Anda di halaman 1dari 38

INSTAGRAM STORIES SEBAGAI MEDIA SELF DISCLOSURE

MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UIN SU

Mini skripsi

Diajukan untuk membuat skripsi dalam memenuhi

Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom)

Oleh :

Taufik Syahputra
NIM : 0105173251

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakan Masalah

Media sosial yang kini beragam merupakan jenis media baru yang memungkinkan orang bisa

berbicara, berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan jejaring secara online, Ardianto (2011).

Media sosial yang saat ini sedang sangat diminati adalah Instagram. Instagram berhasil

meraih kepopulerannya tak lain karena kebiasaan masyarakat sekarang yang cenderung

narsis. Fitur kamera pada smartphone yang semakin meningkat dari segi kualitas menjadi

salah satu penyebabnya, dimanapun dan kapanpun kita dapat berfoto lalu meng-upload di

Instagram.

Pada tahun 2016 terdapat 4 media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat

Indonesia , yaitu, Facebook, Instagram, Twitter, dan Path. Facebook menempati urutan

pertama disusul Instagram kemudian masuk Twitter dan Path. Kompasiana.com (6 Januari

2017). Meski Facebook menempati peringkat pertama namun dalam penelitian ini

mengambil Instagram karena fitur Instagram lebih lengkap dibandingkan dengan Facebook.

Fitur-fitur yang terdapat di Instagram yaitu, Instagram stories, siaran langsung, foto, dan v

ideo, sedangkan Facebook hanya memiliki fitur siaran langsung, foto, dan video.

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu komunikasi terkait bagaimana pengaruh Instagram

stories terhadap self disclosure karena Mahasiswa-mahasiswa Ilmu komunikasi di UIN

Sumatera Utara aktif menggunakan sosial media Instagram

Pada tahun 2010 Kevin dan Mike menciptakan aplikasi web bernama Burbn akan tetapi fitur-

fitur aplikasi terlalu banyak sehingga pengguna kesulitan dalam pengoperasiannya. Lalu
mereka membuat aplikasi baru bernama instagram yang hanya menggunakan tiga fitur, yaitu

foto, suka dan komentar.

Pengguna Instagram tidak perlu repot untuk menggunakan aplikasi sosial media ini. Seiring

perkembagan zaman Instagram menambakan fiturnya dengan munculnya Instagram stories

dan siaran langsung. Aditia (2015) Jika fitur sebelumnya kalangan remaja hanya aktif

menggunakan 3-4 kali postingan dalam seminggu maka dengan adanya fitur Instragram

stories pengguna Instagram lebih intens mengunggah foto dan video dengan fitur tersebut.

Hal tersebut terjadi khususnya di kalangan remaja di Mahasiswa Ilmu komunikasi UIN SU.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan maka rumusan masalah


dalam penelitian ini meliputi:
1. Apakah ada pengaruh Instagram stories terhadap self disclosure di kalangan
mahasiswa Ilmu komunikasi UIN SU ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong mahasiswa dalam memanfaatkan


Instagram stories?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di kemukakan

diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong Mahasiswa dalam


memanfaatkan Instagram stories.

2. Untuk mengetahui apa ada pengaruh Instagram stories terhadap self disclosure
dikalangan mahasiswa UIN SU.
D. Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas,

maka penelitian ini bertujuan:

1) Untuk mengetahui apa ada pengaruh Instagram stories terhadap self

disclosure dikalangan Mahasiswa-mahasiswa Ilmu komunikasi UIN SU.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong Mahasiswa dalam


memanfaatkan Instagram stories.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang


positif kepada mahasiswa ilmu komunikasi dalam penelitian mengenai media
sosial.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi


mahasiswa-mahasiswa Ilmu komunikasi UIN SU dan mahasiswa lainnya.

E. Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pendahuluan dalam penelitian ini akan dicantumkan hasil pernah
penulis baca yaitu :

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi syahnaz hazisah Tahun 2014
mahasiswa Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan
Ilmu Komunikasi dengan judul Pengaruh instagram stories terhadap self
disclosure di kalangan siswa-siswi SMAN 1 MAKASSAR. Permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah tentang seputar dampak dan mengukur self
disclosure khususnya remaja.
BAB II
LANDASAN TEORI

Media Massa

Menurut Bittner dalam Ardianto (2004) yakni komunikasi massa adalah


pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar.
Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi Gerbner dalam Ardianto (2004) komunikasi massa adalah produksi
dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Sementara itu,
menurut Jay Black dan Frederick C dalam Nurudin (2008) disebutkan bahwa
komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi
secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas,
anonim, dan heterogen.

Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki ciri dan karakteristik tersendiri, itu semua


meliputi sifat dan unsur yang tercakup didalamnya. Menurut Suprapto (2009)
karakteristik tersebut antara lain:

1. Komunikator Bersifat Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa merupakan gabungan antara


berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu
sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang. Komunikator
dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar,
televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Menurut Nurudin (2014) media
massa disebut sebagai organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa
individu yang dalam proses komunikasi massa tersebut.

2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen.

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna


media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi,
latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu
menurut Ardianto (2004) dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal
komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap
muka.

3. Pesan Bersifat Umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu


orang atau satu kelompok masyarakat tertentu, melainkan kepada khalayak yang
plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus
atau sengaja diperuntukkan golongan tertentu. Misalnya dalam pemlihan kata
dalam siaran radio, sebisa mungkin menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh pendengarnya.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah.

Karena komunikasi massa itu melalui media massa, maka komunikator


dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif
menyampaikan pesan dan komunikan aktif menerima pesan, namun diantara
keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam
komunikasi antarpribadi.
4. Menimbulkan Keserempakan.

Khalayak suatu media massa dalam jumlah yang banyak mampu secara
bersamaan memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut,
misalnya pada saat radio menyiarkan suatu berita, ada khalayak di lokasi yang
berbeda menyimak tayangan tersebut.

5. Mengandalkan Peralatan Teknis.

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada


khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang
dimaksud adalah misalnya pemancar untuk media elektronik.

6. Dikontrol oleh Gatekeeper.

Gatekeeper yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang yang
sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini
berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan,
mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.
Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis,
menambah atau mengurangi pesan - pesannya. Menurut Nurudin (2004)
mengatakan bahwa :

Pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa.
Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus
dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi
keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya.

Unsur-Unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa


dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak luas. Dengan demikian, unsur-unsur penting dalam komunikasi massa
adalah:
1. Komunikator

a) Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi


informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka
informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik
b) Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi,
pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar
tanpa diketahui jelas keberadaan mereka.
c) Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili
institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran
informasi tersebut.

2. Media Massa

Menurut Bungin (2009) mengatakan bahwa :


Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan
penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai
institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.

Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:

a) Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media


edukasi.
b) Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan
informasi kepada masyarakat.
c) Media massa sebagai media hiburan.
3. Informasi Massa

Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan kepada


masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh
pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan
ditujukan kepada individu masing-masing.

4. Gatekeeper

Merupakan penyeleksi informasi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa


komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa,
mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan atau tidak
disiarkan.

5. Khalayak

Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa yang


disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau
pemirsa sebuah media massa.

6. Umpan Balik

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai sifat tertunda


sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi, menurut
Bungin (2009) konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah
dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan umpan balik
menjadi sangat tradisional.
Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut:

1. Penafsiran (Interpretation)

Berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak,


serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita atau
tanyangan yang disajikan.

2. Pertalian (Linkage)

Menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga


membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang
sama tentang sesuatu.

3. Penyebaran Nilai-nilai (Transmission Of Values)

Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca.


Media massa itu memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka
bertindak dan apa yang diharapkan oleh mereka.

4. Hiburan (Entertaiment)

Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk


mengurangi ketegangan pikiran khalayak.
5. Fungsi Informasi

Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca,


pendengar, atau pemirsa.

6. Fungsi Pendidikan

Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah dengan
melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku bagi pembaca atau
pemirsa.
7. Fungsi Mempengaruhi

Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan


sebagainya.

8. Fungsi Proses Pengembangan Mental.

Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman kesadaran


manusia.

9. Fungsi Adaptasi Lingkungan

Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat


beradaptasi dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa, ia bisa lebih
mengenal bagaimana keadaan lingkungannya melalui media massa.
10. Fungsi Memanipulasi Lingkungan

Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai alat


kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

11. Fungsi Meyakinkan (To Persuade)

Menurut Effendi (2003) Pertama, mengukuhkan atau memperkuat sikap,


kepercayaan atau nilai seseorang. Kedua, mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai
seseorang dan menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Efek Komunikasi Massa

Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri (2004),


secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu:
1. Efek kognitif.

Pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal


pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang
diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan, atau informasi.

2. Efek afektif.

Pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan


tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan
berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat
kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada
hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.

3. Efek konatif.

Pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan


untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk
pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola
tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
New Media

Kehadiran jenis-jenis media baru telah memperluas dan merubah


keseluruhan spektrum dari kemungkinan-kemungkinan sosio-teknologi
terhadap komunikasi publik. Media sosial seperti Facebook, Twitter ,
Instagram dan Path merupakan jenis-jenis media baru yang termasuk
dalam kategori online media. Jenis-jenis media baru ini memungkinkan
orang bisa berbicara, berpartisipasi, berbagi dan menciptakan jejaring
secara online.

Tindak komunikasi melalui media secara intensif dapat


dilakukan diantara penggunanya, di samping tindak komunikasi yang
berlangsung secara intensif pengguna juga cenderung berkomunikasi
secara ekspresif. Orang-orang bisa merasa lebih nyaman dan terbuka
serta kemungkinan lebih jujur dalam menyampaikan pesan-pesan yang
ingin dipertukarkan dengan orang lain.

Melalui media sosial, aktivitas-aktivitas pengungkapan diri dapat


dilakukan hampir tambah hambatan psikologis, bahkan mungkin proses
penetrasi sosial seperti layaknya dalam jalinanan komunikasi
antarpribadi, dari tahapan orientation menuju stabel exchange bisa
berjalan dengan intensif. Meskipun dampak negative dari pemakaian
media sosial juga tidak bisa dihindari.

Dalam catatan McQuail (2011), ada perubahan-perubahan


penting yang berhubungan dengan munculnya media baru, yaitu :

1. Digitalisasi dan konvergengsi semua aspek dari media.

2. Interaktivitas dan konektivitas jejaring yang meningkat.

3. Mobilitas dan delokasi pengiriman dan penerimaan (pesan).


4. Adaptasi publikasi dan peran-peran khalayak

5. Munculnya beragam bentuk baru dari media gateway, yaitu pintu


masuk untuk mengakses informasi pada Web atau untuk mengakses
Web itu sendiri.
6. Fragmentasi dan kaburnya institusi media

McQuail (2010) juga menguraikan ciri-ciri utama yang


menandai perbedaan antara media baru dengan media lama
(konvensional) berdasarkan perspektif pengguna, yaitu :

1. Interactivity

Diindikasikan oleh rasio respon atau inisiatif dari pengguna terhadap


tawaran dari sumber atau pengirim.

2. Social Presence

Dialami oleh pengguna, sense of personal contact dengan orang lain


dapat diciptakan melalui penggunaan sebuah medium. Media Richness :
Media (baru) dapat menjembatani adanya perbedaan kerangka referensi,
mengurangi ambiguitas, memberikan isyarat-isyarat, lebih peka dan
lebih personal.
3. Autonomy

Seorang pengguna merasa dapat mengendalikan isi dan


menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber.

4. Playfulness

Digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.


5. Privacy

Diasosiasikan dengan penggunaan medium dan atau isi yang dipilih.

6. Personalization

Tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik.

Sejarah Instagram

Dizaman sekarang ini, teknologi semakin canggih. Hal ini terlihat juga
dengan semakin banyaknya aplikasi baru yang bermunculan, dan salah satu yang
menarik perhatian adalah aplikasi Instagram. Mungkin untuk sekarang ini hampir
rata-rata anak muda telah mempunyai akun Instagram, entah itu digunakan untuk
posting foto dan mungkin juga hanya digunakan untuk melihat foto-foto orang
saja.

Kehadiran kamera berkualitas tinggi pada smartphone membuat banyak


orang mempunyai aktivitas baru yang menyenangkan. Orang akan mudahnya
mengambil gambar dimanapun dan kapanpun dengan menggunakan kamera
smarphone. Dan biasanya setelah mengambil sebuah gambar, orang tersebut tidak
sabar lagi untuk pamer. Dan akhirnya foto-foto tersebut di upload ke sosial media
seperti Instagram. Instagram memang menjadi pilihan utama anak-anak muda
sekarang untuk mempostingkan foto-foto kegiatan yang sedang mereka lakukan.
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan
pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke
berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur yang
unik di Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat
seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan polaroid. Hal ini berbeda dengan rasio
aspek 4:3 yang umum digunakan oleh kamera pada peranti bergerak. Awalnya,
Kevin dan Mike menciptakan aplikasi mobile web bernama Burbn. Aplikasi ini
punya fitur semacam check-in lokasi, pengguna akan mendapatkan poin di aplikasi
ini setiap kali mereka check-in saat bergaul dengan teman, unggah foto, dan
banyak lagi. Tapi, karena fitur di dalam aplikasi Burbn terlalu banyak, mereka
membuat aplikasi baru yang lebih simpel yaitu Instagram. Kalau aplikasi yang
terdahulu punya banyak fitur, Kevin dan Mike sengaja membuat Instagram dengan
3 macam fitur, yaitu unggah foto, komentar dan suka.

Jadi, pengguna Instagram tidak perlu repot atau bingung untuk sosial
media ini. Nama Instagram diambil dari kata insta yang berasal dari kata instan.
Kata instan juga diambil dari cara kerja kamera Polaroid yang menghasilkan foto
secara instan. Makanya, lambang Instagram mirip seperti kamera Polaroid.
Sedangkan gram, diambil dari kata telegram yang berarti cara kerjanya
mengirimkan informasi secara cepat.

Instagram terdiri dari dua kata Insta dan Gram. Kata Insta berasal dari kata
Instan yang berarti bahwa Instagram ini akan menampilkan foto-foto secara instan,
layaknya polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan kata Gram berasal dari kata
Telegram yang berarti memiliki cara kerja untuk mengirimkan informasi kepada
orang lain dengan cepat. Di Instagram kita dapat mengunggah foto dengan
menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat
diterima dengan cepat.
Karena Instagram mengalami perkembangan yang sangat luar biasa dan
telah diakses oleh banyak orang di dunia, akhirnya pada 9 April 2012 Instagram
diambil alih oleh Facebook dengan nilai hampir $1 miliar dalam bentuk tunai dan
saham. Dulunya aplikasi Instagram ini hanya bisa didownload dari App Store,
tetapi seiring dengan berkembangnya aplikasi ini akhirnya Instagram hadir di Play
Store dan tentunya para pengguna android telah bisa menggunakan aplikasi
Instagram ini. Setelah setahun peluncurannya, pengguna Instagram semakin
banyak bahkan telah mencapai 10 juta pengguna.

Instagram Stories

Untuk mendorong pengguna agar membuat dan menshare content lebih


banyak lagi pada platform, Instagram telah mengumumkan Instagram Stories,
sebuah fitur yang memungkinkan pengguna mengirim foto dan video yang
menghilang setelah 24 jam. Fitur ini seperti Snapchat Stories, fitur Snapchat yang
diperkenalkan pada 2013 dan menjadi bagian penting dari pertumbuhan
perusahaan. Seperti Snapchat, foto dan video yang dishare dalam Instagram
bersifat sementara dan tidak dapat dilihat setelah 24 jam.

Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Dalam kehidupan keseharian manusia modern, interaksi adalah kebutuhan,


dimana jarak dan waktu tidak lagi menjadi penghalang. Sosial media hadir
membantu manusia menjawab segala tantangan dan memenuhi kewajibannya
sebagai makhluk sosial. Abugaza (2013)
Kondisi ini terlihat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi sebelum
adanya new media, khususnya new media sosial yang menjadi trend baru dalam
new media dewasa ini Ardianto (2011). Hal ini berakar dari potensi media baru
bagi akses yang terbuka dan konektivitas yang saat ini semakin menjadi realitas
McQuail (2011). Menurut Gunelius (2011) media sosial adalah penerbitan online
dan alat-alat komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang berakar pada
percakapan, pekerlibatan, dan partisipasi.

Pengertian media sosial atau dalam bahasa inggris sosial media menurut
tata bahasa, terdiri dari kata sosial yang memiliki arti kemasyarakatan atau sebuah
interaksi dan media adalah sebuah wadah atau tempat sosial itu sendiri. Media
sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,
forum dan dunia virtual. Blog ,jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media

sosial yang paling umum digunakan dimasyarakat diseluruh dunia. Ciri-ciri media
sosial KemendagRI (2014):

a) Konten yang disampaikan dibagikan kepada banyak orang dan tidak


terbatas pada satu orang tertentu.
b) Isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada gerbang
penghambat.
c) Isi disampaikan secara online dan langsung.
d) Konten dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat dan bisa juga
tertunda penerimaannya tergantung pada waktu interaksi yang ditentukan
sendiri oleh pengguna

e) Media sosial menjadikan penggunanya sebagai creator dan aktor yang


memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri.
f) Dalam konten media sosial terdapat sejumlah aspek fungsional seperti identitas,
percakapan (interaksi), berbagi (sharing), kehadiran (eksis), hubungan (relasi),
reputasi ( status) dan kelompok (group).

Macam-macam Media Sosial

Menurut penelitian Overdrive (ovrdrv.com), suatu lembaga riset


pemasaran, jenis aplikasi media sosial sedikitnya telah mencapai 240 aplikasi yang
menawarkan ratusan cara berinteraksi KemendagRI (2014). Tentu saja dengan
berbagai macam media sosial yang ditawarkan, maka pengguna akan memilih dan
menggunakan lebih dari satu aplikasi media sosial untuk mereka berinteraksi
melalui media sosial.

Menurut Kaplan dan Haenlein (2010) 61 ada jenis media sosial yaitu:

a. Proyek Kolaborasi (Collaborative Projects)

Suatu media sosial yang dapat membuat konten dan dalam pembuatannya
dapat diakses oleh khalayak secara global. Ada dua sub kategori yang termasuk
kedalam collaborative project dalam media sosial, yaitu :
 Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk menambahkan,
menghapus, dan mengubah konten berbasis teks. Contoh : wikipedia, wiki
ubuntu-id, wakakapedia, dll.
 Aplikasi bookmark sosial, yang dimana memungkinkan adanya
pengumpulan berbasis kelompok dan rating dari link internet atau konten
media. Contoh : social bookmark (del.icio,us, stumblepon,digg, reddit,
technorati, lintas berita, infogue), writing (cerpenista, kemudian.com),
reviews (amazon, goodreads, yelp).
b. Blog dan Mikroblog (Blogs and Microblogs)

Blog dan mikroblog merupakan aplikasi yang dapat


membantu penggunanya untuk tetap posting mengenai
pernyataan apapun sampai seseorang mengerti. Blog sendiri
ialah sebuah website yang menyampaikan mengenai penulis
atau kelompok penulis baik itu sebuah opini, pengalaman,
atau kegiatan sehari-hari. Contoh : blog (blogspot,
wordpress, multiply, livejournal, blogsome,
dagdigdug,dll) ,microblog (twitter, tumblr, posterous, koprol,
plurk, dll).

a. Konten (Content)

b. Blog dan Mikroblog (Blogs and Microblogs)

Blog dan mikroblog merupakan aplikasi yang dapat


membantu penggunanya untuk tetap posting mengenai
pernyataan apapun sampai seseorang mengerti. Blog sendiri
ialah sebuah website yang menyampaikan mengenai penulis
atau kelompok penulis baik itu sebuah opini, pengalaman,
atau kegiatan sehari-hari. Contoh : blog (blogspot,
wordpress, multiply, livejournal, blogsome,
dagdigdug,dll) ,microblog (twitter, tumblr, posterous, koprol,
plurk, dll)

c. Konten (Content)

Content communities atau konten masyarakat


merupakan sebuah aplikasi yang bertujuan untuk saling
berbagi dengan seseorang baik itu secara jarak jauh maupun
dekat, berbagi seperti video,ebook, gambar, dan lain-lain.
Contoh : image and photo sharing (flickr, photobucket,
deviantart,dll), video sharing (youtube,vimeo, mediafire, dll),
audio and music sharing (imeem, last.fm,
sharemusic,multiply), file sharing and hosting (4shared,
rapidshare, indowebster.com).
c. Situs Jejaring Sosial (Social Networking Sites)

Situs jejaring sosial merupakan situs yang dapat membantu seseorang untuk
membuat sebuah profil dan kemudian dapat menghubungkan dengan
pengguna lainnya, situs jejaring sosial adalah aplikasi yang memungkinkan
pengguna untuk terhubung menggunakan profil pribadi atau akun
pribadinya. Contoh : Friendster, Facebook, Linkedin, Foursquare, Myspace,
Twitter, Line,Path, Instagram, Snapchat, Askfm dll.

d. Virtual Game Worlds

Dunia virtual, dimana mereplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa


muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi
dengan orang lain selayaknya didunia nyata. Contohnya game online :
travian, three kingdoms, second life, e-republik, world of warcraft, dll.

e. Virtual Social Worlds

Virtual social worlds merupakan aplikasi yang mensimulasikan kehidupan


nyata melalui internet. Virtual social worlds adalah situs yang
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dalam platform tiga dimensi
dengan menggunakan avatar yang mirip dengan kehidupan nyata. Contoh :
map (wikimapia, googleearth), 3-commerce (enay,alibaba, juale.com, dll).
Self disclosure
1. Self Disclosure

Menurut Wrighstman, “Pengungkapan diri atau self disclosure adalah proses

menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi

dengan orang lain.”

Istilah self disclosure, biasanya digunakan untuk mengacu pada pengungkapan

informasi secara sadar. Sebenarnya, self disclosure adalah sebuah informasi dimana

sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui oleh penerima. Pengungkapan diri ini dapat

berupa berbagai topik seperti informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi

dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan, dalam penelitian

ini berarti mahasiswa UIN SU prodi Ilmu Komunikasi yang menunjukkan pengungkapan

dirinya melalui instagram story.

Menurut DeVito, ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh seseorang jika mau

mengungkap informasi diri kepada orang lain, antara lain:

1. Mengenal diri sendiri

Seseorang dapat lebih mengenal dirinya sendiri melalui self disclosure karena

dengan mengungkapkan dirinya, akan diperoleh gambaran baru tentang dirinya dan

mengerti lebih dalam perilakunya.

2. Adanya kemampuan menanggulangi masalah

Sesorang dapat mengatasi masalah, karena ada dukungan dan bukan penolakan

sehingga dapat menyelesaikan atau mengurangi bahkan menghilangkan masalahnya.

3. Mengurangi beban

Jika individu menyimpan rahasia dan tidak mengungkapkannya kepada orang

lain, maka terasa berat sekali memikulnya. Dengan adanya keterbukaan diri, individu
akan merasakan beban masalah yang dialaminya dapat lebih ringan.

Teori Uses and Gratification

Teori komunikasi yang membahas mengenai motif seseorang dalam

menggunakan media adalah teori uses and gratification. Teori Uses and

Gratifications dikenalkan tahun 1974 dalam buku The Uses on Mass

Communications : Current Perspective on Gratification Research. Teori Uses and

Gratifications milik Blumer dan Katz yang mengatakan bahwa pengguna media

memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan

kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi.

Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam

usaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan individu.


Katz, Blumler & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar
dari teori uses and gratification, Ardianto, dkk (2014) yaitu :

a. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting


dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
b. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan
pemuasaan kebutuhan dengan pemelihan media terletak pada
khalayak.
c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih
luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui komsumsi media
amat bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan.
d. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus


ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
Teori Uses and Gratifications mengasumsikan bahwa pengguna
mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Nurudin
(2008).

Seperti yang disebutkan dalam konsep Dramaturgi karya Erving Goffman


bahwa Individu akan berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin.
Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin
menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut
sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan
aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu Mulyana (2006). Dalam konsep dramaturgi, kehidupan sosial
manusia dimaknai sama seperti pertunjukkan drama dimana terdapat aktor yang
memainkan perannya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Kriyantono, (2010: 57) pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis suatu peristiwa, fenomena, sikap aktivitas sosial,

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang baik secara individu maupun kelompok. Penelitian

ini lebih menekankan kedalaman (kualitas) data dan bukan banyaknya (kuantitas )data.

B. Lokasidan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut

akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil lokasi di

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini

dilaksanakan selama seminggu sejak dikeluarkannya izin penelitian tersebut.

C. Objek Penelitian

Menurut Idrus (2009: 91) objek penelitian adalah yang merujuk pada masalah atau

tema yang sedang diteliti. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah di Program

Studi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


D. Subjek Penelitan

Menurut (Moleong, 2010: 32) subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang

pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa perantauan di

program studi ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Adapun kriteria-

kriteria yang harus dimiliki informan dalam penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa atau mahasiswi

b. Mahasiswa aktif berkuliah dan telah genap 6 bulan atau lebih di Program Studi

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri SumateraUtara

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dalam

penelitian, membaca literatur yang relevan untuk mendukung penelitian. Seperti

buku-buku, jurnal, dan internet mengenai pola komunikasi, komunikasi

antarbudaya dan cultureshock.

b. Penelitian Lapangan (FieldResearch)

Wawancara mendalam (depthinterview), menurut Kriyantono (2009: 63)

wawancara mendalam merupakan metode pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus

(lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden. Wawancara

mendalam adalah wawancara secara intensif untuk mendapatkan data kualitatif


yang mendalam.
BAB IV

HASIL DATA

A. Hasil Temuan Penelitian

1. Latar Belakang dari Self Disclosure Mahasiswa UIN Sumatera

Utara melalui Instagram Story

Individu memiliki keinginan dasar untuk diakui oleh orang lain. Keinginan

itu didasari oleh prestige yang hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi saat

ini mempermudah seseorang mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Karena itu,

muncullah berbagai fenomena dalam sosial media salah satunya self disclosure

melalui instagram story. Self disclosure yang ditampilkan oleh Mahasiswa Ilmu

Komunikasi UIN Sunan Ampel beragam dan tentunya memiliki latar belakang yang

mendasari seseorang melakukan keterbukaan tersebut. Keterbukaan dalam

instagram story memiliki bentuk dan cara yang berbeda, bergantung latar belakang

dan karakteristik tiap individu.

Seseorang yang memiliki latar belakang dengan tingkat ekonomi kelas

menengah atas biasanya akan menunjukkan postingan tentang hal- hal yang

termasuk dalam gaya hidup glamor seperti makanan restoran, tempat mewah,

pakaian, pergaulan, dan pembelian barang bermerek. Tingkat ekonomi kelas

menengah atas merupakan status sosial atau kedudukan seseorang di masyarakat

yang dinilai memiliki harta di atas rata-rata masyarakat pada umumnya dan dapat

memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan sangat baik. Kedudukan ini juga

menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial. Dengan keterbukaan yang

ditunjukkan.
2. Gambaran Self Disclosure yang ditunjukkan oleh Mahasiswa UIN

Sumatera Utara melalui Instagram Story

Pengungkapan diri atau self disclosure dapat diartikan sebagai kegiatan

membagi perasaan dan informasi diri kita kepada orang lain. Pengungkapan diri

dapat berupa berbagai topik, seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan,

motivasi dan ide yang sesuai dengan diri individu yang bersangkutan.

Self disclosure berhubungan dengan tingkat kepercayaan kita kepada orang

lain. Dengan adanya rasa kepercayaan tersebut, seseorang dapat mem-publish

informasi mengenai dirinya. Faktanya yang terjadi saat ini, pengungkapan diri tidak

hanya dilakukan secara pribadi kepada orang lain secara langsung. Namun,

seseorang tak segan mencurahkan isi hatinya kedalam publik, instagram story

misalnya. Mahasiswa menjadikan instagram sebagai tempat untuk berkeluh kesah

atau mengekspresikan diri. Hal tersebut dilakukan karena mereka ingin didengar,

dimengerti, dipahami dan direspon untuk menjadikan diri lebih tenang dan lebih

baik.

Berbagai macam individu dan dari latar belakang dan tujuan yang berbeda-

beda dari masing-masing individu, membuat bentuk dalam pengungkapan dirinya

berbeda pula. Ada yang suka mengumbar masalahnya dalam instagram story, ada

yang menyaring dan memilah terlebih dahulu dalam melakukan keterbukaan diri,

dan ada pula yang lebih menutup dirinya dalam instagram story.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara yang termasuk kedalam

tipe individu terbuka adalah individu yang dengan jelas dan terang-terangan dalam

melakukan pengungkapan diri dalam sosial media. Sehingga semua orang dapat

mengerti dan mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Dirinya merasa nyaman

saat melakukan keterbukaan, karena dengan melakukan keterbukaan dirinya

menjadi lebih lega dan tenang. Mahasiswa juga melakukan keterbukaan dengan

mengharapkan adanya timbal balik. Dengan adanya timbal balik individu bisa

mendapatkan solusi dan pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

3. Tujuan Self Disclosure yang ditunjukkan oleh Mahasiswa UIN Sumatera

Utara

Tujuan yang dimiliki seseorang dalam memposting instagram story pun berbeda

bergantung pada kepentingannya masing-masing. Biasanya seseorang memposting

untuk memberikan kelegaan pada dirinya terhadap masalah yang sedang dihadapinya.

Masalah yang terjadi pada seseorang seringkali membuatnya ingin mencurahkannya

pada orang lain. Untuk itulah ia memposting instagram story sebagai bentuk

pengekspresian dirinya. Dengan memposting hal tersebut seseorang akan merasa jauh

lebih baik.

Keterbukaan diri pada instagram story dapat bertujuan untuk menjernihkan

diri karena dengan membagikan keluh kesahnya dalam instagram story,

memberikan ruang pada diri individu yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan

untuk mengungkapkan hal yang mengganjal pada dirinya.


Dengan mengekspresikannya melalui instagram story dapat membuat

perasaannya menjadi lebih baik. Terlebih jika dengan keterbukaan diri dalam

instagram story terkadang individu mendapatkan masukan dan solusi tentang

pemasalahan yang sedang ia alami, sehingga dengan masukan yang diberikan dapat

membuat diri menjadi tenang.hal tersebut yang dinamakan menjernihkan diri,

berbagi dan saling sharing.

Aktualisasi diri juga menjadi tujuan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN

Sumatera Utara dalam melakukan keterbukaan pada instagram story. Aktualisasi

diri membuat individu mendorong untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya dan mengembangkan potensi yang terpendam dalam diri individu.

Membuka diri dengan cara mempromosikan dan memamerkan hasil karyanya

menjadi tujuan beraktualisasi diri. Dengan menampilkan hasil karyanya, diharapkan

dapat menjadikan dirinya untuk terus berkembang karena dukungan-dukungan yang

didapatnya dan juga komentar yang dapat membangun dirinya untuk lebih baik

dalam menghasilkan sebuah karya.

Selain untuk aktualisasi diri, keterbukaan yang dilakukan oleh para Mahasiswa Ilmu

Komunikasi UIN Sumatera Utara ini juga memiliki tujuan untuk memamerkan

sesuatu yang menurutnya luar biasa. Tujuan yang satu ini berakitan dengan latar

belakang individu mengenai tingkat ekonomi. Salah satu mahasiswa Ilmu

Komunikasi UIN Sumatera Utara ingin dirinya diakui dan diterima oleh masyarakat

dengan status sosial yang dimilikinya. Keinginan itu didasari oleh prestige yang

hendak dicapai.
4. Dampak Self Disclosure pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN

Sumatera Utara

Meski keterbukaan dapat membuat kita merasa lebih lega setelah mengungkapkannya, namun

terdapat dampak yang diakibatkan dari keterbukaan yang dilakukan dalam instgram story,

yang notabene adalah ruang publik. Sesuai dengan pernyataan dari Derlega bahwa meski

pengungkapan diri dapat memperkuat dan mengembakan hubungan, namun ia juga

mengandung resiko, yaitu pengabaian, hilangnya kontrol, pengkhianatan, penolakan dan

kesulitan intrapribadi. Dan dari hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa dampak yang

ditimbulkan akibat keterbukaan bisa berupa positif dan negatif.

Dalam penelitian ini ditemukan dampak dari keterbukaan mahasiswa melalui instagram

story, yaitu dapat merubah dan memotivasi individu untuk menjadi pribadi yang lebih baik,

baik bagi informan dan seseorang yang melihat instagram story yang dibagikan oleh informan.

Sedangkan dampak negatif yang diperoleh adalah dapat membuat orang lain merasa tidak

nyaman bahkan terganggu karena story yang diposting oleh informan.

Salah satu dampak positif yang muncul adalah dapat memotivasi dan merubah

seseorang menjadi lebih baik. Dengan menampilkan hasil karya seorang individu, bisa saja

seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan hal yang sama dan melakukan perubahan

untuk masa depan yang lebih baik.

Rasa tidak nyaman bahkan terganggu juga bisa saja dirasakan oleh seseorang yang

terlalu berlebih dalam mengungkapkan dirinya. Terkadang juga terjadinya suatu penolakan,

jika hal yang diungkapkan tidak disukai atau bertentangan dengan orang yang menyaksikan.
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teori Self Disclosure theory ataujuga yang

Bisa disebut teori pengungkapan diri adalah proses sharing atau berbagi informasi

dengan orang lain. Informasinya menyangkut pengalaman pribadi, perasaan, rencana masa

depan, impian, dan lain-lain. Dalam melakukan proses self disclosure atau penyingkapan

diri seseorang haruslah memahami waktu, tempat, dan tingkat keakraban. Kunci dari

suksesnya self disclosure atau penyingkapan diri itu sendiri adalah kepercayaan.

SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan maka penulis mengemukakan

saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:

1. Dengan berkembangnya teknologi di zaman modern seperti ini, seperti

yang telah di ketahui media sosial adalah media untuk berkomunikasi,

yang dimana sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia khususnya

remaja. Media sosial menjadikan mahasiswa lupa waktu dan selalu ingin

terlihat menarik saat menggunakan media sosial khususnya Instagram

stories. Sebaiknya para remaja Indonesia khususnya mahasiswa UIN

Sumatera Utara, dapat menggunakan media sosial untuk hal-hal positif

dengan memperhatikan dampak dari penggunaan media sosial sendiri.


2. Para remaja Indonesia, gunakanlah media sosial khususnya Instagram

stories sebaik mungkin dan dapat menjadikan media sosial tersebut bukan

hanya untuk terlihat menarik tetapi menjadikan media sosial tersebut

sebagai alat untuk berkomunikasi dengan teman sebaya dan teman-teman

dari luar kota.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Baihaqi, MIF. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. DeVito, Joseph.

1996. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Books. Fatimah, Enung. 2006. Psikologi

Perkembangan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Fisher, B Aubrey. 1978. Teori-teori Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Globe, F. 1997. Mahzab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius.

Harre, Rom & Roger Lamb. 1996. Ensiklopedi Psikologi, Terjemahan Ediati Kamil.

Jakarta: Arcan.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antarpersonal. Jakarta: Kencana Media Group. Maleong, Lexy J.
2006. Metode Penelitian Kualitatif edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai