Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KOMUNIKASI KREATIF

EDUKASI
(Ruang lingkup komunikasi sebagai ilmu sosial, Sistem sosial di Indonesia, Perkembangan
komunikasi dan sosial dalam perspektif komunikasi)
DOSEN : Dr.H.Ghazaly Ama La Nora,M.si

Disusun Oleh:
Irna Amelia (211221182)

UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA


FAKULTAS BISNIS DAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Makalah tentang edukasi dalam Komunikasi ini disusun sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah Komunikasi kreatif.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami
tetap berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan
sebagai masukan dalam dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya perbaikan.
Untuk itu kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 15 mei 2023

(Irna Amelia)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG

2 Latar Belakang
3 Perkembangan media
masa saat ini merupakan
kebutuhan, dalam
4 mendukung berbagai
aktifitas masyarakat
perkotaan. Dalam zaman
global saat ini
5 teknologi yang
berkembang,kian
memudahkanmasyarakat
dalam memperoleh
6 informasi secara cepat
dan mengikuti
perkembangan. Media
massa, Seperti
7 hal pesan lisan dan
isyarat sudah menjadi
bagian tak Terpisahkan
dari
8 komunikasi manusia.
9 Perkembangan teknologi
penyebab munculnya
beragam penggunaan
10 bahasa sesuai dengan
media yang digunakan.
Teknologi informasi
menjadi
11 bola baru tata dunia
dan perkembangan
komunikasi manusia.
Revolusi
12 komunikasi ini apabila
diurutkan dapat dimulai
dari tahap pralisan, lisan,
13 tulisan, cetakan, media
massa, cybernetic hingga
media elektronik.
14 Media massa percaya
memiliki kekuatan yang
maha dahsyat dalam
15 mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat.
Selain itu media
16 massa dengan mudah
dapat mengarahkan
masyarakat membentuk
pendapat akan
17 suatu peristiwa yang
selanjutnya akan terjadi.
Media massa mampu
18 mengarahkan,
membimbing, dan
mempengaruhi kehidupan di
masa kini dan
19 dimasa mendatang
(Nurudin, 2009: 255).
Latar Belakang
Perkembangan media masa
saat ini merupakan
kebutuhan, dalam
mendukung berbagai
aktifitas masyarakat
perkotaan. Dalam zaman
global saat ini
teknologi yang
berkembang,kian
memudahkanmasyarakat
dalam memperoleh
informasi secara cepat dan
mengikuti perkembangan.
Media massa, Seperti
hal pesan lisan dan isyarat
sudah menjadi bagian tak
Terpisahkan dari
komunikasi manusia.
Perkembangan teknologi
penyebab munculnya
beragam penggunaan
bahasa sesuai dengan
media yang digunakan.
Teknologi informasi
menjadi
bola baru tata dunia dan
perkembangan komunikasi
manusia. Revolusi
komunikasi ini apabila
diurutkan dapat dimulai
dari tahap pralisan, lisan,
tulisan, cetakan, media massa,
cybernetic hingga media
elektronik.
Media massa percaya
memiliki kekuatan yang
maha dahsyat dalam
mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku
masyarakat. Selain itu
media
massa dengan mudah dapat
mengarahkan masyarakat
membentuk pendapat akan
suatu peristiwa yang
selanjutnya akan terjadi.
Media massa mampu
mengarahkan, membimbing,
dan mempengaruhi kehidupan
di masa kini dan
dimasa mendatang (Nurudin,
2009: 255).
Perkembangan media masa saat ini merupakan kebutuhan, dalam
mendukung berbagai aktifitas masyarakat perkotaan. Dalam zaman global saat
ini teknologi yang berkembang kian memudahkan masyarakat dalam memperoleh
informasi secara cepat dan mengikuti perkembangan. Media massa, Seperti hal
pesan lisan dan isyarat sudah menjadi bagian tak Terpisahkan dari
komunikasi manusia. Perkembangan teknologi penyebab munculnya beragam
penggunaan bahasa sesuai dengan media yang digunakan. Teknologi informasi
menjadi bola baru tata dunia dan perkembangan komunikasi manusia. Revolusi
komunikasi ini apabila diurutkan dapat dimulai dari tahap pralisan, lisan,
tulisan, cetakan, media massa, cybernetic hingga media elektronik.
Media massa percaya memiliki kekuatan yang maha dahsyat dalam
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Selain itu media
massa dengan mudah dapat mengarahkan masyarakat membentuk pendapat akan suatu
peristiwa yang selanjutnya akan terjadi. Media massa mampu mengarahkan,
membimbing, dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan dimasa mendatang
(Nurudin, 2009: 255).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Komunikasi sebagai ilmu Sosial

Secara umum, teori komunikasi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pandangan
serta strategi yang berguna untuk membentuk kerangka kerja dan alat untuk mendukung
kegiatan yang hendak dilakukan. Di dalam proses komunikasi, teori komunikasi ini
memegang peranan sebagai Pembina yang berfungsi untuk membentuk serta merangkai
sebuah kaidah komunikasi.

Menurut Turner 1988 teori adalah cerita tentang bagaimana dan mengapa sesuatu
terjadi. Biasanya para ahli memulai dengan asumsi menyeluruh, termasuk seluruh bidang
sosial yang dibentuk oleh aktivitas manusia, menyatakan landasan kepastian dan proses serta
sifat dasar yang menerangkan naik pasang surutnya peristiwa didalam proses komunikasi
yang lebih khusus.sementara itu menurut Bowers and Coutright (1984) teori adalah
penjelasan dan prediksi fenoena sosial yang berhubungan dengan subjek ketertarikan kepada
beberapa fenomena yang lain.

Ilmu Komunikasi mempunyai kaitan erat dengan manusia. Sebab, ilmu komunikasi
merupakan ilmu human commun

2.2 TEORI-TEORI DALAM KOMUNIKASI MASSA

2.2.1 JENIS-JENIS TEORI KOMUNIKASI MASSA

Dennis McQuail (1987) pernah memberikan beberapa jenis dari teori-teori komunikasi
massa sebagai berikut.
1. Teori Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Scientific Theory)
Teori ini berdasarkan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sifat dasar, cara
kerja, dan pengaruh  komunikasi massa yang bersumber dari observasi sistematis yang
sedapat mungkindiupayakan bersifat objektif. Sumber teori ini merupakan kenyataan
tentang media. Dalam penerapannya jenis teori ini sering bergantung pada ilmu sosial
lainnya. Contohnya, teori yang menerangkan hubungan antara televisi dengan perilaku
agresif.

2. Teori Normatif (Normative Theory)


Teori ini berkenaan dengan masalah bagaimana seharusnya media berperan ketika
serangkaian nilai sosial inginn diterapkan dan dicapai sesuai dengan sifat dasar nilai-nilai
sosial tersebut. Jenis teori ini begitu penting karena berperan dalam membentuk institusi
media. Bahkan media berpengaruh besar dalam membantu apa yang diharapkan oleh
public media, organisasi, serta pelaksana organisasi sosial itu sendiri.

3. Teori Praktis (Operational Theory)


Pada awalnya teori ini dikembangkan oleh para praktisi media. Teori ini
menyuguhkan penuntun tentang tujuan media, cara kerja yang seharusnya diharapkan
agar seirama dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan sosial yang sifatnya lebih abstrak,
serta cara-cara pencapaian beberapa sasaran tertentu.

4. Teori Akal Sehat (Commonsense Theory)


Teori ini merupakan pengetahuan (dan gagasan) yang dimiliki oleh setiap orang
dengan begitu saja atau melalui pengalaman langsung dengan masyarakat. Setiap
pembaca surat kabar atau penonton televise mempunyai teori sendiri (artinya mempunyai
seperangkat gagasan) tentang media tersebut.

Sementara itu, Stanley J. Baran dan Dennis K. Davis (2003) menambahkan jenis teori
dalam perkembangan baru ilmu sosial, yakni teori kritis (critical theory). Teori ini tertarik
untuk membahas ketidaksamaan dan ketertindasan (akibat sistem). Teori kritis tidak
terus-menerus mengobservasi, tetapi yang lebih penting adalah mengkritik. Sebagaian
besar dari teori kritis mebahas conflict of interest (konflik kepentingan) didalam
masyarakat dan dominasi yang terus menerus dilakukan oleh sebuah kelompok atas
kelompok lainnya.

Teori ini ingin membongkar sesuatu yang dianggap tidak adil karena tiadanya
kesamaan dan semakin munculnya ketertindasan. Penganjur teori ini merasa punya
tanggung jawab tidak sekedar mengkritik, tetapi juga bekerja sebagai agen aktif
perubahan dan kalau perlu dilakukan secara radikal.

Sebuah teori komunikasi massa paling tidak berisi seperangkat pernyataan yang
didefinisikan dalam kata kunci, menspesifikasikan hubungan antar konsep itu,
mendeskripsikan fenomena yang menggunakan konsep itu, menawarkan presisi tentang
fenomena, dan menyarankan penjelasan terhadap suatu kejadian.

2.2.2 TEORI KOMUNIKASI MASSA


1. Hypodermic Needle Theory
Disebut juga teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory) atau teori peluru.
Peluru diibaratkan sebagai sebuah pesan yang ditembakkan dan langsung mengenai
sasaran. Audience, anggota dari masyarakat dianggap punya ciri khusus yng seragam dan
dimotivasi oleh faktor biologis dan lingkungan dan mereka mempunyai sedikit kontrol.
Tidak ada campur tanggan diantara pesan dan penerima artinya pesan yang sangat jelas
dan sederhana akan jelas dan sederhana pula direspon.
Untuk mempelajari  media massa, harus diakui bahwa peran gatekeeper sangatlah vital
dalam melayani konsumennya. Faktanya, media massa muncul untuk meyakinkan
tingkah laku, nilai, dan maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar daripada
penerima.

Sampai tahun 1930-an dan 1940-an, umumnya apa yang disajikan media massa secara
langsung atau kuat memberi rangsangan atau berdampak kuat padadiri audience.
Audience, anggota dari masyarakat dianggap mempunyai ciri khusus yang seragam dan
dimotivasi oleh faktor biologis dan lingkungan serta mempunyai sedikit control. Tidak
ada campur tangandiantara pesan dan penerima. Artinya, pesan yang sangat jelas dan
sederhana akan jelas dan sederhana pula direspons. Jadi, antara penerima dengan pesan
yang disebarkan oleh pengirim tidak ada perantara atau langsung diterimanya. Dalam
literature komunikasi massa, ini sering disebut dengan istilah teori jarum hipodermik
(hypodermic needle theory) atau teori peluru (bullet theory). Alasannya, isi senapan
(dalam hal ini diibaratkan pesan) langsung mengenai sasaran tanpa perantara. Hal ini
artinya, pesan yang dikirimkan akan langsung mengenai sasarannya yakni penerima
pesan.
Teori ini disamping mempunyai pengaruh yang sangat kuat juga mengasumsikan
bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang lebih pintar dibanding
audience. Akibatnya, audience bisa dikelabui sedemikian rupa dari apa yang
disiarkannya. Teori ini mengasumsikan media massa mempunyai pemikiran bahwa
audience bisa ditundukkan sedemikian rupa atau bahkan bisa dibentuk dengan cara
apapun yang dikehendaki media.

2. Cultivation Theory
Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh Profesor George
Gerbner ketika ia menjadi Dekan Annenberg School of Communication di Universitas
Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini
adalah Living with Television: The Violenceprofile, Journal of Communication. Awalnya
ia melakukan penelitian tentang “Indikator Budaya” dipertengahan tahun60-an umtuk
mempelajari pengaruh menonton televise. Ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa
yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi. Penelitian kultivasi yang
dilakukannya lebih menekankan pada “dampak”.

Menurut teori kultivasi, televise menjadi media atau alat utama dimana penonton
televise belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Persepsi apa yang
terbangun dibenak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh
televise. Ini artinya, melalui kontak penonton dengan televisi, ia belajar tentang dunia,
orang-orangnya, nilai-nilainya, serta adat kebiasaannya.

Penelitian kutivasi menekankan bahwa media massa merupakan agen sosialisasi dan
menyelidiki apakah penonton televisi lebih percaya pada apa yang disajikan di televisi
daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Tuduhan munculnya kejahatan didalam
masyarakat kadang-kadang disebut dengan “sindrom dunia makna. Bagi para pecandu
berat televisi, dunia ini cenderung dipercaya sebagai tempat yang buruk dibandingkan
mereka yang tidak termasuk pecandu berat televisi. Efek kultivasi memberikan kesan
bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri individu. Bahkan, mereka
menganggap bahwa lingkungan disekitarnya sama seperti yang tergambar di televisi.

KRITIK TERHADAP TEORI KULTIVASI


Teori kultivasi sebenarnya menawarkan kasus yang sangat masuk akal, khususnya
didalam tekanan pada kepentingan televisi sebagai media dan fungsi simbolik didalam
konteks budaya. Akan tetapi, teori tidak lepas dari sasaran kritik. Gerbner telah dikritik
kerena terlalu menyederhanakan permasalahan. Perilaku kita kemungkinan tidak hanya
dipengaruhi oleh televisi, tetapi oleh banyak media yang lain, pengalaman langsung,
orang lain yang berhubungan dengan kita,dan lain-lain

3. Cultural Imperialism Theory


Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan
pertama Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini adalah Communication
and Cultural Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan bahwa negara barat
mendominasi media diseluruh dunia. Hal ini berarti media massa negara Barat
mendominasi media massa di dunia ketiga. Alasannya, media barat mempunyai efek yang
kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media barat sangat mengesankan bagi
media dunia ketiga, sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media
tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara
berkembang dari negara maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara
ketiga.

Mengapa mereka bisa mendominasi seperti ini? Pertama, mereka mempunyai uang.
Dengan uang mereka bisa berbuat apa saja untuk memproduksi berbagai ragam sajian di
media massa. Kedua, mereka memiliki teknologi. Teknologi modern yang mereka miliki
memungkinkan sajian media massa diproduksi secara lebih baik, meyakinkan, dan seolah
nyata. Negara dunia ketiga tertarik untuk membeli produk barat tersebut. Sebab, membeli
produk jauh lebih mudah dibandingkan membuatnya sendiri. Berapa banyak media massa
Indonesia yang setiap harinya mengakses media massa Barat atau dari kantor berita Barat.
Bahkan foto demonstrasi Jakarta yang seharusnya bisa di foto sendiri justru berasal dari
kantor berita AFP (Prancis).

Dampak selanjutnya, orang-orang dinegara ketiga yang melihat media massa dinegaranya
akan menikmati sajian-sajian yang berasal dari gaya hidup, kepercayaan, dan pemikiran.
Selanjutnya, negara dunia ketiga tanpa sadar meniru apa yang disajikan media massa
yang sudah banyak diisi oleh kebudayaan Barat tersebut.
Saat itulah terjadi penghancuran budaya asli negara untuk kemungkinan mengganti
dan disesuaikan dengan budaya Barat. Kejadian ini bisa dikatakan imperialisme budaya
Barat. Imperialisme itu dilakukan oleh media massa Barat yang telah mendominasi media
massa dunia ketiga.

Salah satu yang mendasari munculnya teori ini adalah bahwa pada dasarnya manusi
tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka berpikir, apa yang
dirasakan, dan bagaimana mereka hidup. Umumnya, mereka cenderung mereaksi apa saja
yang dilihatnya di televisi, karena televisi menyajikan hal baru yang berbeda dengan yang
biasa mereka lakukan.

Teori imperilme budaya ini pun tidak lepas dari kritikan. Teori ini terlalu memandang
sebelah mata kekuatan audience didalam menerima terpaan media massa dan
menginterpretasikan pesan-pesannya. Ini artinya, teori tersebut menganggap bahwa
budaya berbeda (yng tentunya lebih maju) akan selalu membawa pengaruh peniruan pada
orang-orang yang berbeda budaya.

4. Media Equation Theory


Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (profesor
dalam jurusan komunikasi Universitas Stanford Amerika) dalam tulisannya The Media
Like How People Treat Computers, Television, and New Media Like Real People and
Places pada tahun 1996. Teori ini relative sangat baru dalam dunia komunikasi massa.

Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab persoalan
mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan otomatis merespons apa yang
dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia. Menurut asumsi teori ini, media
diibaratkan manusia. Teori ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara.
Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang
melibatkan dua orang dalam situasi face to face. Apa yang bisa dilakukan oleh media
massa, yakni misalnya kita pun bisa meminta nasihat masalah-masalah psikologi pada
rubric konsultasi psikologi di media massa itu. Kita bisa tertawa, sedih, iba terhadap apa
yang disajikan media.
Sejalan dengan teori ekuasi media ini, media bahkan dianggap seperti kehidupan
nyata. Dengan komputer kita bisa berbuat apa saja,misalnya mencari hiburan dengan
permainan yang disediakan, kita bisa menjelajah dunia dengan internet, kita bisa berkirim
surat, dan kita juga bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari kebutuhan kita
dengan komputer.

5. Spiral of Silence Theory


Elizabeth Noelle-Neumann (seorang profesor emeritus penelitian komunikasi dari
Institute fur Publiziztik Jerman) adalah orang yang memperkenalkan teori spiral
keheningan/kesunyian ini. Teori ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1984 melalui
tulisannya yang berjudul The Spiral of Silence. Secara ringkas teori ini ingin menjawab
pertanyaan, mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk
menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas.
Seseorang sering merasa perlu menyembunyikannya “sesuatu”nya ketika berada dalam
kelompok mayoritas.

Bahkan orang-orang yang sedang berada dalam kelompok mayoritas sering merasa
perlu untuk mengubah pendiriannya. Sebab, kalau tidak mengubah pendiriannya, ia akan
merasa sendiri. Hal ini bisa diamati pada individu yang menjadi masyarakat pendatang
disuatu kelompok tertentu.

Kajian Noelle-Neumann ini menitikberatkan peran opini dalam interaksi sosial.


Sebagaimana kita ketahui, opini publik sebagai sebuah isu kontroversial akan
berkembang pesat saat dikemukakan melalui media massa. Ini berarti opini public orang-
orang juga dibentuk, disusun dan dikurangi oleh peran media massa. Jadi ada kaitan erat
antara opini dengan peran media massa. Opini yang berkembang dalam kelompok
mayoritas dan kecenderungan seseorang untuk diam (sebagai basis dasar teori spiral
kesunyian) karena berasal dari kelompok minoritas juga bisa di pengaruhi oleh isu-isu
dari media massa.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Komunikasi MassaA adalah


Suatu proses melalui mana
komunikator-
komunikator menggunakan
media untuk
menyebarluaskan pesan-
pesan secara
luas dan terus-menerus
menciptakan makna-makna
serta diharsiapkan dapat
mempengaruhikhlalayakyangb
esardanberagammelaluiberbag
aicara(DeFleur
& McQuail, 1985, McQuail,
2000).
Dalamilmu komunikasi
terdapat ratusan
modelkomunikasi.Setiap
model
memilikikekurangan
dankelebihannyamasing-
masingdan tidak
adamodelyang
benar atau salah. Setiap model
hanya bisa diukur berdasarkan
manfaat ketika
berhadapan dengan dunia
nyata, khususnya ketika
diguanakan untuk menjaring
data dalam penelitian.
Dalam jalan komunikasi
massa, mengalami
perkembangan
dimulai dari zaman tulis,
zaman cetak, zaman
komunikasi, dan zaman
komunikasi interaktif.
Media massa percaya
memiliki kekuatan yang
maha dahsyat dalam
mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku masyaraka
Komunikasi MassaA adalah
Suatu proses melalui mana
komunikator-
komunikator menggunakan
media untuk
menyebarluaskan pesan-
pesan secara
luas dan terus-menerus
menciptakan makna-makna
serta diharsiapkan dapat
mempengaruhikhlalayakyangb
esardanberagammelaluiberbag
aicara(DeFleur
& McQuail, 1985, McQuail,
2000).
Dalamilmu komunikasi
terdapat ratusan
modelkomunikasi.Setiap
model
memilikikekurangan
dankelebihannyamasing-
masingdan tidak
adamodelyang
benar atau salah. Setiap model
hanya bisa diukur berdasarkan
manfaat ketika
berhadapan dengan dunia
nyata, khususnya ketika
diguanakan untuk menjaring
data dalam penelitian.
Dalam jalan komunikasi
massa, mengalami
perkembangan
dimulai dari zaman tulis,
zaman cetak, zaman
komunikasi, dan zaman
komunikasi interaktif.
Media massa percaya
memiliki kekuatan yang
maha dahsyat dalam
mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku masyaraka
Komunikasi MassaA adalah
Suatu proses melalui mana
komunikator-
komunikator menggunakan
media untuk
menyebarluaskan pesan-
pesan secara
luas dan terus-menerus
menciptakan makna-makna
serta diharsiapkan dapat
mempengaruhikhlalayakyangb
esardanberagammelaluiberbag
aicara(DeFleur
& McQuail, 1985, McQuail,
2000).
Dalamilmu komunikasi
terdapat ratusan
modelkomunikasi.Setiap
model
memilikikekurangan
dankelebihannyamasing-
masingdan tidak
adamodelyang
benar atau salah. Setiap model
hanya bisa diukur berdasarkan
manfaat ketika
berhadapan dengan dunia
nyata, khususnya ketika
diguanakan untuk menjaring
data dalam penelitian.
Dalam jalan komunikasi
massa, mengalami
perkembangan
dimulai dari zaman tulis,
zaman cetak, zaman
komunikasi, dan zaman
komunikasi interaktif.
Media massa percaya
memiliki kekuatan yang
maha dahsyat dalam
mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku masyaraka
Komunikasi Massa adalah Suatu proses melalui komunikator kepada
komunikan menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan secara luas dan
terus-menerus menciptakan makna-makna serta di arsiapkan dapat mempengaruhi
khlalayak yang besar dan beragam melalui berbagai cara (DeFleur& McQuail, 1985,
McQuail, 2000).

Dalam ilmu komunikasi terdapat ratusan model komunikasi. Setiap mode lmemiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan tidak ada model yang benar atau salah.
Setiap model hanya bisa diukur berdasarkan manfaatnya ketika berhadapan dengan dunia
nyata, khususnya ketika diguanakan untuk menjaring data dalam penelitian.

Dalam jalan komunikasi massa, mengalami perkembangan dimulai dari zaman


tulis, zaman cetak, zaman komunikasi, dan zaman komunikasi interaktif. Media massa
percaya memiliki kekuatan yang maha dahsyat dalam mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai