Anda di halaman 1dari 31

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BAGI PELAJAR DAN

MAHASISWA

Disusun untuk memenuhi Tugas UAS mata kuliah Komunikasi dan Perubahan Sosial

Dosen Pengampu: Dr. Nila Nurlimah, Dra., M.Si.

Disusun oleh:

Widi Maharani Bunga 10080016011


Jihan Hasna 11080016421

Kelas B

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini, banyak perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek, salah
contohnya adalah dalam bidang teknologi informasi. Semakin tumbuh dan
berkembangnya teknologi informasi, kebutuhan akan komunikasi informasi menjadi
semakin krusial fungsinya bagi kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk dapat selalu
up-date terhadap hubungan antar individu dan kelompoknya untuk menunjang kehidupan.
Berbagai alat komunikasi diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi kehidupan
manusia. Manusia dapat saling bertukar pemikiran, pendapat, dan informasi
menggunakan teknologi modern yang disebut dengan internet. Internet dapat ditemui dan
diakses oleh berbagai kalangan manusia dan telah disadari akan manfaatnya. Internet
sendiri memiliki berbagai aplikasi yang diciptakan oleh manusia untuk semakin
memudahkan bagi mereka saling menukar informasi dan berita dari belahan bumi
lainnya. Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi yang seperti dulu kita ketahui melalui
koran, radio, televisi, dan komputer kita sadari dapat memberikan dampak positif dan
negatif kepada manusia itu sendiri. Sebagai kalangan intelektual, kita harus turut serta
dalam memahami serta mengaplikasikan teknologi ini ke arah yang positif bagi
perkembangan kehidupan individu atau kelompok masyarakat di Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi.

Salah satu hal yang menjadi sorotan dari perkembangan teknologi informasi ialah
media informasi, khususnya media sosial. Media sosial merupakan sebuah wadah dalam
bertukar informasi dan menjalin hubungan dengan orang lain, baik orang terdekat
maupun dengan orang baru. Media sosial merupakan salah satu bentuk dari
perkembangan internet. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) tahun 2013 (kominfo.com), mengungkapkan pengguna internet di
Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya
menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Panji (2014), menyatakan
terdapat tiga motivasi bagi anak dan remaja untuk mengakses internet yaitu untuk
mencari informasi, terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan.
Pencarian informasi yng dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan
penggunaan media sosial dan konten hiburan di dorong oleh kebutuhan pribadi.
Kehadiran media sosial di kalangan pelajar dan mahasiswa, membuat ruang privat
seseorang melebur dengan ruang publik. Terjadi pergeseran budaya di kalangan pelajar
dan mahasiswa, mereka tidak segan-segan mengupload segala kegiatan pribadinya untuk
disampaikan kepada teman-temannya melalui akun media sosial dalam membentuk
identitas diri mereka. Tak jarang media sosial disalahgunakan. Entah itu sebagai diary
pribadi, wadah eksistensi diri yang terlalu berlebihan atau pamer, memancing keributan di
media sosial dengan menghina atau menyindir orang lain, dan sebagainya. Terkait hal-hal
tersebut, penyusun tertarik untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BAGI PELAJAR DAN


MAHASISWA.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan media sosial yang terjadi di kalangan pelajar dan


mahasiswa? Apa dampak dari penggunaan media sosial yang tidak efektif bagi
pelajar dan mahasiswa?

2. Bagaimana penggunaan media sosial yang efektif bagi pelajar dan mahasiswa?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai penggunaan media sosial yang sedang


terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa dan dampak dari penggunaan media
sosial yang tidak efektif bagi pelajar dan mahasiswa.

2. Untuk mengetahui penggunaan media sosial yang efektif bagi pelajar dan
mahasiswa.

1.4 Kegunaan Penulisan

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang Efektivitas


Penggunaan Media Sosial Bagi Pelajar dan Mahasiswa.
1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi


pemerintah dan orang tua untuk memberikan pengarahan agar media sosial
dapat digunakan dengan baik oleh pelajar dan mahasiswa.
2. Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kami untuk lebih
memperdalam lagi pengetahuan mengenai media sosial, dampak dan pengaruh,
serta cara menggunakan sosial media dengan bijak.
3. Dan makalah ini sebagai salah satu tugas UAS dari Program Sarjana Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2016/2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang
primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan
mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap
individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya
sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 2005: 1).

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin
communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang
berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata
Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna,
atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2006: 4).

Begitu banyak pengertian komunikasi yang coba ditawarkan oleh beberapa ahli.
beberapa diantaranya adalah Para ahli di Amerika Serikat yang menaruh minat kepada
perkembangan komunikasi, adalah Carl I. Hovland, yang pertama kali dalam karyanya
Sosial Communication mengetengahkan definisi mengenai ilmu komunikasi. Menurut
Carl I. Hovland, science of communication adalah a systematic attempt to formulate in
rigorous fashion the principles by which informationis transmitted and opinion and
attitude are formed (upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas
penyampaian Informasi serta pembentukan opini dan sikap) (Effendi, 2003: 2).

Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in


Society dalam Effendy (2005: 10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What in Which
Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,
yakni:

a. Komunikator (communicator, source, sender)


b. Pesan (message)
c. Media (channel, media)
d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
e. Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses


penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.

2.1.2 Komunikasi Massa

Menurut Rahmat (2004), komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi


yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui
media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentakdan
sesaat. Seseorang yang menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan
kegiatan komunikasi perlu mengetahui bahwa terdapat empat karakteristik komunikasi
massa (Effendy, 2003: 81-83) yaitu:

a. Komunikasi massa bersifat umum


b. Komunikasi bersifat heterogen
c. Media massa menimbulkan keserempakan
d. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat pribadi

Komunikasi massa kita adopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass communication,
kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya,
komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated.
Poll (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung
dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara
langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran
media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film, atau televise (Wiryanto, 2000: 1-3).

Definisi lain tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi
tentang komunikasi massa pada dasarnya komunikasi massa adaalh komunikasi melalui
media massa (media cetak dan elektronik). Sebab pada awal perkembangannya saja,
komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). Media komunikasi massa elektronika adalah internet, radio siaran,
dan televisi. Sedangkan surat kabar dan majalah sebagai media cetak. Salah satu definisi
komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner (1967) Mass
communication is the technologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flows of messages in industrial
societies (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi
dan lemabaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat industry (Ardianto, 2004: 3-4). Sedangkan enurut Little John, komunikasi
massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan
mengirimnya kepada public. Melalui proses ini diharapkan sejumlah pesan yang
dikirimkan akan digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Nurudin, 2009: 11).

Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright nampaknya merupakan


definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa
dengan jelas. Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak
yang lama, karna memiliki karakteristik yang utama yaitu diarahkan pada khalayak relatif
besar, heterogen, dan anonim, pesan yang disampaikan secara terbuka, seringkali dapat
mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung
berada atau bergerak dalamn organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar
(Ardianto, 2004: 5).

2.1.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Kita sudah mengetahui bahwa definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip
mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan definisi lainnya
dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik
komunikasi massa (Ardianto, 2004: 7-12), antara lain sebagai berikut.

a. Komunikator Terlambangkan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah


memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak
maupun elektronik. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah internet, tentu
akan melibatkan orang seperti IT (Informasi Teknologi) yang berkaitan dengan keamanan
jaringan, data entri, fotografer, reporter, editor, redaksi dan lain sebagainya.
b. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu ditujukan
untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya,
pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat bersifak fakta,
peristiwa, atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi si sekeliling
kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam
bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, bahkan lebih baik lagi bila
penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan.

c. Komunikasi Anonim dan Heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),


karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim,
komunkasi massa adalah heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang
berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah


jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banayak dan tidak
terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada
waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga. Effendy (Effendy, 2003: 28)
mengartikan keserempakann mediamassa itu adalah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut
satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Himbauan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada
komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus
disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik
media massa yang akan digunakan.

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah


Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau
melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya
tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan ,
komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan
dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpesona. Dengan demikian,
komunikasi massa itu bersifat satu arah.

g. Stimulasi Alat Indra Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya
adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Dalam komuniaksi massa, stimulasi alat indra
bergantung pada jenis komunikasi massa. Pada surat kabar dan majalah, pembacanya
harus melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar
sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan
pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (delayed)

Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk
komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang
disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan
balik yang bersifat segera (immediate feedback).

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga
sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta, dan ide. Karena
itu (Effendy, 2003: 27-28) menyebutkan komunikasi massa dapat berfungsi untuk:

a. Informasi

Informasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses,


penyebaran data, gambar, fakta dan pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar
orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional,
lingkungan, orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

b. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan
orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang
menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

c. Motivasi
Motivasi menjelaskan tujuan setiap masyarakat dalam cakupan jangka panjang
ataupun jangka pendek untuk mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya
serta mendorong individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

d. Perdebatan dan Diskusi

Perdebatan dan diskusi menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah
publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum
dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyengkut kegiatan
bersama di tingkat internasional, nasional dan lokal.

e. Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga


mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan
serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

f. Memajukan Kebudayaan

Memajukan kebudayaan merupakan penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni


dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan
memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas
serta kebutuhan estetikanya.

g. Hiburan

Hiburan yang dimaksud yakni penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image)
dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan
sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.

h. Integrasi
Integrasi yang dimaksud yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu
kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat
saling kenal dang mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

2.1.2.3 Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kebutuhan sosial yang dapat menggerakkan


proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk
mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komuniksi
massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah
mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang
dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji
melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial. Analisis
psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak
serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat
komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta kompleks
(Ardianto, 2004:48).

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul
sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena hal tersebut, efek melekat pada khalayak
sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek komunikasi massa berbeda pada setiap
individu, hal itu tergantung dari tingkat pemahaman masing-masing individu. Ada tiga
dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif
meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif
berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif
berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.
Mengenai efek komunikasi massa (Effendy, 2003: 318-319) dapat diklasifikasikan
sebagai:

a. Efek Kognitif (Cognitive Effect)

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media
massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi
tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa Robot Gedek mampu
melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya
tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh
komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator
hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Media massa tidak memberikan efek
kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek
prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan
benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan
penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka,
media massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet
bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos
(atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah
efek proposional behavioral.

b. Efek Afektif (Affective Effect)

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi
massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang
sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak
diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca
informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalahgunaan narkoba,
maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang.
Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap
perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para
pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public
figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan
sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

c. Efek Konatif (Behavioral Effect)

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan. Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,
usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan atau kebiasaan berperilaku.
Karena berbentuk perilaku maka sebagaimana disinggung di atas maka efek konatif
sering disebut juga efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat
terpaan media massa melainkan didahului oleh efek kognitif dan atau efek afektif.

2.2 Media Sosial

Internet yang selain memungkinkan untuk transformasi elektronik, yang disebut


dengan new media, juga dapat menghubungkan manusia diseluruh dunia, yaitu dalam
proses interaksi. Itu sebabnya, proses interaksi melalui teknologi dengan media internet
disebut dengan intetactive media. Hal tersebut juga menjadikan perkembangan bagi
proses komunikasi yang memungkinkan proses tersebut tidak selalu melalui tatap muka.
Kegunaan utama internet seperti halnya ARPANET, yaitu mengirim pesan email dalam
bahasa sesungguhnya antara seseorang dengan lainnya (Burke, 2000: 380).

Internet (interconnection networking) merupakan jaringan komputer yang dapat


menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan jaringan komputer lain,
sehingga dapat berkomunikasi atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri.
Seperti yang diketahui internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi
penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon (Bungin, 2006: 135).

Media sosial merupakan salah satu bentuk perkembangan dari adanya internet.
Melalui media sosial, seseorang dapat saling terhubung dengan setiap orang yang
tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.
Media sosial memiliki sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan dengan bentuk
media tradisional seperti radio maupun televisi. Melalui media sosial, kita dapat secara
langsung berinteraksi dengan orang lain, baik melalui komentar dalam media sosial
maupun dengan sekedar memberikan tanda like pada setiap postingan seseorang.

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial


sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideology
dan teknologi web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai
bentuk yang berbeda, termasuk sosial network, forum internet, weblogs, sosial blogs,
micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, ratting, dan bookmark sosial (Lesmana,
2012:10)
Sebuah studi University of Georgia menunjukkan bahwa situs jaringan sosial online
seperti Facebook mungkin menjadi alat yang berguna untuk mendeteksi apakah seseorang
adalah seorang narsisis. "Penemuan bahwa orang yang narsis menggunakan Facebook
dalam mempromosikan diri dengan cara yang dapat diidentifikasi oleh orang lain," kata
penulis utama Laura Buffardi, mahasiswa program doktor dalam bidang psikologi yang
turut menulis penelitian dengan associate professor W. Keith Campbell.
(esciencenews.com/ articles/2008/09/22/study.facebook.profiles.can.be).

2.2.1 Pengertian Media Sosial

Meskipun banyak perdebatan tentang posisi dan fungsi media sosial, akan tetapi
sebagian besar pengamat komunikasi sepakat dan sependapat bahwa berdasarkan
perangkat yang digunakan media sosial yaitu teknologi komunikasi terutama internet
maka media sosial termasuk ke dalam kategori new media. Media sosial turut
menyebabkan perubahan pada media massa. Hal ini dapat dilihat dari esensi isi pesan
media sosial yang bersifat personal dan privat berada pada media global. (Santosa, 2011:
44)

Media sosial menurut Utari (2011: 51) adalah sebuah media online dimana para
penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti seseorang
akan dengan mudah berbagi informasi, menciptakan konten atau isi yang ingin
disampaikan kepada orang lain, memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya
dan seterusnya. Semua dapat dilakukan dengan cepat dan tak terbatas.

2.2.2 Penggunaan Media Sosial

Internet telah menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia. Kenapa demikian, hal
ini seperti yang dinyatakan oleh Sari (2011: 256) menurutnya internet kini telah menjadi
bagian hidup kita sehari-hari. Informasi apapun yang ingin kita dapatkan dapat secara
mudah kita lakukan dengan mengakses internet. Bahkan perusahaan yang tidak memiliki
akun di internet saat ini dapat diragukan kebonafitasnya.

Penggunaan media sosial tidak dapat terlepas dari motivasi yang mendorong
seseorang untuk melakukannya. Secara teori terdapat beberapa motivasi yang mendorong
seseorang untuk menggunakan media sosial seperti yang disebutkan oleh McQuail (2000)
yang dikutip Ratu (2011: 44-45) berikut ini:

1. Faktor informasi; konsep hyperlink dan meme di internet memudahkan


penggunanya dalam pencarian informasi. Melalui internet pengguna akan
dihadapkan pada gelombang informasi yang sangat banyak dan diperlukan bagi
orang yang pertama kali menggunakan internet untuk dapat difungsikan secara
optimal.

2. Identitas personal; pengguna menggunakan media sosial dalam rangka


mengasosiasikan aktor media dengan karakter tertentu pada dirinya sendiri.

3. Faktor integratif dan interaksi sosial; internet telah berhasil selangkah


meninggalkan media konvensional.

4. Faktor hiburan; orang banyak mengunakan media sosial dengan tujuan untuk
memperoleh kesenangan dan hiburan.

Perspektif lain tentang penggunaan new media disebutkan oleh McQuail (2010)
dalam Rahardjo (2011: 15-16) ia menguraikan penggunaan new media lebih kepada
perbedaan antara pengguna media baru dengan media lama (konvensional). Pengguna
media baru menurutnya sebagai berikut:

1. Interactivity: diindikasikan oleh rasio respon atau inisiatif dari pengguna


terhadap sumber pengirim pesan.

2. Sosial presence (sociability): dialami oleh pengguna new media, sense of


personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui sebuah
penggunaan media sosial. Media ini dapat menjembatani perbedaan kerangka
referensi, mengurangi ambiguitas, memberikan isyarat yang lebih peka dan
personal.

3. Autonomy: pengguna dapat mengendalikan isi dan menggunakannya dan


bersikap independen terhadap sumber.

4. Playfulness: digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.

5. Privacy: diasosiasikan dengan penggunaan medium dan/atau isi yang dipilih.


6. Personalization: tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal
dan unik.

2.2.3 Pengaruh Media Sosial

New media (media sosial) memiliki beberapa pengaruh. Berikut pengaruh new
media dalam beberapa aspek seperti yang ditulis oleh Syaibani (2011: 24-26):

a) Individu; pengguna new media akan mendapatkan pengaruh besar jika


menggunakannya dengan intensitas yang tinggi. Di satu sisi, pengguna bisa
mengekspresikan segala idea tau gagasan melalui layanan-layanan yang dapat
digunakan tanpa ada batasan. Namun disisi lain, seorang bisa menjadi
individualis jika menggunakan internet dengan intesitas yang tinggi tanpa
bersosialisasi di dunia nyata.

b) Ekonomi; new media menunjang perkembangan ekonomi melalui e-commerce


atau komersial elektronik. New media sangat memungkinkan adanya ruang
pemasaran dan marketing. Selain itu akses mendapatkan material atau bahan
pun akan lebih luas dan mudah. Namun di sisi lain, internet juga dapat
mengubah perilaku masyarakat.

c) Politik; internet telah memunculkan istilah baru yakni electronic democracy.


(Howard dalam syabiani, 2011: 25) menyampaikan bahwa internet merupakan
komponen baru dalam sistim komunikasi politik. Website dapat digunakan
untuk menyampaikan ide-ide dari para politikus, kepengurusan dan adanya
ruang diskusi terbukadari bawah keatas dan sebaliknya dari atas ke bawah juga.
Ruang diskusi inilah yang memberikan nilai demokratis dalam komunikasi
politik.

d) Perubahan sosio-kultural; new media telah merubah banyak dari bentuk


komunikasi yang dilakukan manusia selama ini. Perkembangan teknologi telah
banyak mempengaruhi cara masyarakat dalam berkomunikasi dan ini
merupakan proses mutualisme yang menciptakan jaringan sosial. Perubahan
pola komunikasi ini juga dapat mempengaruhi perubahan pada pola interaksi
masyarakat yang beralih dari bentuk nyata (fisik) menjadi maya (digital).
2.3 Publik atau Khalayak (Audience)

2.3.1 Pengertian Publik atau Khalayak (Audience)

Frank Jeffkins dalam bukunya yang berjudul Public Relations mengemukakan


bahwa khalayak (publik) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan
suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Menurut definisi yang
dirumuskan oleh Institute of Public Relations (IPR), istilah khalayak sengaja dituangkan
dalam istilah bermakna majemuk, yakni publics. Hal ini dikarenakanberbeda dari yang
diindikasikan dari definisi di beberapa kampuskegiatan-kegiatan Public Relations tidak
diarahkan kepada khalayak dalam pengertian yang seluas-luasnya (masyarakat umum).
Setiap organisasi atau perusahaan memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak
yang terbatas itulah organisasi senantiasa menjalin komunikasi, baik secara internal
maupun eksternal. Oleh karena itu, suatu organisasi atau perusahaan tidak hanya
menyelenggarakan komunikasi dengan staf atau konsumennya saja.

Meskipun khalayak dari suatu organisasi boleh jadi berbeda dari khalayak
organisasi-organisasi lainnya, tetapi kita dapat mengidentifikasikan adanya sepuluh
khalayak utama yang paling sering menjadi subyek khalayak dari berbagai macam
organisasi secara umum. Khalayak tersebut antara lain:

(a) masyarakat luas


(b) calon pegawai atau anggota
(c) para pegawai atau anggota
(d) pemasok jasa dan berbagai macam barang
(e) para investorpasar uang
(f) para distributor
(g) konsumen dan pemakai produk organisasi;
(h) para pemimpin pendapat umum
(i) serikat-serikat pekerja
(j) media massa

Menurut Mayor Polak (Sunarjo, 1984:19), publik atau khalayak adalah sejumlah
orang yang mempunyai minat sama terhadap suatu persoalan tertentu. Mempunyai minat
yang sama tidak berarti mempunyai pendapat yang sama. Dengan demikian, publik
adalah sejumlah orang yang berminat dan merasa tertarik terhadap suatu masalah dan
berhasrat mencari suatu jalan keluar dengan mewujudkan tindakan yang konkret.

Sedangkan pengertian publik menurut Soekamto adalah kelompok yang tidak


merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui media komunikasi
baik media komunikasi secara umum misalnya pembicaraan secara pribadi, desas-desus,
melalui media komunikasi massa (surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya) dan media
sosial. Bogadus mengatakan bahwa publik itu adalah sejumlah besar orang antara yang
satu dengan yang lain tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian
dan minat yang sama terhadap suatu masalah (Sumarno, 1990:24).

Herbert Blumer (Sastropoetro, 1990: 108) mengemukakan ciri-ciri publik sebagai


berikut:

1. Dikonfrontasikan atau dihadapkan pada suatu isu;

2. Terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut;

3. Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu.

2.3.2 Tipe Publik atau Khalayak (Audience)

Ada empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992:139) dalam bukunya yang
berjudul Strategic Management, Public, and Issues, yaitu:

5. All issue publics : bersikap aktif dalam berbagai isu.

6. Apathetic publics : tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua


isu

7. Single issue publics : aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas

8. Hot issue publics : baru aktif setelah semua media mengekspos hampir
semua orang dan isu menjadi topik sosial yang
diperbincangkan secara luas.

Seperti yang telah kita ketahui, media sosial menjangkau masyarakat secara luas.
Dalam pembahasan kali ini, kami mengambil contoh pelajar dan mahasiswa sebagai
bagian dari masyarakat. Berdasarkan data yang dihimpun dari We Are Social Singapore,
pada tingkat inilah media sosial paling banyak digunakan di jangka usia 13-29 tahun (usia
produktif) yang mayoritas adalah pelajar dan mahasiswa.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Penggunaan Media Sosial Saat Ini

Salah satu hal yang menjadi sorotan dari perkembangan teknologi informasi ialah
media informasi khususnya media sosial. Faktanya, kini media sosial tidak hanya untuk
berkomunikasi dan bertukar informasi. Tetapi, pada saat ini media sosial dikembangkan
dan ditambahkan berbagai aplikasi menuju kesenangan pribadi dan menjadikannya
kebutuhan bagi manusia di era saat ini. Saat ini, hampir semua orang menggunakan
gadget atau gawai, seperti smartphone dan tablet. Pada era digital, pengguna gadget
bahkan usianya semakin dini.Munculnya berbagai macam bentuk media sosial seperti
facebook, twitter, line, whatsapp, instagram, dan yang lainnya telah memberi kemudahan
bagi semua orang untuk dapat berkomunikasi dengan cepat tanpa harus bertatap muka
secara langsung. Media sosial ini memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bidang ekonomi, media sosial dapat digunakan sebagai pengembangan


kewirausahaan seperti yang kita sebut dengan online shop, di mana banyak orang
menampilkan dan menjual barang dagangannya dalam media sosial. Media yang paling
sering digunakan dan kerap kita temukan adalah Facebook. Kemudian, dalam bidang
sosial, kita dapat mengetahui berbagai informasi secara cepat. Dalam media jejaring
sosial ini, terdapat berbagai dampak positif ataupun dampak negatifnya. Indonesia yang
memiliki jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa menjadi sasaran empuk pasar komoditas
aplikasi media sosial yang saat ini digunakan juga sebagai komoditas dagang dengan
digunakannya untuk mempublikasikan berbagai hal kepada khalayak ramai dengan
mudah dan cepat. Dengan kondisi geografis Indonesia yang terpisah-pisah antar
masyarakatnya menyebabkan perkembangan teknologi informasi tumbuh pesat dan
diterima dengan baik, serta kebutuhan akan informasi berita dianggap penting bagi
manusia sebagai hal yang dijadikan referensi dalam berbuat, berpikir, dan bertindak bagi
individu dalam kelompoknya.

Dalam media sosial online sering terjadi cyberbullying. Cyberbullying itu sendiri
merupakan penghinaan, menjelekkan, merendahkan orang lain menggunakan kata-kata
melalui dunia maya seperti facebook ataupun twitter. Hal ini dapat berdampak kepada
masyarakat, banyak sekali yang merasa dirugikan dengan cyberbullying. Seseorang yang
menulis status yang menyudutkan dapat membuat orang lain merasa tersinggung dan
pada akhirnya hal tersebut menjadi permasalahan yang cukup besar, kemudian mereka
yang merasa tersinggung merasa dendam dan melakukan hal-hal seperti menculik,
membunuh orang yang menulis status itu secara kejam ataupun melaporkannya ke pihak
berwajib. Namun pihak kepolisian atau pihak berwajib justru tidak menindaklanjuti kasus
tersebut. Kasus tersebut hanya booming untuk sesaat kemudian kasus tersebut seolah
hilang tak berbekas. Kisah tentang cyberbullying sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
bermasyarakat.

Menurut fakta lapangan, fenomena saling sindir ini semakin marak. Masih ingat
dalam benak kita mengenai kasus penganiayaan terhadap mahasiswi UNIKOM yang
berinisial AA di Apartemen Metro Suites, Bandung. Penganiayaan ini dilakukan karena
hal sepele. Salah satu tersangka, MS, cemburu terhadap AA karena mem-follow akun
Instagram cowok yang sedang diincarnya. MS memancing AA untuk memukulnya, lalu
MS memukul AA beberapa kali dan menyulut api rokok ke tangan kanan dan kiri AA.
RM, MRH, dan IM (teman-teman pelaku) yang tadinya hanya menonton pun ikut
menganiaya pelaku. Tak hanya dianiaya, AA juga diminta untuk menyerahkan uang
kepada kepada MS sebesar Rp 200.000,-. Setelah itu, AA pergi dari apartemen dengan
menggunakan ojek online ke rumah sakit dan melaporkan tindakan penganiayaan tersebut
ke Mapolsek Buah Batu. Saat diinterogasi, alasan lain MS melakukan penganiayaan
karena MS dan RM sakit hati terhadap AA yang kerap berbicara buruk mengenai dan
menghina mereka di media sosial.

Selanjutnya, gara-gara saling ejek di media sosial, dua remaja terlibat duel
berdarah. Akibatnya, salah satu mengalami luka robek di bagian lengan akibat disayat
silet. Duel itu terjadi pada Senin, 3 Oktober 2016 sekitar pukul 21.00 WIB. Korban
berinisial A merupakan siswi SMA di Jakarta Utara dan pelaku yang berinisial AP
merupakan seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta. Peristiwa saling ejek
berawal dari korban yang berkomentar tentang pria di chat Bigo yang kemudian
menimbulkan percekcokan. Sebelumnya korban dan pelaku tidak saling mengenal.
Karena pelaku kesal, keduanya memutuskan janjian untuk bertemu di kawasan Warakas,
Jakarta Utara. Setelah bertemu, percekcokan tidak berhenti. Keduanya kemudian
bergumul dan terlibat perkelahian. Korban memukul pelaku lebih dahulu sampai terjatuh.
Pelaku kemudian mengeluarkan silet yang ada di dalam tasnya. Korban mengalami luka
robek di bagian lengannya. Akibat perbuatannya, pelaku dijerat dengan pasal 80 UU
perlindungan anak dan pasal 351 KUHP dengan hukuman penjara minimal 5 tahun.

Selain dua contoh di atas, banyak dampak negatif dari media sosial yang
berpengaruh terhadap kehidupan pelajar dan mahasiswa. Dampak negatif tersebut antara
lain:

1. Kurangnya Berinteraksi dengan Dunia Luar

Kemunculan situs jejaring sosial ini menyebabkan interaksi interpersonal secara


tatap muka (face-to-face) cenderung menurun. Orang lebih memilih untuk menggunakan
situs jejaring sosial karena lebih praktis. Hal ini menyebabkan orang tersebut menjadi
anti-sosial. Contohnya, ketika ada seseorang yang sakit tak langsung dijenguk, tetapi
hanya memberikan ucapan di media sosial atau melalui pesan singkat. Kebiasaan
bersilaturahmi menurun karena sudah lebih sering berinteraksi di media sosial. Interaksi
sosial secara tidak langsung itu bisa menimbulkan konflik di keluarga. Hal itu bisa
berujung pada penurunan konsentrasi kerja hingga stres.

2. Kecanduan

Tidak dapat dipungkiri jika para pengguna jejaring sosial dapat menghabiskan
waktunya seharian d depan komputer karena kecanduan. Sehingga membuat produktifitas
menjadi menurun karena sebagian besar waktunya hanya digunakan untuk jejaring sosial.
Banyak pelajar dan mahasiswa yang tadinya mengalihkan perhatian sebentar ke media
sosial karena pusing mengerjakan tugas menjadi terlalu fokus pada media sosial.

3. Pemborosan

Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan orang tersebut tidaklah sedikit untuk
mengaktifkan internet atau membayar warnet. Hal ini tentu saja akan merugikan bagi
penggunanya sendiri karena tidak sedikit biaya yang terbuang sia-sia karena hanya
sekedar menggunakan jejaring sosial.

4. Tergantikannya Kehidupan Sosial

Jejaring sosial sangat nyaman sekali digunakan. Saking nyamannya sebagian orang
merasa cukup dengan berinteraksi lewat jejaring sosial saja sehingga mengurangi
frekuensi tatap muka dengan orang lain. Bertatap muka tidak seharusnya digantikan
dengan bertemu di dunia maya. Obrolan, tatapan mata, ekspresi muka, dan canda lewat
ketawa tidak bisa tergantikan oleh rentetan kata-kata bahkan video sekalipun. Tentunya
ada sebuah hal yang hilang dari interaksi seperti ini.

5. Pornografi

Sebagaimana situs jejaring sosial lainnya, tentu ada saja yang menyalahgunakan
pemanfaatan dari situs tersebut untuk kegiatan yang berbau pornografi. Bahkan ada yang
memanfaatkan situs semacam ini untuk menjual wanita.

6. Kesalahpahaman

Di jejaring sosial Facebook, pernah ada kasus pemecatan seorang karyawan karena
menulis yang tidak semestinya di Facebook. Bahkan juga pernah terjadi penuntutan ke
meja pengadilan karena kesalahpahaman di Facebook. Jejaring sosial Facebook ini
merupakan jaringan sosial yang sifatnya terbuka antara user dan teman-temannya. Seperti
kehidupan nyata, gossip, atau informasi miring dengan cepat juga dapat berkembang di
jaringan ini. Haruslah disadari menulis di status, di wall, dan komentar diberbagai
aplikasi adalah sama saja seperti obrolan pada kehidupan nyata bahkan efeknya mungkin
lebih parah karena bahasa tulisan terkadang menimbulkan salah tafsir.

7. Berkurangnya Perhatian Terhadap Keluarga


Hal ini mungkin tanpa kita sadari terjadi jika kita membuka facebook saat sedang
bersama keluarga. Sebuah riset di inggris menunjukan bahwa orang tua semakin sedikit
waktunya dengan anak-anak mereka karena berbagai alasan. Salah satunya karena
Facebook. Bisa terjadi sang suami sedang menulis wall, si istri sedang membuat koment
di foto sementara anaknya diurusi pembantu.

8. Sarana Kriminal

Tentunya para pengguna jejaring sosial harus waspada karena banyak orang-orang
tak bertanggung jawab yang menggunakan jejaring sosial untuk melancarkan aksinya.
Seperti kasus penculikan beberapa waktu lalu yang terjadi karena korban diajak bertemu
di suatu tempat setelah sebelumnya berkenalan di dalam jejaring sosial. Selain itu juga
banyak terjadi kasus-kasus penipuan di dalam jejaring sosial.

3.2 Penggunaan Media Sosial yang Efektif

Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial


tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan
dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai
pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang asalnya kecil bisa
menjadi besar dengan media sosial, begitu pula sebaliknya.

Bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa, media


sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka media sosial, bahkan
hampir 24 jam mereka tidak lepas dari smartphone. Media sosial terbesar yang paling
sering digunakan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa antara lain; Facebook, Twitter,
Path, Youtube, Instagram, Kaskus, LINE, WhatsApp, dan Blackberry Messenger. Masing-
masing media sosial tersebut mempunyai keunggulan khusus dalam menarik banyak
pengguna media sosial yang mereka miliki. Media sosial memang menawarkan banyak
kemudahan yang membuat para pelajar dan mahasiswa betah berlama-lama berselancar di
dunia maya.

Pesatnya perkembangan media sosial juga dikarenakan semua orang seperti bisa
memiliki media sendiri. Jika untuk media tradisional seperti televisi, radio, atau koran
dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan
media sosial. Para pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan jaringan internet
tanpa biaya yang besar dan dapat dilakukan sendiri dengan mudah.
Para pengguna media sosial pun dapat dengan bebas berkomentar serta
menyalurkan pendapatnya tanpa rasa khawatir. Hal ini dikarenakan dalam internet
khususnya media sosial sangat mudah memalsukan jati diri atau melakukan kejahatan.
Bahkan ada sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Peter Steiner: Analisis Sosiologis
Media Sosial

Di era modern, manusia dipermudah dalam melakukan berbagai hal. Salah satu
kemudahan yang diciptakan adalah berinteraksi melalui internet. Semakin
berkembangnya internet memunculkan pola interaksi dapat dilakukan tanpa harus berada
dalam ruang dan waktu yang bersamaan. Menurut Anthony Giddens, dengan adanya
modernitas hubungan ruang dan waktu terputus yang kemudian ruang perlahan-lahan
terpisah dari tempat. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa manusia menciptakan
interaksi baru tanpa harus bertemu secara fisik, yang salah satunya dilakukan melalui
internet khususnya media sosial.

Begitu pula dengan media sosial Facebook dimana kita juga bisa membuat sebuah
grup, dalam konteks ini mengenai hubungannya dengan sosiologi, dengan fitur grup di
Facebook, kita mampu membuat grup yang mampu berbagi mengenai ilmu-ilmu
sosiologi ataupun bisa untuk memecahkan masalah yang sedang terjadi di masyarakat,
karena didalam ilmu sosiologi, salah satu yang diajarkan adalah memecahkan masalah
yang sedang terjadi di masyarakat, dan tentunya kita tahu bahwa obyek dalam ilmu
sosiologi itu adalah masyarakat.

Dinilai dari sisi positifnya, jejaring media sosial memang sangat bermanfaat untuk
menjadi penghubung yang baik dengan teman dan keluarga. Bahkan, jejaring media sosial
juga dinilai bermanfaat untuk menyebarkan kampanye-kampanye positif, informasi yang
bermanfaat, bahkan mampu meningkatkan kreativitas mereka, saat melakukan sharing
sebuah ide, musik dan seni. Tak hanya itu, media ini juga bisa dijadikan jembatan remaja
dan anak-anak untuk saling bertemu dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki
minat yang sama.

Namun, masih dilansir dari situs Kidshealth, tetap tak bisa diabaikan, media sosial
juga memiliki dampak buruk, jika tak dimanfaatkan secara bijak. Tak jarang, remaja dan
anak berperilaku buruk, ketika menggunakan kecanggihan teknologi ini. Para ahli di
Amerika pun mengungkap, media sosial dapat menjadi pusat bagi hal-hal seperti
penindasan di dunia maya dan aktivitas yang patut dipertanyakan. Tanpa sadar, anak-anak
bisa saja dengan mudah berbagi lebih banyak hal-hal negatif secara online daripada
seharusnya. Suatu studi bahkan menunjukkan bahwa sembilan dari 10 remaja
memposting foto diri mereka secara online, atau menggunakan nama asli mereka di profil
mereka, delapan dari 10 mengungkapkan, tanggal lahir dan minat mereka. Dan, tujuh dari
10 memposting nama sekolah mereka dan kota tempat mereka tinggal. "Tindakan seperti
ini bisa membuat anak menjadi sasaran empuk predator online dan orang lain yang
mungkin ingin membahayakannya," kata seorang ahli.

Statistik tentang remaja ini benar-benar menyoroti bahaya media sosial. Dari survei
yang dilakukan, 17 persen remaja mengatakan bahwa mereka telah dihubungi secara
online oleh seseorang yang tidak mereka kenal dengan cara yang membuat mereka
merasa takut, atau tidak nyaman. 30 persen remaja mengatakan, mereka telah menerima
iklan online yang tidak sesuai untuk usia mereka dan 39 persen remaja mengaku
berbohong tentang usia mereka untuk mendapatkan akses ke situs web.

Meskipun kita diberi kebebesan untuk menggunakan media sosial dan


mengemukakan pendapat kita di media sosial, kita juga perlu membatasinya agar tidak
memancing keributan dan menyakiti perasaan orang lain. Sebagai contoh saat kasus
penistaan Surat Al-Maidah oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama
atau biasa disapa Ahok. Sepengamatan kami, banyak sekali pro dan kontra yang terlontar
dari komentar-komentar netizen di media sosial mereka. Banyak sekali yang mengupdate
status, terutama di LINE perihal kasus ini. Ada yang setuju mengenai hukuman Ahok, ada
yang mengatakan bahwa hukuman tersebut kurang, ada yang mengatakan
ketidaksetujuannya bahwa hanya karena Ahok salah berbicara harus dipenjara selama 2
tahun, dan sebagainya. Tak jarang kami menemui komentar-komentar negatif terkait hal
tersebut. Kata yang paling sering kami temui ada sumbu pendek bagi umat Islam yang
tidak mendukung Ahok dan malah mendukung Habib Rizieq. Sebaliknya, dari pendukung
Habib Rizieq pun tidak terima dan membalasnya melalui beberapa hadits dan surat di Al-
Quran. Mereka berkata bahwa jika kita mendukung penista agama, terutama umat
muslim, maka diragukan keIslamannya.

Berdasarkan beberapa contoh kasus penggunaan media sosial yang tidak efektif di
atas, ada beberapa penggunaan media sosial yang efektif untuk pelajar dan mahasiswa,
diantaranya:

1. Berinteraksi dengan Teman


Karena dapat berkomunikasi secara livetime, Para pengguna jejaring sosial dapat
dengan mudah berinteraksi dengan orang lain. Bahkan tak lagi terpengaruh oleh jarak
yang sangat jauh. Selain itu, dengan adanya situs jejaring sosial, penyebaran informasi
dapat berlangsung secara cepat. Tetapi perlu diingat, ketika kita berinteraksi dengan
teman, kita harus pintar memilih informasi mana yang akan disebarkan atau diterima.
Sebab saat ini sedang marak berita hoax yang tersebar di media sosial.

2. Sarana Promosi

Kunggulan lainnya media ini dapat digunakan sebagai sarana promosi suatu barang,
komunitas, band, dan lain-lain. Dalam hal ini, pelajar dan mahasiswa dapat
mengembangkan kreativitasnya untuk berbisnis di usia muda sehingga memiliki bekal
nantinya. Dimulai dari bisnis kecil yang dijual ke teman-teman di lingkungan sekolah dan
kampus, mempromosikannya melalui media sosial, hingga dikenal oleh masyarakat luas
dan membuka online shop untuk melayani konsumen di luar kota.

3. Sarana Sosialisasi Program Pemerintah

Di negara Indonesia, pemerintah banyak melakukan sosialisasi dalam berbagai hal


pendidikan, kesehatan, politik, penanggulangan bencana, ekonomi, dan informasi yang
lain. Selain menggunakan media cetak, pemerintah mensosialisasikan programnya
melalui situs jejaring sosial. Salah satu contohnya yaitu kampanye dalam Pemilu 2014.
Selain itu, beberapa pejabat di kota-kota besar mulai menjangkau masyarakat sekitarnya.
Contohnya adalah Walikota Bandung, Ridwan Kamil atau biasa disapa Kang Emil. Kang
Emil mulai menjangkau masyarakatnya melalui Twitter. Banyak laporan dan keluhan
yang dituliskan masyarakat Kota Bandung melalui Twitter. Dengan sigap, tim Kang Emil
meresponnya dan segera menindaklanjuti laporan maupun keluhan warga. Adapun
sekarang tim Kang Emil sedang mengembangkan aplikasi Toong Siswa. Di aplikasi ini,
guru-guru di sekolah dapat memantau perkembangan murid-muridnya. Selain itu, guru-
guru juga dapat mengetahui jika ada siswa yang membolos di jam pelajaran.

Pelajar dan mahasiswa juga diuntungkan dengan aplikasi yang tengah


dikembangkan oleh pemerintah Kota Bandung. Contohnya adalah Panic Button. Aplikasi
ini dikhususkan untuk membantu masyarakat Kota Bandung ketika berada dalam keadaan
genting. Ketika tombol merah dalam aplikasi ditekan, maka bantuan akan segera
dikirimkan ke lokasi yang terlacak melalui GPS. Aplikasi Red Button dapat diunduh di
Google Play.
4. Sarana Silaturahmi

Tak dapat dipungkiri jika jejaring sosial merupakan sarana paling efektif untuk
menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan teman, sahabat maupun keluarga. Tanpa lagi
dibatasi jarak, tempat, dan waktu, anda bisa terus menjalin silaturahmi dengan mereka,
berbagi pengalaman bahkan anda bisa merencanakan sebuah acara pertemuan keluarga
dengan mereka. Akan tetapi, sekiranya kita bisa menyisihkan rezeki dan meluangkan
waktu kita untuk bertemu dengan sanak saudara kita. Bersilaturahmi secara langsung
akan terasa suasana keakraban bersama keluarga. Bagi pelajar dan mahasiswa, sekiranya
tempat tinggal teman kita masih bisa dijangkau, hendaknya kita bersilaturahmi ketika kita
memiliki waktu luang. Silaturahmi juga dapat memperat ikatan pertemanan dan
persaudaraan.

5. Sarana Hiburan

Para pengguna bisa bersenang-senang dan bergaul dengan orang dari seluruh
penjuru dunia. Dengan perkembangan pesat dunia internet, maka sarana dan prasarana
untuk bisa bersenang-senang dan bergaul di online social networking pun semakin banyak
pilihan. Dari mulai bermain game dengan teman virtual anda, sampai kepada saling kirim
kartu ucapan. Meskipun begitu, kita harus bisa mengontrol kita agar tidak terlalu larut
dalam menggunakan media sosial sebab media sosial dapat menyebabkan kecanduan.
Orang-orang bisa lupa waktu diakibatkan terlalu asyik bermain sosial media, bahkan
sampai lupa bahwa mereka harus mengerjakan hal penting. Selain itu, jangan sampai kita
sebagai pelajar dan mahasiswa menjadi pribadi yang boros. Misal kita terlalu asyik
menonton video di Youtube dan tidak sadar kuota kita habis padahal masa aktif masih
lama, lalu kita membeli kuota baru agar bisa melanjutkan menonton video tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Di era globalisasi, kita tidak dapat menahan lajunya perubahan yang terjadi dalam
kehidupan kita, khususnya dalam bidang teknologi informasi. Seiring dengan
perkembangan zaman, kebutuhan hidup terkesan menuntut. Kemudahan dalam
mengakses internet untuk mencari dan menyebarkan informasi membuat sebagian orang
Sebagai generasi muda, hendaknya kita tidak terbawa arus perubahan. Kita harus bisa
memilih dan memilah, mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak. Oleh karena itu,
pentingnya pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya pelajar dan
mahasiswa agar menggunakan media sosial secara efektif sehingga pemerintah dapat
menekan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial. Manfaatkanlah media
sosial sebaik-baiknya sebagai media informasi dan komunikasi, jangan sampai
mengganggu privasi orang lain. Mari kita gunakan media sosial dengan bijak mulai dari
sekarang.
4.2 Saran

Berdasarkan paparan di halaman-halaman sebelumnya, terdapat beberapa hal yang


menjadi fokus kami sehingga kami memberikan saran terkait efektivitas penggunaan
media sosial. Saran-saran tersebut diantaranya:

1 Kepada pengguna media sosial, khususnya pelajar dan mahasiswa, agar lebih
bijak agar lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial. Meskipun
merupakan hak setiap orang untuk menangkap pendapat kepada muka umum,
namun ada baiknya agar lebih bijaksana dalam berpendapat di muka umum.
2 Untuk pemerintah, agar lebih memperhatikan masalah-masalah sosial yang
terjadi di dunia maya atau media sosial. Dengan membuat regulasi yang
mengatur kehidupa sosial melalui dunia maya, maka akan lebih menciptakan
pola sosial yang lebih baik bagi kehidupan dunia maya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa


Rekatama.

Effendy, Onong, U. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Effendy, Onong, U. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti Persada.

Jeffkins, Frank. 2003. Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Ritzer, George. dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi
Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.

Sastropoetro, Santoso. 1990. Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak
Dalam Komunikasi Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sunarjo, Djoenaesih S. 1984. Opini Publik. Yogyakarta: Liberty.

Aljawiy, Abdillah Yafi. dan Ahmad Muklason. 2012. Jejaring Sosial dan Dampak Bagi
Penggunanya. Surabaya: Jurnal Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi,
Institut Teknologi Sepuluh November.

https://www.academia.edu/12544195/Inefisiensi_Penggunaan_Sosial_Media

https://www.academia.edu/30230517/PENGGUNAAN_MEDIA_SOSIAL_SEBAGAI_E
KSISTENSI_DIRI

http://www.jurnalkommas.com/docs/JURNAL%20devita.pdf

https://id.scribd.com/document/340424828/3270-6023-1-SM-pdf

https://www.slideshare.net/wearesocialsg/digital-social-mobile-in-southeast-asia-in-2015

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20372/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=201EC1974D2A6BA8AEDF1A6E80EA19A2?sequence=4

https://www.merdeka.com/peristiwa/begini-sadisnya-empat-remaja-keroyok-mahasiswi-
unikom.html

http://news.detik.com/berita/d-3313474/saling-ejek-di-medsos-mahasiswi-lukai-siswi-
sma-pakai-silet

http://fokus.news.viva.co.id/news/read/916827-fenomena-media-sosial-bahayakan-
remaja-dan-anak

http://indonesianyouth.org/pengaruh-media-sosial-terhadap-perilaku-di-kalangan-remaja/

Anda mungkin juga menyukai