebagai tentu telah "diatur" akurasi kebenarannya.
profesional dalam menjalankan aktivitas Tujuan dan Metode Penelitian
kejurnalismenya. Konsekuensinya, imbalan Penelitian ini bertujuan untuk memahami
secara finansial diterima jurnalis relatif tidak motivasi apakah yang melatarbelakangi
memadai. perempuan menjadi seorang jurnalis, dan
Jurnalisme dan pesatnya informasi bagaimana mereka mengkonstruksi makna
menjadikan profesi jurnalis sebagai pekerjaan profesi dan profesionalisme dibangun melalui
menantang, bukan hanya laki-laki menyukai pengalaman komunikasi dengan
profesi itu, perempuan pun banyak lingkungannya.
mengidamkan profesi sebagai penyampai berita Penelitian ini melibatkan limabelas
tersebut. Setiap hari pekerjaannya berputar informan perempuan sebagai jurnalis. Usia
dalam pencarian, pengolahan, penulisan berita mereka berkisar duapuluh lima hingga
untuk di muat di media massa. Atas dasar empatpuluh tujuh tahun pada saat peneliti
tersebut, standar uji kompetensi bagi jurnalis di melakukan penelitian. Sembilan subjek
Indonesia, termasuk di Kota Ambon menjadi beipendidikan tamat sekolah lanjutan atas,
keharusan bagi para jurnalis dalam menggeluti lainnya berpendidikan Sarjana dan bukan
profesinya, dengan basis profesionalisme akademik ilmu komunikasi-jumahsme. Subyek
didukung oleh standar kompetensi kerja sebagian besar bekerja pada Media Harian
sebagai instrumen yang dapat diuji dan Surat Kabar dan selebihnya di Media Stasiun
diapresiasi oleh lingkungan. TVRI Maluku-Maluku Utara serta Media
Perempuan sebagai pekerja jurnalisme, Stasiun Televisi Mollucas.
tugas utamanya adalah menghadirkan Untuk memperoleh data penelitian,
pengetahuan bagi masyarakat, mengikis peneliti telah melakukan wawancara
ketidaktahuan yang terjadi. Jurnalisme sebagai mendalam. Awalnya wawancara tidak mudah
institusi media di saat sekarang ini memiliki dilakukan, mereka kurang memiliki waktu,
fenomena, terutama "jurnalis muda dan baru," kecenderungan digunakan untuk peliputan
jurnalis ini memiliki kewalahan mengerjakan berita lapangan. Ketika mereka bersedia
peliputan begitu membentang dengan memiliki diwawancarai, awalnya ada kesepakatan
waktu sedikit. Bagi jurnalis tidak dengan peneliti. Peneliti mampu
berpengalaman seringkali mengalami kesulitan mengumpulkan data dari subjek dengan cara,
memahami sebuah peristiwa komunikasi, seperti peneliti tatap muka dengan kepala
dengan kesudahan menyerahkan dan pemberitaan media massa, dilanjutkan
mereka atas orang lain (Blumer, 1969). Asumsi "Praktik Sosial Jurnalis Perempuan di Provinsi
teori ini, bagaimana jurnalis perempuan Lampung."
mengeksplorasi diri mereka memaknai profesi Berdasarkan perspektif interpretif atau
dan profesionalisme jurnalis. George Herbert fenomenologis, jurnalis perempuan memiliki
Mead (1863-1932) dan Herbert Blumer (1900- pengalaman dialami diasumsikan sebagai realitas
1987) menjelaskan profesi dan profesionalisme subjektif. Hal ini menarik untuk diteliti untuk
jurnalis dimaknai secara simbolis jurnalis mengetahui bagaimana subjek penelitian adalah
perempuan. Makna dan simbol muncul melalui perempuan mengkonstruksi motivasi, profesi,
interaksi dan komunikasi melalui pengalaman dan profesionalisme jurnalis dibangun melalui
komunikasi dialami dengan lingkungan pengalaman komunikasi dengan lingkungannya
sekitarnya. Pemaknaan diperoleh menjadi di media massa sebagai tempat bekerja di Kota
landasan bagi pemunculan makna subjektif dari Ambon.
setiap tindakan diambil oleh jurnalis Hasil Penelitian
perempuan. Motivasi Jurnalis Perempuan Memilih
Aspek perspektif interpretatif, individu Profesi Jurnalis
sebagai jurnalis perempuan dapat memberikan Pengalaman jurnalis perempuan
makna tertentu mengenai profesionalisme dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
jurnalis. Perspektif interpretatif dianggap sesuai hari memiliki pemaknaan berbeda-beda.
dan lebih holistik untuk meneliti keunikan Aktivitasnya dimaknai oleh mereka yang
pengalaman individu mengenai motivasi, dapat dianggap sebagai sesuatu tindakan
profesi dan profesionalisme mereka secara motif yang dapat melihat diri jurnalis
subjektif. perempuan memilih pekerjaan peliputan
Telah banyak penelitian mengenai berita lapangan. Motif digunakan untuk
jurnalisme berdasarkan teoi konstruksi sosial mengetahui alasan sebab dan tujuan individu
(dikaitkan dengan teoi fenomenologis dan memilih menjadi jurnalis perempuan di
interaksi simbolik), seperti hasil penelitian dari media massa Kota Ambon.
Eyre (1995) meneliti "The Experience of Motif Sebab. Motif sebab yang mendorong
Female Journalists Working in the British jurnalis perempuan untuk mengambil
Newspaper Industry Newspaper London." tindakan menjadi jurnalis cukup beragam,
Hasil penelitian di Indonesia mengenai meliputi:
jurnalisme berdasarkan teori tindakan sosial • Cita-cita. "Latar belakang yang dijalani
meliputi Wibawa (2009) meneliti dan mengilhami diri" telah ada sejak kecil
"Profesionalisme dan ldealisme Wartawan di memilih pekerjaan jurnalis.
Kota Bandung"; Firman (2010) meneliti
• Membutuhkan pekerjaan. "Tuntutan hidup" sosial dari sebuah tindakan yang sudah
dilandasi dengan keterdesakan ekonomi. menjadi habitual. Hal ini sesuai juga dengan
melakukan pekerjaan yang memiliki risiko motivation both motivating and motivated
yang dinikmati sebagai tantangan yang harus lived experiences have the temporal
• Aktualisasi diri. "Kekuatan diri" sebagai disebabkan keinginan dan atau cit»>-cita,
laki-laki.
NfTemsB^tajaTM imbalan Material -JBerseaaiigatl^j
•
Proses pentbelajatandari KemandinanmenjaJani P.ciikodalammenjalani
Bangga. "Kebahagian hidup" di mana enambahan pengetahuan kehidupan peketjaar.
Ibid., h. 86.
342 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Studi Profesianalisme- Sulaeman
ISSN: 1 829-8169
pemahaman makna profesi mereka sebagai Fakta yang disajikan dai sumber yang relevan
jurnalis perempuan. dan disajikan secara berimbang dengan apa
Menuntut Kejujuran. Sebagai individu adanya yang dapat dipercaya. (Ahliyawati)
memiliki profesi jurnalis memberikan Jurnalis itu tidak memihak, tidak subjektif,
gambaran diri "kejujuran" menyajikan berita namun menyajikan informasi pemberitaan apa
sebagai pekerja peliputan berita lapangan■yang adanya, orientasinya pada apa yang terjadi,
bertanggung-jawab atas berita disajikan ke bukan apa yang diharapkan. (Berniyasasti)
publik. Pertanggung-jawaban ini merupakan Menuntut Kecermatan. Pekerjaan jurnalis bagi
bagian dari objektivitas mereka sebagai pekerja perempuan, "menuntut kecermatan" untuk
jurnalis, seperti: mencai sumber peristiwa komunikasi di
Katong orang pekerja lapangan, harus lapangan dengan "memilih dan memilah fakta-
kumpulkan dan menyajikan berita yang fakta" peristiwa untuk disajikan sebagai
objektif dengan menemukan fakta apa adanya informasi pemberitaan.
yang memiliki nilai kesakralan. (Posgawati) Wartawan mencari sumber berita lapangan, lalu
Pekerjaan beta ini pentih resiko, beta harus memilih dan memilah fakta-fakta sebagai
sumber pembeitaan. (Istiningsih)
menyajikan berita ob.iektif dengan
mempertanggung-jawabkan berita apa adanya Fakta itu harus di pilah-pilah dan tidak semua
pada khalayak. (Rismaniyani) fakta dapat disajikan ke masyarakat. (Coswati)
Membutuhkan Kejelian. Profesi jurnalis bagi Memerlukan Kreativitas. Jurnalis dalam
jurnalis perempuan dijuluki sebagai menjalankan profesinya diperlukan "persiapan
kepanjangan tangan dan penyambung lidah perencanaan, pengetahuan, dan keterampilan"
publik. Pemaknaan setiap individu mengenai berhubungan dengan berbagai pihak yang
profesi jurnalis tentu berbeda-beda. Begitupula menjadi sumber berita. Hubungan antar jurnalis
pemaknaan jurnalis mengenai profesinya dan dengan sumber berita tidak akan menimbulkan
bagaimana mereka memahami dirinya dalam persoalan apa-apa sepanjang fakta dan atau
menggali, mencari, menganalisis segala informasi disampaikan jurnalis akurat dan
pemberitaan dari masyarakat yang dibutuhkan benar. Sebaliknya, akan muncul persoalan bila
untuk "berbagi pengalaman hasil liputan." fakta diberikan jurnalis dianggap tidak benar.
Pencarian berita "membutuhkan kejelian" Untuk menghindari masalah tersebut, jurnalis
untuk memperoleh hasil liputan berita lapangan sebaiknya "memiliki kreativitas" melakukan
diharapkan untuk meningkatkan ide tulisan peliputan pencarian pelaku peristiwa
menjadi berkembang dengan baik. komunikasi yang telah direncanakan sebelum
turun melakukan peliputan berita lapangan.
Beta ditugaskan wawancara ke Maluku Tengah Wartawan haruslah lebih berhati-hati dalam
pergi sendirian. Di sana beta ketemu orang menentukan sumber dan gaya pemberitaan.
baru, wawancara dengan topik yang saya Kehatian-hatian sebagai proses pembelajaran
sendiri juga masih awam. Wah, ini sulit sekali. dan wartawan selalu memiliki kesiapan dengan
Disinilah beta sadar ternyata untuk jadi segala tantangan yang dihadapi di lapangan.
wartawan, beta harus kreatif untuk (Nosiyanugrahati)
mewawancarai narasumber, trus gimana
Kita memilih profesi sebagai jurnalis, ya pasti
caranya bisa ketemu orang penting, yang paling
harus siap dengan segala tantangannya itu.
penting, sebelum wawancara, beta juga harus
Justru saya sih jadinya termotivasi ya, misalnya
menguasai topik wawancara tersebut. Aduh,
wah ada issue narasumbernya ini susah
kerasa banget bedanya, pas beta gak paham
ditembus loh, susah ketemunya, justru kalau
sama sekali tentang topik wawancaranya. Jadi,
beta sih jadinya semangat ya, termotivasi untuk
gak boleh ketemu narasumber dengan tangan
mendapatkan berita sebagai proses
kosong. (Yasmin)
pembelajaran. (Santiyani)
Jurnalis secara terencana membekali diri Menuntut Ketegasan. Pekerjaan junalis
dengan pengetahuan yang cukup untuk sebuah profesi yang membutuhkan kemampuan
membantunya dalam menjalankan tugas. fisik, ketepatan dan kecepatan berpikir""dalam
(Ibaniyah) mencari, mengolah, menyebarkan berita.
Pembelajaran Terus-Menerus. Jurnalis perlu Profesi jurnalis "menuntut ketegasan"
"mempersiapkan diri sebaik-baiknya" ' agar informasi sebagai fakta pemberitaan.
dapat membaca situasi di mana mereka berada Pemaknaan ketegasan tersebut menunjukkan
dan bekerja. Pengetahuan dan pemahaman setiap jurnalis harus, memperlihatkan
terhadap kondisi ekonomi, politik, dan sosial- kemampuan maksimal dalam setiap berita yang
budaya dari kota mana jurnalis akan ■ diliput atau ditulisnya.
menjalankan tugasnya perlu dimiliki. Pekerjaan jurnalis sebuah profesi yang
Pengetahuan dan pemahaman semacam itu membutuhkan kemampuan fisik, ketepatan dan
tidak datang sendiri, jurnalislah yang harus kecepatan berpikir dalam mencari, mengolah,
berupaya mengenali seluruh sisi kehidupannya. menyebarkan berita. (Aminah Tutupuli)
Jurnalis harus memiliki keahlian dan
Wartawan perempuan kadang masyarakat
keterampilan yang merupakan dasar kerja
memberikan penilaian yang kurang baik.
profesi, setiap pekerja jurnalisme terutama
Penilaian itulah kita merasa tertantang untuk
jurnalis, wajib meningkatkan terus-menerus
membuktikan diri, wartawan sebagai pekerjaan
pengetahuan dan keterampilan.
pengabdian dan pembuka informasi
lebih bersifat subjektif, maka makna profesi yang sering disalahpahami oleh publik.
jurnalis berasal dari pengalaman hidup mereka, Netralitas hanyalah salah satu sikap atau
sehingga makna profesi jurnalis akan diartikan pendirian jurnalis dalam kebijaksanaan
berbeda-berbeda oleh setiap jurnalis redaksional ketika hendak menyiarkan
perempuan, tergantung dari pengalaman pemberitaan. Independensi jurnalis
masing-masing yang mereka alami dalam mengandung makna lebih luas dari netralitas,
kehidupan sehari-hari yang dapat berubah dan yaitu sikap atau pendirian apa pun termasuk
waktu ke waktu, seiring dengan perubahan netral dan atau imparsial sesuai dengan
situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial pertimbangan profesionalisme jurnalis dengan
jurnalis perempuan untuk mencari dan mengingat tujuan pemberitaan demi
mengumpulkan fakta. Keberhasilan jurnalis kepentingan umum. Kata lain independensi
melakukan peliputan berita lapangan jurnalis tidak dapat ditekan oleh campur tangan
ditentukan oleh kemampuannya menggunakan dari pihak manapun, termasuk dari pemilik
cara pengumpulan fakta, pengenalan terhadap media itu sendiri.
ragam peristiwa serta bagaimana menghadapi Informasi dari sumber berita pada masyarakat
objek realitas. harus melalui .proses yang akurat dan
Makna Profesionalisme Jurnalis Perempuan dipertanggung-jawabkan. Berita asal jadijianya
Pemaknaan profesionalisme melalui sudut dapat terjadi pada media yang tidak memiliki
pandang individu yang merupakan jurnalis kredibel. (Bahriani)
perempuan, tentulah berbeda dengan Profesionalisme jurnalis, jika memberikan
pemaknaan profesionalisme yang dihasilkan fakta tanpa ada pengaruh apa pun, tanpa ada
melalui pemahaman individu yang bukan subjektivitas pemilik, tanpa ada pengaruh
jurnalis perempuan, karena pemaknaan narasumber. Kepentingan yang diutamakan
profesionalisme ini turut dibentuk melalui adalah kebenaran. Setiap isu pasti ada
pengalaman komunikasi ' sebagai peristiwa kepentingannya, tapi kepentingan bagi seorang
komunikasi dialami jurnalis perempuan. jurnalis adalah fakta. (Nosiyanugrahati)
Hasil penelitian yang peneliti
Wartawan harus berpihak kepada yang benar.
ungkapkan ini merupakan bentuk konstruksi
Kebenaran itu bukan kebenaran siapa yang
dii jurnalis terhadap pengalaman komunikasi
salah atau siapa yang benar, melainkan dalam
jurnalis perempuan berdasarkan kesadaran
konteks seseorang yang mengatakan sesuatu.
individu mereka memaknai profesionalisme
Jadi dalam konsepnya mengenai independen, ia
jurnalis secara subjektif.
tidak menjadi pemutus sesuatu tetapi cukup
Independen. Profesionalisme jurnalis dimaknai
"independen" bukan berarti "netral" seperti
kerja profesi, setiap pekerja jurnalisme kejujuran, dapat dipercaya, bertanggung jawab,
terutama jurnalis, wajib meningkatkan terus disiplin, dan menghormati orang lain.
menerus pengetahuan dan keterampilan. Informasi disampaikan wartawan, melalui
Profesional wartawan ditunjang dengan proses yang memadai dan akurat bermutu,
khusus sebagai dasar kerja profesi. (Yasmin) disiplin, dan menghormati orang lain.
(Santiyani)
Wartawan itu memiliki standard dan ciri-ciri
tertentu, harus mahir, terampil dalam Berita itu harus dipertanggung-jawabkan, tidak
melaksanakan tugasnya. (Istiningsih) ada berita asal jadi. (Ibaniyah)
Dalam meliput berita saya lebih concern pada Wartawan itu harus pandai menulis, mampu
aspek manusiawinya bukan sekedar informasi melihat kejadian dan menyajikan dengan
tentang fakta, tapi sekaligus menyajikan menarik perhatian dan memahami kebutuhan
interpretasi akan arti dan makna peristiwa informasi masyarakat. (Nolasawati)
tersebut... jurnalis itu harus profesional, serba Menjunjung Tinggi Etik. Profesionalisme
tahu tapi bukan berarti dia juga sok tau jadinya. jurnalis yang memandang kejumalisme sebagai
Jurnalis juga harus pintar, dalam artian bukan profesi yang memiliki harkat, harus turut
sok pintar juga, tapi dia berusaha menguasai menjaga ancaman erosi , terhadap martabat
topik berita yang diterbitkan tersebut. Jadi, ya profesi. Jurnalis bekerja untuk kepentingan
kembali lagi pada profesi, dia harus berusaha yang lebih luas, yaitu publik pembaca dan
menguasai topik yang dia liput tersebut. bukan untuk kepentingan segelintir pihak saja.
(Coswati) Jurnalis memasuki wilayah pembicaraan
Menjaga Integritas. Profesi jurnalis tentang etika profesi kejumalisme. Etika
merupakan suatu proses untuk menjaga mempersoalkan tindakan yang baik dan buruk.
integritas. Untuk memahami integritas jurnalis, Kebaikan dan keburukan diukur dari tindakan
tidak dapat dilakukan secara parsial manusia yang berinteraksi dalam dimensi yang
(terpenggal). Proses jurnalis dapat dimulai dai sama.
pencarian bahan berita, peliputan beita, Wartawan harus mahir dalam dunianya
penulisan berita, publikasi berita hingga yang dilandasi kode etik jurnalistik. (Aminah
evaluasi. Jurnalis sebagai proses Tutupuli)
mengisyaratkan integritas bahwa berita dengan Ya, kembali lagi pada kodrat sebagai
segala bentuknya dilahirkan harus melalui perempuan. Dalam agama kan, tugas saya yang
proses yang memadai dan akurat bermutu, utama adalah mengurus anak dan suami.
Sebelum menikah sih memang ya karena kita
untuk jangka panjang. Jadi, maksimal sepuluh Munculnya tuntutan jurnalis profesional,
tahunan gitu. Karena kan mengingat usia ya, merupakan salah satu konsekuensi dari
kalau semakin tua kan produktivitas bekerja pemerintah, dan organisasi profesi junalisme
juga berkurang kan. (Posgawati) itu sendiri untuk memenuhi fungsi dan
Selama saya bekerja sebagai jurnalis, saya perannya sebagai motor penggerak
harus mentaati kode etik jurnalistik yang ada. pembangunan dalam hal ini adalah
Jadi, kita harus mempunyai komitmen terhadap informasi,dan pendidikan. Jurnalis profesional,
profesi tersebut. Profesi Jurnalis ini merupakan disadari oleh para jurnalis sebagai sebuah
tugas mulia buat saya. Peran dia sebagai pilihan dan jalan yang terjal namun tetap harus
jurnalis, dia harus mencari beita kemudian dilalui. Jurnalis merupakan sebuah profesi dari
cenderung lemah. Jurnalis perempuan tidak profesi dan profesionalisme jurnalis yang
cukup memiliki kekuatan tawar (bargaining dialami dan dibentuk dari pengetahuan yang
power) yang memadai ketika berhadapan dimiliki, meskipun mereka menganggap
dengan kepentingan pemilik media. Jurnalis junalis sebagai profesi, terutama mereka
perempuan tidak lebih ditempatkan sebagai menganggap jurnalis sebagai profesi yang
pekerja, mereka belum diposisikan sebagai harus dilakoni secara profesional dalam
profesional dalam menjalankan aktivitas melakukan peliputan berita lapangan.
jurnalismenya yang akhirnya, imbalan secara Penelitian ini telah membahas beberapa
fmansial yang diterima jurnalis perempuan aspek pemaknaan pengalaman hidup jurnalis
relatif tidak memadai. perempuan melakukan peliputan berita
Kesimpulan lapangan. Banyak aspek lain yang masih perlu
Jurnalis perempuan sebagai subjek penelitian dilakukan penelitian, salah satunya adalah
ini telah mengambil tindakan menjadi jurnalis bagaimana kinerja jurnalis perempuan dan laki-
peliputan berita lapangan dialami cukup laki memaknai profesi diri mereka memiliki
beragam. Beberapa temuan menjelaskan bahwa pekerjaan jurnalis berdasarkan kerangka
jurnalis perempuan sebagai subyek dianggap pengalaman dan pengetahuan dimiliki. Telah
memiliki motif sebab dan tujuan bekerja di ditemukan, misalnya mereka terus-menerus
media massa, profesi jurnalis yang sebagai belajar melakukan peliputan berita lapangan.
pekerjaan yang terkait dengan profesionalisme Jadi dengan menggunakan perspektif
jurnalis dibangun melalui pengalaman manajemen komunikasi, kita dapat
komunikasi dengan lingkungannya. Sebagian mengeksplorasi tingkat kemampuan kinerja
dan subjek masih mendapatkan diskriminasi jurnalis peliputan berita lapangan. Tentu saja
dari lingkungan sekitarnya yang dikonstruksi topik ini berada di luar diskusi kita saat ini,
profesi jurnalis untuk pekerjaan laki-laki pada Referensi
saat peneliti melakukan penelitian, dan lainnya Alwasila, AC. 2003. Pokoknya Kualitatif:
adanya keinginan untuk membuktikan diri Dasar-Dasar Merancang dan
bahwa perempuan juga bisa melakukan Melakukan Penelitian Kualitatif.
pekerjaan seperti kaum laki-laki walaupun Bandung: Pustaka Jaya Bekerjasama
memiliki perbedaan jenis kelamin, namun dengan Pusat Studi Sunda.
mampu bekerja sebagai jurnalis. Anwar, Rosihan. 1977. Profil Wartawan
Dalam penelitian ini teori konstruksi Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan
makna dan interaksi simbolik telah bermanfaat dan Pengembangan Pers Departemen
dalam mengeksplorasi pengalaman para Penerangan RI.
jurnalis perempuan. Khususnya memaknai